Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TURUNNYA AL-QURAN DENGAN 7 HURUF

MATA KULIAH UMMUL QURAN


Dosen Pengampu : SITI SA'ADAH, MPd

DISUSUN OLEH :
 AHMAD YUSUF IBRAHIM
 ADI SUNTORO
 M FIKRI NUR IHSAN
 M SOLEHUL WILDAN

EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AN NUR LAMPUNG


TAHUN 2022

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan
komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan
unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu,
sehingga ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.
Sulit dibayangkan sekiranya umat Islam tidak memiliki al-Qur’an. Padahal ia adalah
umat terakhir, umat yang diutus Allah sebagai saksi atas perbuatan semua manusia, dan umat
terbaik yang rasulnya menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Atau sulit
dibayangkan sekiranya al-Qur’an yang ada di tangan umat ini bukan berasal dari ‘Tangan’
Zat yang maha mengetahui segala sesuatu yang gaib dan yang zahir.
Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw ternyata
bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti kandungan
makna dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas tujuh huruf (sab’ah ahruf) menjadi
polemik pengertiannya di kalangan ulama, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan
ahruf itu sendiri, dan korelasinya dengan cakupan mushaf Usman. Apabila orang arab
berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah itu. Dan ini
merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan
memahaminya

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf?
2. Apa saja perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf?
3. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf?
4. Apa saja hikmah turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf
2. Mengetahui perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf
3. Mengetahui dalil-dalil mengenai turunna Al-Qur’an dengan 7 huruf
4. Mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an dengan 7 huruf
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 Huruf


Orang Arab mempunyai aneka ragam lahjah (dialek) yang timbul dari fitrah mereka
dalam langgam, suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab sastra.
Setiap kabilah mempunyai irama tersendiri dalam mengucapkan kata kata yang tidak dimiliki
kabilah-kabilah lain. Namun kaum Quraisy mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan
bahasa mereka lebih unggul di antara cabang-cabang bahasa arab lainnya, yang antara lain
karena tugas mereka menjaga Baitullah, menjamu para jemaah Haji, memakmurkan Masjidil
Haram dan menguasai perdagangan.

Karena orang arab memiliki perbedaan dialek dalam pengungkapan sesuatu makna
dengan beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Raslu-
Nya menyempurnakan makna kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah
qira’ah pilihan di antara dialek-dialek itu. Dan ini merupakan saah satu sebab yang
memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.

Pada periode Mekkah, Al-Qur’an memakai satu huruf yaitu bahasa Quraisy. Oleh
karena itu Rasulullah dan para sahabat tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam
membaca dan memahami isi kandungan dalam Al-Quran. Namun, ketika Rasulullah dan para
sahabat hijrah ke Madinah, situasi dan kondisi telah berbeda jauh dengan apa yang ada di
Mekkah, di mana banyak orang berbondong-bondong masuk Islam dari berbagai kalangan
yang berbeda. Di antara mereka ada yang lanjut usia dan tidak mengerti baca tulis, sehingga
mendapat kesulitan dalam membaca Al-Quran yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada
periode Mekkah. Oleh karena itu, Di dalam Al-Qur’an terdapat salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang disebut Sab’atul Ahruf.

Di kalangan para pengkaji ilmu Al-Quran dan Al-Hadits, gagasan tentang pewahyuan
Al-Quran dalam tujuh huruf merupakan masalah yang rumit dan masih menjadi teka-teki
dalam sejarah Al-Quran.

Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-
Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, diantaranya adalah hadits berikut:
‫هلال‬
ُ @َ‫صل‬ ‫ َقال‬:‫ل‬ ‫ع َبّ@ا رضي هلال ْ هما أَ@َنّه‬ ‫عن اِ ْبن‬
‫ى‬ ‫رسول‬ ‫قَ ا‬ ‫ن‬ ‫س‬

‫ع‬
@‫راجعتُ@هُ@ فلَم أَ ل س ز ْي ُد@ ُه‬ ‫علَى‬ ‫رأَ@ نِ ي ج ْبر‬ ‫عَل ْيه وسَ@ل أَ ْق‬
‫ز أ ت‬ ‫حرف‬ ‫ْيل‬ :‫م‬
.‫ْنتَ@هى لى س ْبَعة أَ@حرف‬ ‫وَيز ْيدُ@ نِ ى حتَ@ّى‬
Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan
kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-menerus minta
tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari
Muslim).

‫ن ا علَى‬ َ
‫هذا ا ر‬ :‫صلَّى عَل وسلَ@ّم‬ ‫ثُ@م قَال رسول‬
‫ْنزل‬ َ‫ْلقُ ن أ‬ ‫هلال ْيه‬
.@ُ‫س ْبَعة اَ@حرف َفاق@رأُ@ ْوا ما تَ@َيس @ر م ْنه‬
Artinya: “Bersabda Rasul SAW: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka
bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Berdasarkan hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf.
2. Pada awalnya Al-Qur’an diturunkan dalam satu huruf.
3. Diturunkannya Al-Qur’an dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW. Meminta keringanan
dan kemudahan bagi umatnya.1[1]

B. Perbedaan Pendapat Ulama Seputar Pengertian Tujuh Huruf


Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan
yang bermacam macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, "Ahli ilmu berbeda pendapat
tentang arti kata tujuh huruf menjadi tiga puluh lima pendapat."2[2] Namun kebanyakan
pendapat itu bertumpang tindih. Berikut pendapat mereka :
1. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna. Dengan pengertian jika
bahasa mereka berbeda beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al Qur'an pun
diturunkan dengan jumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang
satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al Qur'an hanya mendatangkan satu lafazh
1[1] Taufiq, Sab’ah Al Ahruf Dalam Al-Qur’an

2[2] As Suyuthi berkata," Penafsiran Ulama' tentang makna Hadits ini tidak kurang dari empat puluh pendapat
(Al Itqan, 1/45)
atau lebih saja.Ketujuh bahasa Arab tersebut yaitu, Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yaman. Menurut Abu Hatim As Sijistani, Al Qur’an diturunkan dalam
bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Rabiah, Hawazin dan Sa’ad bin Abi Bakar.
2. Yang dimaksud tujuh huruf ialah tujuh macam bahasabahasa dari bahasa bahasa Arab yang
ada, yang mana dengannyalah Al Qur'an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata kata
dalam Al Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu
bahasa yang paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam
bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah,
Tamim dan Yaman, karena itu maka secara keseluruhan Al Qur'an mencakup ketujuh bahasa
tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya karena yang dimaksud dengan tujuh
huruf dalam pendapat ini adalah huruf yang bertebaran di berbagai surat Al Qur'an, bukan
tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
3. Sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi,
yaitu: amr (perintah), nahyu (larangan), wa'd (ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita),
dan matsal (perumpamaan).
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW bersabda :

‫ ك @ان الكت@ @اب األ @ول ي@ @نزل من ب@ @اب وا@حد وعلى‬: ‫عن ابن مس @عود@ عن الن @بي ص @لى هلال علي@ @ه وس @لم ق @ال‬
‫ زجر وامر وحال @ل وحرام‬: ‫حرف واحد ون@ @زل القران من بعة اب @ @واب على سبعة احرف‬
‫ومحكم ومشابه وامثال‬
Artinya : "Kitab umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al Qur'an
diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu ;zajr (larangan), amr, halal,
haram, muhkam, mutasyabihah, dan amtsal."3[3]
4. Segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah adalah
tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu :
a. Ikhtilaful Asma' (perbedaan kata benda), dalam bentuk mufrod, mudzakkar dan cabang
cabangnya, seperti tatsniyah, jamak dan ta'nits. Contoh dalam surat Al-Mukminun ayat 8

:‫و@الذين‬ ‫رعون وعهدهم ألمنتم هم‬. Dibaca dalam bentuk jamak dan dibaca pula dalam bentuk
mufrod.

3[3] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi.


b. Perbedaan dalam segi i'rab, seperti firman Allah SWT. ‫بشرا هذا ما‬ (Q.S. Yusuf : 31)
Jumhur membacanya dengan nashab, sebagaimana penduduk Hijaz, adapun Ibnu Mas'ud
membacanya dengan rafa sebagaimana penduduk Tamim.

c. Perbedaan dalam tashrif, seperti firman Allah. ‫(اسفارنا بين باعد ربنا ف@قالوا‬Q.S. Saba' ; 19)

ada yang menashabkan @‫ ربنا‬karena mudhof dan merafakan @‫ ربنا‬karena sebagai mubtada.
d. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta'hir (mengakhirkan) seperti firman

Allah. ‫ يأس أفلم‬dibaca ‫( يأيس أفلم‬Ar Ra'd:31).


e. Peredaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dangan huruf,

seperti ‫ننشزها@ كيف العظام إلى وانظر‬ diganti dengan ‫( ننشرها‬Al Baqarah: 159). Lafazh

dengan lafazh, seperti firman-Nya. ‫ المنفوش العهن كا‬diganti dengan ‫الصوف كا‬
‫( المنفوش‬Al Qari'ah: 5). Terkadang perbedaan makhraj, seperti ‫ منصود طلح‬dibaca
dengan ‫( منض@ود@ طلع‬Al Waqi'ah: 29).
f. Perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan. Dalam penambahan

misalnya: ‫( األنهار تحتها تجرى جنات لهم وأعد‬At Taubah:100), dibaca dengan

tambahan ‫من‬ yaitu : ‫األنهار تحتها من‬ keduanya merupakan qira'at mutawatir.

Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqsh), seperti, ‫( ولدا هلال اتخذا قالوا‬Al
Baqarah: 116), tanpa huruf wawu. Jumhur ulama membacanya ]4[4
.‫وقالوا‬ ‫ولدا هلال اتخذا‬
g. Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), fathah dan imalah,
idhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam dan lain lain. Seperti membaca imalah dan

tidak imalah seperti : ‫( موسى حديث أتاك هل‬Thaha: 9), yang dibaca dengan

mengimalahkan kata ‫ أتى‬dan ‫موسى‬.


h. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan secara
harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan menurut kebiasaan
orang Arab.
i. Ada juga ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah
qira'at sab'ah.

4[4] Dengan tambahan huruf wawu di depan. (Edt.)


Mengenai pendapat satu ini, maka dapat dijawab: Al Qur'an itu bukanlah qira'at, Al
Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti risalah
dan mukjizat. Adapun qira'at adalah perbedaan cara mengucapkan lafazh lafazh wahyu
tersebut, seperti meringankan (takhfif), memberatkan (tatsqil), membaca panjang (mad) dan
sebagainya. Berkata Abu Syamah, "Suatu kaum mengira bahwa qira'at tujuh yang ada
sekarang ini itulah yang dimaksudkan dengan tujuh huruf dalam hadits. Asumsi ini sangat
bertentangan dengan kesepakatan ahli ilmu. Juga anggapan seperti itu adalah anggapan orang
orang yang tidak mengerti."5[5]
Lebih lanjut Ath Thabari mengatakan,"Adapun perbedaan bacaan seperti
merafa'kan sesuatu huruf, menjarkan, menashabkan, mensukunkan, memberi harakat dan
memindahkannya ke tempat lain dalam bentuk yang sama, tidak termasuk pengertian ucapan
Nabi, "Aku diperintahkan untuk membaca Al Qur'an dengan tujuh huruf." Sebab
sebagaimana diketahui, tidak ada satu huruf pun dari huruf huruf Al Qur'an –bagaimanapun
perbedaan bacaannya menurut pengertian ini -, menyebabkan seseorang dipandang kafir
karena meragukannya.
Tampaknya, mereka terjebak salah paham tentang bilangan tujuh, sehingga
permasalahannya menjadi kabur bagi mereka. Dalam hal ini Ibnu Umar berkomentar,"Orang
yang menginterpretasikan kata sab'ah dalam hadits ini dengan qira'at tujuh, telah melakukan
apa yang tidak sepantasnya dilakukan dan membuat kekaburan bagi orang awam, dengan
mengesankan pada setiap orang yang berwawasan sempit bahwa berbagai macam qira'at
itulah yang dimaksud oleh hadits. Andaikata qira'at yang masyhur itu kurang dari tujuh atau
lebih, tentu kekaburan dan kesalahan ini tidak perlu terjadi."
Pendapat terkuat dari semua pendapat tersebut adaalah pendapat pertama, yang
mengatakan bahwa tujuh huruf yang dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa

bahasa Arab dalam mengungkapkan satu makna yang sama, misalnya: ‫ هلم‬-‫ تعال‬-‫اقبل‬
-
‫عجل‬- ‫اسرع‬ Lafazh lafazh yang berbeda ini digunakan untuk menunjuk pada satu makna.
Pendapat ini dipilih oleh Sufyan bin Uyanah, Ibnu Jarir, Ibnu Wahab, dan lainnya. Dalil
pendapat ini ialah apa yang terdapat dalam hadits Abu Bakrah yang menyebutkan,
bahwasanya Jibril berkata "Hai Muhammad, bacalah Al Qur'an dengan satu huruf." Lalu
Mikail berkata "Tambahkanlah." Jibril berkata lagi, "Dengan dua huruf." Jibril terus
menambahnya hingga sampai enam atau tujuh huruf. Lalu ia berkata "Semua itu obat

5[5] Lihat Al Itqan, 1/20.


penawar yang memadai, selama ayat adzab tidak ditutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat
tidak ditutup dengan ayat adzab. Seperti kata kata halumma, ta'ala, aqbil, idzhab, asra'a, dan
'ajala."6[6]
Pendapat pertama ini didukung pula oleh banyak hadits yakni mengenai kisah Umar
bin Khathab diantaranya............"Hai Umar, Al-Qur'an itu seluruhnya adalah benar, selama
ayat rahmat tidak dijadikan ayat adzab atau ayat adzab dijadikan rahmat,"7[7]

C. Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf


1. Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan hadits dari Ibnu
Abbas r.a. bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an
kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku
meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai dengan tujuh huruf. (Hadits Bukhari
Muslim dan lainnya) Imam muslim menambahkan, “Ibnu Syihab mengatakan, “Telah sampai
berita kepadaku bahwa tujuh huruf itu untuk suatu perkara yang tidak diperselisihkan halal
haramnya”.

2. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan yang lafalnya dari Bukhari bahwa Umar bin
Khattab r.a. berkata, “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa
hidupnya Rasulullah SAW aku mendengar bacaannya mengandung beberapa huruf yang
belum pernah dibacakan oleh Rasulullah SAW kepadaku sehingga aku hampir saja beranjak
dari shalatku, namun aku menunggunya sampai salam. Setelah salam, aku menarik sorbannya
dan bertanya, “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?” Ia menjawab, “Rasulullah yang
membacakannya kepadaku”, Aku menyela, “Engkau telah berdusta, Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau
baca ini”. Setelah itu, aku mengajaknya untuk menghadap Rasulullah SAW lalu aku
bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, aku telah mendengar lelaki ini membaca surat Al-
Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan
engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqanini kepadaku”. Rasulullah SAW
menjawab, “Hai Umar! Lepaskan dia”. Bacalah surat tersebut, wahai Hisyam!” kemudian ia

6[6] HR. Ahmad dan Ath Thabarani, dengan sanad yang bagus. Dan ini adalah redaksi Ahmad.

7[7] HR. Ahmad dengan isnad yang para perawinya dapat dipercaya dan dikeluarkan pula oleh Ath
Thabari
membacakan bacaan yang tadi aku dengar. Rasul SAW bersabda, “Begitulah surat itu
diturunkan”, sambil sabdanya, “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka
bacalah yang paling mudah!” (Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad,
dan Ibnu Jarir). Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan
pula bacaan Umar r.a. kemudian beliau bersabda, “Begitulah bacaan itu diturunkan”.

3. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata, “Ketika aku
berada di masjid, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki. Kemudian ia shalat dan membaca
bacaan yang aku ingkari. Setelah itu, masuk lagi lelaki lain yang membaca berbeda dengan
bacaan lelaki yang pertama. Setelah kami selesai shalat, kami masuk ke rumah Rasulullah
SAW, lalu aku bercerita bahwa, “si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan lelaki
yang satunya lagi membaca berbeda dengan bacaan lelaki yang pertama”. Kemudian
Rasulullah SAW memerintahkan keduanya untuk membaca. Setelah mereka membaca,
Rasulullah menganggap baik bacaan mereka. Setelah menyaksikan hal itu terhapuslah dalam
diriku sikap untuk mendustakan. Imam Qurtubi berkata, “Denyutan hati ini (dalam jiwa
Ubay) adalah akibat dari sabda Rasulullah SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya,
“Bahwasanya kami mendapatkan sesuatu dalam diri kami, ketika seseorang merasa berat
sekali untuk mengatakannya. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah sudah kalian temui
jawabannya?” “Ya” jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah iman yang jelas”.
(H.R. Muslim)

4. Al-Hafiz Abu Ya’la dalam musnad kabirnya meriwayatkan bahwa pada suatu hari Usman
r.a. berkata di atas mimbar, “Aku sebut nama Allah ketika teringat seorang laki-laki yang
mendengar Rasulullah berkata, Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf yang
kesemuanya tegas lagi sempurna”. Ketika Umar berdiri, hadirin pun berdiri sehingga tidak
terhitung dan mereka menyaksikan pula Rasulullah SAW bersabda, “Al-Qur’an diturunkan
dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap”. Kemudian Usman r.a. berkata,
“Saya menyaksikannya bersama mereka”.

5. Imam Muslim dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika
berada di oase Bani Ghaffar didatangi Malaikat Jibril .s. Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah
telah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf”.
Nabi menjawab, “Aku meminta kepada Allah ampunan dan maghfirahnya sebab umatku
tidak mampu menjalankan perintah itu”. Kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya, seraya
berkata, “Allah telah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an dengan dua huruf”.
Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan dan maghfirah kepada Allah, karena umatku tidak
kuat menjalankannya”. Jibril datang lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Allah SWT
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf”. Nabi
menjawab, “Aku meminta ampunan dan maghfirah kepada Allah, sebab umatku tidak
sanggup mengerjakannya”. Jibril datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata, “Kau
telah diperintahkan Allah untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf
dan huruf mana saja yang mereka baca berarti benar”. (Hadits Riwayat Muslim).

6. At-Turmuzi juga meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan, “Rasulullah SAW
berjumpa dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata, “Kemudian Rasul berkata
kepada Jibril bahwa beliau diutus untuk ummat yangummi (tidak bisa menulis dan membaca).
Di antaranya ada yang kakek-kakek, nenek-nenek, dan anak-anak”. Jibril menjawab,
“Perintahkan membaca Al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Imam Turmuzi mengatakan, “Hadits
ini hasan lagi sahih”. Dalam suatu lafal lain disebutkan, “Barang siapa membacanya dengan
satu huruf saja berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca”. Dituturkan dalam lafal
Huzaefah, “Kemudian aku berkata, “Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk umat yang
ummiyah di dalamnya terdapat orang laki-laki, perempuan, kanak-kanak, pelayan (babu), dan
kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali”. Jibril berkata, “Bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan tujuh huruf.

7. Imam Ahmad mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula Amar bin Ash dari
Amr, bahwa ada seseorang yang membaca satu ayat Al-Qur’an. Kemudian Amr berkata
kepadanya, “Sebenarnya ayat itu begini dan begini. Setelah itu, ia mengatakan hal itu kepada
Rasulullah SAW, beliau menjawab, “Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh
huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan jangan kalian saling meragukan”.

8. At-Tabari dan At-Tabrani meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata, “Seseorang
menghadap Rasul SAW lalu berkata, “Ibnu Mas’ud telah membacakan sebuah surat
kepadaku seperti yang telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula kepadaku
Ubay bin Ka’ab. Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa yang saya
ambil?”. Rasulullah terdiam, sedangkan Ali berada di sampingnya, kemudian Ali berkata,
“Setiap orang di antara kalian hendaklah membaca menurut pengetahuannya, karena
kesemuannya baik lagi indah”.
9. Ibnu Jarir At-Tabari mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, “Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah
semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri zikir rahmat dengan
azab atau zikir azab dengan rahmat”.8[8]

D. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf


Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (ahruf sab’ah) dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang setiap kabilahnya
mempunyai dialek masing-masing, dan belum terbiasa menghafal syariat, apalagi
mentradisikannya.

2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi kebahasaan orang arab. Al-Qur’an banyak mempunyai
pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah
menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan
huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama naluri mereka dan lahjah kaumnya, tanpa
mengganggu kemukjzatan Al-Qur’an yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka.

3. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab, perubahan


bentuk lafazh pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat
disimpulkan berbagai hokum dari padanya. Hal inilah yang menyebabkan Al-Qur’an relevan
untuk setiap masa. Oleh karena itu, para fuqaha dalam istimbat dan ijtihadnya berhujjah
dengan qira’at tujuh huruf ini.9[9]

8[8] Kajad Al Hikmah Kajen, Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf

9[9] Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-
Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab)
mengenai satu makna.
2. Banyak ulama yang berpendapat tentang seputar turunnya Al-Qur’an dalam tujuh huruf
3. Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
a. Hadits Bukhari dan Muslim tentang Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku
mengulanginya,senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai dengan
tujuh huruf.
b. Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir, Tentang Umar
bin Khattab r.a mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan yang beberapa
huruf belum ia dengar di masa hidupnya Rasulullah SAW.
c. (H.R. Muslim) tentang Ubay bin Ka’ab mendengar bacaan sholat beberapa laki-laki dengan
bacaan yang berbeda-beda.
4. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
a. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi.
b. Bukti kemukjizatan Al-Quran bagi kebahasaan orang Arab.
c. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai