SAB’ATU AHRUF
Dosen Pengampu : Ibu Mufida Ulfa, M.TH.I
Disusun Oleh:
Muhammad David Mubarok (212104010032)
Maula Nabila Mahrus (212104010012)
Rahmat Hidayatul Haqiqi (212104010014)
Lutfina Muzayyanah (212104010007)
2022
Kata Pengantar
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tajwid. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perbedaan pandangan para ulama
tentang makna sab’atu ahruf bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mufida Ulfa,
M.TH.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tajwid. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 7
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi, yang diturunkan kepada Nabi
Muẖammad saw. sebagai petunjuk bagi umat manusia serta pembeda antara yang
ẖaqq dan yang bâthil. Ia adalah mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah
kepada nabi-Nya. Salah satu bukti kemukjizatan tersebut di antaranya adalah
bahwa hingga kini, ia selalu menjadi bahan pembahasan yang menarik, bahkan
sangat dibutuhkan demi mengungkap petunjuk demi petunjuk yang
dikandungnya. Al-Qur’an terus-menerus dibaca dan dikaji. Buku-buku yang
membahas tentang al-Qur’an dari berbagai sisi selalu bermunculan, menunjukkan
bahwa apa yang bisa digali dari al-Qur’an itu tidak pernah ada habisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sab’atu ahruf
2. Apa dalil diturunkannya Al-Quran dengan sab’atu ahruf
3. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama’ mengenai sab’atu ahruf
4. Apa hikmah dari diturunkannya Al-Quran dengan sab’atu ahruf
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian sab’atu ahruf
2. Untuk mengetahui dalil diturunkannya Al-Quran dengan sab’atu ahruf
3. Untuk mengetahui perbedaan pendapat diantara para ulama tentang
sab’atu ahruf
4. Untuk mengetahui hikmah diturunkannya Al-Quran dengan sab’aatu ahruf
BAB II PEMBAHASAN
ُل َعلَىE َرَأنِ ْي ِجب ِْر ْيE َأ ْق:لَّ َمE ِه َو َسEلَّى هللاُ َعلَ ْيEص
َ ِوْ ُل هللاE قَا َل َر ُس:ض َي هللاُ َع ْنهُ َما َأنَّهُ قَا َل ٍ ع َْن اِب ِْن َعبَّا
ِ س َر
ٍ لى َس ْب َع ِة َأحْ ر
ُف َ ف فَ َرا َج ْعتُهُ فَلَ ْم َأ َزلْ َأ ْست َِز ْي ُدهُ َويَ ِز ْي ُدنِى َحتَّى اِ ْنتَهَى ِإ
ٍ ْ َحر.
1
al-Aẖruf as-Sab’ah wa al-Qirâ’ât wa Mâ Utsîra H̲ aulahâ min Syubuhât, hlm. 14.
2
Al-Mathrûdî, al-Aẖruf al-Qur’âniyah as-Sab’ah, hlm. 11.
kepadanya, maka aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku
hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari Muslim).
Kedua, Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubai bin Ka’ab,
bahwa sesungguhnya Rasulullah berada di danau Bani Ghaffar, dia
bersabda:Jibril telah datang kepadanya seraya berkata; “Sesungguhnya Allah
telah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan
satu huruf”. Lalu Rasulullah bersabda: “Aku mohon keselamatan dan ampunan-
Nya, sebab umatku tidak sanggup demikian”. “Sesungguhnya Allah
memerintahkan agar engkau membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan
dua huruf”. Nabi Saw. bersabda: “Kumohon keselamatan dan ampunan kepada
Allah. Sesumgguhmya umatku tidak akan kuat demikian”. Lalu Jibril datang
kepada beliau untuk ketiga kali, dia berkata: “Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga
huruf”. Rasulullah bersabda: “Aku mohon kepada Allah keselamatan dan
ampuna-Nya. Sesungguhnya umatku tidak mampu demikian”. Kemudian Jibril
datang kepada beliau keempat kalinya dan berkata kepada beliau:
“Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu agar membacakan Al-
Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf manapun mereka baca,
sungguh mereka benar.
Ketiga, Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Qais maula
Amr bin Ash dari Amr bahwa seorang laki-laki membaca suatu ayat dari Al-
Qur’an. Lalu Amr berkata kepadanya: “Mestinya itu hanya demikian dan
demikian”. Kemudian hal itu dikemukakan kepada Nabi, laul beliau bersabda:
“sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Yang manapun
engkau baca, engkau benar. Maka janganlah engkau saling mengecam’.
Al-Mursi berkata, ”Sebagian besar dari orang awam mengira bahwa yang
dimaksud dengan ‘tujuh huruf ’ itu adalah ‘qira’ah sab’ah’, dan anggapan ini
merupakan kebodohan yang buruk.” 3
1) Untuk memudahkan bacaan dan hafalanbagi bangsa yang ummi (tidak bisa baca
tulis) yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum
terbiasa menghafal syari’at, apalagi mentradisikannya.
2) Bukti kemu’jizatan al-Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang
Arab. Al-Qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding
dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa
orang-orang Arab, sehingga setiap orang Arab telah mengalunkan huruf-huruf
dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka
dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan al-Qur’an dengan mu’jizat yang
ditantangkan Rasulullah kepada mereka, dan mereka tidak mampu menghadapi
3
Al-Itqon Fii Ulumil Quran, hal:206-208
tantangan itu. Sekalipun demikian, kemu’jizatan itu bukan terhadap bahasa
melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
4
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an..., hlm. 245-246.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Sab’atu” dalam bahasa Arab memilki makna tujuh. Dalam kerangka
etimologi, para ulama berpendapat bahwa kata “tujuh” adalah arti tujuh yang
sebenarnya, dan bukan arti kiasan. Adapun pengertian “Al-Ahruf” adalah huruf-
huruf, ia merupakan bentuk bentuk jamak dari lafal “Harfun”. Di dalam kamus
Muthahar, pengertian “Harfun” adalah huruf, mata pisau, pinggir batas, tepi.
Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, tidak
bisa baca tulis.
Bukti kemukjizatan Al-Quran bagi naluri atau watak kebahasaan orang
Arab.
Kemukjizatan Al-Quran dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat mempelajari tentang
Sab’atu Ahruf (Tujuh Huruf). Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan
sehingga memerlukan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
kebaikan dalam makalah ini.
Daftar Pustaka
Manna', S. (April, 2006). Pengantar Studi Ilmu Al-Quran . Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.
Syuyuthi, I. (Januari 2008). Al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Surakarta: Penerbit Indiva Media
Kreasi.