Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TURUNNYA AL – QUR’AN DALAM TUJUH HURUF

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Studi Al – Qur’an dan Tafsir Historis

Dosen Pengampu : Muhammad Faiz, Lc., M.A.

Oleh :

1. Muammar Gaddafi (224104040002)


2. Isna Muslihatul Ahadiyah (222104040020)
3. Muhammad Saiful (222104040017)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ Turunnya Al- Qur’an dalam Tujuh Huruf”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Studi Al- Quran dan Tafsir Historis. Selain itu, bertujuan untuk
menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan 7 huruf, makna serta hikmahnya.

Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muhammad Faiz Lc.,
M.A selaku dosen mata kuliah Studi Al- Quran dan Tafsir Historis. Berkat tugas ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Jember, 9 September 2022


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…
Latar Belakang 1.1
Rumusan Masalah 1.2
Tujuan 1.3

BAB II PEMBAHASAN

Turunnya Al – Quran dalam 7 huruf 2.1


Makna 7 huruf dalam hadist Nabi tentang 7 huruf 2.2
Hikmah di balik turunnya Al- Qur’an dengan 7 huruf 2.3

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 3.1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al – Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW melalui perantara malaikat Jibril disampaikan dengan cara mutawattir. Al
Quran menjadi pedoman hidup untuk umat muslim didunia. Al- Qur’an diturunkan
ditengah - tengah bangsa Arab yang memiliki banyak kabilah dan suku. Setiap
kabilah memiliki lahjah (dialek) yang berbeda baik dari pengucapan, nada, dan
penulisan. Oleh karena perbedaan dan keragaman dialek-dialek bangsa Arab
tersebut, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
akan menjadi lebih sempurna kemukjizatannya apabila ia dapat menampung berbagai
dialek dan macam-macam cara membaca Al-Qur’an sehingga memudahkan mereka
untuk membaca, menghafal dan memahaminya.
Dengan demikian, Al- Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf merupakan
sebagai wujud dari kesempurnaan kemukjizatan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an itu
tidak hanya diturunkan dalam satu huruf, bahkan sampai tujuh huruf. Hal tersebut
merupakan sebagai akibat lahirnya bermacam-macam bacaan terhadap Al-Qur’an
yang dikenal dengan bacaan Qiraat. Bacaan Qiraat tersebut ada diantaranya adalah
Qiraat sab’ah. Dari itu muncul kekeliruan pemahaman diantara para Ulama yang
beranggapan bahwa Ahruf Sab’ah adalah Qiraat Sab’ah. Agar pemahaman terhadap
Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf tersebut dalam kajian ini akan dijelaskan
makna Ahruf Sab’ah (tujuh Huruf) dan hikmah diturunkan Al-Qur’an dalam tujuh
huruf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Al – Quran diturunkan dengan 7 huruf?
2. Apa saja makna huruf dalam hadist Nabi tentang tujuh huruf?
3. Apa hikmah di balik turunnya Al- Qur’an dengan 7 huruf?

C. Tujuan
Menginformasikan, menganalisis dan Al – Qur’an diturunkan 7 huruf dan
menjelaskan kepada pembaca untuk ikut berpikir secara kritis tentang ide atau topik
yang dibahas dalam makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Turunnya Al – Quran dalam 7 huruf

Tujuh Huruf merupakan makna dari Ahruf Sab’ah. Kata Ahruf adalah jamak
dari kata harf, dalam bahasa indonesia di artikan dengan kata huruf. Sementara
dalam bahasa Arab kata harf adalah lafaz yang musytarak (mempunyai banyak
arti). Sesuai dengan penggunaannya kata harf dapat diartikan sebagai pinggir dari
sesuatu, puncak, unta yang kurus, satu huruf ejaan, salah satu huruf Hijaiyah,
makna, saluran air, wajah, kata, bahasa, dan lain sebagainya. Sedangkan kata
Sab’u dalam bahasa Arab berarti bilangan tujuh atau dapat juga diartikan dengan
tidak terbatas. Dengan demikian, Ahruf Sab’ah dapat diartikan dengan tujuh
bahasa, tujuh Ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh bentuk dan lain
sebagainya.

2.2 Makna huruf dalam hadist Nabi tentang tujuh huruf

ُ ‫ فقُ ْل‬،‫ف واح ٍد‬


ِّ‫ َرب‬:‫ت‬ َ ‫ قال لِي َرسُو ُل هللا‬:‫عن ُأبَّي بن َك ْعب قال‬
ٍ ْ‫ ِإ َّن هللاَ َأ َم َرنِي َأ ْن َأ ْق َرَأ ْالقُرْ َأنَ َعلَى َحر‬:‫صلّى هللا عليه و سلم‬

ٍ ‫ فََأ َم َرنِي َأ ْن َأ ْق َرَأهُ َعلَى َس ْب َعة َأحْ ر‬.‫ف ع َْن ُأ َّمتِي‬


‫ُف ِم ْن َس ْب َع ِة‬ ُ ‫ فَقُ ْل‬،‫ ِإ ْق َرْأهُ َعلَى َحرْ فَ ْي ِن‬:‫ فَقَا َل‬،‫ فََأ َم َرنِي‬،‫ف ع َْن ُأ َّمتِي‬
ْ ِّ‫ َربِّ َخف‬:‫ت‬ ْ ِّ‫خَ ف‬

ٌ ‫ ُكلُّهَا َش‬.‫ب ْال َجنَّ ِة‬


ٌ ‫اف َك‬
‫اف‬ ِ ‫َأب َْوا‬

Dari Ubai bin Ka’b, ia berkata; “Rasulullah Saw berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya
Allah memerintahkan aku agar membaca al-Quran dengan satu huruf.’ Lalu aku
berkata; ‘Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku.’ Kemudian Allah
memerintahkan kepadaku, ‘Bacalah dengan dua huruf.’ Maka aku pun berkata lagi,
‘Wahai Tuhanku, ringankanlah umatku.’ Maka Allah pun memerintahkanku, ‘Bacalah
dengan tujuh huruf dari tujuh pintu surga. Semuanya obat penawar nan memadai.”
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan makna tujuh huruf tersebut dengan
perbedaan yang beragam. Ibn Hayyan, sebagaimana dikutip al-Qattan
dalam Mabahits (2013) menyebutkan setidaknya ada tiga puluh lima pendapat. Berbeda
dengan Ibn Hayyan, al-Suyuthi dalam al-Itqan (2008) menyebutkan, bahkan tidak
kurang dari empat puluh pendapat. Dan salah satunya adalah pendapat Abu Muhammad
Abdillah bin Qutaibah, atau yang masyhur kita sebut Ibn Qutaibah.

Sehingga Ibnu Hayyan rahimahullah mengatakan:”Ahli Ilmu berbeda pendapat tentang


arti kata tujuh huruf ini menjadi tiga puluh lima pendapat.” Namun kebanyakan
pendapat-pendapat itu saling tumpang tindih. Di sini ada beberapa pendapat yaitu:
1. Pendapat Pertama
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah
tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna; dengan pengertian
jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Qur'an pun
diturunkan dengan sejumlah lafal sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna
yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Qur'an hanya mendatangkan satu
lafaz atau lebih saja. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Huzail,
Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman.
Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama seperti : Abu 'Ubaid Al Qosim bin Sallam
dan Ibnu 'Athiyyah (Abu Bakr bin 'Abdurrahman bin Ghalib Al Ghornathi, Imam Hafizh,
Pakar Rijaul Hadits, Ahli Tajwid. Hidup 441 - 518 H.)

2. Pendapat Kedua
Suatu hukum berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dengan nama Qur'an diturunkan, dengan
pengertian bahwa kata-kata dalam Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh
macam bahasa tadi. Yaitu bahasa paling fasih di antara kalangan bangsa arab. Pendapat
ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karena yang dimaksud dengan tujuh huruf
dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surah Qur'an. Bukan
tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
Menurut Abu 'Ubaid bahwa yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan
tujuh bahasa, tetapi tujuh bahasa yang bertebaran dalam Qur'an. Sebagiannya
bahasa Quraisy, sebagian yang lain bahasa Huzail, Hawazin, Yaman dan lain-lain. Dan
sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena dominan dalam Qur'an."
3. Pendapat Ketiga

Sebagian Ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
segi/sisi,yaitu amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’iid (ancaman),
jadal (debat), qashash (kisah), dan matsal (perumpamaan).
Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Kitab


umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf.. sedang al-Qur’an
diturunkan melalui tujuh pintu dan tujuh huruf, yaitu; zajr (larangan), amr, halal, haram,
muhkam, mutasyabih dan amtsal.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi)

4. Pendapat keempat

Bahwa yang dimaksud dengan makna Sab’atu Ahruf (tujuh huruf), Alqur’an
jika ditinjau dari segi tata bahasanya menyangkut tujuh hal, yaitu : perbedaan dalam
penulisan Mufrad, Tatsniah atau Jama’nya, perbedaan dalam I’rabnya (kedudukan
kalimatnya), perbedaan dalam Tashrifnya, perbedaan dalam menuliskan huruf atau
kalimat, perbedaan dalam penambahan atau pengurangan huruf, serta perbedaan
dalam Tajwid-nya.

5. Pendapat kelima
Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah:
tujuh macam hal yang di antaranya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu:

a. Ikhtilaful asma’(perbedaan kata benda):

Yaitu dalam bentuk mufrad (tunggal), muzakkar (laki)dan cabang-cabangnya,


seperti tasniyah, (double), jamak (plural) dan ta’nis (perempuan). Misalnya firman
Allah
َ‫َوالَّ ِذينَ هُ ْم أل َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون‬
(al-Mukminun:8)
Pada kata li amanatihin, bisa dibaca pendek pada huruf nun (li amanatihim) dengan
makna tunggal, yaitu satu amanah saja. Namun bisa juga dibaca dengan panjang
menjadi li amanaatihim dengan bentuk mufrad dan dibaca pula dengan bentuk jamak.
Sedangkan rasamnya (penulisannya) dalam bentuk mushaf adalah

: ‫أل َمانَتِ ِه ْم‬


Yang memungkinkan kedua qiraat itu dibaca, baik pendek atau pun panjang, karena
tidak adanya alif yang disukun. Tetapi kesimpulan akhir dari kedua macam qiraat itu
adalah sama. Sebab bacaan dengan bentuk jamak dimaksudkan untuk
arti istighraq (keseluruhan) yang menunjukkan jenis-jenisnya.
Sedang bacaan dengan bentuk mufrad, dimaksudkan untuk jenis yang menunjukkan
makna banyak. Yaitu semua jenis amanat yang mengandung bermacam-macam
amanat yang banyak jumlahnya.

b. Ikhtilaf fil i’rab atau Perbedaan dalam segi I’rab,

Seperti firman Allah:

‫ماهذا بشرا‬
Ini bukan manusia (QS. Yusuf:31)

Jumhur ulama Qiraaat membacanya dengan nasab (accusative) menjadi maa


hadzaa basyara, dengan alasan bahwa kata (‫ )ما‬berfungsi seperti kata (‫ )ليس‬dan ini
adalah bahasa penduduk hijaz yang dalam bahasa inilah Qur’an diturunkan Sedang
Ibn Mas’ud membacanya dengan rafa’ (nominatif) (‫ )ماهذا بش ُر‬menjadi maa hadza
basyarun, sesuai dengan bahasa Bani Tamim, karena mereka tidak memfungsikan (
‫ )ما‬seperti (‫)ليس‬.

c. Perbedaan Dalam Tasrif


Contohnya seperti di dalam firman Allah SWT berikut ini:

: ‫ربنا باعد بين أسفارنا‬


Ya tuhan kami, jauhkanlah perjalanan kami (QS. Saba’: 19),

Lafadz rabbana oleh sebagian ulama dibaca dengan menasabkan ‫ ربُّنا‬karena menjadi
munada’ mudhaf dan ‫باعد‬
ِ dibaca dengan bentuk perintah (fi’il amar).
Namun lafaz rabbana dibaca pula dengan tasrif yang berbeda menjadi rabbuna yang
statusnya rafa’. Kedudukannya bukansebagai munada tetapi sebagai mubtada’. Dan
kata ba’id berubah menjadi baa’ada. Dengan perbedaan pengucapan ini, maka
artinya berubah menjadi, "Tuhan kami menjauhkan kami dalam perjalanan."

6. Pendapat keenam
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf
adalah qira’at sab’ah (model bacaan yang tujuh).
2.3 Hikmah di balik turunnya Al- Qur’an dengan 7 huruf

Hikmah turunnya al-Qur’an dengan tujuh huruf bisa disimpulkan dalam beberapa perkara:

1. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang


masih umi (tidak bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah (suku)
dari mereka memiliki bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak terbiasa untuk
menghafal syar’iat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu sebagai kebiasaannya.
Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam beberapa hadits dengan bermacam-
macam redaksi.

Dari Ubay radhiyallahu 'anhu berkata:

ُ ‫ إني ب‬:‫لقي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم جبريل عند أحجار ال ِم َرا ِء فقال‬
‫ منهم الغال ُم والخاد ُم‬،‫ُعثت إلى أمة أ ِّميِّين‬

‫ فليقرأوا القرآن على سبعة أحرف‬:‫ فقال جبريل‬،‫والشيخ العا ِسي والعجوز‬

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan


Jibril 'alaihissalam di Ahajaril Miraa’ (sebuah daerah di Quba, di luar Madinah) lalu
beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata:”Sesungguhnya aku diutus (menjadi Nabi)
kepada kaum yang ummi, di antara mereka ada anak-anak, pembantu, lelaki tua dan
perempuan tua.” Maka Jibril 'alaihissalam berkata:”Maka boleh bagi mereka
membaca al-Qur’an dengan menggunakan tujuh huruf/dialek (sesuai dengan dialek
mereka agar mudah)” (HR. ath-Thabari dalam Tafsirnya, Ahmad dalam Musnadnya,
Abu Dawud ath-Thayalisi, at-Tirmidzi dan dinyatakan hasan shahih oleh beliau)

Hadits lain, yaitu sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:

ْ
‫خفف عن أ َّمتي‬ ٍ ْ‫ِإ َّن هَّللا َ أ ُمرُني َأ ْن َأ ْق َرَأ ْالقُرْ آنَ َعلَى َحر‬
‫ اللهم‬:‫ فقلت‬.‫ف‬

”Sesungguhnya Allah memerintahku untuk membaca al-Qur’an dengan satu huruf


(dialek). Lalu aku berkata:”Ya Allah berilah keringanan untuk ummatku.”
Dalam hadits yang lain, Jibril 'alaihissalam berkata:

َ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر‬


َ ُ‫ك َأ ْن تَ ْق َرَأ ُأ َّمت‬
َ‫ك ْالقُرْ آنَ َعلَى َحرْ ف‬

”Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada


umatmu dengan satu huruf.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ُ ‫« َأ ْسَأ ُل هَّللا َ ُم َعافَاتَهُ َو َم ْغفِ َرتَهُ َوِإ َّن ُأ َّمتِى الَ تُ ِطي‬
َ ِ‫ق َذل‬
»‫ك‬

”Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku merasa
berat melakukannya.”(HR. Muslim)

2. Kemukjizatan al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena bermacam-
macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an menjadikannya sebagai keberagaman yang
mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang di atasnya
fitrah bahasa di kalangan Arab berada. Sehingga setiap orang Arab mampu untuk
mengucapkannya dengan huruf-huruf dan kalimatnya sesuai dengan masing-masing
lahjah (logat) alami dan dialek kaumnya, namun dengan tetap terjaganya
kemukjizatan al-Qur’an yang dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menantang orang-orang Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-
Qur’an).

3. Menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an dalam makna dan hukum-hukumnya, karena


perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan kalimatnya menjadikan al-Qur’an
siap untuk diambil (disimpulkan) hukum-hukumnya, yang menjadikan al-Qur’an
cocok untuk semua zaman. Oleh sebab itu para ulama ahli fikih berdalil
dengan Qira’at Sab’ah (tujuh model bacaan) dalam ber-istinbath (menyimpulkan
hukum dari dalil) dan ijtihad mereka

4. Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-


kitab samawi yang lain, karena kitab-kitab tersebut diturunkan sekaligus dengan satu
huruf sedangkan al-Qur’an dengan tujuh huruf.

5. Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan oleh
Allah kepada ummat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah terhadap
mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari kitab-Nya dengan
kemudahan yang semaksimal mungkin.

6. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri
di atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan suku,
seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan bahasa yang susah untuk
berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang singkat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat banyak hadis dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-Qur'an
di turunkan dalam tujuh huruf (tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab) mengenai
satu makna. Banyak ulama' yang berpendapat mengenai turunya Al-Qur'an dalam tujuh
huruf.

Dalil-dalil diturunkanya Al-Qur'an dalam tujuh huruf :

a. Di riwayat kan dari Ibnu Mas'ud, nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:" kitab
terdahulu di turunkan dengan satu pintu dan satu huruf, sedangkan Al-Qur'an diturunkan
melalui tujuh pintu dengan tujuh huruf, yaitu; zajr(larangan), amr, halal, haram,
mutasyabih, dan amtsl." (hadist riwayat Al-Hakim dan al-Baihaqi)

b. Dari Ubay radiyallah 'uanhu berkata Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bertemu
dengan malaikat Jibril di Ahajaril Mira' (sebuah daerah di Quba, diluar madinah) lalu
beliau, Muhammad SAW berkata, "Sesungguhnya aku di utus (Menjadi Nabi) kepada
kaum yang ummi ,di antara mereka ada anak-anak, pembantu lelaki tua dan perempuan
tua."Maka Jibril alaihissalam berkata;"Maka boleh bagi mereka membaca Al-Qur'an
menggunakan tujuh huruf/dialek(sesuai dengan dialek mereka agar mudah)" (HR.
Thabari dalam tafsirnya, Ahmad dalam musnadnya, Abu Daud Ath-Tarmidzi dan
dinyatakan hasan shahih oleh beliau).

Hikmah turunnya Al-Qur'an dalam huruf :

 untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi.


 bukti kemukjizatan Al-Qur'an
 kemukjizatan Al-Qur'an dalam makna dan hukum-hukumnya
 mengetahui penjenjelasan tentang banyaknya rahmat yg di berikan kpd kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11914172/
AL_QURAN_DITURUNKAN_DENGAN_TUJUH_HURUF

http://jurnal.fai.umi.ac.id/index.php/islamicresources/article/view/89

https://tafsiralquran.id/makna-tujuh-huruf-sabatu-ahruf-dalam-qiraat-al-quran-menurut-ibn-
qutaibah/

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php


Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=200

https://digilib.uinsgd.ac.id/820/

http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=200

https://umma.id/post/al-quran-diturunkan-dengan-7-huruf-277233?lang=id#:~:text=Sedang
%20Qur'an%20diturunkan%20melalui,muhkam%2C%20mutasyabih%20dan
%20amsal.%22

https://wahdahmakassar.or.id/artikel/sesungguhnya-al-quran-diturunkan-diatas-7-huruf

( ‫ مباحث في علوم القرآن‬Syaikh Manna al-Qaththan, Maktabah Ma’arif Linasyr wat Tauzi’
Riyadh, hal 169-170 dengan tambahan dari http://uqu.edu.sa/page/ar/158765.
Diterjemahkan dan dipsoting oleh Abu Yusuf Sujono)

(Sumber: disadur dari “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an” Syaikh Manna al-Qaththan. Edisi
terjemahan, Pustaka al-Kautsar hal 196-200. Dipsoting oleh Abu Yusuf Sujono)

Anda mungkin juga menyukai