Oleh :
2022 - 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ Turunnya Al- Qur’an dalam Tujuh Huruf”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Studi Al- Quran dan Tafsir Historis. Selain itu, bertujuan untuk
menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan 7 huruf, makna serta hikmahnya.
Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muhammad Faiz Lc.,
M.A selaku dosen mata kuliah Studi Al- Quran dan Tafsir Historis. Berkat tugas ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…
Latar Belakang 1.1
Rumusan Masalah 1.2
Tujuan 1.3
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Al – Quran diturunkan dengan 7 huruf?
2. Apa saja makna huruf dalam hadist Nabi tentang tujuh huruf?
3. Apa hikmah di balik turunnya Al- Qur’an dengan 7 huruf?
C. Tujuan
Menginformasikan, menganalisis dan Al – Qur’an diturunkan 7 huruf dan
menjelaskan kepada pembaca untuk ikut berpikir secara kritis tentang ide atau topik
yang dibahas dalam makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuh Huruf merupakan makna dari Ahruf Sab’ah. Kata Ahruf adalah jamak
dari kata harf, dalam bahasa indonesia di artikan dengan kata huruf. Sementara
dalam bahasa Arab kata harf adalah lafaz yang musytarak (mempunyai banyak
arti). Sesuai dengan penggunaannya kata harf dapat diartikan sebagai pinggir dari
sesuatu, puncak, unta yang kurus, satu huruf ejaan, salah satu huruf Hijaiyah,
makna, saluran air, wajah, kata, bahasa, dan lain sebagainya. Sedangkan kata
Sab’u dalam bahasa Arab berarti bilangan tujuh atau dapat juga diartikan dengan
tidak terbatas. Dengan demikian, Ahruf Sab’ah dapat diartikan dengan tujuh
bahasa, tujuh Ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh bentuk dan lain
sebagainya.
Dari Ubai bin Ka’b, ia berkata; “Rasulullah Saw berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya
Allah memerintahkan aku agar membaca al-Quran dengan satu huruf.’ Lalu aku
berkata; ‘Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku.’ Kemudian Allah
memerintahkan kepadaku, ‘Bacalah dengan dua huruf.’ Maka aku pun berkata lagi,
‘Wahai Tuhanku, ringankanlah umatku.’ Maka Allah pun memerintahkanku, ‘Bacalah
dengan tujuh huruf dari tujuh pintu surga. Semuanya obat penawar nan memadai.”
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan makna tujuh huruf tersebut dengan
perbedaan yang beragam. Ibn Hayyan, sebagaimana dikutip al-Qattan
dalam Mabahits (2013) menyebutkan setidaknya ada tiga puluh lima pendapat. Berbeda
dengan Ibn Hayyan, al-Suyuthi dalam al-Itqan (2008) menyebutkan, bahkan tidak
kurang dari empat puluh pendapat. Dan salah satunya adalah pendapat Abu Muhammad
Abdillah bin Qutaibah, atau yang masyhur kita sebut Ibn Qutaibah.
2. Pendapat Kedua
Suatu hukum berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dengan nama Qur'an diturunkan, dengan
pengertian bahwa kata-kata dalam Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh
macam bahasa tadi. Yaitu bahasa paling fasih di antara kalangan bangsa arab. Pendapat
ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karena yang dimaksud dengan tujuh huruf
dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surah Qur'an. Bukan
tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
Menurut Abu 'Ubaid bahwa yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan
tujuh bahasa, tetapi tujuh bahasa yang bertebaran dalam Qur'an. Sebagiannya
bahasa Quraisy, sebagian yang lain bahasa Huzail, Hawazin, Yaman dan lain-lain. Dan
sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena dominan dalam Qur'an."
3. Pendapat Ketiga
Sebagian Ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
segi/sisi,yaitu amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’iid (ancaman),
jadal (debat), qashash (kisah), dan matsal (perumpamaan).
Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal.
4. Pendapat keempat
Bahwa yang dimaksud dengan makna Sab’atu Ahruf (tujuh huruf), Alqur’an
jika ditinjau dari segi tata bahasanya menyangkut tujuh hal, yaitu : perbedaan dalam
penulisan Mufrad, Tatsniah atau Jama’nya, perbedaan dalam I’rabnya (kedudukan
kalimatnya), perbedaan dalam Tashrifnya, perbedaan dalam menuliskan huruf atau
kalimat, perbedaan dalam penambahan atau pengurangan huruf, serta perbedaan
dalam Tajwid-nya.
5. Pendapat kelima
Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah:
tujuh macam hal yang di antaranya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu:
ماهذا بشرا
Ini bukan manusia (QS. Yusuf:31)
Lafadz rabbana oleh sebagian ulama dibaca dengan menasabkan ربُّناkarena menjadi
munada’ mudhaf dan باعد
ِ dibaca dengan bentuk perintah (fi’il amar).
Namun lafaz rabbana dibaca pula dengan tasrif yang berbeda menjadi rabbuna yang
statusnya rafa’. Kedudukannya bukansebagai munada tetapi sebagai mubtada’. Dan
kata ba’id berubah menjadi baa’ada. Dengan perbedaan pengucapan ini, maka
artinya berubah menjadi, "Tuhan kami menjauhkan kami dalam perjalanan."
6. Pendapat keenam
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf
adalah qira’at sab’ah (model bacaan yang tujuh).
2.3 Hikmah di balik turunnya Al- Qur’an dengan 7 huruf
Hikmah turunnya al-Qur’an dengan tujuh huruf bisa disimpulkan dalam beberapa perkara:
ُ إني ب:لقي رسول هللا صلى هللا عليه وسلم جبريل عند أحجار ال ِم َرا ِء فقال
منهم الغال ُم والخاد ُم،ُعثت إلى أمة أ ِّميِّين
فليقرأوا القرآن على سبعة أحرف: فقال جبريل،والشيخ العا ِسي والعجوز
ْ
خفف عن أ َّمتي ٍ ِْإ َّن هَّللا َ أ ُمرُني َأ ْن َأ ْق َرَأ ْالقُرْ آنَ َعلَى َحر
اللهم: فقلت.ف
ُ « َأ ْسَأ ُل هَّللا َ ُم َعافَاتَهُ َو َم ْغفِ َرتَهُ َوِإ َّن ُأ َّمتِى الَ تُ ِطي
َ ِق َذل
»ك
”Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku merasa
berat melakukannya.”(HR. Muslim)
2. Kemukjizatan al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena bermacam-
macamnya sisi susunan bunyi al-Qur’an menjadikannya sebagai keberagaman yang
mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang di atasnya
fitrah bahasa di kalangan Arab berada. Sehingga setiap orang Arab mampu untuk
mengucapkannya dengan huruf-huruf dan kalimatnya sesuai dengan masing-masing
lahjah (logat) alami dan dialek kaumnya, namun dengan tetap terjaganya
kemukjizatan al-Qur’an yang dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menantang orang-orang Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-
Qur’an).
5. Di dalam turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan oleh
Allah kepada ummat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah terhadap
mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari kitab-Nya dengan
kemudahan yang semaksimal mungkin.
6. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri
di atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan suku,
seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan bahasa yang susah untuk
berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang singkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat banyak hadis dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-Qur'an
di turunkan dalam tujuh huruf (tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab) mengenai
satu makna. Banyak ulama' yang berpendapat mengenai turunya Al-Qur'an dalam tujuh
huruf.
a. Di riwayat kan dari Ibnu Mas'ud, nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:" kitab
terdahulu di turunkan dengan satu pintu dan satu huruf, sedangkan Al-Qur'an diturunkan
melalui tujuh pintu dengan tujuh huruf, yaitu; zajr(larangan), amr, halal, haram,
mutasyabih, dan amtsl." (hadist riwayat Al-Hakim dan al-Baihaqi)
b. Dari Ubay radiyallah 'uanhu berkata Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bertemu
dengan malaikat Jibril di Ahajaril Mira' (sebuah daerah di Quba, diluar madinah) lalu
beliau, Muhammad SAW berkata, "Sesungguhnya aku di utus (Menjadi Nabi) kepada
kaum yang ummi ,di antara mereka ada anak-anak, pembantu lelaki tua dan perempuan
tua."Maka Jibril alaihissalam berkata;"Maka boleh bagi mereka membaca Al-Qur'an
menggunakan tujuh huruf/dialek(sesuai dengan dialek mereka agar mudah)" (HR.
Thabari dalam tafsirnya, Ahmad dalam musnadnya, Abu Daud Ath-Tarmidzi dan
dinyatakan hasan shahih oleh beliau).
https://www.academia.edu/11914172/
AL_QURAN_DITURUNKAN_DENGAN_TUJUH_HURUF
http://jurnal.fai.umi.ac.id/index.php/islamicresources/article/view/89
https://tafsiralquran.id/makna-tujuh-huruf-sabatu-ahruf-dalam-qiraat-al-quran-menurut-ibn-
qutaibah/
https://digilib.uinsgd.ac.id/820/
http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=200
https://umma.id/post/al-quran-diturunkan-dengan-7-huruf-277233?lang=id#:~:text=Sedang
%20Qur'an%20diturunkan%20melalui,muhkam%2C%20mutasyabih%20dan
%20amsal.%22
https://wahdahmakassar.or.id/artikel/sesungguhnya-al-quran-diturunkan-diatas-7-huruf
( مباحث في علوم القرآنSyaikh Manna al-Qaththan, Maktabah Ma’arif Linasyr wat Tauzi’
Riyadh, hal 169-170 dengan tambahan dari http://uqu.edu.sa/page/ar/158765.
Diterjemahkan dan dipsoting oleh Abu Yusuf Sujono)
(Sumber: disadur dari “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an” Syaikh Manna al-Qaththan. Edisi
terjemahan, Pustaka al-Kautsar hal 196-200. Dipsoting oleh Abu Yusuf Sujono)