Indonesia mempunyai penduduk berjumlah lebih dari dua ratus lima puluh
juta, dengan seribu seratus dua puluh delapan suku bangsa, lebih dari seribu tiga
ratus bahasa, serta salah satu negara kepulauan terbesar didunia dengan lebih dari
tiga belas ribu pulau yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut
menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat kaya akan budaya.
Salah satu budaya yang masih dipertimbangkan boleh atau tidak adanya
budaya tersebut untuk terus dibudayakan di negara ini adalah budaya karapan
sapi. Memang karapan sapi terdengar biasa, dengan sapi sebagai salah satu hewan
yang diperlombakan dalam sebuah arena perlombaan balapan.
Namun jikalau karapan sapi tidak diperkenankan oleh agama dan menjadi
salah satu budaya yang harus dihapuskan, akankah negara ini menjadi lebih baik?
setelah banyaknya budaya yag hilang bahkan ada sejumlah budaya yang diakui
oleh negara lain.
Akankah kita sebagai bangsa ini harus merelakan budaya ini menghilang
bahkan sampai direbut negara lain? Apakah tidak ada cara lain untuk mengubah
hilangnya budaya ini? Akankan agama menyarankan untuk menghapus sejumlah
budaya tanpa sejumlah alasan yang kuat? Hal tersebut akan berusaha penulis
jawab dalam essay ini.
Karapan sapi atau kerapan sapi adalah suatu istilah dalam bahasa Madura
yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Lahirnya
kerapan sapi di Madura dilatar belakangi oleh kondisi tanah pertanian yang luas di
Madura. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang
peliharaan seperti sapi dan kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara
ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi.
Budaya karapan sapi bagi masyarakat Madura adalah salah satu budaya
yang dijadikan sebagai pertunjukan pada pesta rakyat Madura dan sangat berperan
penting di berbagai bidang dalam kehidupan dan kebiasaan masyarakat Madura.
Contohnya dalam bidang ekonomi, menjadikan salah satu kesempatan bagi bagi
masyarakat Madura untuk berjualan dan memenuhi kebutuhan. Dalam bidang
seni, menjadikan budaya ini salah satu budaya yang memperlihatkan ciri khas
keindahan Indonesia yang dilihat dari peralatan dan musik pengiring budaya
karapan sapi. Oleh karena itu, budaya karapan sapi sangat berperan penting bagi
kehidupan dan kebiasaan masyarakat Madura.
138. Dan mereka mengatakan: "Inilah hewan ternak dan tanaman yang dilarang;
tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki", menurut anggapan
mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada
binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah waktu menyembelihnya,
Inilah yang
semata-mata menjadi kontroversi
membuat-buat di masyarakat,
kedustaan terhadap sebab Allah
Allah. Kelak dalamakan
persepektif
membalas
mereka terhadap apa yang selalu mereka ada-adakan.
Arti Kitab Fathul Qarib Bab Hukum Lomba Dan Melempar Senjata (Kompetisi)
Artinya :
Sah (boleh) menyelenggarakan lomba berkendaraan, dalam arti meliputi apa saja yang
pada dasarnya (asalnya) bisa dilombakan, misalnya kuda, unta, gajah, bigha, dan
khimar (demikian pendapat dalam Al-Adhar).
Berbeda dengan karapan sapi, adu domba, adu jago, tidak sah jika disertai dengan
uang taruhan, uang pengganti, dan yang serupa.
Berdasarkan Al-quran Surat Al-anaam ayat 138 di atas dapat kita katahui
bahwa surat ini terdapat makna yang berbunyi dan ada binatang ternak yang
diharamkan menungganginya, lain halnya dengan kitab Fathul Qarib di atas
mengenai bab hukum lomba dan melempar senjata (kompetisi) terdapat makna
yang berbunyi Kompetisi balapan diperbolehkan dengan hewan tunggang, yakni
kuda dan unta, (bigal, keledai dan gajah menurut qaul adzhar). Tidak
diperkenanankan kopetisi balapan sapi, adu kambing dan ayam, tidak sah jika
disertai dengan uang taruhan, uang pengganti atau sejenisnya. secara harfiah
berdasarkan kedua makna tersebut dapat ditarik simpulan bahwa karapan sapi
dilarang dalam agama karena terdapat unsur uang di dalamnya.
Inilah alasan agama melarang karapan sapi sebagai salah satu budaya,
karena adanya kegiatan yang disertai uang petaruh didalam budaya karapan sapi
(sejenis undian atau judi). Lain halnya jika tidak ada unsur uang didalamnya maka
dapat dipertimbangkan unsur mudlarat dan manfaatnya.
Budaya karapan sapi memang salah satu budaya yang sudah ada di
Indonesia sejak abad ke 13, perkembangan dan perubahan kian terjadi seiring
dengan berkembangnya teknologi dan masuknya budaya asing ke masyarakat
Indonesia, hal ini menciptakan banyaknya para oknum baik pemilik atau pemacu
rela melakukan penganiyaan demi sebuah gengsi dan prestasi. Namun banyak
kalangan masyarakat yang mengikuti atau menyaksikan perlombaan karapan sapi
tidak mengatuhi bahwa melakukan penyiksaan terhadap hewan khususnya sapi
karapan adalah perbuatan yang melanggar hukum.
Hal ini dapat diketahui berdasarkan pasal 302 KUHP ayat 1 dan 2 di atas,
dapat diketahui jika melakukan penganiyayaan terhadap hewan dapat dikenai
sanksi dan juga hukuman penjara. Oleh karena itu, sebaiknya ada tokoh
masyarakat ataupun pihak pemerintah yang ikut menyaksikan ataupun melakukan
pemeriksaan apakah ada tindak perilaku penganiayaan pada hewan karapan sapi,
dan terlebih lagi harus ada penyuluhan kepada masyarkat mengenai hukum yang
berlaku pada penyiksaan sapi karapan
1.5 Penutup
1. Simpulan :
Namun apakah kita rela begitu saja, budaya yang sudah menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia dihilangkan. Oleh karena itu, sebaiknya
jikalu kita cinta dengan budaya yang ada pada negara ini, kita harus bisa
menyadarkan oknum-oknum yang bisa merusak budaya ini, bagaimanapun
caranya.
2. Saran :
- Tidak hanya itu, harus ada kesadaran dari diri sendiri untuk
menghilangkan kebiasaan yang buruk seperti menyiksa hewan
khususnya sapi karapan pada masyarakat.
http://www.lontarmadura.com/sejarah-karapan-sapi/
https://sayyidherlan24.wordpress.com/2010/09/08/hukum-mengadu-hewan-
dalam-pandangan-islam/
BIODATA PENULIS