Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

AGAMA ISLAM
THAHARAH

NAMA :

1. Ahmad Kholisun Nawa (201601064)


2. Anesthasia Marseyolla P (201601066)
3. Anggita Dewi Saputri (201601067)
4. Faisal Abdilla (201601077)
5. Fivi Nurwatini (201601080)
6. Happy Yaistikka Audina (201601081)
7. Mei Diana Sarais (201601092)
8. Nanda Tri Syahputra (201601099)
9. Yesi Wulandari (201601120)

KELAS : 1 B ( SEMESTER I )

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Thaharah dengan baik. Shalawat serta salam kami
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat
beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.

Makalah ini dirancang agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


thaharah, mengetahui macam-macam najis, alat-alat thaharah, air untuk bersuci,
serta hadast, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta
masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan
makalah yang akan datang menjadi lebih baik.

Terima kasih

Ponorogo, 22 September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .......................................................................................... 1

Kata Pengantar ......................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

1.3 Tujuan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Thaharah ........................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Thaharah .............................................................. 7
2.1.2 Macam-macam Alat Thaharah .............................................. 8

2.2 Najis ................................................................................................. 9

2.2.1 Macam-macam Najis ............................................................. 9

2.2.2 Benda-benda yang Termasuk Najis ....................................... 12

2.3 Pengertian Kotoran .......................................................................... 13

2.4 Macam-macam Hadast .................................................................... 14

2.4.1 Hadast Kecil .......................................................................... 14

2.4.2 Hadast Besar ......................................................................... 15

2.4.3 Hal-hal Terlarang Bagi Orang Berhadast .............................. 16

2.5 Macam-macam Air .......................................................................... 17

2.6 Alat-alat Untuk Bersuci ................................................................... 18

2.7 Pengertian Wudlu ............................................................................ 18

3
2.7.1 Syarat dan Rukun Wudlu ...................................................... 18

2.7.2 Sunnah-sunnah Wudlu ........................................................... 19

2.8 Pengertian Istinja ............................................................................ 20

2.8.1 Cara Beristinja ...................................................................... 20

2.8.2 Syarat-syarat Istinja Dengan Batu/Benda Keras Lain ......... 20

2.8.3 Adab Buang Air .................................................................... 21

2.8.4 Doa Sebelum dan Sesudah Buang Air ................................. 21

2.9 Mandi ............................................................................................... 22

2.9.1 Pengertian Mandi ................................................................... 22

2.9.2 Sebab-sebab Wajib Mandi ..................................................... 22

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 25

3.2. Saran ................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam memilki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan


penyucian baik bersifat hissiyah (dapat diinderakan) maupun maknawi.
Sedangkan gama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat
yang melebihi islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan
kebersihan manusia, kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid
dan yang lainnya.

Hingga tersebar di kalangan kaum muslim dan tidak pada selain mereka
kata-kata nazhafatu min al-iman (kebersihan adalah sebagian dari iman).
Padahal para pemuka agama di abad pertengahan, seperti pendeta di barat
melakukan taqarrub kepada Allah SWT dengan cara yang kotor dan
menghindari menggunakan air. Hingga diantara mereka ada yang
mengatakan : semoga Allah memberikan rahmatnya pada sang pendeta
fulan, sebab dia telah hidup selama 50 tahun dengan tidak pernah membasuh
kedua kakinya.

Bagi orang-orang yang berilmu dari kalangan islam yang mampu


menggabungkan antara keshahihan teks dan kejelasan fakta, akan melihat
jelas bahwa kebaikan dan keburukan itu merupakan sesuatu yang bisa
ditangkap secara rasio melalui perbuatan-perbuatan, seperti sesuatu yang
indah dan jelek. Atau dalam suatu benda, seperti barang yang kotor dan
barang yang harun baunya. Sesungguhnya tidak diragukan bahwa seseorang
akan lebih cenderung memilih yang baik dan akan senantiasa menghindar
yang kotor. Hanya saja akal tidak mampu memberikan detailnya. Maka
datanglah syariat menerangkan detailnya dengan menerangkan posisinya
dalam rasio. Syariat memerintahkan untuk mengetahuninya, memerintahkan
menjauhkannya dan menyingkirkannya setelah melakukannya. Yang
demikian ini disebut dengan pembersihan (thatir) dan penyucian (tarkiyah).

5
Sedangkan penyucian yang berkenaan dengan sesuatu yang dimaklumi
adalah dengan taubat dan kaffarat dan yang dirasakan (mahsusat) adalah
dengan cara disucikan dengan air dan yang serupa dengannya.

Kemuliaan makhluk adalah karena kedekatannya dengan pencipta-Nya.


Oleh sebab itu, syariat memerintahkan agar seseorang menjauhkan dirinya
dari najis dalam segala kondisinya Allah mewajibkan untuk membersihkan
diri dalam semua hal saat dia akan menghadap Tuhannya seperti saat shalat.
Sebab shalat adalah puncak dari pendekatan diri kepada Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari Thaharah ?


1.2.2 Apa saja macam-macam alat Thaharah ?
1.2.3 Apa saja yang dapat menghalangi / membatalkan ibadah dan
Thaharah ?
1.2.4 Bagaimana tata cara Thaharah berdasarkan hadas dan najisnya ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari


Thaharah.
1.3.2 Agar mahasiswa mengetahui macam-macam alat Thaharah.
1.3.3 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa yang dapat
menghalangi / membatalkan ibadah dan Thaharah .
1.3.4 Agar mahasiswa mengetahui tata cara Thaharah berdasarkan hadas
dan najis

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Thaharah

2.1.1 Pengertian Thaharah

Thaharah dalam bahasa berarti bersuci. Menurut syarak, thaharah


adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari
najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.

Thaharah menepati kedudukan yang penting dalam ibadah.


Misalnya, setiap orang yang akan mengerjakan sholat dan tawaf
diwajibkan terlebih dahulu berthaharah. Seperti berwudhu, tayamum
atau mandi. Rasulullah saw. bersabda :

Allah tidak menerima salat yang tudak dengan bersuci. (H.R. an-
Nasai dari Abi al-Malih dari Ayahnya: 139)

Selain sabda Rasulullah saw. diatas, Allah SWT. berfirman :

Artinya : ...Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan


menyukai orang yang menyucikan diri. (Q.S. al-Baqarah/2: 222)

Apabila badan, tempat atau perlengkapan lain terkena najis,


hendaknya dibersihkan dengan baik. Orang Islam yang senantiasa
menjaga dirinya agar tetap bersih akan mendapat kesehatan dan akan
disenangi oleh sesamanya. Allah SWT. mencintai orag-orang yang
membersihkan diri serta lingkungannya.

7
Orang-orang yang suci adalah orang yang membersihkan dirinya
dari segala najis, hadas, dan kotoran. Secara garis besar, bersuci ada
dua macam, yaitu bersuci dari najis dan hadas.

Jika dilihat dari sifat dan pembaginnya, bersuci dapat dibedakan


menjadi 2 bagian,yaitu bersuci lahiriah dan batiniah

a. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh bersuci yang bersifat lahiriah adalah


membersihkan badan, tempat tinggal, dan lingkungan dari segala
bentuk kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan
bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.

Bersuci dari najis adalah berusaha untuk membersihkan segala


bentuk kotoran yang melekat pada badan atau tempat yang
didiami.cara membersihkannya disesuaikan dengan bentuk atau
jenis kotoran yang akan dihilangkan, seperti di basuh sampai
hilang rasa, bau, dan warna.

Bersuci dari hadas adalah menghilangkan atau membersihkan


hadas dengan cara berwudhu atau mandi.cara menbersihkannya di
sesuaikan dengan jenis hadas yang akan di bersihkannya.

b. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah menbersihkan jiwa dari kotoran batin


berupa dosa dan perbuatan maksiat, seperti syirik, takabur, dan
riya. Cara membersihkan sifat atau perbuatan tercela ini adalah
dengan bertobat kepada allahswt.,tidak mengulanginperbuatan
tercela tersebut serta menggantinya dengan perbuatan terpuji,

2.1.2 Macam-macam Thaharah

Hanya airkah yang dapat digunakan untuk bersuci? Bagaimanakah


jika di suatu tempat sulit ditemukan air? dalam hal ini, islam tetap

8
memberi kemudahan alat atau benda yang dapat digunan untuk
bersuci menurt islam ada 2 macam, yakni benda padat dan benda cair.

a. Benda padat

Benda padat yang di maksud adalah batu, pecahan genting,


batu merah, kertas, daun, dan kayu. Semua benda tersebut harus
dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang
pemakaian benda benda tersebut apabila masih di pakai, misalnya
buku yang masih di gunakan, kertas yang akan di pakai, dan batu
merah yang akan di pasang.

b. Benda cair

Benda cair yang boleh di gunakan adalah air. Air ada yang
boleh di gunakan untuk bersuci, ada pula yang tidak boleh atau
tidah sah untuk bersuci.air yang dapat dipakai untuk bersuci,
diantaranya air mutlak.air mutlak adalah air yang tidak tercampuri
oleh suatu apapun dari najis, missal air sumur, air mata air, air
sungai, air laut, dan air salju.

2.2 Najis

Kata najis berasal dari bahasa arab : artinya najis. Najis menurut
istilah syariat Islam adalah suatu benda yang kotor yang mencegah sahnya
mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci, seperti
shalat, thawaf dll.

2.2.1 Macam-macam Najis

a. Dalam ajaran islam, najis dibagi menjadi 3 macam, yaitu najis


mugallazhah, mukhaffafah, dan mutawasitah.

1) Najis Berat (Mughalladhah)

9
Najis berat adalah suatu materi (benda) yang kenajisannya
di tetapkkan berdasarkan dalil yang pasti (qati). Yang
termasyk dalam kelompok ini adalah najis yang berasal dari
anjing dan babi. Cara mensucikannya adalah menghilangkan
terlebih dahulu wujud benda najis itu, kemudian di cuci dengan
air bersih sebanyak 7 kali dan salah satunya dengan tanah .
Rasulullah SAW. Bersabda:

Cara menyucikan bejana seseorang di antara kamu apabila


dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali dan salah satunya
dengan debu. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah: 421)

2) Najis Sedang (Mutawassitah)

Najis sedang adalah semua najis yang tidak termasuk 2


macam najis di atas (Mugallazhah dan Mukhaffafah). Najis
muttawasitah ada 2, yaitu Muttawasitah hukmiyah dan
Muttawasitah ainiyah.

Muttawasitah ainiyah adalah najis yang masih ada wujud,


bau, ataupun rasa. Cara mensucikannya adalah di basuh sampai
hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika sangat susah di
hilangkan).

Muttawasitah hukmiyah adalah najis yang diyakini adanya,


tetapi tidak ada bau, rasa, ataupun wujudnnya seperti kencing
yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup di siram air di
atasnya.

10
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Berkata ; seorang badui
berdiri lalu kencing di masjid. Orang - orangpun sama berdiri
untuk menangkapnya. Maka bersabda Nabis saw. : Biarkan
dia, hanya tuangkan pada kencingnya setimba atau seember!
Kamu dibangkitkan adalah untuk memberi ketenangan, bukan
untuk menyukarkan (HR. Bukhari)

3) Najis Ringan (Mukhaffafah)

Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air kencing anak


laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan atau
minum sesuatu kecuali air susu ibunya (ASI). Cara menyucikan
najis mukhaffafah ialah dengan memercikan air pada benda
yang terkena najis mukhaffafah itu. Maksudnya cukup dengan
percikan air yang tidak dituntut percikan itu sampai
menimbulkan air mengalir. Hal ini berbeda dengan membasuh,
karena kalau membasuh dituntut air itu sampai mengalir.
Contoh : Bila diatas keramik terdapat air kencing dari anak
laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan
selain ASI, maka tempat yang terkena air kencing itu cukup
dengan memercikkan air mutlak secukupnya. Sebagaimana di
riwayatkan dalam sebuah hadist :

Artinya : Dibasuh dari kencing anak perempuan dan


dipercikan dari air kencing anak laki-laki. (H.R. Abu Dawud
dan An-Nasai).

11
b. Najis yang di Maafkan (mafu)

Najis yang di maafkan (di ampuni) ada 7 macam yaitu :


1) Nanah atau darah lukanya sendiri yang belum sembuh
2) Debu jalanan yang najis
3) Darah dan nanah sedikit tatkala terkena pakaian atau lainnya
4) Darahnya kutu atau nyamuk
5) Bangkainya binatang yang darahnya tidak mangalir
6) Segala sesuatu yang pada umumnya yang sulit di hindari
dari najis.

2.2.2 Benda-benda yang Termasuk Najis

a. Bangkai binatang darat yang berdarah selain mayat manusia


Bangkai binatang darat yang mati karena tidak disembelih, atau
disembelih tetapi tidak menurut aturan syariat Islam, termasuk
daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup.
Allah berfirman :

Artinya : Diharamkan atas kamu bangkai, ... (Al-Maidah: 3)


Rasulullah bersabda :

Artinya : Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup


termasuk bangkai (HR. Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu Waqih
Al Laitsi)
b. Darah

Artinya : Diharamkan atas kamu bangkai, darah dan daging babi,


... (Al-Maidah: 3)
c. Nanah

12
d. Muntah
e. Kotoran manusia dan kotoran binatang
f. Arak (khamr)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya


(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. (Al-Maidah: 90)
g. Anjing dan babi

2.3 Pengertian Kotoran

Benda-benda yang terkena najis, kadang-kadang kelihatannya masih


bersih, begitu juga sebaliknya benda-benda yang kelihatannya kotor atau
terkena kotoran, belum tentu najis. Contoh : pakaian yang terkena air
kencing, kelihatannya bersih, tetapi hukumnya najis dan tidak sah jika
dipakai untuk shalat. Begitu juga sebaliknya pakaian yang terkena tanah
kelihatannya menjadi kotor tetapi itu tidak najis dan tetap sah jika dipakai
untuk shalat, hanya saja karena pakaian yang kotor tersebut tidak bagus
kelihatannya, maka sebaliknya pakaian itu kita bersihkan, jangan sampai
kita beribadah menghadap Allah SWT. dengan memakai pakaian yang
kotor, walaupun itu sah hukumnya.

13
2.4 Macam-macam Hadast

Menurut bahasa, kata hadast berasal dari bahasa arab yang artinya
sesuatu peristiwa / kotoran / tidak suci. Sedangkan menurut istilah ialah
keadaan tidak suci bagi seseorang, sehingga menjadikan tidak sah dalam
melakukan suatu ibadah tertentu. Agar bisa melakukan ibadah maka harus
suci dari hadast dan najis.

2.4.1 Hadast Kecil

Hadas dalam keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi


suci maka harus wudlu atau jika tidak ada air/berhalangan, dengan
tayamum. Seseorang di katakan berhadas kecil apabila :

a. Keluar sesuatu dari dua lubang yaitu qubul dan dubur.

Artinya : Atau kembali salah seorang dari kamu dari tempat buang
air (WC) (Al-Maidah :6)
b. Hilangnya akal sebab mabuk, gila, tidur, buang air seni, buang air
besar, buang angin.

Artinya : Rasullulah saw. telah bersabda : Telah diangkat pena itu


dari tiga perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa
(baligh), dari orang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila
sehingga ia sehat kembali. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

c. Bersentunnya kulit laki-laki dan perempuan yang bukan


muhrimnya tanpa batas yang menghalanginya.

14
Artinya : atau bersentuh kamu sekalian dengan perempuan (yang
bukan mahram). (An Nisa :43)
d. Tidur tidak dengan duduk tegak.
e. Menyentuh kemaluan tanpa alas.

2.4.2 Hadast Besar

Hadast dalam keadaan tidak suci pada diri seorang muslim


sehingga yang bersangkutan tidak boleh melakukan ibadah, seperti
shalat, tawaf. Oleh karena itu, orang yang berhadas apabila hendak
melaksanakan ibadah (shalat,tawaf), wajib baginya bersuci dahulu.
Hadas besar dapat disucikan dengan mandi, yaitu mandi Janabat
(mandi wajib), dan apabila berhalangan untuk menggunakan air boleh
diganti dengan tayamum.
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadast besar :

a. Bertemunya dua buah kelamin laki-laki dengan perempuan


(bersetubuh/berebadan) baik keluar mani atau tidak.

Artinya : Apabila bertemu dua khitan maka sesungguhnya telah


diwajibkan mandi... (HR. Ibnu Majah Aisyah: 600)
b. Keluar mani, baik karena mimpi atau sebab lain (onani, menonton
gambar porno, dll).

Artinya : Dari Ummi Salamah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah


bertanya kepada Rasulullah saw. katanya kepada beliau, Ya
Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu mengatakan yang hak.

15
Adakah wajib mandi atas perempuan apabila bermimpi? Jawab
beliau,Ya, apabila ia melihat air (keluar mani). (HR. al-
Bukhari: 273)
c. Meninggal dunia.

Artinya : Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw. telah bersabda tentang


orang berihram mati karena jatuh dari untanya, kata beliau,
Mandikan dia dahulu olehmu dengan air dan bidara. (HR. al-
Bukhari: 1719)
d. Haid (menstruasi), yaitu darah yang keluar dari wanita yang telah
dewasa pada setiap bulan.
e. Nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan.
f. Wiladah, (melahirkan anak, baik lahir normal atau tidak, seperti
operasi, aborsi).

2.4.3 Hal-hal Terlarang Bagi Orang Berhadast

Orang yang berhadast kecil dilarang :


a. Shalat (fardlu/sunnah)
b. Khutbah jumat
c. Thawaf
d. Menyentuh dan membawa Alquran

Orang yang berhadast besar karena bercampur (suami-istri) atau


keluar mani dilarang :
a. Shalat (fardlu/sunnah)
b. Thawaf
c. Menyentuh dan membawa mushaf Alquran serta membaca
Alquran
d. Diam dalam masjid

16
Orang yang berhadast besar karena haid, nifas, wiladah, dilarang :
a. Shalat
b. Thawaf
c. Masuk masjid
d. Menyentuh dan membawa mushaf Alquran
e. Berpuasa
f. Beritikaf dan berhenti didalam masjid
g. Berhubungan suami istri (bersenggama)
h. Bercerai

2.5 Macam-macam Air

Berikut ini bahasan mengenai macam-macam air, baik yang boleh


digunakan untuk bersuci maupun yang tidak boleh untuk bersuci. Macam-
macam air tersebut adalah :
1) Air yang suci dan mensucikan, yaitu air yang halal di minum dan sah
digunakan untuk bersuci, misanya air hujan, air sumur, air salju, air
embun,dan air sungai ,selama semua itu belum berubah warna, bau, dan
rasa
2) Air suci, tetapi tidak mensucikan ,yaitu air yang halal untuk diminum,
tetapi tidak sah untuk bersuci, misalnya air kelapa ,air teh, air kopi, air
yang dikeluarkan dari pepohonan.
3) Air Mutanajis (air yang terkena najis) , yaitu air yang tidak halal untuk
diminum dan tidak sh untuk bersuci,seperti
4) Air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis.
5) Air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya, tetapi sudah terkena
najis dan air tersebut dalam jumlah sedikit ( kurang dari 2 kulah).
6) Air yang makhruh di pakai bersuci, seperti air yang terjemur atau
terkena panas matahari dalam bejana, selain bejana dari emas atau perak
7) Air mustakmal, air yang telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak
berubah warnanya.Air ini tidak boleh di gunakan bersuci karena di
khawatirkan telah terkena kotoran atau najis sehingga dapat mengganggu
kesehatan.

17
2.6 Alat-alat Untuk Bersuci

Alat-alat yang dapat dipergunakan dalam bersuci terdiri dari dua macam,
yaitu air dan bukan air. Air yang dapat digunakan untuk bersuci terdiri dari 7
macam yaitu :
1) Air hujan
2) Air laut
3) Air sungai
4) Air sumur
5) Air dari mata air
6) Air salju (es)
7) Air embun

Adapun alat bersuci yang bukan dari air terdiri dari debu dan benda-
benda kesat yang lain seperti batu, kertas, kayu, dan lain sebagainya.

2.7 Pengertian Wudlu

Menurut bahasa, kata wudlu berasal dari bahasa arab wadlawaa yang
artinya bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah syariat Islam adalah
membersihkan anggota wudlu dengan air suci menyucikan berdasarkan
syarat dan rukun tertentu untuk menghilangkan hadast kecil.

2.7.1 Syarat dan Rukun Wudlu

Syarat-syarat wudlu :
1) Islam
2) Tamyiz/Mumayyiz artinya orang itu sudah dapat membedakan
antara yang baik dan yang buruk dari segala perbuatan manusia
3) Menggunakan air mutlak (suci dan menyucikan)
4) Tidak ada benda yang menghalangi sampainya air pada anggota
wudlu seperti cat, dll.
5) Tidak berhadast besar

18
Rukun wudlu :
1) Niat berwudlu ketika membasuh muka. Niatnya ialah sengaja
menghilangkan hadast kecil karena Allah SWT.
2) Membasuh muka, yaitu mulai dari tempat tumbuhnya rambut
kepala sampai dengan dagu dan mulai dari telinga kanan sampai
telinga kiri
3) Membasuh kedua belah tangan sampai dengan kedua siku
4) Mengusap sebagian rambut kepala
5) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6) Tertib

2.7.2 Sunnah-Sunnah Wudlu

1) Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2) Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan
3) Membersihkan sela-sela jari kedua tangan
4) Menggosok gigi dan berkumur
5) Intinsyaq dan Istinsyar (memasukkan air ke dalam hidung dan
mengeluarkannya kembali)
6) Menyela-nyela jenggot yang tebal sampai merata dan bersih
7) Membasahi rambut kepala sampai rata
8) Menyapu kedua telingan luar dan dalam
9) Membersihkan sela-sela jari kaki kanan dan kiri
10) Mendahulukan anggota wudlu yang kanan dari pada yang kiri
11) Membasuh anggota wudlu masing-masing 3 kali
12) Memelihara agar percikan air wudlu tidak terkena pada anggota
wudlu
13) Tidak berbicara selama berwudlu
14) Tidak meminta tolong pada orang lain dalam melaksanakan wudlu
15) Tidak menyeka/mengelap air wudlu setelah selesai wudlu
16) Menghadap qiblat ketika wudlu
17) Menghadap qiblat setelah selesai berwudlu dan membaca doa.

19
2.8 Pengertian Istinja

Menurut bahasa, kata istinja berasal dari bahasa arab asatanaja yang
artinya terlepas/selamat. Sedangkan menurut istilah syariat Islam adalah
bersuci sesudah buang air besar/kecil.

2.8.1 Cara Beristinja

Beristinja hukumnya wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar/kecil, baik dengan air atau dengan benda selain air (yang keras
dan kesat) seperti : batu, kertas, daun-daun yang sudah kering, tissue.
Tidak boleh menggunakan benda yang dihormati seperti roti dll.
Walaupun demikian yang lebih afdlal dan utama adalah dengan air,
karena air ini dapat menghilangkan wujud najis sekaligus
membersihkan bekasnya. Cara istinja dapat dilakukan dengan salah
satu dari tiga cara berikut ini:

a. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air


besar/kecil dengan air sampai bersih
b. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air
besar/kecil dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan
air
c. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air
besar/kecil dengan batu atau benda lainnya sampai bersih,
sekurang-kurangnya dengan tiga batu atau satu batu yang memiliki
tiga permukaan sampai bersih.

2.8.2 Syarat-Syarat Istinja Dengan Batu/Benda Keras Lainnya

a. Batu atau benda itu keras/kesat dan harus suci serata dapat dipakai
untuk membersihkan najis
b. Batu atau benda itu tidak termasuk benda yang dihormati
c. Sekurang-kurangnya dengan tiga kali usapan dan sampai bersih
d. Najis yang akan dibersihkan belum sampai kering
e. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya

20
f. Najis itu tidak bercampur dengan benda lain, meskipun benda itu
suci tidak terpercik oleh air

2.8.3 Adab Buang Air

a. Mendahulukan kaki kiri pada waktu masuk WC dan mendahulukan


kaki kanan waktu keluar dari WC
b. Membaca doa pada waktu masuk dan keluar WC
c. Pada waktu buang air hendaklah memakai alas kaki
d. Istinja hendaknya dilakukan dengan tangan kiri

Hal-hal yang dilarang pada waktu buang air :


a. Buang air di tempat terbuka
b. Buang air di air yang tenang, kecuali jika air tenang itu besar
seperti danau
c. Buang air di lubang-lubang binatang
d. Buang air di tempat yang dapat mengganggu orang lain
e. Buang air di bawah pohon yang sedang berbuah
f. Bercakap-cakap sewaktu buang air
g. Menghadap qiblat dan membelakanginya
h. Tidak memandang ke atas atau ke farjinya, termasuk juga kotoran
yang keluar
i. Membawa ayat Al-quran / membacanya

2.8.4 Doa Sebelum dan Sesudah Buang Air

a. Doa akan masuk WC

Artinya : Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau


dari syetan laki-laki dan syetan perempuan

21
b. Doa setelah keluar WC

Artinya : Segala Puji bagi Allah yang telah mengeluarkan


penyakit dari diriku dan telah mengembalikan kesehatanku.

2.9 Mandi

2.9.1 Pengertian Mandi

Menurut bahasa, mandi artinya mengalirkan air pada tubuh,


sedangkan menurut istilah syarat, mandi adalah meratakan air pada
seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung kaki disertai niat.
Mandi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Mandi Sunnah
b. Mandi Wajib
Mandi sunnah adalah mandi yang disunnahkan (dianjurkan) ketika
akan atau sesudah melakukan sesuatu perbuatan tertentu, seperti akan
mengerjakan shalat jumat, akan mengerjakan shalat hari raya, dll.
Sedangkan mandi wajib ialah mandi untuk bersuci dari hadast besar.

2.9.2 Sebab-sebab Wajib Mandi

a. Bersetubuh yakni hubungan intim antara suami istri baik keluar


mani atau tidak
b. Keluar mani baik dalam keadaan sadar atau karena mimpi
c. Meninggal dunia
d. Haid
e. Nifas : yaitu darah kotor yang keluar dari kelamin perempuan
sesudah melahirkan bayi
f. Wiladah (melahirkan) : baik melahirkan cukup umur maupun tidak
(keguguran).

22
1) Syarat dan Rukun Mandi
Syarat-syarat mandi :
- Islam
- Tamyiz/Mumayyiz
- Menggunakan air mutlak (suci menyucikan)
- Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota
badan
- Tidak dalam keadaan haid/nifas

Rukun mandi :
- Niat
- Menghilangkan najis yang ada pada badan
- Meratakan air ke seluruh tubuh

2) Sunnah-Sunnah Mandi
- Membaca Bismillahirrahmanirrahim ketika mulai mandi
- Berwudlu sebelum mandi
- Menyegerakan mandi
- Menggosok-gosok seluruh tubuh dengan tangan
- Mendahulukan anggota badan yang kanan dari pada yang
kiri
- Menyela-nyela jari-jari kedua tangan dan kaki
- Beriring, yaitu antara membasuh anggota badan yang satu
dengan anggota badan yang lain tidak menunggu waktu
lama
- Menutup aurat/ditempat yang tertutup

3) Mandi Sunnah
- Mandi jumat, khusus bagi orang yang akan pergi
melaksanakan shalat jumat disunnahkan mandi terlebih
dahulu
- Mandi hari raya idul fitri dan adha, yaitu mandi sebelum
pergi mengerjakan shalat ied
- Mandi setelah memandikan jenazah

23
- Mandi seorang yang baru masuk Islam
- Mandi orang baru saja sembuh dari sakit gila
- Mandi ketika mengerjakan ihram
- Mandi ketika masuk kota Makkah Al Mukarromah, dan kota
Madinah
- Mandi ketika akan wukuf di Padang Arafah, bermalam di
Muzdalifah, melempar jumrah, tawaf, sai.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa thaharah
menepati kedudukan yang penting dalam ibadah. Misalnya, setiap orang
yang akan mengerjakan sholat dan tawaf diwajibkan terlebih dahulu
berthaharah. Agar bisa melakukan ibadah maka harus suci dari hadast dan
najis.
Menurut bahasa, kata wudlu berasal dari bahasa arab wadlawaa yang
artinya bersih atau indah. Sedangkan menurut istilah syariat Islam adalah
membersihkan anggota wudlu dengan air suci menyucikan berdasarkan
syarat dan rukun tertentu untuk menghilangkan hadast kecil.
Beristinja hukumnya wajib bagi orang yang baru saja buang air
besar/kecil, baik dengan air atau dengan benda selain air (yang keras dan
kesat) seperti : batu, kertas, daun-daun yang sudah kering, tissue.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Team Al Azhar. Fiqih : Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas 7 Semester Ganjil.


CV. Putra Kembar Jaya, Gresik - 2008

T. Ibrahim - H. Darsono, editor : Rofiqoh. Penerapan Fikih 1 : Untuk Kelas VII


Madrasah Tsanawiyah. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo - 2009

S.M. Abu Bakar. judul buku. Penerbit, Surakarta - tahun

26

Anda mungkin juga menyukai