Anda di halaman 1dari 4

Membuka Relung Kalbu

Hamba Allah yang Mahabbah sebagai Ahli Ma’rifat selalu dapat memperhatikan hikmah positif
terhadap semua kejadian pada dirinya, dan tidak pernah berburuk sangka kepada Allah SWT, dan mereka selalu
reda atas segala cobaan dan putusan Nya.

Dalam kitab Az Zuhdi, VII/77 Imam At Tarmidzi meriwayatkan bahwa Annas r.a menceritakan dari Nabi
SAW bersabda: “Sesungguhnya bila Allah mencintai suatu kaum , Dia akan menguji mereka , maka siapa yang rida,
dia akan mendaspatkan keridhaan, dan siapa yang marah, dia akan mendapatkan murka”.

Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Allah dengan keadilan dan dan Ilmu Nya menggantungkan kenyamanan dan
kegembiraan pada keyakinan dan rida,dan menghubungkan kesusahan dan kesedihan , dengan keraguan dan
ketidaksenangan.”

Allah SWT berfirman: “Dan siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya.” (Q.S. At Tagabun/64:11).

Mengkritisi Sekitar Kita

Cermati kisah berikut ini, kemudian beri tanggapan kritis berkaitan dengan keadaan nyata saat ini !

Kapal di Padang Pasir Sahara

Masih ingatkah kisah Nabi Nuh a.s. Allah SWT menberi kabar bahwa tidak ada lagi kaumnya yang beriman, kecuali
mereka yang telah beriman. Suatu ketika Nabi Nuh a.s. diperintah untuk membuat perahu. Ditengah gurun pasir
yang tandus, Nabi Nuh membuatnya bertahun-tahun. Mulai menanam pohon, hingga menebangnya. Ia membuat
perahu besar di tanah yang kering kerontang.

Kenapa Allah Swt. Menyuruhnya membuat perahu? Hal itu untuk membuktikan keimanannya yang kuat kepada
Allah Swt. Seandainya kalian berada diposisi Nabi Nuh a.s. mungkinkah keyakinan kalian terhadap Allah Swt. Akan
tetap tegar? Bayangkan! Kapal di tengah gurun yang tandus!

Jika kisah Nabi Nuh a.s. ini dan dianalogikan dengan keadaan sekarang, kalianlah yang menjadi bahteranya.

Jangan pernah berfikir bahwa semua ini tidak lebih baik dari sekedar impian kosong. Gurun pasir Nuh tidak ada
bedanya dengan kondisi saat ini. Kerena yakin, akhirnya mereka membuat kapal dan menaikinya bersama dengan
umat yang menyakininya dengan selamat.

Bagaimana pendapatmu tentang kisah-kisah tersebut?

Cermati kisah Nabi Nuh tersebutdan coba analogikan dengan masalah-masalah sosial yang bterjadi saat ini.
Tanggapi dengan kritis dari sudut pandang keimanan kalian kepada qada dan qadar!

Memperkaya Khazanah

A. Hakikat Qada dan Qadar


1. Qada menurut bahasa berarti “menentukan atau memutuskan”, sedangkan menurut istilah artinya
“segala ketentuan Allah Swt. Sejak zaman azali”. Adapun pengertian qadar menurut bahasa adalah “
memberi kadar, aturan atau ketentuan”, sedangkan menurut istilah berarti “ ketetapan Allah Swt.
Terhadap seluruh makhluk Nya tentang segala sesuatu”.
Jadi iman kepada Qada’ dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt.
Telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk Nya. Menurut Yasin, iman kepada Qada, dan Qadar
adalah “mengimani adanya Ilmu Allah Swt. Yang qadim dan mengimani adanya kehendak Allah Swt.
Yang berlaku serta kekuasaan Nya yang menyeluruh”.
Iman kepada Qada, dan Qadar meliputi empat prinsif, sebagai berikut :
a. Iman kepada Ilmu Allah Swt. Yang Qadim (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui perbuatan
manusia sebelum mereka melakukannya;
b. Iman bahwa semua Qadar Allah swt. Telah tertulis di Lauh Mahfuzh;
c. Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. Yang berlaku dan kekuasaan Nya yang bersifat
menyeluruh;
d. Iman kepada Allah Swt. Adalah Zat yang mewujudkan makhluk Allah Swt. Adalah Sang Pencipta
dan yang lain adalah makhluk.
2. Dalil-dalil tentang Qada’ dan Qadar
a. Dalil Al Qur,an
- Q.S. Al Qamar/54 :49
   
 
49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

- Q.S. Al Hadid/57 :22


    
   
     
   
   
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

- Q.S. Al Isra’/17 :13


  
   
  
 
  
13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab
yang dijumpainya terbuka.
- Q.S. At Tagabun/64 :11
    
    
   
   

11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan
Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

b. Dalil As Sunah (hadist Rasulallah)


Dari hadist riwayat Muslim; Rasulallah SAW bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah
mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh kedalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu
tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya,dan(jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.”

3. Kewajiban beriman kepada Qada dan Qadar


Sebagai orang yang beriman kita harus rela menerima ketentuan Allah Swt. Atas diri kita dan kita
harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang
menyenangkan maupun tidak adalah atas kehendak atau ketentuan Allah Swt.

4. Macam-macam Takdir
1. Takdir Mua’llaq
Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Misalnya seorang
siswa yang bercita-cita jadi guru. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun,
akhirnya apa yang dicita-citakan menjadi kenyataan.
2. Takdir Mubram
Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau
tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia. Misalnya orang yang dilahirkan sipit, atau
dilahirkan dengan kulit yang hitam atau dilahirkan dalam keadaan cacat, dll.

B. Makna beriman kepada Qada’ dan Qadar


Berkaitan dengan makna beriman kepada Qada’ dan Qadar, dapat diketahui bahwa nasib manusia telah
ditentukan oleh Swt. Sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya,
tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia
tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Beriman kepada takdir selalu terkait pada 4 hal yaitu :
1. Takdir
Manusia adalah makhluk yang sempurna, oleh kerena itu ia diberi kemampuan memilh bahkan
pilihannya cukup banyak diberikan Allah apakah ketetapan keberhasilan ataukah kemalangan,
kebahagiaan ataukah kesengsaraan, menjadi orang baik ataukah orang yang jahat dll.
2. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam menggapai cita-cita dan
tujuan. Allah Swt. Menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar, dengan
modal yang diberikan oleh Allah berupa: naluri, panca indra, akal, kalbu dan aturan agama dan
inilah bekal yang yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.
3. Doa
Doa adalah ikhtiar bathin yang besar pengaruhnya bagi manusia dan dengan doa inilah manusia bisa
dikabulkan akan keinginannya.
4. Tawakkal
Tawakkal adalah penyerahan diri secara menyeluruh kepada Allah setelah mengimani takdir,
melakukan ikhtiar dan doa.

C. Hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar


1. Semakin menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari sunnatullah.
2. Semakin termitivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat dalam mengejar cita-citanya.
3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan optimisme dalaam menatap masa depan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh.
5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak
berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6. Menyadarkan manusia bahwa dalam hidup ini di batasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt. Yang
tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Menerapkan prilaku mulia

Orang yang beriman kepada Qada’ dan Qadar akan tercermin dalam prilakunya ;

1. Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


2. Banyak bersyukur dan bersabar
3. Bersikap optimis dan giat bekerja
4. Selalu tenang jiwanya.

Soal-Soal

1. Jelaskan hubungan antara takdir, ikhtiar, doa dan ikhtiar !


2. Sebutkan alasan mengapa manusia diwajibkan berikhtiar !
3. Uraikan mengapa Rasulallah Saw. Dan sahabat utama beliau tidak pernah mempersoalkan takdir !
4. Sebutkan 5 macam anugrah Allah swt. Yang telah diberikan kepada manusia sebagai bekal agar tidak
salah dalam menempuh kehidupannya !
5. Salinlah, terjemahkan dan jelaskan kandungan isi dari Q.S.An Najm/43:39-42 ?
6. Mengapa manusia harus bertawakkal !
7. Jelaskan mampaat berdoa bagi orang beriman !
8. Sebutkan fungsi beriman kepada Qada’ dan Qadar !
9. Mengapa tidak semua doa yang dipanjatkan tidak selalu dikabulkan oleh Allah Swt. !
10. Kapaan waktu yang tepat untuk memanjatkan doa pada Allah Swt. !
-

Anda mungkin juga menyukai