Anda di halaman 1dari 8

IMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR

Disusun oleh
Kelompok 7 / XII MIPA 6:
1. Nabima Kazaleano (19)
2. Nafisa Zahlya Dwidani (20)
3. Ramadita Azhardani Kuswara (27)

SMA NEGERI 2 NGANJUK


TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukun iman dalam Agama Islam ada enam, yaitu iman kepada Allah Swt, iman kepada
malaikat, iman kepada para Rasul, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari kiamat
dan yang terakhir adalah iman kepada Qadha dan Qadar.
Rukun iman wajib diyakini, dilakukan dan dilaksanakan oleh semua umat muslim, iman
seseorang akan dikatakan sempurna jika telah meyakini, melakukan atau melaksanakan
keenam iman tersebut, atau melaksanakan semua rukun iman tanpa terkecuali.
Iman kepada qada dan qadar termasuk rukun Iman yang ke- enam dan harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Iman kepada qada dan qadar dalam
kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir. Iman kepada Qada dan Qadar
artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan
ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang
menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam
semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk, kemunculan atau
kemusnahan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
2. Apa saja dalil-dalil tentang qada’ dan qadar?
3. Bagaimana kewajiban beriman kepada qada’ dan qadar?
4. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
5. Apasajakah kaitan antara beriman kepada qada’ dan qadar Allah SWT dengan sikap
optimis, berikhtiar, dan bertawakal?
6. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
7. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar.
2. Untuk memahami dalil tentang qada' dan qadar.
3. Untuk memahami kewajiban beriman kepada qada' dan qadar.
4. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir.
5. Untuk memahami kaitan antara beriman kepada qada’ dan qadar Allah SWT dengan sikap
optimis, berikhtiar, dan bertawakal.
6. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar.
7. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qada’ dan Qadar

Menurut bahasa Qada’ berarti menentukan atau memutuskan, sedangkan menurut istilah
artinya segala ketentuan Allah SWT. Adapun pengertian Qadar menurut bahasa adalah
memberi kabar, aturan, atau ketentuan, sedangkan menurut istilah berarti ketetapan Allah SWT
terhadap seluruh makhluknya tentang segala sesuatu.

Iman kepada Qada’ dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT telah menentukan segala sesuatu bagi makhluknya. Setiap muslim wajib mengimani
Qada’ dan Qadar Allah SWT, yang baik ataupun yang buruk.

Iman kepada Qada’ dan Qadar meliputi empat prinsip sebagai berikut.

a. Iman kepada ilmu Allah SWT yang Qadim (tidak berpemulaan), dan dia mengetahui
perbuatan manusia sebelum mereka melakukannya.
b. Iman bahwa semua Qadar Allah SWT telah tertuli di Lauh Mahfuzh.
c. Iman kepada adanya kehendak Allah SWT yang berlaku dan kekuasaannya yang bersifat
menyeluruh.
d. Iman bahwa Allah SWT adalah zat yang mewujudkan makhluk. Allah SWT adalah Sang
Pencipta dan yang lain adalah makhluk.

Qada’ dan Qadar biasa disebut dengan satu kata “takdir”. Bagi manusia dan makhluk lain,
ada pandangan takdir baik dan buruk, tetapi dalam pandangan Allah SWT semua takdir itu
baik, karena keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah SWT. Ilmu Allah SWT, kehendaknya,
catatannya, dan penciptaannya semua itu adalah kebijaksanaan, keadilan, kasih saying, dan
kebaikan. Keburukan bukanlah sifat Allah SWT dan bukan pula pekerjaannya.

Perhatikan firman Allah SWT berikut.

“Sesungguhnya Allah SWT tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi
manusia itulah yang berbuat zalim kepada dirinya sendiri” (Q.S. Yunus/10:44)

B. Dalil-Dalil tentang Qada’ dan Qadar

a. Dalil Al-Qur’an
1) “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (Q.S. al-
Qamar/54:49)
2) “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah Swt.”(QS al-Hadid/57:22)
3) "Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya
kalung) pada lehernya." (QS.al-Isra/17:13)
4) "Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah Swt
(QS at-Tagabun/64:11)
b. Dalil As-Sunah (Hadis Rasulullah)
Adapun penjelasan Rasulullah saw, tentang Qada' dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam hadis berikut ini.
1) “Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi
'alaqah (segumpal darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah
(sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirim kepadanya
kemudian malaikat meniupkan ruh padanya dan malakat tersebut diperintahkan empat hal
yaitu menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan
menuliskan apakah ia celaka atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia sesungguhnya salah seorang dan kalian pasti mengerjakan amal
perbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga cuma satu lengan, tiba-
tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni
neraka dan la pun masuk neraka. Sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti
mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka hingga ketika jaraknya dengan neraka
cuma satu lenga tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal
perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga." (HR. Muslim)
2) Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda yang artinya sebagai berikut.
"Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian
Allah Swt mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat
ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya dan (jalan hidupnya)
sengsara atau bahagia." (H.R.al-Bukhari dan Muslim)

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Qada dan
Qadamya oleh Allah Swt. sejak sebelum la dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah
ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa
berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak
datang dengan sendirinya.

C. Kewajiban Beriman kepada Qada’ dan Qadar

Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman. Seorang muslim tidak
sempurna dan sah imannya kecuali beriman kepada qada’ dan qadar Allah SWT, dengan
demikian mempercayai qada’ dan qadar merupakan kewajiban kita. Kita harus yakin dengan
sepenuh hati sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita baik yang
menyenangkan maupun tidak adalah atas kehendak atau takdir Allah SWT. Di dalam sebuah
hadis qudsi Allah SWT berfirman yang artinya" siapa yang tidak Rida dengan qada-ku dan
qadar-ku dan tidak sabar terhadap bencana-ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah
mencari tuhan selain aku".(H.R.at-Tabrani).

Takdir Allah SWT merupakan iradah (kehendak) Allah SWT. Oleh sebab itu takdir tidak
selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir sesuai dengan keinginan kita hendaklah
kita bersyukur karena hal itu merupakan nikmat yang di berikan Allah SWT kepada kita.
Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah maka hendaklah
kita terima dengan sabar dan ikhlas.kita harus yakin bahwa di balik musibah itu ada hikmah
yang terkadang kita belum mengetahui nya.

D. Macam-Macam Takdir

a). Takdir mua'llaq


Takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia misalnya seorang siswa yang ingin ber
cita cita menjadi insinyur untuk mencapai cita cita nya itu ia belajar dengan tekun akhirnya
apa yang ia cita cita kan menjadi kenyataan.
b). Takdir Mubram
Takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat di usahakan atau tidak dapat di tawar
tawar lagi oleh manusia misalnya ada orang yang di lahirkan mata sipit,atau di lahirkan
dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapak kulit putih dan sebagainya.

E. Kaitan Antara Beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah SWT dengan Sikap
Optimis, Berikhtiar , dan Bertawakal

1. Sikap Optimis akan Takdir Terbaik Allah swt.


Manusia merupakan makhluk yang mampu memilih ketentuan yang Allah swt. tetapkan
dan setiap pilihan tersebut akan diminta pertanggungjawaban karena dilakukan atas
kesadaran sendiri.
QS. Asy-Syams: 8-10, Artinya: Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan
ketakwaan, sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh rugi orang
yang telah mengotorinya.
Contoh kisah:
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke
hadapan sang Khalifah. Saat ditanya oleh Khalifah Umar alasan ia mencuri, Pencuri itu
menjawab, "Memang Allah sudah menakdirkan saya sebagai pencuri".
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah dan menyuruh para sahabat lain
untuk memukul sang Pencuri dengan cemeti dan memotong tangannya. Para sahabat
bertanya alasan dari hukuman yang berat itu. Khalifah Umar menjawab, "la wajib dipotong
tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah".
2. Ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam mencapai
cita-cita dan tujuan. Allah swt. menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban untuk
berikhtiar.

Q.S. Al-Anbiya: 90, Artinya : Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik

3.Doa

Ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya. Bagi yang
meyakini doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiar nya karena Allah SWT telah
berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh sungguh memohon.
Firman Allah SWT:"aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa
kepada-ku"(Q.S. Al-Baqarah)

4. Tawakal

Tawakal berasal dari kata ‫( وكل‬wakala) yang berarti menyerahkan, mempercayakan dan
mewakilkan urusan kita kepada orang lain. Dalam kaitan ini penyerahan tersebut adalah
kepada Allah Swt. Tujuannya, untuk mendapat kemashlahatan dan menghilangkan
kemudharatan.

F. Hikmah Beriman kepada Qada' dan Qadar

1. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
sunnatullah.
2. Semakin termotivasi untuk senan tiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam
mengejar cita-citanya.
3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keber- hasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-
sungguh.
5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga
tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan Allah
Swt. yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar dan
Tawakkal sebagai implementasi beriman kepada Qada' dan Qadar Allah Swt.
G. Ciri-Ciri Orang yang Beriman kepada Qada’ dan Qadar

Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki tingkat
ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di dunia dan di akherat.
Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah swt adalah:

1. Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.


2. Banyak bersyukur dan bersabar.
3. Bersikap optimis dan giat kerja.
4. Selalu tenang jiwanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan
Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut
kita belum tentu baik menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan takdir ini lahir sikap sabar
dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk
mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman
dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut
pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa
ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita. Serta Kita harus senantiasa
bersabar, berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah

Anda mungkin juga menyukai