Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PAI

“MEYAKINI QADA DAN QADAR MELAHIRKAN


SEMANGAT BEKERJA”

Disusun Oleh :
1. Amalya Ryka Febriana (12 MIPA 3/02)
2. Naura Adelia Nataneila (12 MIPA 3/15)
3. Savira Aulia Kusuma D. (12 MIPA 3/21)

SMA NEGERI 4 MALANG


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok agama yaitu tentang “Meyakini Qada Dan Qadar
Melahirkan Semangat Bekerja"
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
agama islam kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 10 Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab "Lauhul Mahfudz" yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah
yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa
Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa
bangsa kita. Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-
bencana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah
SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT,
seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak
berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak
adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus
berlomba-lomba menjadi hamba yang shalih dan sholehah, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul'alamin
dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan
batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh
setiap muslim terkait masalah takdir yang akan kami bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud makna beriman kepada qada dan qadar ?
2. Bagaimana kaitan antara beriman kepada gada dan qadar dengan sikap optimis,
berikhtiar, dan bertawakal?
3. Apakah hikmah beriman kepada qada dan qadar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami iman kepada qada' dan qadar.
2. Untuk mengetahui kaitan antara beriman kepada qada dan qadar dengan sikap
optimis, berikhtiar, dan bertawakal.
3. Untuk mengetahui hikmah hagi orang yang beriman kepada qada' dan qadar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Beriman Kepada Qada’ dan Qadar


Beriman kepada qadha dan qadar Allah adalah kemestian bagi seorang muslim
yang meyakini Allah sebagai pencipta alam semesta, yang maha luas ilmu-Nya, maha
besar karunia dan kekuasaan-Nya. Sebagaimana diterangkan Rasulullah ketika ditanya
Jibril :

"Terangkan kepadaku tentang iman: Rasulallah menjawab: Hendaklah engkau beriman


kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-
rasul-Nya, dan kepada hari akhir, serta beriman kepada ketentuan baik-buruknya" HR.
Muslim

1. Pengertian Qada dan Qadar


Qada secara bahasa adalah hukum, kehendak, pemberitahuan, ketetapan, dan
penciptaan. Menurut syari’ah Islam, qada adalah ketetapan Allah SWT. Yaitu sesuatu
kepastian yang telah dibuat sejak sebelum kelahiran, yaitu di jaman Azali. Ketetapan
yang membawa setiap kehidupan manusia, Kesempurnaan Allah SWT terlihat dari
betapa rinci Allah SWT telah mengatur kehidupan setiap umat. Bahkan ketetapan telah
diberikan jauh sebelum kelahiran manusia-manusia ke bumi.
Sedangkan pengertian Qadar secara bahasa adalah akhir atau batas sesuatu, kadar,
ukuran, dan kepastian. Menurut istilah, Qadar adalah apa yang Allah SWT takdirkan
sejak zaman azali (terdahulu) yang berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada
(semua) makhluk-Nya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa qadar adalah ketetapan yang
telah diciptakan berdasarkan oleh ukuran Allah SWT pada setiap diri manusia. Jika
qada berarti ketetapan atau aturan, qadar adalah ukuran. Namun istilah tersebut
digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan sebuah kepastian mengenai
hukum dan Allah SWT.
Qada dan Qadar sangat identik dengan islam, Namun ternyata Qada dan Qadar
berlaku umum untuk seluruh manusia di bumi ini. Istilah qada dan qadar lebih sering
didengar dengan istilah takdir. Yang dimaksud dengan pengertian gada dan qadar
dalam keseharian tak lain adalah takdir itu sendiri.

2. Beriman Kepada Qada’ dan Qadar


Beriman kepada qada dan qadar Allah SWT memiliki kedudukan sebagai rukun
iman yang keenam, setelah beriman kepada hari Akhir (Kiamat). Umat Islam wajib
meyakini qada dan qadar Allah Swt. Setiap makhluk Allah Swt. memiliki qada dan
qadar masing-masing, antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain berbeda.
Tidak ada satupun yang mengetahui qada dan qadar, hanya Allah SWT Yang Maha
Mengetahui terhadap semua takdir makhluk-Nya.
Makna beriman kepada qada dan qadar ialah membenarkan bahwa yang terjadi
baik dan buruk itu adalah qadha' dan qadar Allah. Berhusnudhon kepada Allah bawa
semua yang telah ditakdirkan adalah untuk sebuah hikmah yang diketahui oleh-Nya.
Allah tidak pernah menciptakan dan menghendaki kecuali kemaslahatan. Kebaikan
atau kenikmatan datangnya dari Allah dan bencana yang menimpa adalah peran dari
kesalahan diri sendiri. Apa yang terjadi adalah telah ditakdirkan dan siapapun tidak
akan pernah bisa lari dari ketentuan itu, maka dia harus bertawakal dan mengevaluasi
sebab-sebab yang tidak dilaksanakan, insyaf dan bertaubat atas kesalahan-kesalahan.
Apa yang belum terjadi adalah diketahui ketentuannya oleh Allah, akan tetapi bagi
makhluk adalah hal yang ghaib, yang dia harus rencanakan, mengusahakan sebab-
sebab demi keberhasilan ikhtiarnya, dan menyadari dalam proses berikhtiar itulah
Allah menguji hamba-Nya untuk diketahui siapa yang terbaik amalannya. Sebab
bagian dari qadar Allah adalah qadha'-Nya tentang anugerah kemampuan pilihan dan
ikhtiar dan anugerah berupa sarana-sarana untuk memilih dan berikhtiar itu. Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki karena hikmah-Nya Allah tidak
ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi manusialah yang ditanya tentang amal perbuatan
mereka.

3. Dalil tentang Qada dan Qadar


a) Allah menciptakan makhluk berdasarkan qadar

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S


Al-Qamar/54: 49)

b) Qada’ dan Qadar Allah SWT untuk setiap makhluk telah tertulis di Lauhil Mahfuz

Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Q.S Al Hadid/57 : 22)

c) Antara kehendak Allah SWT dan kehendak makhluk


Artinya : (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S At-Takwir/81 : 28-29)

4. Hubungan Qada dan Qadar Allah SWT


Melalui hubungan antara usaha manusia dengan qada’ dan qadar Allah SWT, para
ulama berpendapat bahwa qadar(takdir) itu ada 2 macam, yaitu sebagai berikut :

a) Takdir Muallaq
Takdir muallaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan usaha (ikhtiar)
manusia. Artinya, usaha atau ikhtiar manusia mempunyai pengaruh terhadap
takdir, sehingga usaha manusia mendatangkan hasil seperti yang dicita-citakan
oleh manusia. Misalnya seorang peserta didik bercita-cita ingin menjadi insinyur
pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia berusaha secara maksimal, baik
secara lahir, maupun batin. Jenis usaha lahirnya adalah belajar dengan tekun dan
sungguh-sungguh. Ia belajar tidak karena akan ulangan atau ujian. Sebaliknya, ia
belajar setiap waktu karena tugas utama bagi seorang peserta didik adalah belajar.
Sedangkan usaha batin adalah melalui rajin beribadah dan berdoa kepada Allah
Swt. Sehingga akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan, yaitu menjadi
insinyur pertanian.

b) Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak
dapat diusahakan atau tidak dapat diubah melalui usaha manusia. Artinya, usaha
manusia sudah tidak dapat lagi berpengaruh terhadap qada dan qadar Allah Swt.
Contoh, Setiap manusia dari lahir akan berangsur tumbuh kembang sampai tua.
Adakah manusia yang dapat mengubah fisik tuanya menjadi remaja lagi? Contoh
lainnya adalah ketika seseorang sudah proses menuju kematiannya. Adakah
dokter dan rumah sakit canggih menolak kematian?

B. Peran Optimis, Ikhtiar, dan Tawakal terhadap Ketentuan Qada dan Qadar Allah
SWT
1. Optimis
a) Pengertian Optimis
Dilihat dari segi bahasa, optimis berasal dari bahasa latin yaitu "Optima"
yang berarti terbaik. Menjadi optimis dalam arti khas kata yang berarti "satu
harapan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi tertentu". Dalam kamus
Inggris Oxford, optimis didefinisikan sebagai "harapan dan keyakinan mengenai
masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu; Kecenderungan untuk mu'min
dalam menyikapi mengambil pandangan positif atau penuh harapan". Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis
adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi
segala hal atau persoalan.
Optimis adalah sikap seseorang yang memiliki harapan positif dalam
menghadapi segala hal atau persoalan. Seseorang yang bersikap optimis akan
tetap semangat menghadapi semua permasalahan. Jika tidak berhasil dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, dia akan mencoba lagi untuk kedua kalinya,
jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai berhasil.
Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan tidak mau berusaha
lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap
muslim. Sifat pesimis akan membuat seseorang berprasangka buruk kepada diri
sendiri dan kepada Allah Swt.

b) Bentuk-Bentuk Optimis
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku optimis,
agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya
sebagai berikut :
 Mampu menghentikan dan menahan pikiran negatif.
 Selalu merasa gembira dan bersyukur meskipun berada pada situasi sulit.
 Selalu yakin bahwa kesempatan terbuka lebar.
 Sering memberikan motivasi dan mendorong orang lain untuk berbuat sesuatu
yang baik dan positif.
 Mampu menerima hal yang sudah tidak bisa dirubah lagi.

2. Ikhtiar
a) Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaran) yang
berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang
berusaha berarti memilih.
Adapun menurut istilah, ikhtiar adalah berusaha dengan mengerahkan
segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan keinginan yang
dicita-citakan. Ikhtiar juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

b) Bentuk-Bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
 Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan cita-cita.
 Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
 Tidak mudah menyerah dan putus asa.
 Disiplin dan penuh tanggung jawab.
 Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
 Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya.

3. Tawakal
a) Pengertian Tawakal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya pasrah dan
menyerah. Secara istilah, tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap
hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah
SWT.
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada Allah Swt. setelah
semua proses pekerjaan atau amalan lain sudah dilakukan secara optimal.
Tawakkal harus dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras dengan menyerahkan
segala kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, ketika seseorang belum berusaha
secara optimal untuk mencapai suatu angan atau cita-citanya, kemudian ia pasrah
atau berserah diri, maka orang tersebut belum dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT jangan
menggantungkan sesuatu kepada selain Allah Swt. Sebab, hanya Allah-lah yang
mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu. Segala usaha dan kerja keras tidak
akan berarti apa-apa, jika Allah Swt. tidak menghendaki keberhasilan atas usaha
itu. Manusia boleh berharap dan harus terus berusaha dengan segenap daya upaya,
namun jangan lupa bahwa manusia tidak dapat menentukan suatu usaha itu
berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan aturan yang benar,
sehingga tidak ada penyimpangan aqidah dan keyakinan dari perbuatan tawakkal
yang salah.

b) Bentuk-Bentuk Tawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku tawakkal,
agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya
sebagai berikut :
 Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah Swt.
 Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah Swt. \
 Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun setelah berusaha maksimal.
 Tidak bersikap otoriter atau memaksakan kehendak dan keinginan kepada
siapa pun dan pilihan mana pun.
 Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun
kegagalan. Contoh:
(a) Rajin belajar dan tawakkal dengan berdoa kepada Allah akan
menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal.
(b) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. la sangat mendambakan agar
Ahmad kelak menjadi anak shalih yang cerdas. Sebagai muslim dan
muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan
bertawakkal kepada Allah Swt. semoga keluarganya hidup tenteram di
bawah ridha Allah Swt.

C. Kaitan Antara Beriman Kepada Qada’ dan Qadar dengan Sikap Optimis,
Berikhtiar, dan Bertawakal

1. Hubungan Qada dan Qadar dengan Ikhtiar


Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam
menggapai cita-cita dan tujuan. Allah Swt menentukan takdir, kita sebagai manusia
berkewajiban melakukan ikhtiar. jika Allah Swt. telah menentukan, mengapa ada
ikhtiar?
Perhatikan Firman Allah Swt. dalam QS. al-Anbiyaa'/21:90 yang artinya:
"Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan baik: Kemudian, dalam Q.s. al Mukminuun/23:60, Allah Swt.
Berfirman: Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya."
Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk berusaha,
berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha
dengan sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah Arab
mengatakan "Man jadda wajada, Artinya:"Siapa pun orangnya yang bersungguh-
sungguh akan memperoleh keberhasilan."
Rasulullah saw bersabda:'Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum
dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kekafiran yang
menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti penuaan yang
melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajal, kejahatan terburuk yang pasti
datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?"(Hr at Tirmidzi).
Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan
inilah letak "rahasia Ilahi" Meskipun begitu, Allah Swt. Tidak menyia-nyiakan semua
amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal. Firman Allah Swt. "Dan bahwa manusia
hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu
kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna (Q.S. an-Najm/53:39-41).
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah mengapa Allah Swt. Mewajibkan
manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada' dan qadarnya, di pundak
manusialah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, begitu
banyak anugerah yang telah Alah Swt. berikan kepada manusia berupa naluri, panca
indera akal, kalbu,dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang dimiliki
manusia menuju kebahagiaan hidup yang dinginkan.

2. Hubungan Qada dan Qadar dengan Tawakal


Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan
do'a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah "menyerahkan
segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.
Dasar pengertian tawakal diambil diantaranya dari sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam A-Hakim dari Ja'far bin Amr bin
Umayah dari ayahnya Radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Seseorang berkata kepada Nabi
Shallaliahu 'alaihi wa sallam, Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakal? Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "ikatlah kemudian bertawakallah."
Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh
dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah jalankan. Hal juga memberikan
pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan
bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar. Firman Alah Swt.: "Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah
Swt. menyukai orang-orang yang bertawakal Kepada-Nya."(QS.Ali-Imran/3:159)

3. Hubungan Qada dan Qadar dengan Optimis


Mengapa manusa tidak mampu terbang laksna burung, tumbuh tumbuhan
berkembang subur, lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram
dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut
adalah ketentuan Allah Swt dan itulah yang disebut Takdir.
Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan
Allah Swt. kepadanya. Di samping itu, manusia berada di bawah hukum-hukum
tersebut (Qaulyah dan kauniyah). Hanya berbeda dengan makhluk selain manusia,
misalnya matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa
dapat ditawar-tawar. (Q.s.Fussilat/41:11)
Manusia makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, ia diberi kemampuan
memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan (takdir)
Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau
kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. (Q.5. al-Kahfi/18:29). Namun,
harus diingat bahwa setiap pilihan yang diambil manusia, pada saatnya akan diminta
pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri.
Firman Allah Swt: "Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya" (Q.S. asy-Syams/91:8-1), "Apakah manusia
mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?" (Q.s. Al-Qiyamah/75:36).

Beberapa perumpamaan peristiwa ini akan memudahkan dalam memahami persoalan


takdir.

Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (Syiria dan
Palestina sekarang) beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah
penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian seseorang
tampil bertanya: "(Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Allah?)" Umar serta
merta menjawab:"(Saya lari/menghindari dari takdir Allah Swt. kepada takdir-Nya
yang lain)"
Kisah lain menceritakan bahwa pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang
pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. "Mengapa Engkau
mencuri?" tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, "memang Allah sudah menakdirkan
saya menjadi pencuri" Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu
berkata, "Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!" para
sahabat lain bertanya, "Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?" Khalifah Umar
menjawab, "Ya, itulah yang setimpal. la wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan
wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah.
Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir,
padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang diajarkan Islam adalah
setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia,
sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.

D. Hikmah Beriman Kepada Qada’ dan Qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan persiapan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:

1. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan,
maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang
wajib disyukuri. Sebaiknya apabila terkena maka ia akan bersabar, karena hal tersebut
merupakan ujian baginya dan sudah merupakan kehendak Allah.

Firman Allah SWT yang artinya:


Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya), dan bila
kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. (S. An Nahl: 53)

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan Putus Asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. la pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia
mudah berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia tidak menyadari bahwa kegagalan
itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT yang artinya:

...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (S. Yusuf: 87)

Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat
kesombongan." (HR. Muslim)

3. Memupuk Sifat Optimis dan Giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang akan terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang
begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberuntungan itu.

Firman Allah SWT yang artinya :

Dan carilah dari apa yang dikaruniakan Allah untuk kebahagiaan akhiratmu dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu di dunia. (S. Al Qashash: 77)

4. Ketenangan Jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa
dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa puas dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau
gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam Surga-Ku. (Al Fajr : 27-30)

5. Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan


harkat dan martabatnya di bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang
dapat memperteguh hubungannya dengan Allah pencipta alam dan semestanya.

6. Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan


melaksanakan kewajibannya.

7. Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini
berjalan mengikuti ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana.
8. Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal
dan akhirnya bersyukur karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas
cobaan dan ujian yang menimpanya.

9. Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik.

10. Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qadha' adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk
direalisasikan kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan
pendapat mengenai kebebasan manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam bertindak,
namun dalam setiap tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang memberikan
batasan disetiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Manusia memiliki kewajiban
untuk berusaha (ikhtiar), do'a, dan kemudian akhirnya mereka bertawakkal kepada Allah
SWt., dan hasilnya ini merupakan takdir dari allah SWT. Dengan kita mempercayai atau
beriman kepada Qadha' dan Qadar maka kita akan memiliki ketenangan dalam menjalani
hidup ini dan mengurangi sifat kufur atas nikmat Allah SWT.

B. Saran
Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa mengeluh
karena apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan tetapi, takdir
itu dapat berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada Allah SWT.
serta tidak lupa untuk senantiasa berdo'a hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Surat At-Takwir Ayat 28-29. (n.d.). Retrieved from Mushaf.id:


https://www.mushaf.id/surat/at-takwir/28/29/
Sadi, H.M. Nasikin. (2019). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI UNTUK
SMA KELAS XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Surat Al-Hadid Ayat 22 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir. (n.d.). Retrieved from TafsirWeb:
https://tafsirweb.com/10718-surat-al-hadid-ayat-22.html
Surat Al-Qamar Ayat 49 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir. (n.d.). Retrieved from TafsirWeb:
https://tafsirweb.com/10287-surat-al-qamar-ayat-49.html
Surat At-Takwir Ayat 28 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir. (n.d.). Retrieved from TafsirWeb:
https://tafsirweb.com/12184-surat-at-takwir-ayat-28.html

Anda mungkin juga menyukai