Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM IMAN KEPADA QADA' DAN

QADAR

Disusun untuk memenuhi tugas


kelompok Mata pelajaran PAI

Oleh :
1. Aghnia Faza Balqis/02
2. Dinastya Dwina Ayu/13
3. Meysa Shafira/17
4. Nimas Ayu Alya Aqila/21
5. Zahradyla Putri Prameswari/33

XII MIPA 2
SMA NEGERI 4 MALANG
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….…………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………….……………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN ..…………………………….…………………………………

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………….…………………..

1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………….…….

1.3 TUJUAN ……………………………………………….……………………..

1.4 MANFAAT ……………………………………………….…………………….

BAB 2 ISI …..……………………………………….………………………………………

2.1 PENGERTIAN ………………………………………….………………………

2.2 DALIL …………………………….………………………………………….…

2.3 MACAM MACAM TAKDIR …………………………………………………..

2.4 KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA QADA' DAN QADAR…………………..

2.5 CIRI CIRI ORANG BERIMAN KEPADA QADA' DAN QADAR ……………

2.6 HIKMAH ………………………………………………………………………..

BAB 3 PENUTUP ………………………………………….………………………………

3.1 KESIMPULAN ………………………………………….……………………..

3.2 SARAN ………………………………………….………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……………………………


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya
makalah yang berjudul “Qadar dan Qadar” telah diselesaikan penyusunannya.
Penyusunan makalah ini dapat terlaksana berkat adanya bimbingan dan arahan dari guru kami
serta dukungan orang tua dan teman-teman, sehingga kami ucapkan banyak terima kasih atas
bantuan yang telah mereka berikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata hanya untuk memenuhi tugas pada mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam, serta untuk memperluas pengetahuan kita tentang qada dan qadar di
mana kita dapat memahami apa yang disebut qada dan qadar. Dan berusaha mengimani dengan
cara melaksanakan ibadah, seperti solat lima waktu, puasa ramadhan, shalat sunnah dan
sebagainya.
Perlu disadari bahwa Penyusunan makalah ini masih dijumpai adanya kekurangan ataupun
kesalahan, maka sikap adaptif dan responsive serta kritik saran sangat dibutuhkan guna
perbaikan dimasa yang akan datang.

Malang, 23 Oktober 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah
beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami
keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat
beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.

Qada adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu
yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah(kehendak-Nya) meliputi baik maupun
buruk, sedangkan qadar adalah keputusan Allah SWT yang telah terjadi pada diri seseorang atau
makhluk-Nya yang lain, berdasarkan ketetapan dan usaha serta doa yang dilakukan orang
tersebut. Maka Iman kepada qada dan qadar adalah meyakini bahwa Allah telah membuat ketetapan
terhadap ciptaan-Nya dan Allah juga berkuasa mengubah ketetapan-Nya apabila orang
mau berusaha untuk mengubahnya disertai dengan doa yang sungguh-sungguh.

Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan Ilahi yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya
pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi
hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan
setiap muslim yaitu menjadi penghuni Surga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kaitan dan hubungan qada dan qadar?


2. Apa itu takdir? Sebutkan macam-macam takdir?
3. Hikmah bagi orang yang beriman kepada qada dan qadar?
4. Bagaimana peristiwa yang berhubungan dengan qada qadar?
5. Bagaimana sikap beriman kepada qada qadar?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian beriman kepada hari akhir.


2. Mengetahui tanda-tanda hari akhir.
3. Mengetahui gambaran hari akhir menurut Al-Qur’an.
4. Mengetahui peristiwa yang berhubungan dengan hari akhir.
5. Mengetahui gambaran hari kiamat menurut dalil.
6. Dapat mengamalkan sikap beriman kepada hari akhir.
1.4 Manfaat

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang qada qadar


2. Membuat kita ingat akan adanya qada dan qadar
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman Kepada Qada' dan Qadar


Qada artinya menetapkan. Qada Allah artinya ketetapan Allah kepada setiap makhluk
hidup-Nya yang bersifat Azali. Azali artinya ketetapan itu sudah ada sebelum keberadaan atau
kelahiran makhluk. Makhluk menaati ketentuan Allah. Misal, Allah menentukan burung bisa
terbang, ular dapat berjalan tanpa kaki. Semuanya menaati ketentuan Allah tersebut.

Qadar dari segi bahasa berarti memutuskan suatu perkara. Qadar Allah pada seseorang
berdasarkan ketetapan Allah bersama ikhtiar dan do’anya. Seseorang yang telah ditetapkan
Allah dengan potensi kecerdasan rendah, dapat berubah menjadi pandai jika ia mau belajar keras
dan berdo’a dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang ditetapkan Allah dengan rezeki
secukupnya dapat berubah menjadi kaya jika ia bekerja keras, hemat, dan berdo’a dengan
sungguh-sungguh. Oleh karena itu qadar yang sering disebut sebagai takdir seseorang dapat
berubah jika ia berusaha dengan giat dan memohon (berdo’a) dengan sungguh-sungguh
sehingga Allah mengabulkannya

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Qada menurut bahasa berarti “menetapkan,
menentukan atau memutuskan” sedangkan menurut istilah artinya “segala ketentuan Allah swt
sejak zaman azali”. Adapun pengertian Qadar menurut bahasa adalah “ memberi kadar, aturan
atau ketentuan" atau “memutuskan suatu perkara”

Iman adalah keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan
dengan amal perbuatan. Sehingga, Iman Kepada Qada dan Qadar adalah kepercayaan sepenuh
hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di dunia, semuanya telah ditentukan
oleh Allah SWT sejak zaman azali.

Iman kepada Qada’ dan Qadar meliputi 4 prinsip iaitu:


a. Iman kepada ilmu Allah SWT yang qodim ( tidak berpermulaan) dan Dia mengetahui
perbuatan manusia sebelum mereka melakukan.
b. Iman bahwa semua qadar Allah swt telah tertulis di lauh mahfuzh
c. Iman kepada adanya kehendak Allah swt yang berlaku dan kekuasaan-Nya yang bersifat
menyeluruh.
d. Iman bahwa Allah swt adalah zat yang mewujudkan mahluk Allah SWT adalah sang
pencipta dan yang lain adalah makhluk

2.2 Dalil-dalil tentang Qada dan Qadar


a. Dalil al qur’an
1) “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (qadar).” (Q.S.
al-Qamar/54: 49)
2) “ Tidak ada sesuatupun yang menimpa di bumi dan ( tidak pula ) pada diri kalian
melainkan telah tertulis di ( lauh mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah swt.” (Q.S. al-Hadid /57:22)
3) “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya
kalung) pada lehernya.” (Q.S. al-Isra’/17:13)
4) “Tidak ada musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah Swt.” (Q.S.
at-Tagabun/64:11)
b. Dalil As-Sunnah ( Hadis Rasulullah)
Rasulullah saw. bersabda yang artinya sebagai berikut.
“Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah
SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menulis 4 ketentuan yaitu
tentang rezekinya,ajalnya, amal perbuatan, dan 9 jalan hidupnya) sengsara atau bahagia”. (Hr
al bukhari dan muslim).

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Qada’ dan Qadarnya
oleh Allah Swt sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan
nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam dan menunggu nasib tanpa berusaha
dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya

2.3 Macam-Macam Takdir


a. Takdir Muallaq
Takdir muallaq adalah takdir yang ada kaitanya dengan ikhtiar manusia. Misalnya seorang
siswa yang mempunyai cita-cita ingin menjadi sarjana. Untuk mencapai cita-citanya dia belajar
dengan tekun, akhirnya apa yang dia cita-citakan menjadi kenyataan. Dalam hal ini Allah
berfirman Dalam al qur’an surat Ar-ra’d /13:ayat 11. Yang artinya: “Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran dimuka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah swt. Sesungguhnya Allah swt tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, Dan apabila Allah
swt menghendaki keburukan terhadap suatu kaum , maka tak ada yang dapat menolaknya’ dan
sekali-kali gak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

b .Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau
tidak dapat ditawar-tawar bagi oleh manusia. Misalnya , ada orang yang dilahirkan dengan mata
sipit atau dilahirkan kulit hitam atau sebagai laki-laki atau perempuan. Qada dan Qadar Allah
SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah yang
mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui Qada dan Qadarnya melalui usaha dan
ikhtiar. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman Azali yaitu masa sebelum
terjadinya sesuatu atau masa yang tidak bermulaan.

2.4 Kewajiban Beriman kepada Qada’ dan Qadar


Sebagai orang yang beriman , kita harus rela menerima segala ketentuan Allah SWT atas diri kita.
Didalam sebuah hadits qudsi Allah swt berfirman yang artinya: ”Siapa yang tidak ridha dengan
Qada-Ku dan Qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana yang Ditimpakan atasnya, maka
hendaklah mencari Tuhan selain Aku”. (Hr at Tabrani). Takdir Allah swt merupakan iradah
(kehendak) Allah swt Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala
takdir sesuai dengan keinginan kita hendaklah kita bersyukur karena hal itu merupakan nikmat
yang diberikan Allah swt kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau
musibah maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin bahwa dibalik
musibah itu ada hikmahnya yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah swt maha
mengetahui atas apa yang diperbuat Nya
a. Mempunyai Semangat Ikhtiar
Ikhtiar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan
keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah, seorang
murid akan bekerja keras agar bisa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya
berkembang, dan sebagainya. Firman Allah swt yang artinya ”Sesungguhnya mereka
adalah orang –orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan perbuatan
baik”. Kemudian dalam Q.S. al-Mukminun/23:60. Allah swt berfirman “ Mereka itu
bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan dan merekalah orang –orang yang
segera memperolehnya”. Rasulullah bersabda” Bersegeralah melakukan aktivitas
kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang , akankah kalian menunggu
kelahiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti,
penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal ,kejahatan terburuk
yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat (HR Tirmidzi)
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah mengapa Allah Swt. mewajibkan manusia
berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada' dan Qadarnya, di pundak manusialah
kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, begitu banyak
anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada manusia berupa naluri, panca indera,
akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang dimiliki manusia
menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.

b. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan.


Dengan percaya qada' dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah
ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh
pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan.
Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memegang prinsip atau pedoman
hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan,
kesakitan dan kesengsaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan
jernih, di cari jalan keluarnya tanpa menyerah pada kesulitan, dan akhirnya diserahkan
kepada Allah SWT.

c. Sabar bahwa cobaan adalah qada dan qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat
akan kembali kepada Allah SWT.

d. Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama,
tawakal artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal
artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan.
Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bukan berarti penyandaran diri kepada Allah
SWT secara mutlak, melainkan penyandaran diri yang harus didahului dengan kerja
keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal.
2.5 Ciri-ciri Orang Beriman kepada Qada dan Qadar
a. Qana'ah dan Kemuliaan Diri
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan
bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rezeki itu
tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat
dicegah oleh kedengkian orang yang dengki, la pun mengetahui bahwa seorang makhluk
sebesar apapun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka
ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini
muncullah qana'ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha,
serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian
mereka, Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi
yang dimaksudkan dengan qana'ah ialah, qana'ah pada hal-hal keduniaan setelah ia
menempuh usaha, jauh dari kebatilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.

b. Cita-Cita Yang Tinggi


Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari
perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal
itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan
tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya
kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku
tangan, dan pasrah kepada takdir.

c. Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal


Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai
urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan
segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong
kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh
untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa
kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup
untuk menggapainya.

d. Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah


Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab
manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan
menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan
menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan
melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang
semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak
disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat
mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran
yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka,
dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat
menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan
harapan yang baik

e. Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan


Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti
masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka,
misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada
manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa
Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan
menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki
kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman
kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan
terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar'i (syariat) dan ketentuan-ketentuanNya
yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah
semata.

2.6 Hikmah Beriman kepada Qada’ dan Qadar

1. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
sunnatullah.
2. Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam
mengejar cita-citanya.
3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang
sungguh-sungguh;
5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha
sehingga tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan
Allah Swt. yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar
dan Tawakkal sebagai implementasi beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah Swt
7. Jiwa yang tenang. Beriman kepada qada dan qadar akan membuat jiwa menjadi lebih
tenang. Hidupnya akan jauh dari kesusahan. Bahkan meski ujian yang ia hadapi sangat
sulit, namun keyakinannya pada takdir Allah akan membuatnya selalu merasa tenang
dan damai.
8. Menjadi Orang yang Berjiwa Tenang dan selalu Berharap Kepada Allah SWT. Orang
yang beriman kepada Allah SWT cenderung memiliki jiwa yang tenang dan selalu
mengharapkan rahmat dari Allah SWT. Sejumlah ujian dalam kehidupan yang mereka
hadapi tidak akan membuatnya gusar karena keyakinannya terhadap takdir dan
ketetapan Allah SWT selalu membuat hatinya tenang dan damai.
BAB 3
PENUTU
P

3.1 KESIMPULAN

Dengan memahami kajian teori di atas, maka dapat mengambil beberapa kesimpulan,
diantaranya:
1. Qadha dan qadar adalah ketetapan Allah SWT. yang wajib kita imani.
2. Qadha berarti penetapan hukum, atau pemutusan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi
(hakim) di namakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan
memutuskan perkara antara kedua orang yang bersengketa di muka pengadilan.
3. Takdir terbagi menjadi dua yaitu: Pertama takdir mu’allaq, yaitu qadha yang
diketahui, ditulis dan dikehendakai-Nya. Akan tetapi, Allah menggantungkan
(masyarakat) penciptaannya (terjadinya), baik dengan adanya sebab atau tidak adanya
sebab. Kedua takdir qadha mubram yang ia adalah qadha yang pasti terjadi dan tidak
bisa di tolak dengan sebab apapun. Ini terbagi menjadi dua; pertama, yang dipengaruhi
oleh sebab dalam mencapai akibat dengan izin Allah SWT. Kedua, yang tidak bisa
dipengaruhi sebab, dan sebab tersebut tidak akan bermanfaat baginya.
4. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar adalah orang yang bisa qona’ah, ikhlas,
dan ridha dalam menyikapi setiap persoalan yang datang. Yang hasil dari pada itu
adalah terciptanya kehidupan yang sehat lahir dan batin.

3.2 Saran

Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan
yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20210224141901-569-610366/8-hikmah-beriman-kep
ada-qada-dan-qadar
https://kumparan.com/berita-update/hikmah-beriman-kepada-qada-dan-qadar-allah-swt-dalam-
kehidupan-umat-islam-1uqbiRpEUKN
https://id.scribd.com/doc/124098860/Makalah-Qada-Dan-Qadar
https://id.scribd.com/document/642225256/MAKALAH-ZIBLI-PAI

Anda mungkin juga menyukai