dikumpulkan guna memenuhi salah satu tugas pelajaran Sejarah Indonesia dengan guru
pendamping:Sri Subekti Setyo Rini,S.Pd.
O
L
E
H
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengtahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
1
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
2
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 21
3.2 Saran ......................................................................................................................... 21
3.2.1 Penulis ........................................................................................................... 21
3.2.2 Pembaca ......................................................................................................... 22
3
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
5
c. Teori Waisya
Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia di bawa oleh para
pedagang India yang berdagang di Indonesia dan kemudian mengajarkan ajaran agama
Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah N.J.
Krom. Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena
adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia
sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan
jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin musim.
Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus menetap
dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka
untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya
perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan
Hindu menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
d. Teori Sudra
Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para
kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang mengemukakan
pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran
agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya
karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak
sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.
6
2.2 Kerajaan-kerajaan pada Masa Hindu-Buddha
2.2.1 Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan
yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa di Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu
yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah
satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah
Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman
dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara
penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke
Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti
Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga.
Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra
Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan
Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa
Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya
pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365,
yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
7
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun
358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara
ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
a. Prasasti yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan
kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada
tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan
untuk menghindari Kerajaan Traumanegara
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang
yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten,
berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter
dari pertemuan sungai teureup, Bogor
5. Prasasti Telapak Gajah
6. Prasasti Jambu di daerah Bogor,
8
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani
legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa
pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya
agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman
yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang
raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang
terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga ya
9
yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan
Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
c. Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang
melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena
daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke
tangan raja-raja sekitarnya.
d. Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai
Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah
ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.
Ada dua jenis sumber sejarah yang menggambarkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Sumber berita asing dan prasasti.
1. Sumber Berita Asing
a. Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing
pendetadari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari
paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia
menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai
Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.
b. Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya).
Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas.Setiap
tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia
mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di
daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.
2. Sumber Prasasti
a. Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang
mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil
menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya
menjadi makmur.
b. Prasasti Talang Tuo (606 S/684M) di sebelah barat Palembang. Isinya tentang
pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk
kemakmuran semua makhluk.
c. Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
d. Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisi permohonan kepada
Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.
10
e. Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan
terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
f. Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki
oleh Sriwijaya.
g. Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh
Darmaseta.
Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-
raja di bawah ini, yaitu:
1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 13. Sumatrabhumi
2. Sri Indravarman 14. Sangramavijayottungga
3. Rudra Vikraman 15. Rajendra Dewa Kulottungga
4. Maharaja 16. Rajendra II
WisnuDharmmatunggadewa 17. Rajendra III
5. Dharanindra Sanggramadhananjaya 18. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana
6. Samaragrawira Warmadewa
7. Samaratungga 19. Srimat Tribhuwanaraja Mauli
8. Balaputradewa Warmadewa
9. Sri Udayadityavarman 20. Srimat Sri Udayadityawarma
10. Hie-tche (Haji) Pratapaparakrama Rajendra
11. Sri Cudamanivarmadeva Maulimali Warmadewa
12. Sri Maravijayottungga
11
Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan
Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri
Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu.Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana.Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa.Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang
bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah
bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan. Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak
Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut
agama Hindu.Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai
kembali Wangsa Sanjaya.Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota
Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara
Pramodawardhani.Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang
kemduian menjadi Raja disana. Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah
Wawa.Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.Terdapat
teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat
Kerajaan Mataram Hancur.Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa
sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan
membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah
Mataram (dekat Yogyakarta sekarang).Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan
dipindah ke Mamrati (daerah Kedu).Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah
pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu).Kemudian pada zaman Dyah Wawa
diperkirakan kembali ke daerah Mataram.Mpu Sindok kemudian memindahkan istana
Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun
menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno
adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas
apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang
memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya.Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal
dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari
Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
12
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian
melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja
Sunda.Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya.Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan
Galuh kembali.Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya
memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno. Dari prasasti
yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan
Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama
adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang
dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.Balaputradewa yang kemudian
menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan.Perselisihan antara
kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi
selanjutnya.Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas
perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika
Wangsa Isana berkuasa.Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan
Sriwijaya datang menyerangnya.Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang
Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok. Runtuhnya Kerajaan
Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok
memimpin.Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas.
Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke
ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia
mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji
Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam
peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno,
yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun
untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa
Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di
desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang
13
menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha
(saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan
pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran
atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa
Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-
raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya,
Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan,
rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh
Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi
yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain,
Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi
Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi
Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram 8. Rakai Watuhumalang
Kuno 9. Rakai Watukura Dyah Balitung
2. Rakai Panangkaran, awal 10. Mpu Daksa
berkuasanya Wangsa Sailendra 11. Rakai Layang Dyah Tulodong
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra 12. Rakai Sumba Dyah Wawa
4. Rakai Warak alias Samaragrawira 13. Mpu Sindok, awal periode Jawa
5. Rakai Garung alias Samaratungga Timur
6. Rakai Pikatan suami 14. Sri Lokapala suami Sri
Pramodawardhani, awal kebangkitan Isanatunggawijaya
Wangsa Sanjaya 15. Makuthawangsawardhana
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah 16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan
Lokapala Mataram Kuno berakhir
14
2.2.6 Kerajaan Kediri
Kehidupan politik pada bagian awal di kerajaan Kediri di tandai dengan perang
saudara antara samarawijaya yang berkuasa di panjalu dan panji garasakan yang berkuasa di
jenggala.pada tahum 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah
pihak.Tahun 1059 M yang memerintah adalah samarotsaha.Tahun 1140 M tampil kerajaan
panjalu sebagai rajanya jayawangsa.di kenal dengan kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di
Daha.Tahun 1117 M Baweswara tampil sebagai raja Kediri.Prasasti yang ditemukan ,antara
lain prasasti padlegan (1117 M ) dan panumbangan (1120 M ).
Pada tahun 1133 tampil raja yang sangat terkenal, yakni raja jayabaya.meninggalkan
3 prasasti penting yakni prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M ), Talan (1136 M ) dan
prasasti desa jepun (1144 M ). Perkembangan politik, social dan ekonomi yaitu pada tahun
1135 M jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu,jayabaya mulai menata dan
mengembangkan kerajaannya. Kehidupan kerajaan Kediri menjadi teratur.rakyat hidup
makmur.mata pencaharian yang penting adalah pertanian dengam hasil utamanya padi.
Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu cendana ,dan
pinang. Di Kediri di kenal adanya wayang panji. Beberapa karya sastra yang terkenal
,sebagai berikut:
1. Kitab Baratayuda
2. KitabKresnayana
3. Kitab Smaradahana
4. Kitab Lubdaka
15
bawah pimpinan Mahesa Anabrang ( kebo Anabrang ). Dalam perkembangan politik dan
pemerintahan, Kertanegara telah membentuk badan badan pelaksana.raja sebagai penguasa
tertinggi.kemudian raja mengangkat tim penasihat yang terdiri atas Rakryan I Hino,Rakryan
I sirikan, dan Rakryan I Halu.cita cita kertanrgara diganti.sebagai contoh ,patih Raganata
(Kebo Arema ) diganti oleh Aragani dan banysk wide di pindahkan ke Madura,menjadi
Bupati Sumenep dengan nama Wiraraja.
Kehidupan Agama pada masa pemerintahan kertanegara, agama hindu maupun
maupun Buddha berkembang dengan baik. Bahkan terjadi Sinkrisme antara agama hindu
dan Buddha, menjadi bentuk syiwa-Buddha. Contoh, berkembangnya aliran Tantrayana.
Kertanegara penganut aliran tantrayana
16
1. Rakryan Mahamantri Katrini,di jabat oleh puta raja ,terdiri atas Rakryan I Hino,
Rakryan I Sirikan ,dan Rakryan I Halu.
2. Dewan pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi,Rakryan
Demung, Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan Kelima pejabat ini di kenal
sebagai Sang panca ring Wilwatika. Di majapahit di kenal ada dua Dharmadyaksa
sebagai berikut.
a. Dharmadyaksa ring kasaiwan,mengurusi agama syiwa ( Hindu )
b. Dharmadyaksa ring kasagotan, mengurusi agama Buddha.
17
Mekhing, semenanjung malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat yang berasal dari masa sekitar
abad ke – 5 dan ke -7 Masehi.
Ditemukan sebuah inskripsi batu dari kerajaan sriwijaya yang berangka tahun 608 saka
(=686 Masehi), ditemukan pula peninggalan peninggalan di antaranya sebuah arca Wisnu
dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Temuan lain yang penting dari situs kota kapur
ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul
sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200
meter dengan ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini
menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Penguasa pulau Bangka oleh
sriwijaya ini di tandai dengan dipancangannya inskripsi Sriwijaya di kota kapur yang
berangka tahun 680 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya
wilayah ini oleh sriwijaya.Pada tahun 686 sejak dikuasainya pulau Bangka oleh sriwijaya
maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di pulau Bangka.
18
beda kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah wilayah nusantara melalui berbagai
bentuk media. Kerajaan kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang menjadi
representasi pusat pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan kerajaan yang lebih
kecil di nusantara.
Keuntungan yang di peroleh dari pusat kekuasaan antara lain, berupa pengakuan
simbiolik seperti kesitaan dan pembayaran upeti berupa barang barang yang digunakan
untuk kepentingan kerajaan, serta barang barang yang digunakan untuk kepentingan
kerajaan, serta barang barang yang dapat di perdagangkan internasional. Kerajaan kerajaan
kecil lalu melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan kerajaan besar lama dan beralih
loyalitasnya dengan kerajaan lain memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa yang
memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa melindungi kepintingan mereka. Sehingga
negeri kepulauan yang di persatukan oleh kekuatan politik dan perdagangan.
19
BAB III PENUTUP
20
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Berkembang kebudayaan india (Hindu – Budha) di tandai dengan berdirinya berbagai
kerajaan yang bercorak Hindu – Budha seperti;
a. Kerajaan Kutai g. Kerajaan Singhasari
b. Kerajaan Tarumanegara h. Kerajaan Majapahit
c. Kerajaan Kalingga i. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan
d. Kerajaan Sriwijaya Dinasti Warma Dewa
e. Kerajaan Mataran Kuno j. Kerajaan Kota Kapur
f. Kerajaan Kediri
2. Jalur jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentuan oleh
kepentingan ekonomi dan perkembangan rute perdagangan di masa yang berbeda
beda. Pada masa praaksara hegemoni budaya dominan dating dari pendukung budaya
Austronosia di Asia Tenggara Daratan, ada dua kekuatan peradapan besar yaitu, cina
di utara dan india di bagian barat daya. Pada masa itu, Selat malaka merupakan jalur
penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintas Bandar
penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Jalur ini merupakan pintu
gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “Jalur sutra”.
3. Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-Buddha
menunjukkan jika budaya Indonesia bukanlah penerima yang pasif melainkan aktif.
Sehingga terjadi upaya seleksi tanpa perlu merendah, bahkan mengucilkan budaya asli
nenek moyang yang sebelumnya. Proses inilah yang dinamakan dengan proses
“akulturasi budaya”. Bangsa Indonesia juga melahirkan beberapa modifikasi local
yang genius, yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama serta
memperbarui dan memperkuat sehingga mampu menghasilkan peradaban tinggi.
3.2 Saran
3.2.1 Penulis
Penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna seperti tidak
member penjelasan lebih rinci tentang raja-raja yang memerintah di setiap kerajaan sehingga
untuk makalah selajutkan diharapkan penulisan member penjelasan lebih rinci.
21
3.2.2 Pembaca
Sebagai pembaca yang merupakan generasi muda hendaknya melestarikan budaya dan
peninggalan sejarah. Sebagai Negara yang mempunyai posisi strategis yang sering mendapat
pengaruh kebudayaan asing hendaknya kita mampu memfilter sehingga kebudayaan asli
Indonesia itu sendiri tidak hilang serta mampu menerapkan nilai-nilai budaya yang positif
agar bangsa kita ini menjadi bangsa yang berkarakter.
22
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Restu dkk. 2016. Buku Siswa: Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian
Pendidkan dan Kebudayaan.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_keraajaan_Hindu_Buddha
Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. 2010. Sejarah Nasional Indonesia Zaman Kuno.
Jakarta: Balai Pustaka.
Suwardono. 2013. Sjarah Islam MasaHidu Buddha. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Zulkifli, dkk. 2009. Konsep Dasar IPS. Pekanbaru: Cendikia Insani.
23