Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Tentang

“PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Ibu Saria

Nama Kelompok :

Miki Rizal
Untala Agung Mukti
Nurul Hilalia
Rika Fitriah

SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN


TAHUN AJARAN 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN
HINDU-BUDDHA DI INDONESIA” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas
mata pelajaran Sejarah Perminatan. kami ingin mengucapkan terima kasih kepada selaku
guru mata pelajaran Ibu Sari atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan
makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per
satu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Cabangbungin, 01 Februari 2021


Penulis,

         

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B.     RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.  PROSES MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA ............................2
B. TEORI MASUKNYA HINDU BUDHA DI INDONESIA.......................................................3
C.  PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA.................4
1. Kerajaan
Kutai.............................................................................................................4
2. Kerajaan Tarumanegara.............................................................................................5
3.   Kerajaan Majapahit...................................................................................................7
4.   Kerajaan Singasari....................................................................................................7
5. Kerajaan Sriwijaya......................................................................................................8
6. Kerajaan Mataram Kuno............................................................................................9
D.    PENINGGALAN YANG DIHASILKAN DARI KERAJAAN HINDU BUDHA....................11
a.   Seni bangun............................................................................................................ 11
b.   Seni Rupa dan Seni Ukir.........................................................................................12
c.   Seni Sastra dan Aksara...........................................................................................12
d.   Prasasti................................................................................................................... 12
e.   Sistem Kemasyarakatan..........................................................................................12
g.   Sistem Pemerintahan..............................................................................................13
E.     PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA..............13
a.  Kepercayaan atau agama........................................................................................13
b.  Bahasa..................................................................................................................... 13
c.  Organisasi sosial kemasyarakatan...........................................................................14
d.  Bidang Sosial........................................................................................................... 14
f.   Teknologi.................................................................................................................. 14
g.   Kesenian................................................................................................................. 14

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 15


A.    KESIMPULAN............................................................................................................... 15
B. SARAN............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan


keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang
tidak terlepas dari pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India.
Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-
sejarah. Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah
dan mulai membawa  bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita
mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam
peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini
menjadi kebanggaan tersendiri  bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-
Budha yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan
India di Indonesia banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi,
bangunan dan lain-lain. Sebagai generasi penerus bangsa pertama kita wajib mengetahui
sejarah bangsa ini.

B.     RUMUSAN MASALAH


-      Bagaimana proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia?
-      Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia ?
-      Peninggalan apa saja yang dihasilkan dari kerajaan Hindu Budha ?
-      Bagaimana pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia ?

C.    TUJUAN PENULISAN


-    Mengetahui proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.
-    Mengetahui perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
-    Mengetahui peninggalan kerajaan Hindu Budha.
-    Mengetahui pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.

D.    MANFAAT PENULISAN


-     Dapat memahami perkembangan kebudayaan dan agama Hindu-Budha do Indonesia.
-     Dapat memahami peninggalan dari kebudayaan Hindu Budha.
-     Dapat memahami pengaruh akan masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Budha

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PROSES MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA.

Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi yaitu India dan Cina. Kedua negara ini menjalin
hubungan ekonomi dan perdangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina
adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua
samudera, serta berada didekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:

a) Sering dikunjungu bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.
b) Kesempatan melakukan hunungan perdagangan internasional terbuka lebar.
c) Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.
d) Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran


internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara
pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu.
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya
Hindu-Budha ke Indonesia

1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari
penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara
keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan
oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi
peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh
menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula
yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi
proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang
pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para
pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan
hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya
Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar,

2
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke
Nusantara.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia
yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan
organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali
untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang
Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca
perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini
mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan
prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya
pada abad ke-7 Masehi.

B. TEORI MASUKNYA HINDU BUDHA DI INDONESIA

5 teori tentang masuknya agama Hindu-Buddha. 3 untuk yang berperan pasif dan 2 untuk
yang berperan aktif. Berikut ini adalah teori-teorinya:

PASIF

1. Teori Brahmana

Teori ini dikemukakan oleh Van Leur. Ia mengemukakan bahwa para kaum


brahmana diundang datang ke Nusantara karena ketertarikan raja-raja yang
berkuasa dengan ajaran agama Hindu dan Buddha. Sehingga raja-raja tersebut
mendatangkan para kaum brahmana untuk mengajarkan agama tersebut untuk raja
dan rakyatnya.

2. Teori Waisya

Dikemukakan oleh N.J.Krom yang menyebutkan bahwa para pedagang yang


beragama Hindu dan Buddha lah penyebar utama agama tersebut di
Nusantara. Karena perdagangan pada jaman dahulu menggunakan jalur laut dan
bergantung pada angin, ketika para pedagang ini menetap di Nusantara, mereka
memperkenalkan agama dan kepercayaannya kepada masyarakat.

3. Teori Ksatria

Pada jaman masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara, di daratan India dan China


sedang berlangsung perang saudara. Raja-raja yang kalah peperangan melarikan
diri ke Nusantara untuk berlindung. Lambat laun mereka mendirikan kerajaan
kembali di Nusantara dengan corak-corak yang berhubungan dengan agama Hindu
atau Buddha yang sebelumnya mereka anut. Nah, teori ini dikemukakan oleh C.C.
Berg, Mookerij, J.C. Moens.

3
AKTIF

1. Teori Arus Balik

Teori ini berasumsi bahwa perkembangan ajaran Hindu dan Buddha yang pesat di
India, kabarnya sampai terdengar sampai ke Nusantara, dan kemudian menarik
minat para kaum terpelajar di Nusantara untuk berguru ke India. Setelah mereka
berguru dan pulang ke Nusantara, mereka mulai menyebarkan agama baru yang
mereka pelajari disana sebagai pemuka agama dan pendeta. Teori ini dikemukakan
oleh F.D.K Bosch.

2. Teori Sudra

Para budak dari India dan China datang ke Nusantara karena dibawa oleh
pemiliknya atau karena mencari kehidupan yang lebih baik. Pada saat mereka
menetap di Nusantara, mereka berasimilasi dan berakulturasi dengan penduduk
sekitar. Hal tersebut membawa perubahan pada penduduk yang pada awalnya
memeluk Animisme dan Dinamisme, berganti memeluk agama Hindu atau Buddha.
Teori ini dikemukakan oleh van Faber.

C.     PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

1.   Kerajaan Kutai

Berdirinya Kerajaan Kutai

Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang
merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang
disebut Yupa yang mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut
diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti Yupa tersebut merupakan
prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu
Kerajaan Kutai.

Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para
Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman,
Raja yang baik dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu
dari Raja Kudungga, telah memberikan  100 ekor sapi kepada para Brahmana.

Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh Kudungga
kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada
masa Mulawarman (Anak Aswawarman).

Kejayaan Kerajaan Kutai

Menurut prasasti Yupa, puncak kejayaan Kerajan Kutai berada pada masa
kepemerintahan Raja Mulawarman. Pada masa pemerintahan Mulawarman, kekuasaan
Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan Kutai
pun hidup sejahtera dan makmur.

Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari
Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan

4
dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di
Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut
menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara
kedua Kerajaan tersebut.

Raja-raja Kerajaan Kutai

Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)


2) Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
3) Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4) Maharaja Marawijaya Warman
5) Maharaja Gajayana Warman
6) Maharaja Tungga Warman
7) Maharaja Jayanaga Warman
8) Maharaja Nalasinga Warman
9) Maharaja Nala Parana Tungga
10) Maharaja Gadingga Warman Dewa
11) Maharaja Indra Warman Dewa
12) Maharaja Sangga Warman Dewa
13) Maharaja Candrawarman
14) Maharaja Sri Langka Dewa
15) Maharaja Guna Parana Dewa
16) Maharaja Wijaya Warman
17) Maharaja Sri Aji Dewa
18) Maharaja Mulia Putera
19) Maharaja Nala Pandita
20) Maharaja Indra Paruta Dewa
21) Maharaja Dharma Setia

Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan
suatu tempat suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.

2.    Kerajaan Tarumanegara

Beridirnya Kerajaan Tarumanagara


Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah
Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari
perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya
berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam
peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi
yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang
berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman
membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh
Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain,
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang
menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan

5
perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk
sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.
Kejayaan Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh
Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara
diperluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat
Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang.
Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang
kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja
Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya
Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara
Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya
bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana
yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu
Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke
kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan
kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya
7 buah prasati yaitu:
1) Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor.
2) Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu.
3) Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang
4) Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta.
5) Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor.
6) Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di Bogor.
7) Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir
Sungai Cidanghiang,
Selain dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:
1) Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di
sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya
adalah Brahmana dan Animisme.
2) Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang
utusan dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.
3) Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M
datang utusan dari Tolomo.
Raja-raja Kerajaan Tarumanagara
Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi,
kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:
1) Jayasingawarman (358-382 M.)
2) Dharmayawarman (382-395 M.)
3) Purnawarman (395-434 M.)
4) Wisnuwarman (434-455 M.)
5) Indrawarman (455-515 M.)
6) Candrawarman (515-535 M.)

6
7) Suryawarman (535-561 M.)
8) Kertawarman (561-628 M.)
9) Sudhawarman (628-639 M.)
10) Hariwangsawarman (639-640 M.)
11) Nagajayawarman (640-666 M.)
12) Linggawarman (666-669 M.

3.   Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa
Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.
Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam
Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur,
perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh
Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat
persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan
makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang
kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada
meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai
mengalami kemunduran.
Penyebab kemunduran
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya
Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan
daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Raja-raja pada kerajaan Majapahit
Kerajaan Maja pahit dipimpin oleh
1) Raden Wijaya 1273 – 1309
2) Jayanegara 1309-1328
3) Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4) Hayam Wuruk 1350-1389
5) Wikramawardana 1389-1429
6) Kertabhumi 1429-1478

4.   Kerajaan Singasari

Berdirinya Kerajaan Singasari


Kerajaan Singhasari atau s ering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini bercorak Hindu.
Masa Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292).
Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia

7
mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng
pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra
adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya
dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari
Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun
1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagam
amenyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara
antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Kerutuhan kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang
bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari
Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya
Singhasari,  Jayakatwang  menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri.
Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari
Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok
dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya
Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
1) Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
2) Anusapati (1247 - 1249)
3) Tohjaya (1249 - 1250)
4) Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5) Kertanagara (1272 – 1292)

5. Kerajaan Sriwijaya

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya


Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta
Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih dahulu
di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan
Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat pemerintahannya
kemungkinan besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada pendapat lain yang
menyebutkan Ligor di Semenanjung malaya sebagai pusatnya.
Faktor Pendorong Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
1) Letaknya yang strategi
2) Kemajuan kegiatan perdagangannya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberikan kesempatan bagi
perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-
6 dipegang oleh kerajaan Funan.
4) Memiliki armada laut yang kuat

8
5) Melayani distribusi ke berbagai wilayah nusantara
6) Sumber sejarah
7) Berita Asing yaitu Berita Cina, Berita Arab, Dan Berita India
8) Dari dalam negeri berwujud prasasti yaitu prasasti kedukan bukit, prasasti talang
tuo ,prasasti kota kapur ,prasasti telaga batu, prasastikarang berahi dan prasasti ligor
Mundurnya Kerajaan Sriwijaya
Faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-
kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalamdunia perdagangan, seperti Kerajaan
Siam di sebelah utara. Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-
daerah diSemenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra
ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di
Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu bermula dari
serangan besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan Raja
Rajendra Coladewa pada tahun 1017 dantahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan Cola
dapat diketahui dari prasasti Tanjore ( 1030 )
Pada saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P. Jawa
Banyak daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Pernah diserang oleh raja
Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu tahun 1025 M dan 1030 M
Adanya ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M. Muncul dan
berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
Serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada,
1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit Terjadinya serangan dari kerajaan
Majapahit pada tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14, nama Sriwijaya sudah
tidak pernah lagi disebut – sebut dalam sumber sejarah. Kerajaan Sriwijaya benar – benar
runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari Jawa

Raja-raja yang Pernah Memerintah


Menurut sejarah kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya dimasa
lampau. Raja raja yang pernah memerintah adalah :
1) Dapunta Hyang Srijayanegara
2) Dharmasetu
3) Balaputradewa
4) Cudamani Warmadewa
5) Sanggrama Wijaya Tunggawarman

6. Kerajaan Mataram Kuno

Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno


Menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno
adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut

9
jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang
memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal
dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari
Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian
melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja
Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan
Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya
memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya
yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno pada Masa Raja Dharmawangsa yang disebabkan
karena kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak
menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
a) Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
b) Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi
c) Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di
bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini
dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan
Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai
Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa.
Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau
Kerajaan Medang Kawulan
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka
tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya
adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
1) Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta
oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
2) Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M
yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar
silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja
Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung,
Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.

10
3) Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri
oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari,
Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja
yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai
berikut :
1) Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2) Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
3) Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4) Rakai Warak alias Samaragrawira
5) Rakai Garung alias Samaratungga
6) Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7) Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8) Rakai Watuhumalang
9) Rakai Watukura Dyah Balitung
10) Mpu Daksa
11) Rakai Layang Dyah Tulodong
12) Rakai Sumba Dyah Wawa
13) Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14) Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15) Makuthawangsawardhana
16) Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

D.    PENINGGALAN YANG DIHASILKAN DARI KERAJAAN HINDU BUDHA


Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah,
baik berupa bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa
peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha.

a.    Seni bangun

Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian,


pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang
bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika.
Contoh kompleks percandian atau candi adalah sebagai berikut :
1) Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi.
2) Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon. Bangunan
bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-
peninggalan tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan
upacara memperingati hari Waisak.
3) Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad
ke VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah
candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).

11
4) Candi lain yang bercorak Hindu adalah candi Gedong Sango, percandian Dieng,
Ratu Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari,
candi Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokero.

b.    Seni Rupa dan Seni Ukir

Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat.
Hal ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi
Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan
Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.

c.    Seni Sastra dan Aksara

Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab
keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul
wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh.
Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia,
mengakibatkan berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno.
Huruf Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).

d.   Prasasti

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah,
yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan,
menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang
mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi. Contoh peninggalan Hindu Budha yang
berbentuk prasasti :
1) Prasasti Mulawarman, Kutai,
2) Prasasti Kebon Kopi, Ciampea, Bogor,
3) Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi, abad ke-5
4) Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Desa Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang, Banten, abad ke-5
5) Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
6) Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah,
awal abad ke-7 paling tua.
7) Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, 16 Juni 682
8) Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera Selatan, 23 Maret 684
9) Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686
10) Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan
Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, 24 Juli 750
11) Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804
12) Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856

e.    Sistem Kemasyarakatan.

12
Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang
yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam
masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu
kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.

f.     Filsafat dan Sistem Kepercayaan


Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme, percaya adanya
kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan
maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan
terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di
India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga
berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.

Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan
patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi
candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.

g.     Sistem Pemerintahan

Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem


pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin
tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan
melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan
Kutai, Taruma dan sebagainya.

Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang
punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya
pemujaan Dewa Raja.

E.     PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA

a.    Kepercayaan atau agama

Bidang kepercayaan atau agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah
berkembang kepercayaan yang berupa  pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu
kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India,
penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali
oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di
Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme,
atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses
akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang  berbeda menjadi satu. Untuk itu
agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu
-Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat
dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India

b.      Bahasa

13
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya  perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang
menggunakan bahasa Sanskerta.

c.       Organisasi sosial kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah
masuknya  pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan
turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip
musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti
yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.

d.      Bidang Sosial

Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial


masyarakat.Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam
masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta
sudra.

e.       Sistem pengetahuan


Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu 
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan
satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi
adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78
= 732 M.

f.       Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni 
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi diIndonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di
Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis
yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat
berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi
Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi
yang tinggi.

g.      Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan
dan seni pertunjukan.
1. Seni rupa
2. Seni sastra
3. Seni bangunan
4. Seni Pertunjukkan

14
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di


Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus
Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa
pengaruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha
merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-
temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya
kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan
kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur.
Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan,
maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.

B.     SARAN

Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu.
Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat
sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota
di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan
yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-
budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://tugasmakalahkelas.blogspot.com/2017/08/makalah-perkembangan-agama-dan.html
https://www.coursehero.com/file/51870365/SEJARAH-KERAJAAN-HINDU-DAN-BUDHA-
DAN-ISLAM-DI-INDONESIA-REVdocx/
https://www.kompasiana.com/nisrinaap/5c9c26c89715946948183906/teori-masuknya-hindu-
buddha-di-nusantara?page=all
https://blog.ruangguru.com/proses-masuknya-agama-hindu-buddha-ke-nusantara

16

Anda mungkin juga menyukai