Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBUDAYAAN DI NUSANTARA (KALIMANTAN DAN SULAWESI)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Multibudaya

Dosen Pengampu: Monalisa, M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 12

1. Almaida Yanuarizky (201520184)

2. Sri Nanda Rahmawati (201520195)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul Kebudayaan Di Nusantara (Kalimantan Dan


Sulawesi) bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Multibudaya.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Monalisa, M.Pd Sebagai Dosen Mata Kuliah Konseling Multibudaya

2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan.

3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, 9 Desember
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Sejarah Kalimantan Dan Sulawesi..........................................................................6
B. Tradisi Kalimantan Dan Sulawesi...........................................................................8
A. Tarian di Kalimantan dan Sulawesi......................................................................10
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
Kesimpulan......................................................................................................................12
Saran.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan adalah perwujudan dari kerja keras dan kearifan suatu masyarakat dalam
menjalani dunia-nya. Kebudayaan juga menjadikan suatu masyarakat dapat memandang
lingkungan hidupnya dengan bermakna. Dengan format budaya masyarakat dapat menata
alam sekitarnya dan memberikan klasifikasi, sehingga Tindakan warganya pada alam
sekitarnya dapat terorientasikan. Banyak orang beranggapan bahwa ekonomi, politik,
teknologi, religi dan sebagainya termasuk unsur-unsur kebudayaan, pemahaman semacam itu
sebenarnya tidak mengungkap lebih dalam apa yang dikandung oleh kebudayaan. Ekonomi,
politik, kesenian, religi dan sebagainva itu adalah kebudavaan karena persepsi maknawi yang
terkandung di dalamnya merupakan kebudayaan. Ekonomi. politik. teknologi, kesenian, religi
dan sebagainva itu mengandung dan mencerminkan makna, dan makna itulah kebudayaan.
Karena dengan kedudukan atau penggolongan itu terwujudlah perilaku politik-ekonomi.
Dunia realitas politik-ekonomi tersebut akan lain sama sekali dipersepsikan ole lapisan
masyarakat lain.
Kebudayaan sebagai sistem yang lair dari respons suatu masyarakat terhadap
dunianya, dan itu akan berubah bila terjadi perubahan dalam lingkungan realitas empiriknya.
Kebudayaan yang senantiasa memberikan respons terhadap lingkungannya akan merumuskan
pemaknaannya terhadap realitas empirik yang berubah itu. Karena itu perubahan realitas
dapat mempengaruhi perubahan kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana sejarah di Kalimantan dan Sulawesi?
 Apa saja tradisi yang ada di Kalimantan dan Sulawesi?
 Tarian apa yang terdapat di Kalimantan dan Sulawesi?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui sejarah Kalimantan dan Sulawesi
 Untuk mengetahui tradisi Kalimantan dan Sulawesi
 Untuk mengetahui tarian di Kalimantan dan Sulawesi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kalimantan Dan Sulawesi


 Kalimantan

Kalimantan atau juga disebut Borneo oleh dunia internasional. Kalimantan


adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah
barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi
wilayah Indonesia 73%, Malaysia 26%, dan Brunei 1%. Pulau Kalimantan terkenal dengan
julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau
ini. Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk bagian timur pulau yang
sekarang termasuk wilayah Indonesia. Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak)
untuk Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Indonesia wilayah Utara, adalah
provinsi Kalimantan Utara. Dalam arti luas Kalimantan meliputi seluruh pulau yang juga
disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada
wilayah Indonesia. Sebutan kalemantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok
penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini. Menurut Crowfurd, kata
Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah
pulau mangga. Namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak
populer. Mangga lokal yang disebut kalemantan ini sampai sekarang banyak terdapat di
perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat. Pendapat yang lain
menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa
Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal:
musim, waktu dan manthan: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut
kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut
penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.

 Sulawesi

Pada abad ke 13, di Sulawesi Tengah sudah berdiri beberapa kerajaan seperti
Kerajaan Banawa, Kerajaan Tawaeli, Kerajaan Sigi, Kerajaan Bangga, dan Kerajaan
Banggai. Pengaruh Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah mulai terasa pada abad ke
16. Penyebaran Islam di Sulawesi Tengah ini merupakan hasil dari ekspansi kerajaan-
kerajaan di Sulawesi Selatan. Pengaruh yang mula-mula datang adalah dari Kerajaan Bone
dan Kerajaan Wajo. Pengaruh Sulawesi Selatan begitu kuat terhadap Kerajaan-Kerajaan di

v
Sulawesi Tengah, bahkan sampai pada tata pemerintahan. Struktur pemerintahan kerajaan-
kerajaan di Sulawesi Tengah akhirnya terbagi dua, yaitu, yang berbentuk Pitunggota dan
lainnya berbentuk Patanggota. Pitunggota adalah suatu lembaga legislatif yang terdiri dari
tujuh anggota dan diketuai oleh seorang Baligau. Struktur pemerintahan ini mengikuti
susunan pemerintahan ala Bone dan terdapat di Kerajaan Banawa dan Kerajaan Sigi. Struktur
lainnya yaitu Patanggota, merupakan pemerintahan ala Wajo dan dianut oleh Kerajaan Palu
dan Kerajaan Tawaeli. Patanggota Tawaeli terdiri dari Mupabomba, Lambara, Mpanau, dan
Baiya. Pangaruh lainnya adalah datang dari Mandar. Kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini
adalah cikal bakalnya berasal dari Mandar. Pengaruh Mandar lainnya adalah dengan
dipakainya istilah raja. Sebelum pengaruh ini masuk, di Teluk Tomini hanya dikenal gelar
Olongian atau tuan-tuan tanah yang secara otonom menguasai wilayahnya masing-masing.
Selain pengaruh Mandar, kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini juga dipengaruhi Gorontalo dan
Ternate. Hal ini terlihat dalam struktur pemerintahannya yang sedikit banyak mengikuti
strukturpemerintahan di Gorontalo dan Ternate tersebut. Struktur pemerintahan tersebut
terdiri dari Olongian (kepala negara), Jogugu (perdana menteri), KapitanLaut (Menteri
Pertahanan), Walaapulu (menteri keuangan), Ukum (menteriperhubungan), dan Madinu
(menteri penerangan) Dengan meluasnya pengaruh Sulawesi Selatan, menyebar pula agama
Islam.Daerah-daerah yang diwarnai Islam pertama kali adalah daerah pesisir.
Padapertengahan abad ke 16, dua kerajaan, yaitu Buol dan Luwuk telah menerimaajaran
Islam. Sejak tahun 1540, Buol telah berbentuk kesultanan dan dipimpinoleh seorang sultan
bernama Eato Mohammad Tahir. Mulai abad ke 17, wilayah Sulawesi Tengah mulai masuk
dalam kekuasaan kolonial Belanda.

B. Tradisi Kalimantan Dan Sulawesi


 Kalimantan
Upacara-upacara tradisional di Kalimantan merupakan suatu mata rantai yang tak dapat
dipisahkan dari Tattwa yang merupakan inti dari pada ajaran agama Hindu Kaharingan
(tradisi religi asli masyarakat Dayak) dengan susila yang merupakan aturan-aturan yang patut
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Unsur tattwa, etika dan upacara merupakan unsur
universal ajaran agama Hindu Kaharingan yang terkandung dalam setiap ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Dayak, yang mana antara unsur yang satu dengan yang lainnya
harus saling dipahami dan ditaati secara terpadu dan simultan serta tidak terpisahkan.
Masyarakat Dayak Ngaju khususnya yang beragama Hindu Kaharingan sangat kaya dengan

vi
upacara-upacara keagamaan antara lain seperti selingkar hidup, upacara kelahiran,
perkawinan hingga upacara tiwah (kematian).

1. Tiwah (Upacara Kematian)


Tiwah adalah upacara pengangkatan tulang belulang yang sudah meninggal dari tanah
ke dalam sandung (tempat pemakaman tetap) lalu dikuburkan kembali. Upacara Tiwah
mempunyai makna mengantar arwah nenek moyang. Bagi masyarakat Kalimantan,
khususnya masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang masih menganut agama Kaharingan
(atau lebih dikenal sebagai agama Hindu Kaharingan), sangat memperhatikan prosesi
penyelenggaraan upacara Tiwah, karena upacara ini mempunyai makna yang sangat sakral
dan penting. Masyarakat Dayak Tomun Lamandau percaya apabila mereka belum
meniwahkan keluarganya, arwah akan tetap berada di bumi dan tidak bisa menuju ke surga.
Itu sebabnya bagi masyarakat Dayak, mengadakan upacara Tiwah hukumnya wajib, terutama
apabila almarhum masih menganut agama Kaharingan. Bagi sanak keluarga yang masih
hidup, penyelenggaraan upacara tiwah ini merupakan penghormatan terakhir hagi yang
meninggal dunia. Sebelum almarhum ditiwahkan, keluarga merasa masih berutang dan
memiliki beban moral kepada almarhum.
2. Upacara Perkawinan
Dalam suku bangsa Dayak upacara perkawinan dianggap religius yang berkaitan
dengan memperoleh keturunan dan merupakan suatu peningkatan nilai berdasarkan hukum
agama yang sakral. Salah satu tujuan perkawinan menurut adat suku bangsa Dayak adalah
untuk menjaga nama baik keluarga, terutama bagi suatu keluarga yang mempunyai anak
gadis. Pada keluarga dari kalangan rakyat yang biasa berlaku anggapan bahwa anak
perempuan yang telah berusia lebih dari 15 tahun dan belum menikah seakan-akan membawa
malu terhadap keluarganya. Oleh sebab itu apabila suatu keluarga tersebut mempunyai anak
gadis dan ada orang yang meminang, meskipun pinangan ini merupakan pinangan pertama
bagi gadis itu, pinangan tersebut sering kali diterima olah orang tuanya, walaupun gadis
tersebut belum mencapai usia 18 tahun. Ada kalanya anak perempuan yang berusia 9 tahun
atau 10 tahun sudah bisa dipinang, meskipun pernikahan akan ditunda sampai dia mencapai
usia yang dianggap sudah dapat melangsungkan pernikahan. Misalnya ketika sudah
menginajk 15 tahun.
Syarat-syarat perkawinan bagi masyarakat suku Bangsa Dayak yaitu pria dan wania
yang telah dewasa (biasanya wanita berumur 15 atau 16 tahun) dan dapat bertanggung jawab
bila mereka telah melaksanakan perkawinan menurut adat, Mereka tidak mempunyai

vii
hubungan kekerabatan atau keluarga yang dekat, misalnya sepupu sekali sampai sepupu dua
kali, tidak mempunyai darah langsung misalmya antara paman dengan keponakan.
Disamping itu pihak keluarga pria harus menerahkan tanda jujuran (ikatan) sesuai dengan
ketentuan adat yang berlaku menurut kedudukannya di dalam masyarakat seperti yang telah
diuraikan pada bentuk perkawinan. Dikehendaki pula bahwa pria telah mempunyai pekerjaan
atau mata pencaharian, tetapi terkadang terjadi bahwa pihak pria mash ditanggung
sepenuhnya oleh orang tuanya.
 Sulawesi
Karampuang adalah sebuah kampung tua yang tetap melestarikan kebudayaannya.
Kata Karampuang ini berasal dari karampulue berdiri bulu roma dan merupakan berpaduan
antara kata karaeng dan puang. Karampuang memiliki banyak ritual-ritual adat yang rutin
terlaksana setiap tahun, karena rasa memiliki dan kepedulian terhadap tradisi leluhur
merupakan salah satu alasan pendorong bagi masyarakat 4 Karampuang untuk selalu
bertanggung jawab menjaga, memelihara dan melestarikan adat budaya sehingga pada
akhirnya, kebersamaan dan tanggung jawab sesama masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut semakin terjaga. Diantara banyaknya ritual, terdapat tiga ritual yang memiliki sifat
gotong royong. Ritual adat itu adalah upacara adat mappogau hanua (mpugau hnua). Upacara
adat mappogau hanua atau pesta kampung adalah merupakan suatu upacara adat terbesar
yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat pendukung kebudayaan Karampuang. Acara
ini berlangsung satu minggu dalam bulan November tahun berjalan. Pelaksanaan pesta adat
mappogau hanua di Karampuang adalah perwujud dan rasa syukur atas keberhasilan panen
pertanian atau perkebunan sehingga dilaksanakan sangat meriah dan membutuhkan waktu
yang sangat lama sehingga memerlukan tenaga dan biaya yang sangat besar, tetapi hal
tersebut selama ratusan tahun ini tidak pernah menjadi halangan akibat biaya. Seluruh warga
siap membantu untuk acara ini, dengan kesabaran bersama

C. Tarian di Kalimantan dan Sulawesi


1. Tari Pakarena (Sulawesi Selatan)
Tari Pakarena Tiap jenis tari Pakarena mempunyai pola iringan yang harus diketahui oleh
penari dan pemusik. Penyusunan iringan ditentukan secara kreatif oleh seorang sutradara
yang disebut Anrong Guru. Dalam hal gerak, penari berpatokan pada penari terdepan sebelah
kanan Anrong Guru yang disebut Pauluang. Selain itu, judul dan jenis tari Pakarena sangat
ditentukan oleh nyanyian dalam tari tersebut. Nyanyian tersebut disebut Lelle dan Dondo.
Misalnya Lelle dan Dondo Samboritta hanya akan dibawakan pada tari Pakarena Samboritta.

viii
Selain itu ada juga Kelong atau nyanyian yang disajikan berdasarkan pilihan anrong guru.
Jika melihat aksi dari pemusik tari Pakarena maka akan terlihat suatu sajian yang sangat
kontradiktif dengan tari. Para pemusik akan bermain dengan sangat kencang dan keras. Hal
tersebut sangat nampak pada pemain gendang yang menghentakkan alat musik membranofon
dengan sangat energik dan bersemangat secara sepintas terlihat tidak ada kaitannya dengan
tarian. Ini merupakan cerminan dari kaum pria masyarakat Sulawesi Selatan yang keras dan
tegas. Pemain gendang adalah pemimpin dari kelompok musik ini karena ia yang
menentukan irama dan tempo dari jalannya suatu lagu. Ada dua jenis pukulan yang dikenal
dalam tabuhan Gendang. Pertama, adalah pukulan Gundrung, yaitu pukulan Gendang dengan
menggunakan stik atau bambu yang terbuat dari tanduk kerbau. Kedua adalah pukulan tumbu
yang dipukul hanya dengan tangan. Selain instrumen gendang, adapun beberapa instrumen
lainnya pada kelompok musik ini adalah gong, katto-katto, dan puik-puik. Khusus untuk
pemain puik-puik (sejenis alat musik tiup menyerupai preret), harus memiliki keahlian
meniup secara terus menerus (circular breathing) atau disebut juga dengan a’mai Lalang.
2. Tari Zapin (Kalimantan Barat)
Tari Zapin Melayu bukan berarti melupakan kaitan nilai-nilai keindahan tari dengan
nilai-nilai budaya Melayu yang lain, karena pertama, sebuah karya seni tidak bertanggung
jawab atas kualitas dan penerimaannya oleh penonton. Tanggung jawab ini dipikul oleh
keadaan budaya asal karya tersebut. Karya seni bukan sebuah benda yang ditempelkan begitu
saja kepada sekelompok masyarakat.Kedua, karya seni timbul dari kualitas yang menjadi ciri-
ciri pokok dari masyarakat induknya. Jika masyarakat yang menghasilkan berantakan, maka
karya seni yang dihasilkan akan mencerminkan gambaran di atas. Jika masyarakat yang
menghasilkannya kokoh dan moralistik, maka keseniannya pun akan menggambarkan hal
yang serupa (Nikolais, 1956: 74).
Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi. Untuk memahami
maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian, orang perlu tahu tentang kapan,
kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan. Dalam mengukur kedalaman sebuah tarian atau
menjelaskan sebuah pertunjukan dari kebudayaan lain dituntut pemahaman cara dan
pandangan hidup masyarakat yang menciptakan dan menerima tarian tersebut (Kuper via
Snyder, 1984: 5). Pusat-pusat pemerintahan atau Kerajaan-kerajaan Melayu hampir
seluruhnya terletak di tepi sungai atau di tepi pantai, dan sejak dulu orang Melayu ahli
berdagang. Kedua hal ini menyebabkan kebudayaan Melayu terbuka terhadap pengaruh
luar.Salah satu pengaruh besar yang kemudian meresap dalam bidang religi adalah pengaruh
Arab-Islam.Pengaruh ini seakan-akan menghapus budaya Hindu dan Budha, sehingga budaya

ix
Hindu-Budha tinggal penghias dalam kebudayaan Melayu. Kesenian Zapin adalah pengaruh
dari kebudayaan Islam tersebut (Sinar, 1982: 3).
Tari dipimpin oleh pawang yang mengucapkan mantra-mantra tertentu, seperti yang
dilakukan dalam upacara mengambil madu lebah, jamu laut, jamu bendang atau dalam tarian
keliling sambil menginjak-injak padi (Ahot-ahot).Dalam pertunjukan Makyong, pawang
mendapat bagian yang menghadap rebab .Kedua, kelompok tari perang. Tari yang termasuk
jenis ini adalah tari silat dan tari pedang yang ditarikan oleh laki-laki dengan memakai senjata
(pisau, keris, atau pedang). Tarian ini dilakukan untuk menyambut tamu penting atau untuk
mengarak pengantin. Tari Inai dengan gerakan silat sambil memegang lilin yang ditarikan di
depan pelaminan dalam “Malam Berinai Besar” termasuk dalam kelompok ini. Ketiga, tari
pertunjukan.Tari ini dibedakan menjadi tari yang bersifat semireligius dan tari yang semata-
mata bersifat hiburan.Barodah dan Zikir Barat yang menyanyikan syair pemujaan kepada
Allah dan Rasullulah dalam bahasa Arab dan bersumber dari kitab Barzanzi masuk dalam tari
semireligius.Adapun tari yang bersifat hiburan semata-mata yaitu Zapin. Keempat, kelompok
tari-tari Ronggeng untuk menandak, antara lain tari Lagu Senandung, tari Lagu Dua, tari
Lenggang Mak Inang/Cik Minah Sayang, tari Pulau Sari, tari Patam-patam, dan Gubang. Tari
Lagu Senandung, tari Lagu Dua, tari Lenggang Mak Inang/Cik Minah Sayang, dan tari Pulau
Sari ini sering dilakukan dalam satu rangkaian dan disebut sebagai tari Melayu “empat
serangkai. Kerajaan siak sebagai sebuah kerajaan melayu yang besar di zamannya,
mempunyai peniggalan yang tak sedikit sampai saat ini, baik peninggalan berupa fisik
maupun seni budaya, salah satu dari peninggalan seni budaya yang dikenal dengan nama
ZAPIN. Zapin adalah seni tari yang dipadu dengan seni musik. Kesenian ini sudah hidup dan
berakar di kerajaan siak sejak berabad yang lalu sampai sekarang. Berbicara mengenai asal
tari zapin muncul disiak, ada dua pendapat. Pertama banyak yang mengatakan bahwa
kesenian zapin ini berasal dari arab. Menurut Prof umar Amir husin kata zapin berasal dari
Bahasa Arab yakni: ALZAFN yang berarti gerak kaki. Kesenian zapin dibawa oleh pedagang
Arab yang sekaligus juga menyebarkan agama Islam.Pada tahap awal masyarakat siak hanya
sebagai penonton atau ikut mendengarkan bunyi-bunyian yang dimainkan oleh pedagang
Arab tersebut. Oleh orang Arab dalam misi menyebarkan agama Islam maka melalui
kesenian zapin ini diselipkan nafas Islam didalamnya, maka terciptalah suatu kesenian baru
yang terdiri dari bunyi-bunyian, nyanyian dan tarian sebagai mana yang kita kenal sekarang
yaitu zapin.

x
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kalimantan meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan
dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia.
Sebutan kalemantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok penduduk yang
mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini. Sulawesi Selatan begitu kuat terhadap
Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Tengah, bahkan sampai pada tata pemerintahan. Struktur
pemerintahan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah akhirnya terbagi dua, yaitu, yang
berbentuk Pitunggota dan lainnya berbentuk Patanggota. Salah satu tari yang dimiliki
Kalimantan adalah tari zapin dan salah satu tari yang dimiliki Sulawesi adalah tari Pakarena.

Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kata
sempurna tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas agar lebih baik lagi.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Fabiana Meijon Fadul. (2019). 済無 No Title No Title No Title. 1–71.


I Gde Made Indra Sadguna, SSn., Ms. (2013). Keberadaan Tari Pakarena Di Sulawesi
Selatan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Kesimpulan, A. (2019). Andi Dwi Resqi Pramana, 2019 TARI PAKARENA ANIDA
SEBAGAI CITRA PEREMPUAN BANGSAWAN MAKASSAR DI SULAWESI SELATAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. 116–118.
Tahun, Y. P. (1964). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析 Title. Bulletin of the Japan Institute of Metals, 3(5), 249–
258.

‫ ع‬.‫ و‬. .‫ م‬.‫ غ‬.‫ س‬,‫کوچکی‬., VDMA, Fähling, J., Industry, M., Nielsch, W., Abbildung, D.,
Turtle, P., Lanza, G. et al., Messe, H., Cases, U., Ar-anwendungen, P., Reality, A.,
Werkzeug, M., App, D., Vsm, S. I. M., Technologie-Initiative SmartFactory KL e.V.,
BSI, B. F. S. in der I., Group, S. S., Heller, J., … Europäische Komission. (2018). No 主
観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造
分析 Title. Bitkom Research, 63(2), 1–3.

xii

Anda mungkin juga menyukai