Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU BUDDHA TERHADAP


KEBUDAYAAN INDONESIA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SD 2
DOSEN PENGAMPU :
NURKHOZIN, S. PD, M.PD

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
INAYATI 1810125120004
EKA IKHTIARINI 1810125120013
MUHAMMAD NAJHAN 1810125210031
KHAIRULLAH 1810125310046
ROSIDAH 1810125320053
WA’APINI 1810125320047

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, kami panjatkan Puji Syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Pengaruh Kebudayaan Hindu
Buddha Terhadap Kebudayaan Indonesia‘. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Ilmu Pengetahuan Sosial SD 2.
Makalah ini kami susun dari beberapa buku referensi yang kami dapatkan
di perpustakaan. Dalam penyusunan makalah ini kami antar anggota kelompok 2
bekerjasama semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan harapan. Dan kami berharap dengan adanya makalah yang kami susun ini,
pembaca dapat menambah wawasan tentang pengaruh kebudayaan Hindu Budha
terhadap kebudayaan Indonesia.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik pembaca
agar kami dapat menyempurnakan makalah selanjutnya.

Banjarmasin, Februari 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Proses Masuknya Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia..........................2
1. Teori Waisya.............................................................................................3
2. Teori Ksatria..............................................................................................3
3. Teori Brahmana.........................................................................................4
4. Arus Balik..................................................................................................4
B. Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia.......................................4
1. Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha di Bidang Politik............................4
2. Pengaruh kebudayaan Hindu Budha di Bidang Ekonomi.......................12
3. Pengaruh Kebudayaan Hindu di Bidang Sosial......................................13
4. Pengaruh kebudayaan Hindu di Bidang Kebudayaan Nusantara............15
BAB III KESIMPULAN........................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.0 : Peta Jalur Masu Kebudayaan Hindu Buddha...................................2


Gambar 1.1 : Peta Kerajaan Hindu Budha.............................................................5
Gambar 1.2 : Kasta Agama Hindu........................................................................13
Gambar 1.3 : Peta Candi Hindu Buddha..............................................................16
Gambar 1.4 : Peta Candi Jawa Tengah.................................................................17
Gambar 1.5 : Peta Candi Jawa Timur...................................................................18
Gambar 1.6 : Relief Candi Borubodur..................................................................20
Gambar 1.7 : Relief Candi Jago............................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah segala ciptaan manusia yang dipergunakan untuk
beradaptasi dengan lingkungan dan memenuhi kebutuhan hidup. Kebudayaan
terdiri dari unsur teknologi, sistem sosial, sistem politik, sistem kepercayaan
dan agama, bahasa dan kesenian. Perubahan kebudayaan dapat disebabkan
faktor yang berasal dalam masyarakat itu sendiri seperti penemuan, perubahan
jumlah dan komposisi penduduk. Pembauran dua kebudayaan yang berbeda
tanpa menimbulkan hilangnya ciri khas atau kepribadian kebudayaan asal
disebut akulturasi. Kebudayaan luar seperti Hindu Buddha di Nusantara
berpengaruh besar pada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan masyarakat
Indonesia sekarang merupakan hasil akulturasi yang sebelumnya melalui
seleksi dan modifikasi sehingga tidak menghilangkan ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal masuk pengaruh Hindu Buddha di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia?
3. Dimana letak keberadaan pengaruh kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami awal masuk pengaruh Hindu Buddha di
Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami pengaruh kebudayaan Hindu Buddha di
Indonesia.
3. Mengetahui lokasi pengaruh kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia


Kita dapat menduga bahwa masuknya kebudayaan hindu ke indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan adanya aktifitas hubungan indonesia-india
dengan china sekitar abat pertama masehi. Hal ini terjadi karena letaknya pulau
indonesia di tengah-tengah perjalanan laut yang menghubungkan china dengan
indonesia. Hubungan tersebut mulanya bersifat dagang, tetapi aktivitas jalan
darat menjadi tidak aman karena adanya peperangan antar suku bangsa di Asia
tengah, juga sering terjadi perampokan-perampokan. Maka dari itu, di atas
aktifitas hubungan india dengan cina akhirnya menempuh jalan melalui jalan
laut. Akibat melalui hubungan jalan laut, inilah posisi kepulauan Nusantara
yang sangat penting, sehingga kebudayaan hindu pun mulai menyebar ke
Nusantara.

Gambar 1.0 : Peta Jalur Masu Kebudayaan Hindu Buddha

Indonesia adalah negara kepulauan yang letaknya strategis karena berada


di jalur pelayaran yang menghubungkan negara-negara barat dan timur.
Berlabuhnya kapal-kapal dagang berbagai bangsa membuat masyarakat
indonesia tidak dapat terhindar dari pengaruh luar.

2
Hubungan dagang antara indonesia dan india terjadi sejak tahun 1 M.
Hubungan perdagangan ini diikuti pula oleh hubungan kebudayaan, seperti
agama, sistem pemerintahan, dan sosial sehingga terjadi percampuran
kebudayaan diantara dua bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa
indonesia mengenal agama hindu dan budha. Berikut beberapa teori yang
terkait proses masuknya agama dan kebudayaan hindu dan budha ke indonesia.
1. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N. J. Krom, didasarkan pada alasan
bahwa motivasi terbesar datangnya bangsa india ke indonesia adalah untuk
berdagang. Golongan besar yang datang ke indonesia adalah para pedagang
india (kasta waisya). Mereka bermukim bahkan ada yang menikah dengan
orang indinesia. Mereka aktif dalam hubungan sosialisasi tidak hanya
dengan masyarakat indonesia indonesia secara umun, tetapi juga dengan
pemimpin kelompok. Masyarakat. Lewat interaksi itu, mereka menyebarkan
dan memperkenalkan tentang agama mereka.
Teori waisya diragukan kebenarannya. Jika para pedagang yang
berperan terhadap penyebaran kebudayaan, pusat-pusat kebudayaan
mestinya hanya terdapat di wilayah perdagangan. Seperti di pelabuhan atau
pusat kota lainya. Kenyataannya, pengaruh kebudayaan hindu budha banyak
terdapat di wilayah pedalaman, dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan
bercorak hindu di pedalaman pulau jawa.
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F. D. K. Bosh. Menurut teori ksatria.
Menurut teori, di india pada masa lampau, sering terjadi perang antar
golongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang lantas
meninggalkan india. Rupanya di antara mereka ada yang sampai ke
indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni
baru sebagai tempat tinggalnya.ditempat itu pula terjadi penyebara agama
dan budaya hindu. Kelemahan teori ini adalah tidak adanya bukti bahwa
pernah terjadi kolonisasi oleh para ksatria india.

3
3. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh J.C.Van Leur. Menurut teori ini
brahmana datang ke indonesia atas undangan pemimpin suku dalam rangka
melegitimasi kekuasaan mereka sehingga setaraf dengan raja-raja india.teori
ini didasarkan pada pengaman terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-
kerajaan bercorak hindu diindonesia, terutama prasasti-prasasti berbahasa
sansekerta dan huruf pallawa.
Teori ini pun diragukan kebenarannya karena kendati benar hanya
brahmana yang dapat membaca dan menguasai weda, para pendeta hindu itu
pantang menyebrangi lautan.
4. Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh G. Coedes. Berkembangnya pengaruh
dan kebudayaan di india ini dapat dilakukan oleh bangsa indonesia sendiri.
Bangsa indonesia mempuai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke
india seperti mempelajari agama hindu dan budha. Sekembalinya dari india,
mereka membawa pengetahuan tentang agama dan kebudayaaan di india.
Banyak orang meyakini bahwa teori arus balik masih memerlukan banyak
bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya.

B. Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia


1. Pengaruh Kebudayaan Hindu Budha di Bidang Politik
Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Buddha ke
Indonesia, bangsa indonesia sudah mengenal susunan masyarakat yang
teratur. Setiap masyarakat (suku bangsa) telah di pimpin oleh seorang
kepala suku, yang telah di tunjuk berdasarkan kesepakatan warga
masyarakat. Paham demokrasi dengan primus inter pares ( yang peryama
dari sesama ) telah diwujudkan dalam kehidupan "politik" pada masa itu.
Kepala suku diangkat dari orang yang telah berpengalaman, memiliki
kemampuan memimpin upacara penghormatan kepada arwah nenek moyang
dan sebagainya.
Dengan masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Buddha sistem
demokrasi dengan primus inter pares di gantikan dengan sistem kerajaan.
Raja di anggap sebagai keturunan Dewa, misalnnya Mulawarman di anggap

4
titisan Dewa Syiwa, Purnawarman di anggap titisan Dewa Wisnu, dan
Airlangga di anggap titisan Dewa Wisnu dan sebaginya.
Kedudukan raja menjadi turun-temurun, dan raja menjadi pusat
segala-galanya. Timbullah kebudayaan istana yang di ciptakan demi
kepentingan raja dan bangsawan. Kebudayaan Hindu menimbulkan banyak
berdirinya kerajaan-kerajaan di indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut
adalah:

Gambar 1.1 : Peta Kerajaan Hindu Budha

a. Kerajaan Kutai Kalimantan Timur


Sampai sekarang kerajaan kutai masih di anggap sebagai kerajaan
Hindu tertua di Indonesia, hal ini didasarkan kepada bentuk tulisan
Pallawa yang di perkirakan dari abad ke-4. Sebenarnya prasasti-prasasti
Kutai yang terpahat pada tiang-tiang batu (yupa) tidak mencantumakan
nama kerajaan dan angka tahun. Karena di temukannya di daerah kutai,
maka oleh para ahli kemudian di sebut kerajaan Kutai. Juga bentuk huruf
Pallawa yang di goreskan pada batu tersebut berkembang di India sekitar
abad ke-4,sehingga kerajaan kutai di perkirakan berdiri sekitar abad ke-4.
Batu tulis (yupa) tersebut menerangkan silsilah "seorang raja yang
bernama Kundungan, mempunyai putra yang bernama Aswawarman

5
mempunyai putra yang terkenal bernama sang Mulawarman. Ia sering
mengadakan upacara Vapnakesywara ( pemujaan kepada syiwa). Untuk
peringatan itulah sang Mulawarman mendirikan tugu batu ini yang di
tandai degan menghadiahkan 20.000 ekor lembu kepada kaum brahmana.
Melihat isi prasasti tersebut di atas bahwa pengaruh Hindu di
perkirakan masuk ke Kalimantan Timur pada masa pemerintahan
Asywarman, karena ayahnya tidak menggunakan gelar Warman, karena
gelar warman lazim di pakai di India. Kesimpulan lain dari si prasasti
tersebut adalah kerajaan Kutai menganut agama Hindu Syiwa (syaiwa)
karena ada upacara Vaprakesyawara.
b. Kerajaan Taruma di Jawa Barat
Kerajaan Taruma di perkirakan berdiri pada abad ke-5,
kerjaan ini di perintah seorang raja yang bernama Purnawarman seorang
penganut agama Hindu Visnu (Wasnanwa). Kerajaan Taruma pusatnya
pedalaman Jawa Barat (sekitar Bogor dan Banten Selatan).
Pada waktu berdirinya kerajaan Taruma sudah sering di singgahi
oleh para pendeta Buddha dari Cina seperti Fa- Hien yang akan berlayar
ke India. Kerajaan Tarumanegara berakhir abad ke-7, mungkin akibat
serbuan dari Sriwijaya.
c. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya berdiri pada abad ke-7, pusatnya kerajaan
Sriwijaya sampai sekarang menjadi perdebatan para ahli, tetapi
berdasarkan bukti-bukti prasasti yang ada Kerajaan Sriwijaya di
perkirakan terletak di sekitar palembang.
Sriwijaya merupakan pusat pendidikan agama buddha terbesar di
Asia Tenggara, kerajaan pernah dikunjungi oleh pendeta Buddha dari
Cina yang bernama I-sing.
Pada abad ke-8 Sriwijaya berhasil menguasai politik dan
perdagangan di Indonesia, hal ini disebabkan Sriwijaya berhaiso
menguasai daerah-daerah syrategis seperti Selat Malaka, Selat Karimata,
Selat sunda, dan daerah Bogor.

6
Pada abad ke-9 Sriwijaya di perintah oleh Balaputradewa. Seorang
keluarga Syailendra yang melahirkan diri dari jawa (Mataram). Di bawah
kekuasaannya, Sriwijaya berhasil mengadakan jalinan persahabatan
dengan kerajaan Benggala di bawah raja Dewapaladewa. Hubungan
tersebut lebih bersifat hubungan keagamaan, Raja Dewapaladewa
memberikan naferak bari para bhiksu yang mendiami bihara di Nalanda
(pusat pendidikan agama Bunddha) di Benggala yang didirikan oleh
Balautradewa dari Sriwijaya.
Pada abad 10 terjadilah persaingan politik dan ekonomi antara
Sriwijaya dengan Kerajaan Medang di Jawa Timur, persaingan tersebut
di tandai dengan terjadinya peperangan antara kedua belah pihak (tahun
992). Dalam peperangan ini sebagian wilayah Sriwijaya berhasil
dihancurkan oleh tentara Medang.
Pada abad 11, terjadilah permusuhan antara jerajaan Sriwijaya
dengn kerajaan Colamandala. Colamandala mengadakan 2 kali sregan
terhadap sriwijaya yaitu pada tahun 1023 dan tahun 1068. Meskipun
adanya serangan dari Kerajaan Colamandala, Sriwijaya tetap
mempertahankam keberadaannya, hal ini dapat di buktikan dengan di
temukannya bangunan suci di Jambi yang ukurannya mungkin lebih
besar dari Borobudur, stupanya mencantumkan tahun 1064 sebagai tahun
pembuatannya.
Dalam pencantuman Politik, Sriwijaya mulai mengalami
kemunduran bahkan akhirnya mengalami keruntuhan setelah ada
kekuasaan baru yang menjadi saingannya yaitu kerajaan Singasari yang
kemudian muncul Keprabuan Majapahit (abad 13-15).
d. Kerjaraan Mataram
Di Jawa Tengah terdapat sebuah perasasti yang dj angga penting
karena prestasi tersebut merupakan prasasti pertama yang mencantumkan
angka tahun pembuatannya yaitu tahun 654 Saka atau tahun 732 Masehi.
Prasasti itu menggunakan Bahasa sangsekertadengn huruf Pallawa.
Adapun sebagian prasasti itu, menerangkan tentang pendidikan lingga
oleh raja Sanjaya tahun 654 Saka di sebuah bukit yang bernama

7
Sthirangga untuk keselamatan rakyatnya. Disebutkan pula tentang
adanya sebuah pulau yang kaya hasil buminya, terutama padi, emas,
pulau tersebut bernama Yawadwipa.
Menurut Prof. Dr. Purbacaraka dalam tulisannya Riwayatnya
Indonesia. Letka Kerajaan Sanjaya tersebit diperkirakan di daerah
Sleman sekarang. Dalam sebuah naskah berbahasa sunda Kuno bernama
Carita Parahyangan, nama Sanjaya beserta keluarga lainnya disebut-sebut
sebagai raja yang memerintah di daerah Pasundan. Dalam prasasti
Balitung (kedu) lebih jelas di sebutkan nama raja-raja pengganti Sanjaya
sebagai berikut:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Rakai Watukuru Dyah Balitung
Daftar nama raja-raja Mataram tersebut di buat atas perintah
Balitung. Sanjaya di anggap sebagai pendiri keluarga raja Mataram, yang
di sebut Wamsakarta. Kerajaan Mataram Sanjaya ini berpusat di Jawa
Tengahdan keturunannya memerintah sampai abad ke-10.
Setelah raja Belitung wafat, ia di gantikan oleh Dhaksa kemudian
oleh Tulodong, Wawa yang memulai memindahkan pusat kekuasaan
Mataram ke Jawa Timur. Pada tahun 929 raja Wawa di gantikan oleh
Sindok yang menurunkan raja-raja di Jawa Timur.
Bersamaan waktu dengan berkembangnya kekuasaan keluarga
Sanjaya yang beragama Hindu di Jawa Tengah, berkembang pula
kerajaan di bawah kekuasaan raja-raja lain bernama sailendra yang
beragama Buddha. Mungkin sekali keluarga ini mendesak pengaruh
kekuasaan keluarga Sanjaya. Namun demikian kerjasama dalam hal

8
keagamaan terjadi di antara kedua keluarga tersebut. Hal tersebut
dinyatakan dalam ptasasti Kalasan (kurang lebih 778 Masehi) yang
berhuruf pernagari dalam bahasa Sansekerta. Prasasti itu menerangkan
bahwa para pendeta Buddha Sailendra telah memohon izin kepada raja
Tejahpurnangkaran untuk mendirikan bangunan suci bagi memuliakan
Dewi Tara. Sang Raja kemudian menghadiahkan desa kalasan kepada
para penganut agama Buddha. Jika hal tersebut di atas benar terjadi maka
antara kedua keluarga raja yang berbeda agama tidak ada pertentangan.
Dengan demikian kedua agama tersebut dapat hidup dan berkembang
secara damai.
Melihat peninggalan-peninggalan yang ada kekuasaan raja-raja
Sanjaya berpusat di Jawa Tengah Utara, sedangakn kekuasaan raja-raja
Sailendra berpusat di jawa Tengah Selatan.
e. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur
Sejak abad 10 percaturan politik di Jawa Tegah berpindah ke Jawa
Timur. Sejarah politik di Jawa Timur dapat di bagi menjadi 4 periode
yaitu:
a. Periode kerajaan Medang
b. Periode kerajaan Kediri
c. Periode kerajaan Singasari
d. Periode kerajaan Majapahit
Berdasarkan sebuah prasasti yang di temukan di desa Dinoyo
(Malang) terdapat petunjuk bahwa di daerah jawa Timur pada abad ke- 8
pernah berdiri sebuah kerajaan. Prasasti tersebut berangka tahun 682
Saka (kurang lebih 760 Masehi ). Dari prasasti tersebut dapat di ketahui
bahwa raja yang memerintah bernama Dewishima. Ia mempunyai
seorang putera bernama Liswa yang menggantikan di atas tahta kerajaan
Kanjuruhan Adalah kerajaan Hindu. Hal ini dapat di buktikan dengan
adanya perintah dari sang raja untuk membuat arca Agastya dari batu
hitam. Tentang kelanjutan kerajaan tersebut belum di ketahui secara
pasti.

9
Keterangan sejarah politik di Jawa Timur muncul kembali setelah
beruasanya sindok kerajaan Medang. Pada waktu Medang di bawah
kekuasaan Raja Dharmawangsa telah terjadi permusuhan dengan
Sriwijaya. Pada tahun 992 terjadilah peperangan antara kedua belah
pihak yang mengakibatkan kehancuran bagi Sriwijaya. Permusuhan ini di
sebabkan persaingan politik untuk memegang supermasi di wilayah
Nusantara serta persaingan ekonomi memperebutkan jalur perdagangan
antara selat malaka sampai Selat sunda. Kemenangan Medang
menimbulkan adanya politik revanche idea ( balas dendam) Sriwijaya
terhadap Medang. Pada tahun 1016 kerajaan Medang di hancurkan oleh
raja Wurawari dari Iwaram ( Sekutu Sriwijaya). Peristiwa kehancuran
Medang ini di sebut Pralaya (kehancuran) untuk beberapa tahun
kehidupan politik di Jawa Timur mengalami kevakuman (kosong).
Kerajaan Medang bangkit kembali pada masa pemerintahan
Airlangga( 10191-1024). Bangkitnya kembali kerajaan Medang di
tunjang oleh keadaan Sriwijaya yang sedang mengalami kemunduran
akibat serbuan-serbuan Colamandala. Airlangga berusaha
mempersatukan kembali kerajaan Medang, tetapi akhir kekuasaan
terpaksa ia membagi kerjaannya untuk 2 orang putranya. Pecahan dari
kerajaan Medang itu adalah Kerajaan Jenggala dan Kediri.
Peranan kediri lebih menonjol di bandingkan jenggala, sehingga
kerajaan kediri di anggap pewaris kerajaan Medan. Pada masa
pemerintahan raja-raja kediri terjadi perkembangan pesat dalam bidang
kesenian terutama seni sastra. Kerajaan kediri berlangsing dari tahun
1024-1222. Pada amsa kekuasaan kediri ini juga hubungan jawa (Kediri)
dengan Tiongkok semakin erat, hal ini dapat dibuktikan dengan
banyajnya sumber-sumber sejarah jawa yang di tulis oleh orang
Tionghoa, seperti kitab Ling Wui tai yang di susun oleh Ckou-klu-fei,
Kitab Chu-fan-chi yang di tulis Chan-ju kua (1225).
Pada tahun 1222 telah terjadi pergolakan politik yang di tandai
dengan adanya pemberontakkan dari Singasari (bawahan Kediri).
Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya dengan terjadinya perang

10
Genter yang mengakibatkan kehancuran kediri dan munculnya kekuasaan
baru di Jawa Timur yaitu Singasari.
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok (Sri Rajasa) tahun
1222 setelah merebut kekuasaannya relatif pendek karena selama
berkuasanya di tandai dengan adanya intrik-intrik politik di lingkungan
kerajaan. Kerajaan mulai di perkuat oleh Kertanegara (1268-1292),
hubungan dengan Tiongkok (Mongol) mulai retak. Utusan-utusan dari
Tiongkok banyak yang di usir karena Singasari tidak mau menyerahkan
upeti untuk mempertuan Kaisar Tiongkok.
Untuk menghadapi ancaman Tiongkok,kartenegara mengadakan
ekspedisi Pamalayu (1275) dan mengadakan persahabatan dengan Raja
Melayu yang bernama Mulawarmadewa (1286). Dengan kerajaan Campa
pun Singosari mengikat hubungan melalui perkawinan saudara
Kartanegara dengan raja Campa yang bernama Jaya Sikawarnan III.
Sikap kartanegara yang menitik beratkan hubungan luar negeri
merupakan musuh lama Singasari dari barat yaitu Kediri. Pada waktu
pasukan ekspedisi Pamalayu belum kembali. kerajaan Singasari ditikam
dari dalam oleh serbuan tentara kediri di bawah Raja Jayakatwang tahun
1292. Kekuasaan jayakatwang tidak berlangsung lama karena pasukan
kediri berhasil diporakrandakan oleh sisa-sisa tentara Singosari di bawah
Wijaya yang memanfaatkan pasukan Tiongkok yang datang ke Jawa
untuk menghukum Kertanegara, yang sebenarnya sudah tewas oleh
tentara kediri. Setelah Kediri dihancur maka Wijaya berhasil berhasil
menghimpun kembali kekuatan Singosari yang didukung oleh sebagian
tentara kediri untuk mengusir tentara Tiongkok yang pernah di jadikan
kawan dalam mengalahkan kediri. Wijaya nerhasil mengusir tentara
Tiongkok yang pernah di jadikan kawan dalam mengalahkan kediri.
Wijaya berhasil mengusir tentara Toingkok .
Situasi poliyik di Jawa Timur pada akhir abad 13 mendorong
timbulnya kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Wijaya tahun 1293,
Wijaya di anggap sebagai raja pertama dari Kerajaan Majapahit dengan
gelar Kertarajasa Jayawardhana(1293-1309). Pusat kerajaan Majapahit

11
sering dilanda pergolakan politik terutama pada masa pemerintahan
jayanegara (1309-1328). Pergolakan politik lebih bersifat usaha
memisahkan diri dari pusat kerajaan. Pemberontakan-pemberontakan
pada masa pemerintahan Jayanegara berhasil di padamkan oleh Gajah
Mada yang kumudian diangkat menjadi Mahapatih Gajah Mada pada
masa Tribuwana (1328-1350) dan Hayam Wuruk ( Rajasanagara).
Wilayah kekuasaan Majapahit semakin luas pada masa Rajasanagara
(1350- 1389). Majapahit berhasil menggalang persatuan dengan negara-
negara terdekat dan sederajat (Mitreka satata).
Sepeninggal Rajasanagara dan Gajah Mada dengan cepat
Majapahit mengalami peroses perpecahan yang di tandai dengan
pecahnya perang saudara (Perang Paregreg) 1401-1406. Perang ini
dimanfaatkan oleh negara-negara bawahan Majapahit untuk memisahkan
diri dari pusat sehingga majapahit mengalami keruntuhan pada abad ke
15.
2. Pengaruh kebudayaan Hindu Budha di Bidang Ekonomi
Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu ke indonesia tidak terlepas
dari adanya hubungan india dengan Cina termasuk dalam bidang
perdagangan. Aktivitas perdagangan Cina dengan India ditempuh memalui
jalan laut. Bangsa indonesia ikut dalam perkembangan perdagangan melalui
jalan ini. Sejak zaman dahulu kala yang diperdagangkan ialah rempah-
rempah,yaitu lada dari Sumatera, cengkeh dan buah pala dari maluku, jenis-
jenis kayu yang berharga dari Nusa Tenggara serta dari hasil hutan-hutan
lainnya, seperti kapur barus dari sumatera dan beraneka jenis burung.
Van leur berpendapat, bahwa aktivitas perekonomian pada zaman
Hindu di selenggarakan oleh 2 golongan saudagar yaitu saudagar keliling
dengan barang-barang mereka. Golongan ini di sebut juga saudagar
kelontong. Golongan kedua adalah golongan finansir, golongan orang kaya,
kaum wartawan yang memasukkan uangnya dalam suatu usaha,
perdagangan secara idensial artinya: untuk satu pesanan, misalnya untuk
satu perjalanan saja. Jadi permodalan tidak besifat kontinyu melainkan
diskontinyu.

12
Di Indonesia pengaruh raja dalam kegiatan ekonomi cukup besar
terbukti bahwa raja sering melakukan penaikkan bea dan cukai terhadap
pemasukan dan pengeluaran barang.
Pengruh Hindu yang paling dominan dalam bidang ekonomi adalah:
1). Timbulnya golongan baru dalam masyarakat Indonesia yaitu golongan
pedagang, saudagar yang termasuk pada jasta Waisya.
2). Kepulauan Nusantara semakin di kenal oleh dunia internasional terutama
dari hasil buminya, seperti yang di tulis oleh sumber-sumber Tiongkok,
India, Arab maupun Yunani.
3). Penggunaan mata uang semakin meningkat sistem perdagangan innatural
mulai berkurang. Mata uang emas dan perak mulai di pakai sebagai alat
pembayaran.
3. Pengaruh Kebudayaan Hindu di Bidang Sosial
Pengaruh kebudayaan Hindu di bidang sosial yang paling besar adalah
terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh Hindu, masyarakat Indonesia bercorak demokratis dan
selalu berpegang teguh pada sikap gotong royong. Dengan adanya pengaruh
Hindu sikap tersebut sedikit demi sedikit mulai berubah karena dalam
Hindu di kenal sistem Kasta. Seperti halnya di India masyarakat Indonesia
di bagi menjadi kedalam 4 kasta ( caturwarna) yaitu:

Gambar 1.2 : Kasta Agama Hindu

1. Kasta Brahmana yang terdiri dari pendeta, yang suka memimpin upacara
keagamaan.

13
2. Kasta Ksatriya, yang terdiri dari para raja dan panglima perang yang
memegang kekuasaan negara .
3. Kasta Waisya, yang terdiri para saudagar dan perdagang yang menguasai
perekonomian negara.
4. Kasta sudra, yang terdiri dari para petani,hamba sahaya dan para budak
yang biasa mengabdi kepada ketiga kasta di atasnya.
Sistem kasta mengakibatkan hubungan sosial masyarakat menjadi
kaku, hal ini merupakan benih timbulnya feodalisme. Sistem kasta tersebut
sampai sekarang masih terdapat di Bali, meskipun peraturannya tidak
sekeras seperti di India. Sedangkam di Jawa perbedaan antara priyayi
(menak) dengan rakyat biasa (wong cilik) masih terasa sampai sekarang.
Dari perasasti- prasasti jelas bahwa bangunan candi selalu
berhubungan dengan kalangan kraton,. Khususnya dengan raja. Dengan
sendirinya pembangunan di tangani oleh birokrasi kerajaan. Maka jika
rakyat dilibatkan, dalam suatu hal yang berhubungan dengan candi, apakah
itu pembangunannya atau kah pemeliharaannya, mereka terlibat suatu
kegiatan yang terletak di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Lebih-lebih
jika benar bahwa Candi adalah tempat untuk memuliakan leluhur raja.
Dalam kehidupan beragama, belum pernah di temukan prasasti yang
memberikan gambaran pertentangan agama, yang nampak justru sebaliknya
jika melihat dataran rendah prambanan maka siapa pun dapat melihat bahwa
candi-candi agama Buddha berdiri dalam jarak dekat dari candi-candi
agama Hindu. Di sekeliling candi Borobur terdapat sisa-sisa bangunan candi
agama Hindu. Dalam kompleks candi Maosan terdapat sebuah bangunan
candi yang bertuliskan Pramodhawardhani yang beragama Buddha dengan
bangunan Rakai pikatan yang beragama Hindu.
Kehidupan sosial bermasyarakat pada masa pengaruh Hindu ada
masyarakat agraris dan maritim, masyarakat agraris hidupnya di daerah
pendalaman yang menitikberatkan kepada sektor ekonomi pertanian.
Sedangkan masyarakat maritim hidupnya di pantai yang mengandalkan
sektor ekonomi perdagangan.

14
4. Pengaruh kebudayaan Hindu di Bidang Kebudayaan Nusantara
Dalam bidang kebudayaan masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia
banyak menimbulkan perubahan. Hal-hal yang baru sebagai hasil
percampuran antara unsur-unsur Hindu dengan unsur-unsur sebelumnya
(akulturasi) dapat dilihat dari hasil kebudayaan berupa seni bangunan candi,
seni patung, seni ukir, dan seni sastra.
a. Bangunan Candi
Candi merupakan bangunan tempat pemujaan. Walaupun
kepandaian membuat candi diperoleh dari pengaruh Hindu, akan tetapi
apabila dibandingkan dengan yang hasil pemujaan di India sebagai
perbedaan.
Kuil di India merupakan tempat atau rumah dewa ( dewa Grka),
yaitu tempat peribadatan bersama. Candi di Indonesia hanya untuk
menyimpan sajian di dalamnya dan tempat menyimpan arca pemujaan.
Sebelum masuknya pengaruh seni bangunan candi ke Indonesia
sudah mengenal tempat pemujaan kepada arwah nenek moyangnya,
bangunan tersebut dikenal sebagai sebutan punden berundak-undak. Jadi
bangunan candi yang kita kenal sekarang di Indonesia adalah hasil proses
akulturasi dengan kuil dari India yang berupa stupa. Candi Indonesia
(khususnya daerah Jawa Timur) berfungsi sebagai tempat menyimpan
abu jenazah raja. Melihat bentuk bangunannya candi terdiri dari kaki
candi, tubuh candi, dan atap candi. Kaki candi melambangkan alam
bawah (duniawi), tubuh candi melambangkan alam antara, sedangkan
mahkota candi melambangkan alam akhirat.

15
Gambar 1.3 : Peta Candi Hindu Buddha

Bangunan candi di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 langgam yang


terpusat di pulau Jawa, yaitu candi langgam Jawa tengah dan candi
langgam Jawa timur.
Perbedaan dari kedua langgam tersebut yaitu:
1) Langgam Jawa tengah
 Bentuk bangunan tambun
 Atapnya berundak-undak
 Puncaknya berbentuk ratna atau stupa
 Gawang pintu dan relung berhiaskan kala dan makara
 Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalistis
 Letak candi di tengah halaman
 Kebanyakan menghadap ke sebelah timur
 Kebanyakan terbuat dari batu andesit
 Contoh : Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi
Borobudur, dan sebagainya.

16
Gambar 1.4 : Peta Candi di Jawa Tengah

Candi langgam Jawa tengah dibagi menjadi langgam Jawa tengah


utara dan langgam Jawa tengah selatan.
a) Langgam Jawa Tengah Utara
 Bentuk candi sederhana
 Letaknya menyebar tak beraturan
 Sifatnya kehindu-hinduan
 Contoh : Kompleks Candi Dieng dan Kompleks Candi Gedong
Songo.
b) Langgam Jawa Tengah Selatan
 Bentuk candi megah
 Letaknya terpusat ada candi Induk dan Candi Perwara (anak candi)
 Sifatnya kebudha-budhaan
 Contoh : Candi Borobudur, Kompleks Candi Prambanan dan
Kompleks Candi Sewa.
2) Langgam Jawa Timur
 Bentuk bangunannya ramping

17
 Atapnya merupakan perpaduan tingkatan
 Puncaknya berbentuk kubus
 Makara tidak ada, hanya ambang pintu kepala kala
 Reliefnya timbul sedikit saja, dan tulisannya simbolis
 Letak candi di belakang halaman
 Kebanyakan menghadap ke sebelah barat
 Kebanyakan terbuat dari batu bata
 Contoh : Candi Pantaran, Candi Singosari, Candi Kidal, dan Candi
Jawi.

Gambar 1.5 : Peta Candi di Jawa Timur

b. Seni Patung dan Seni Ukir


Dalam agama Hindu timbul kepercayaan bahwa raja yang telah
bersatu dengan dewa penitisnya harus dibuatkan sebuah patung sebagai
arca perwujudan. Patung ini ditempatkan dalam candi. Sebelum
masuknya pengaruh kebudayaan Hindu, Indonesia pun sudah mengenal
arca nenek moyang yang umunya termasuk dalam langgam polynesia
yang bentuknya kaku.

18
Seni patung di Indonesia pada zaman hindu dibagi dalam 2 bagian
yaitu patung Dewa-dewa agama Hindu dan Patung Dewa-dewa agama
Budha.
Patung Dewa-dewa dalam agama Hindu terdiri dari :
 Patung Siwa : terdiri dari empat wujud yang memiliki ciri khas
masing-masing, kendaraannya adalah lembu nandi.
 Patung Wisnu : Cirinya bertangan empat dengan atribut-atributnya,
kendaraannya adalah garuda.
 Patung Brahma : Cirinya berkepala empat, bertangan empat, dan
kendaraannya angsa.

Patung Dewa-dewa dalam agama Budha terdiri dari :


 Dhayani Budha
 Manusi Budha
 Dhayani Boddhissatwa

Dhayani Budha dan Manusi Budha patungnya sama saja, arca


Budha umunya sama, sangat sederhana tanpa hiasan, hanya memakai
jubah, rambutnya keriting, di atas kepala ada tonjolan seperti sanggul
yang disebut Unnisa, dan keningnya ada jerawat yang disebut Urna.
Dewa-dewa dalam patung Budha hanyalah dapat diketahui dari mudra
( sikap tangannya).
Seperti halnya candi, arca pun dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
Jawa Tengah dan tipe Jawa Timur. Tipe Jawa Tengah arcanya sangat
indah betul-betul menggambarkan seorang dewa dengan segala-galanya
sesuai dengan apa yang dicita-citakan orang. Tipe Jawa Timur arcanya
agak kaku dan sengaja disesuaikan dengan maksud yang sesungguhnya,
yaitu menggambarkan raja atau pembesar yang telah wafat. Arca-arca
tersebut ada yang terbuat dari batu maupun dari perunggu dengan
berbagai ukuran ada yang besar, sedang maupun kecil. Arca-arca ukuran
kecil umumnya dipakai untuk pemujaan dewa di rumah-rumah.
Selain seni arca, seni ukir pun banyak terlihat pada dinding-dinding
candi. Yang menjadi pola hiasan ialah makhluk-makhluk gaib dan

19
tumbuhan-tumbuhan sesuai dengan suasana Gunung Mahameru. Di
samping daun-daunan banyak pula dipakai hiasan bunga teratai sebagai
pola.
Hiasan-hiasan pada dinding-dinding candi disesuaikan juga dengan
keadaan masyarakat Indonesia seperti ada yang membajak sawah dengan
kerbau ( relief candi Borobudur), relief Punakawan ( relief Candi Jago di
Jawa Timur).

Gambar 1.6 : Relief Candi Borubodur Gambar 1.7 : Relief Candi Jago

c. Seni Sastra
Dari zaman Hindu telah sampai kepada kita sejumlah besar hasil
kesusastraan yang dapat memberi gambaran tentang betapa tingginya
seni sastra dewasa itu, yang tidak termasuk kesusastraan ialah prasasti-
prasasti baik yang dari batu maupun yang dari logam, meskipun di
antaranya ada juga yang diubah dalam bahasa yang sangat indah dalam
bentuk syair yang betul-betul berupa susastra.
Memiliki bentuk gubahannya, hasil-hasil kesusastraan zaman
Hindu ditulis sebagai gancaran (prosa) dan tembang (puisi). Tembang
Jawa kuno umumnya disebut kakawin, sedangkan tembang Jawa
Tengahan dinamakan kidung.
Ditinjau dari sudut isinya, maka kesusastraan zaman Hindu itu
terdiri atas tutur (kitab keagamaan ), sastra ( kitab hukum), wiracarita
(cerita kepahlawanan). Kitab-kitab terpenting dari zaman Hindu adalah
wiracarita, Ramayana, dan Mahabarata.

20
Menurut waktu perkembangannya, kesusastraan zaman Hindu
dapat dibagi menjadi :
 Kesusastraan Zaman Mataram (abad ke-9 dan 10) hasil karyanya
terpenting adalah kitab Sang Hyang Kamahayanikan.
 Kesusastraan Zaman Kediri ( abad ke-11 dan 12) hasil karyanya
terpenting adalah Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, Kresnayana
karya Mpu Triguna, Baratayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh,
Smaradhana karya Mpu Dharmaja dan seterusnya.
 Kesusastraan Zaman Majapahit I ( abad ke-14) karya sastra yang
terpenting kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, Sutasoma
karya Mpu Tantular, Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular dan
seterusnya.
 Kesusastraan Zaman Majapahit II ( abad ke 15-16 ), hasil karyanya
yang terpenting adalah Tantu Panggelaran, Calon arang,
Karawasrama, Bubhuksah dan Pararotan termasuk juga kitab-kitab
sejarah seperti kitab Sundayana, Panji Wijayakrama, Ranggalawe,
Soandaka, Pamancah, Usana Jawa dan Usana Bali.

Adanya perpisahan periode pada masa kerajaan Majapahit adalah


dilihat dari bahasanya,sampai periode Majapahit I masih menggunakan
bahasa Jawa Kuno, sedangkan pada masa Majapahit II menggunakan
bahasa tengahan. Demikianlah pengaruh kebudayaan Hindu pada
masyarakat Indonesia yang meliputi bagian politik, ekonomi, sosial dan
kebudayaan. Secara garis besar pengaruh kebudayaan Hindu dari zaman
kuno sampai sekarang dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu :
 Fase pertama, ( abad ke-5 -10 Masehi ), pengaruh kebudayaan Hindu
sangat kuat, sehingga kebudayaan Indonesia terdesak. Hal ini nampak
pada arca dewa Hindu atau Budha dalam candi , kesusastraan dengan
pelaku-pelakunya orang Hindu, pemakaian bahasa sansekerta dan
tulisan Pallawa dalam prasasti seperti Jawa barat dan Kalimantan.
Sehingga seakan-akan kebudayaan Indonesia waktu itu sifatnya
penjajahan dan palsu atau ( colonial and imatative culture)

21
 Fase kedua, ( abad ke-11-16 ), pengaruh kebudayaan mundur,
sedangkan kebudayaan asli Indonesi menonjol kembali. Hal itu
tampak dari arca raja Indonesia yang ditempatkan di candi,
dipergunakannnya huruf dan bahasa Kawi ( bahasa Jawa kuno ) di
Jawa dan bahasa Melayu Kuno di Sumatera dalam prasasti maupun
kesusastraan, dan tokoh-tokoh sastra bangsa Indonesia. Perpaduan
kebudayaan dan kepercayaan ( akulturasi dan sinkretisme )
melahirkan kebudayaan Jawa-Hindu, artinya kebudayaan Jawa yang
mendapat pengaruh Hindu, Aliran Tantrayana pada hakikatnya
merupakan sinkreatisme ( pencampuran ) antara animisme,
dinamisme, dengan Hindunisme-Budhanisme. Dalam pencamluran
tersebut terjadi proses pelebhran dan pergolakan kembali ( moulding
and reworking).
 Fase ketiga, ( abad ke-16- 20 ) pengaruh Hindu makin berkurang,
sedangkan kebudayaan Indonesia asli makin kuat. Hal itu nampak di
Bali dengan agama dan kebudayaan Hindu – Bali dengan Trimurti
yang kemudian disebut Sang Hyang Widhi Wasa, pemujaan kepada
roh nenek moyang dalam meru dan arca yang kemudian disebut
menyeramkan ( demon ), kesusastraan Bali dengan tokoh-tokoh Bali,
pakaian, bahasa dan tulisan Bali. Perpaduannya telah demikian
kuatnya sehingga sudah merasakan kebudayaan yang baru dan khas.

22
BAB III
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
a) Proses awal masuknya kebudayaan Hindu Budha diawali dengan
Hubungan dagang antara Indonesia dan India yang terjadi sejak tahun 1 M.
Hubungan perdagangan ini diikuti pula oleh hubungan kebudayaan, seperti
agama, sistem pemerintahan, dan sosial sehingga terjadi percampuran
kebudayaan di antara dua bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa
Indonesia mengenal agama Hindu dan Budha.
b) Perkembangan kebudayaan di Indonesia di antaranya adalah
masuknya pengaruh Hindu Budha di Nusantara. Perkembangan budaya
tersebut terjadi di berbagai bidang meliputi bidang kenegaraan, agama, dan
budaya. Kebudayaan Hindu Budha memberikan pengaruh yang sangat besar
pada perkembangan kebudayaan di Indonesia.
c) Persebaran kebudayaan dari luar di Nusantara berupa agama Hindu
dan Budha sangat pesat pada masa itu. Hampir seluruh Nusantara mengenal
dengan agama Hindu dan Budha.

2. Saran
Dari makalah ini kita dapat memahami tentang masuknya pengaruh
kebudayaan luar terhadap kebudayaan Indonesia secara terperinci. Kebudayaan
di Indonesia yang sangat beragam sebaiknya di jaga dan dijunjung tinggi
karena hal tersebut merupakan kewajiban setiap masyarakat Nusantara.
Sebagai seorang warga negara yang baik sudah seharusnya kita memahami
materi tersebut. Selain memahami materi tersebut, kita juga harus
menguasainya agar dapat di terapkan di kehidupan bermasyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Ratna & Adil, M. 2017. Sejarah Indonesia Untuk SMK/MAK Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Hasan, Said H. 1992. PENDIDIKAN IPS 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Pembiaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Taneo, S. P., dkk. 2009. Kajian IPS SD 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi dan Departemen Pendidikan Nasional

24

Anda mungkin juga menyukai