Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGARUH KEBUDAYAAN LUAR TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS


Dosen Pengampu: Drs.H. Sadjaruddin Nurdin, M.Pd

Disusun oleh,
1. Adela Yuliandini (2101020073)
2. Tiara Asnawati Putri (2101020080)

PROGRAM STUDI SI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PERJUANGAN

TASIKMALAYA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini diterima pada hari Kamis tanggal 1 November 2022

Oleh

Dosen Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Drs.H. Sadjaruddin, M.Pd

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh Kebudayaan Luar
Terhadap Kebudayaan Indonesia” ini tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Konsep Dasar IPS. Selain itu, makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah
pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi baca. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs.H. Sadjaruddin, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS
yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi, bentuk, maupun penerapannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan calon
pendidik khususnya.

Tasikmalaya, 22 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENERIMAAN .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Kebudayaan Islam ................................................................................................... 3


1. Proses masuk Kebudayaan Islam ke Indonesia................................................ 3
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia .............................................................. 6
3. Pengaruh Kebudayaan Islam dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat
Indonesia .......................................................................................................... 12
B. Kebudayaan Barat ................................................................................................... 15
1. Proses masuknya Kebudayaan Barat di Indonesia ........................................... 15
2. Pengaruh Kebudayaan Barat di Indonesia ....................................................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
karena kebiasaan yang diulang-ulang dan mengandung unsur yang rumit diantaranya
sistem agama, politik,adat istiadat, bahasa,perkakas,pakaian, bangunan dan karya seni.
Setiap negara memiliki kebudayaan masing-masing yang menunjukkan ciri khas suatu
bangsa dan menjadi identitas suatu bangsa. Tak terkecuali indonesia, indonesia
merupakan suatu negara yang memiliki keberagaman suku, ras dan agama sehingga
memiliki kebudayaan yang juga beragam. Kebudayaan harus selalu dijaga dan
dilestarikan agar selalu terjaga eksistensinya.
Secara umum budaya sendiri budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa
inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah
atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture
juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.
Adapun perkembangan dan perubahan kebudayaan senantiasa terjadi.
Sehingga, tidak ada kebudayaan yang tidak mengalami penyebaran dari suatu
masyarakat/bangsa ke masyarakat/bangsa lain dari suatu tempat yang berbeda sebagai
hasil dari interaksi yang mereka lakukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
yang tidak dapat dihasilkan atau tidak yah terpenuhi di daerahnya sendiri. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian yang menjadi unsur-unsurnya, yaitu:
bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata
pencaharian hidup, religi, dan kesenian. Tiap-tiap unsur kebudayaan universal itu
menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, yakni gagasan (kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya), aktivitas (sistem sosial), dan
artefak (benda-benda).
Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu sudah menjalin hubungan dengan
bangsa-bangsa lain melalui aktivitas perdagangan. Dengan interaksi perdagangan
tersebut masuk pula berbagai pengaruh, salah satunya pengaruh Kebudayaan Islam dan

1
Barat. Pengaruh-pengaruh tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan pada
masyarakat Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses masuk kebudayaan islam ke indonesia?
2. Apa saja kerajaan-kerajaan islam di indonesia?
3. Bagaimana pengaruh kebudayaan islam dalam berbagai sektor kehidupan
masyarakat indonesia?
4. Bagaimana proses masuk kebudayaan barat ke indonesia?
5. Bagaimana pengaruh kebudayaan barat di indonesia?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Proses masuk kebudayaan islam ke indonesia
2. Kerajaan-kerajaan islam di indonesia
3. Pengaruh kebudayaan islam dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat
indonesia
4. Proses masuk kebudayaan barat ke indonesia
5. Pengaruh kebudayaan barat di indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Islam
1. Proses Masuknya Kebudayaan Islam ke Indonesia
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian
pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi
politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia
memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu
diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya
serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk
penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke
Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-
tokoh itu diantaranya, Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez
de Sequeira, Sir Richard Wainsted.
Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia
diantaranya adalah:
a. Teori Makkah
Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam
di Indonesia berlangsung saat abad ke-7 Masehi. Islam dibawa para musafir
Arab (Mesir) yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh
belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Van Leur, Anthony H.
Johns, T.W Arnold, Buya Hamka, Naquib al-Attas, Keyzer, M. Yunus Jamil,
dan Crawfurd.
Teori masuknya Islam di Indonesia ini didukung beberapa 3 bukti utama,
yaitu:
1) Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab
sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga
sesuai dengan berita Cina.
2) Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan
Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi

3
3) Adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang
hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.
b. Teori Gujarat
Teori ini dikemukan oleh Pojnappel, menurutnya orang-orang Arab yang
bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di India yang kemudian
membawa Islam ke nusantara. Teori ini kemudian dikembangan oleh Snouck
Hurgronje, menurutnya ulama-ulama Gujaratlah penyebar Islam pertama di
nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab. Meski tidak
menyebutkan secara eksplisit daerah mana yang pertama kali didatangi Islam
tapi menurutnya abad ke-12 adalah periode paling mungkin permulaan
penyebaran Islam di nusantara. Alasan Snouck menyebutkan teori ini adalah:
1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam ke Indonesia.
2) Hubungan dagang India-Indonesia telah lama terjalin
3) Inkripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera menunjukkan
hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
Pendapat Snouck ini didukung oleh Moqutte yang menyimpulkan tempat
asal Islam adalah Gujarat. Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatannya
akan batu nisan di Pasai, dan di Gresik Jawa Timur yang sama bentuknya
dengan batu nisan di Cambay Gujarat.14 Pendapat Moquette ini didukung oleh
Kern, Winstedt, Bosquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall.
Sementara Pijnapel mengemukakan tiga argumen untuk teori ini diantaranya;
1) Alasan Mazhab fiqh. Menurutnya dua wilayah India; Gujarat dan Malabar
adalah yang pertama kali menganut Mazhab Syafi’iyah sebelum dibawa
dan berkembang di Asia Tenggara.
2) Alasan politik, dengan keruntuhan kekuasaan Baghdad, banyak para Sufi
yang kemudian melakukan perjalanan ke wilayah Asia Tenggara melalui
India.
3) Alasan arkeologi berupa batu nisan yang ditemukan memiliki kesamaan
dengan batu nisan dari India.
Selain memiliki bukti, teori ini juga mempunyai kelemahan. Kelemahan
teori Gujarat ditunjukan pada masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab
Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi,
saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu, dan
4
data-data yang ditampilkan lemah, terkesan tidak menjelaskan antara
masuknya Islam dengan perkembangan penyebaran Islam di Indonesia.
c. Teori Persia
Bukti yang diajukan teori ini adalah ditemukan pengaruh Persia dalam
kehidupan masyarakat pada abad ke-11. Bukti-bukti tersebut mengacu pada
pengaruh bahasa, Ini dapat dilihat dari bahasa Arab yang digunakan
masyarakat Indonesia. Kata-kata yang berakhiran huruf “ta” pada kata
marbuthah ketika berhenti dibaca “h”. Menurut Nurkholis ini menunjukkan
bahwa bahasa Arab tidak langsung dari Arab, tapi dari Persia. Salah seorang
tokoh teori ini adalah P. A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini menitikberatkan
tinjauannya kepada budaya yang hidup di kalangan msyarakat Islam Indonesia
memiliki kesamaan dengan India/Gujarat diantaranya:
1) Adanya peringatan 10 Muharram sebagai hari Asyura, yang dikenal
sebagai hari peringatan orang syi’ah atas terbunuhnya Husein bin Ali bin
Abi Muthalib
2) Adanya kesamaan ajaran antara Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran
al-Hallaj.
3) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam pengajian quran tingkat awal dalam
sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda huruf harakah.
4) Nisan pada makam Malikul Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim
(1419 di Gersik).
5) Pengakuan umat Islam Indonesia terhadap Mazhab Syafi’I sebagai
mazhab yang paling utama di daerah Malabar.
d. Teori Cina
Menurut teori ini Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang
muslim Cina, melalui jalur perdagangan pada abad ke 7-8 Masehi. Adapun tempat
yang pertama didatangi adalah daerah Sumatera. Perlu dipahami bahwa teori ini
tidak berbicara tentang awal datangnya Islam ke Indonesia, melainkan tentang
peran muslim Cina dalam menyumbangkan data informasi tentang adanya
komunitas muslim di Indonesia serta dan perannya dalam perkembangan pada abad
ke 15/16 Masehi.
Teori ini didasari pada beberapa bukti,yaitu:
1) Fakta adanya perpindahan orang-orang muslim China dari Canton ke Asia
Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879 M.

5
2) Adanya masjid tua beraksitektur China di Jawa
3) Raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden Patah)
4) Gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah China
5) Catatan China yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang China
e. Teori Turki
Teori perkembangan ini diajukan oleh Martin van Bruinessan,
menurutnya selain orang Arab dan Cina, orang Indonesia juga menerima Islam
dari orang-orang Kurdi dari Turki. Alasan yang diajukannya adalah:
1) Banyak Ulama Kurdi yang berperan aktif dalam dakwah Islam di
Indonesia.
2) Kitab karangan Ulama Kurdi menjadikan rujukan yang berpengaruh luas,
diantaranya.
3) Pengaruh Ulama Ibrahim al-Kuarani, seorang Ulama Turki di Indonesia
melalui tarekat Syatariyah.
4) Tradisi Barzanji popular di Indonesia.
Pada hakikatnya teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
memiliki keunggulan dan keterbatasan. Tidak ada teori yang baku dan pasti.
Pendapat ini disandarkan pada pendapat Azyumardi Azra “Sesungguhnya
kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas, yaitu tidak berasal
dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang
sama”.24 Argumen ini menjadi dasar bagi semua orang untuk menerima
semua teori-teori di atas, tapi bukan tanpa “sikap”. Idealnya kehadiran teori-
teori tersebut tidak membuat stagnannya penelitian dan diskusi tentang
masuknya Islam, karena masih ada ruang yang sangat luas untuk mengoreksi
atau menguatkan teori-teori yang ada.
2. Kerajaan-kerajaan di Indonesia
Islam dimulai di wilayah ini lewat kehadiran Individu-individu dari Arab, atau
dari penduduk asli sendiri yang telah memeluk Islam. Dengan usaha mereka. Islam
tersebar sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam
mulai dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang
yang khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai
terbentuk di kepulauan ini. Diantara kerajaan-kerajaan terpenting adalah sebagai
berikut:
6
a. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan pertama di Indonesia yang bercorak Islam adalah Kerajaan
Samudra Pasai, yang terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Psangan
(Pasai). Pada muara sungai tersebut terdapat dua kota, yaitu Samudra (agak
jauh dari laut) dan Pasai yang merupakan kota di pesisir pantai.
Kerajaan Samudra Pasai dibangun oleh Marah Silu. Dia berhasil
mempersatukan Samudra dan Pasai. Marah silu memeluk agama Islam berkat
pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Makkah. Pada
tahun 1285, Marah silu kemudian dinobatkan menjadi sultan dengan gelar
Sultan Malik As Saleh.
Setelah Sultan Malik As Saleh wafat pada tahun 1297, jabatan sultan
kemudian diteruskan oleh putranya yaitu Sultan Malik At Thahir. Sultan Malik
At Thahir memiliki dua orang putra, yaitu Mahmud dan Malik Al Mansyur.
Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi tahta kerajaan,
kemudian ibu kota kerajaan dipindahkan ke Lhokseumawe. Pemegang
kekuasaan selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadat Perumal. Pada masa
pemerintahannya, Samudra Pasai telah menjalin hubungan dagang dengan
Kesultanan Delhi (India).
Pada tahun 1521 di bawah pimpinan Sultan Zain Al-Abidin, Portugis
menyerang kerajaan ini karena iri dengan kemajuan dagang mereka yang
begitu pesat. Angkatan perang Portugis yang lebih kuat, akhirnya mereka
berhasil menaklukkan Kerajaan Samudera Pasai. Peninggalan Kerajaan
Samudera Pasai adalah Dirham Pasai, Makam Sultan Malik Al-Shaleh, dan
Hikayat Raja-raja Pasai. peninggalan Samudera Pasai adalah Dirham Pasai,
Makam Sultan Malik Al-Shaleh, dan Hikayat Raja-raja Pasai.
b. Kerajaan Aceh
Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya.
Namanya Aceh Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
pada abad ke-16. Pusat kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini
merupakan Kabupaten Aceh Besar. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda, Aceh Darussalam mencapai kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh
mencapai wilayah-wilayah yang saat ini berada di Sumatera Utara, Riau,
hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut Aceh yang tangguh ketika masa Sultan

7
Iskandar Muda mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin menguasai
Selat Malaka
Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat.
Pengaruh Belanda dan Inggris mulai mengusik Aceh, dengan menguasai
wilayah-wilayah kerajaan Aceh. Pada tahun 1873 Belanda menyatakan perang
terhadap Aceh. Kegigihan rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda
hingga awal abad ke-20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi kekuatan
Aceh dan pada tahun 1903, Sultan Muhammad Daud Syah menyerah.
Peninggalan Kerajaan Aceh diantaranya, makam Sulta Iskandar Muda, Masjid
Raya Baiturrahman, Benteng Indra Patra, Meriam Kesultanan Aceh, dan
Taman Sari Gunongan.
c. Kerajaan Banten
Secara geografis Banten terletak di Jawa Barat bagian utara (sekarang
provinsi Banten). Kerajaan Banten terletak di wilayah Banten, di ujung barat
Pulau Jawa. Raja pertama (pendiri) Kerajaan Banten adalah Hasanuddin. Pada
masa pemerintahanya penyiaran agama islam dan perdagangan di Banten
berkembang pesat. Hasanuddin juga menjalin persahabatan yang erat dengan
Kerajaan Indrapura di Sumatra. Pengganti Raja Hasanuddin adalah
Panembahan Yusuf (1570-1580). Panembahan Yusuf masih berusaha
memperluas wilayah Banten sekaligus menyebarkan agama Islam.
Banten juga melakukan serangan terhadap Kerajaan Palembang pada
masa pemerintahan Maulana Muhammad. Palembang akan dijadikan sebagai
batu loncatan untuk menguasai bandar di pesisir Selat Malaka. Palembang
tidak berhasil dikuasai dan bahkan Maulana Muhammad tewas dalam
pertempuran tersebut. Pengganti Maulana Muhammad adalah Abu Mufakir.
Namun berita tentang Raja Abu Mufakir tidak banyak diketahui, kecuali berita
tentang kedatangan orang Belanda untuk pertama kalinya di Indonesia di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Banten mengalami masa kejayaan
pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam upaya mempertahankan
Banten sebagai salah satu pusat perdagangan di Indonesia, Sultan Ageng
Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap persekutuan dagang Belanda (VOC)
yang berkedudukan di Batavia. Namun sikap tegas Sultan Ageng tirtayasa
tersebut tidak diteruskan oleh putranya, Sultan Haji. Ia cenderung
berkomprimi dengan VOC. Perbedaan sikap tersebut memuncak menjadi
8
perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Dalam
perang tersebut, Sultan Haji dibantu oleh VOC, akibatnya Sultan Ageng
Tirtayasa terdesak dan kemudian tertangkap. Peristiwa kemenangan Sultan
haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten, karena setelah itu
Banten berada di bawah pengaruh VOC. Peninggalan Kerajaan Banten
diantranya, Danau Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, dan Masjid Agung
Banten.
d. Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan gowa dan Tallo merupakan dua Kerajaan yang terletak di
Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Kedua Kerajaan tersebut
kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Makasar. Makasar sebenarnya
adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujung Pandang.
Raja Gowa XIV I Mangaragi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin)
merupakan raja pertama yang beragama islam. Peran orang Makassar dalam
pelayaran di Nusantara berlangsung sejak abad ke-16. Gowa dengan Somba
Opu sebagai pelabuhannya adalah kerajaan dagang yang kuat. Kerajaan ini
memperdagangkan rempah-rempah untuk ditukarkan dengan komoditas dari
Jawa dan Malaka, seperti beras, tekstil, sutra, dan porselen. Kemajuan
perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang berusaha
memonopoli rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar
menandingi perdagangan VOC di Ambon dan Batavia, sehingga menyebabkan
Perang Makassar (1666-1669). Perang ini akhirnya meruntuhkan politik dan
ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo. Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo adalah
Benteng Fort Rotterdam.
e. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera
(Maluku Utara). Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan
Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah
menjadikannya dikenal didunia internasional dengan sebutan "The Spicy
Island". Dari wilayah Kerajaan ini banyak dihasilkan rempah-rempah terutama
cengkih dan pala yang banyak dicari para pedagang internasional. Maluku
menjadi "Ladang Emas" yang tidak ternilai harganya bagi mereka.
Daerah Maluku memiliki posisi penting sebagai sumber atau penghasil
rempahrempah sehingga selalu menjadi pusat perhatian dunia. Setiap bangsa
9
selalu berusaha untuk melakukan kegiatan perdagangan di daerah Maluku.
Kehidupan seperti itu sangat besar pengaruhnya terhadap hubungan sosial di
antara masyarakat di Maluku. Masyarakat Maluku dapat hidup aman dan
tenteram, hal itu dipengaruhi oleh kuatnya hubungan sosial antar masyarakat
Ternate dan Tidore.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore menitikberatkan pada
kegiatan perdagangan sebagai sumber pendapatan pekerjaan. Secara
ekonomi, Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkih
dan pala. Kedua komoditi itu merupakan barang dagangan yang diperlukan
oleh bangsa Eropa. Akibatnya Maluku sering didatangi oleh para pedagang
baik dari Jawa, Sulawesi, Persia, dan Eropa. Pusat perkembangan
perdagangan di Maluku mengakibatkan terbentuknya persaingan antar
persekutuan. Persaingan menjadi semakin tajam setelah datangnya bangsa
erops ke Maluku. Sebagian besar hasil budaya masyarakat Ternate dan
Tidore dipengaruhi oleh keadaan kerajaan yang merupakan Kerajaan
Maritim. Hasil kebudayaan yang terkenal adalah perau kora-kora. Selain itu,
jenis-jenis kebudayaan Maluku tidak banyak diketahui.
f. Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah, Kerajaan
Demak berkembang dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang
merupakan daerah bawahan dari Majapahit. Kekuasaan pemerintahanya
diberikan kepada Raden Patah, salah seorang keturunan Raja brawijaya V
(raja Majapahit) dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa. Pada
awal munculnya, Kerajaan Demak mendapat bantuan dari bupati pesisir
pantai utara Jawa bagian tengah dah timur yang telah menganut Islam.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Raja pertama dan pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-
1518). Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan Demak meliputi
daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di
Kalimantan. Pada masa pemerintahanya dibangunu Masjid Agung Demak
yang pembangunannya dibantu para wali dan sunan.
Pengganti Raden Patah adalah Pati Unus yang memerintah dari 1518-
1521. Masa pemerintahan Pati Unus tidak begitu lama, namun namanya
cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak
10
menyerang Portugis di Malaka. Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Daerah-daerah yang
berhasil dikuasai antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan
terhadap daerah itu bertujuan untuk menggagalkan terjalinya hubungan
antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis. Akhirnya armada Portugis dapat
dihancurkan oleh armada Demak dan nama Sunda Kelapa diganti menjadi
jayakarta. Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran pada masa
pemerintahan Sultan Prawoto karena terjadinya perebutan kekuasaan antara
Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Arya Panangsang adalah bupati
Demak yang merasa lebuh berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan
kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya
Sunan Prawoto dan Pangeran hadiri. Konflik berdarah ini akhirnya
berkembang menjadi perang saudara. Dalam perang tersebut, Arya
Panangsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka
Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Jaka Tingkir menjadi Raja Kerajaan
Demak ke daerah Pajang. Peninggalan Kerajaan Demak diantaranya, Majid
Agung Demak, Soku Guru, Pintu Lawang Bledek, dan Surya Majapahit.
g. Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung
Malaya dengan ibu kotanya di Malaka. Letak yang sangat strategis itu
berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan pemerintahan,
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Kerajaan Malaka
merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara,
ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan.
Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah.
nama Iskandar Syah merupakan nama islam yang diperoleh setelah memeluk
agama Islam. Pada masa pemerintahannya, Kerjaan Malaka berkembang
sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar yang disegani di Asia Tenggara.
Wilayah kekuasaan Malaka diperluas hingga mencapai wilayah
Semenanjung Malaka pada masa pemerintahan Mehammad Iskandar Syah.
Kerajaan Malaka dapat mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan
Mansyur Syah. pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menjadi pusat
perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.

11
Perkembangan politik Kerajaan Malaka mengalami kemunduran pada
masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah. Banyak daerah taklukan Kerajaan
Malaka yang melepaskan diri. Perang dan pemberontakan banyak terjadi di
Kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Malaka.
Kerajaan Malaka semakin melemah pada saat Sulta Mahmud Syah
memerintah. Daerah kekuasaanya hanya meliputi sebagian kecil
Semenanjung Malaya. Hingga pada akhirnya bangsa portugis berhasil
menduduki Malaka pada tahun 1511 dan mengakhiri kekuasaan di Malaka.
Peninggalan Kerajaan Malaka diantaranya, Masjid Agung Deli, Masjid Johor
Baru dan Benteng A’farmosa.
3. Pengaruh Kebudayaan Islam dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat
Indonesia
Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia telah menambah
khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak
kebudayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi karena kebudayaan yang berkembang
di Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan masyarakat maka berkembangnya
kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah
ada. Adapun pengaruh kebudayan islam di indonesia, diantaranya:
a. Seni Arsitektur
Masjid-masjid yang terdapat di Indonesia terutama pada masjid-masjid
kuno berbeda dengan masjid-maspd di negeri lain. Kekhususan gaya
arsitektur ini terlihat dari bentuk atapnya yang bertingkat lebih dari satu dan
umumnya berjumlah ganjil yang disebut dengan "atap tumpang". Bentuk
atap paling atas lebih kecil daripada di bawahnya dan dibuat dengan
kemiringan yang cukup tinggi. Bentuk ini didasarkan pada hasil kebudayaan
asli Indonesia yaitu "punden berundak" dan disesuaikan dengan keadaan
iklim tropis, sehingga air hujan dapat langsung turun dan tidak meresap ke
dalam masjid. Dinding masjid umumnya memiliki banyak pintu yang juga
berfungsi sebagai pentilasi udara. Denahnya berbentuk bujur sangkar dan
ditambah dengan bangunan serambi di depan maupun disampingnya.
Pondasinya sangat kuat dan agak tinggi, di bagian depan atau samping
terdapat kolam atau parit berair. Contohnya Masjid Agung Demak dan
Masjid Agung Banten.
b. Makam-makam
12
Makam sebagai tempat kediaman yang terakhir, diusahakan pula
menjadi perumahan yang sesuai dengan orang yang dikubur. Pemakaman
raja bentuknya seperti sebuah istana, seakan-akan makam itu disemayamkan
dengan tempat orangnya ketika masih hidup. Makam orang Islam di
Indonesia biasanya diabadikan atau diperkuat dengan bangunan dari sebuah
batu yang disebut jirat atau kijing. Di atas jirat sering didirikan sebuah rumah
yang disebut cangkup atau kubah. Sebenarnya ini bertentangan dengan ajaran
Islam yang melarang untuk menembak makam apalagi membuat rumah di
atasnya.
Cangkup dan kubah didirikan sebagai bentuk penghormatan unhak
mengenang orang-orang penting atas jasa yang dilakukan semasa hidupnya.
Makam raja dan keluarganya merupakan suatu kompleks yang terdiri atas
cangkup-cangkup atau jirat-jirat. Gugusan ini dibagi lagi dalam berbagai
halaman menurut kelompok hubungan kekeluargaan. Masing- masing gugus
dipisahkan oleh tembok-tembok, tetapi dihubungkan oleh gapura-gapura.
Pada umumnya, letak sebuah makam pada lereng bukit dan sebuah masjid
didirikan di komplek pemakaman sebagai pelengkap. Sebagai contoh makam
tertua di Indonesia adalah Makam Fatimah Binti Maimun (tahun 1082 M),
dan makamnya justru diberi cangkup yang mirip candi. Hal ini dibuktikan
bahwa masyarakat pada saat itu masih terikat pada bentuk candi. Kompleks
pemakaman pada masa Islam awal di Indonesia tidak jarang dipengaruhi
budaya Hindu, seperti Makam Malikul Saleh di Samudera Pasai, Makam
Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Selain itu, dalam kebudayaan Islam
di Indonesia juga dikenal makam-makam masjid, misalnya makam para wali
dan raja-raja Islam di masjid makam Banten, Demak, Kudus, dan
Sendangduwur yang sampai saat ini masih dijiarahi.
c. Aksara dan Sastra
Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang
aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang
digunakan untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan
huruf Arab digunakan di bidang seni ukir.
Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi di zaman madya tidak
terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya. Dengan demikian terjadilah
akulturasi antara sastra. Islam dengan sastra yang berkembang di zaman pra-
13
Islam. Seni sastra di zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa.
Dilihat dari corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut.
1) Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng.
Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik,
keajaiban, atau hal-hal yang tidak masuk akal. Hikayat ditulis dalam
bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Hikayat-hikayat yang
terkenal, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat RajaRaja
Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam,
Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.
2) Babad mirip dengan hikayat. Penulisan babad seperti tulisan sejarah,
tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta. Jadi, isinya campuran antara
fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. Di tanah Melayu terkenal dengan
sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi,
Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.
3) Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa
sajaksajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair
sangat tua adalah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai
di Minye Tujoh.
4) Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya
menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh suluk yaitu Suluk Sukarsa,
Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.
d. Kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang
bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya
sebagai berikut.
1) Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para penari
menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian
ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan salawat
nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
2) Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata
syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati sering
disebut saman artinya delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh
delapan orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara
lain salawat nabi.
14
e. Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab,
beliau berusaha membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai
atas dasar peredaran bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H
bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M, sehingga sekarang kita
mengenal tahun Hijriyah. Sistem kalender itu juga berpengaruh di Nusantara.
Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender) yang paling nyata
adalah sistem kalender yang diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan
sedikit perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun Saka.
Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadhan diganti
dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai tanggal 1 Muharam tahun 1043 H.
Kalender Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa
(8 Agustus 1633). Masih terdapat beberapa bentuk lain dan akulturasi antara
kebudayaan pra-Islam dengan kebudayaan Islam. Misalnya upacara
kelahiran perkawinan dan kematian. Masyarakat Jawa juga mengenal
berbagai kegiatan selamatan dengan bentuk kenduri.
B. Kebudayaan Barat
1. Proses masuknya Kebudayaan Barat di Indonesia
Proses masuknya kebudayaaan Barat di Indonesia Zaman pengaruh kebudayaan
Barat atau Eropa di kepulauan Nusantara didahului dengan adanya aktivitas
perdagangan bangsa Portugis pada awal abad ke-16, setelah sebelumnya negara
Portugal pada tahun 1511 dapat menaklukan pelabuhan negara Malaka yang
letaknya sangat strategis, sebagai pintu gerbang untuk memasuki laut-laut
Nusantara dari arah barat. Walaupun demikian, bangsa Portugis tidak lama bisa
berkuasa sendiri karena bangsa-bangsa Eropa lainnya juga datang berlayar sampai
di daerah nusantara untuk berdagang rempah- rempah, seperti Inggris, Spanyol,
dan Belanda. Dalam persaingan sengit dan usaha untuk mencapai monopoli
perdagangan rempah-rempah yang terjadi saat itu di antara bangsa-bangsa Eropa,
akhirnya bangsa Belanda lah dengan perusahaan dagangnya VOC berhasil
menduduk tempa tempat yang paling strategis seperti kepulauan Maluku Tengah
(Ambon Seram, Banda). Kemudian mereka kembali berhasil memaksakan
monopoli perdagangannya di kerajaan Banten, sedangkan Malaka berhasil
direbutnya dari Portugis pada tahun 1641. Pada saat itu, Belanda telah mendirikan
sebuah benteng dan kota pelabuhan yang kuat di Sunda Kelapa atau Batavia, kota
15
Jakarta sekarang, dalam tahun 1619. Dengan benteng itu, bangsa Belanda dapat
menjaga dan menguasai Banten, mengamankan politik monopoli perdagangannya,
serta hubungan pelayarannya antara Maluku dan Malaka.
Sebaliknya, benteng Batavia tidak hanya dirasakan sebagai ancaman oleh
Banten, tetapi juga sebagai ancaman terhadap keamanannya oleh Mataram. Dalam
rangkaian peperangan yang kemudian timbul antara Mataram dan Belanda di
Batavia, Mataram tidak dapat melawan teknologi Belanda yang lebih unggul,
sedangkan secara politis mereka dirongrong oleh campur tangan orang Belanda
dalam suatu rangkaian peristiwa perselisihan intem di Mataram tentang pergantian
raja. Ikut campur Belanda dalam hal ini tiada lain adalah untuk mengadudombakan
(Devide et Impera), akhirnya melalui perjanjian Gianti tahun 1755, negara
Mataram pecah dalam tiga kerajaan kecil dan menjadi kerajaan-kerajaan boneka
yang harus tunduk pada suatu perusahaan dagang Belanda.
Akhir abad ke-18, perusahaan dagang Belanda (VOC) mundur, sehingga
terpaksa dinyatakan bangkrut dalam tahun 1799. Dengan demikian, semua
miliknya di Indonesia diambil alih oleh kerajaan Belanda, dan dengan itu daerah-
daerah di Indonesia yang selama itu dikuasai oleh VOC menjadi jajahan Belanda.
Ketika terjadi pengambil-alihan pada akhir abad ke-18 tersebut, belum semua
daerah yang sekarang menjadi wilayah NKRI itu dikuasai oleh Belanda. Banyak
daerah lain di luar Jawa baru kemudian sepanjang abad ke-19 dan permulaan abad
ke-20 dikuasai oleh Belanda. Bengkulu. misalnya, baru ditukarkan dengan
Singapura dari Inggris pada suatu perjanjian diplomatik antara Inggris dengan
Belanda di London tahun 1824; daerah Minangkabau baru dapat diduduki dan
dikuasai oleh orang Belanda sesudah mereka berhasil untuk ikut campur tangan
dalam perang Padri tahun 1837: tanah Batak yang sudah mulai dimasuki orang
sejak tahun 1841, baru dikuasai sepenuhnya setelah menaklukan orang Batak Toba
tahun 1883, Lombok baru dikuasai sepenuhnya setelah melalui Belanda
peperangan sengit tahun 1894 Bali baru mereka kuasai sepenuhnya setelah melalui
peperangan di Badung tahun 1906; sedangkan daerah Aceh termasuk wilayah
Indonesia yang sukar untuk dikuasai Belanda, baru mereka dapat menguasainya
setelah berlangsung peperangan selama 30 tahun (1873-1903).
2. Pengaruh Kebudayaan Barat di Indonesia
a. Pengaruh Positif Kebudayaan Barat

16
1) Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir
lebih maju.
2) Modemisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus
berkembang di Indonesia dapat mengubah perekonomian indonesia
dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan
makmur. Hal tersebut diharapkan akan mewujudkan kehidupan
masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
3) Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi Remaja. Budaya asing yang
masuk ke Indonesia yang berdampak baik bagi remaja, salah satunya
mampu meningkatkan kreativitas dan juga inovasi dalam berbagai
bidang. Apalagi remaja mendapat kesempatan untuk berlatih dan
diberikan wadah sebagai media untuk menyalurkan ide kreatif yang
inovatif, selain bermanfaat juga bisa membuka kesempatan bekerja
pada saat mereka berusia cukup.
4) Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
b. Pengaruh Negatif Kebudayaan barat di Indonesia
1) Individualisme yang tinggi, sehingga semakin menipisnya rasa kegotong
royongan daan kekeluargaan ynag merupakan salah satu ciri kebudayaan
bangsa indonesia.
2) Latah terhadap cara berpakaian, misalnya. Para remaja tidak ingin ingin
dikatakan kuno, kampungan kalau tidak mengikuti cara berpakaian ala
barat karena dinilai modern, tren dan mengikuti perkembangan zaman
meski memperlihatkan auratnya yang dilarangan oleh ajaran agama
maupun bertentangan dengan adat istiadat masyarakat secara turun
temurun.
3) Pergaulan bebas dan cara berhura-hura dikalangan remaja yang dilihat
sebagai prilaku yang menyimpang baik secara agama maupun sosial juga
menjadi masalah bagi kebudayaan di Indonesia. Umumnya kalangan
remaja Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan
nilai-nilai agama yang dianut dan adat kebiasaan yang mereka miliki.

17
4) Sikap kebarat-baratan tidak semua budaya Barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia, Budaya negatif yang mulai menggeser budaya
asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas
remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian
dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena
kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sejak jaman dulu sudah menjalin hubungan dengan
bangsa-bangsa lain melalui aktivitas perdagangan. Dengan interaksi perdagangan
masuk pula berbagai pengaruh, salah satunya pengaruh Kebudayaan Islam dan Barat.
Pengaruh-pengaruh tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat
Indonesia.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Kebudayaan Islma dan Barat di Indonesia
menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan Kebudayaan islam
dan Barat. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini disebut dengan akulturasi, dimana
kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berampingan dan saling mengisi dengan
tidak menghilangkan unsur- unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Munculnya pengaruh Kebudayaan Islam dan Barat di Indonesia sangat besar
dan dapat dilihat melalui beberapa hal seperti seni bangunan, seni rupa/ seni lukis,
kalender, seni sastra, kepercayaan dan filsafat, dan berbagai sektor kehidupan
masyarakat seperti pemerintahan, ekonomi, budaya, sosial, pendidikan, dan teknologi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha semaksimal mungkin agar makalah yang
kami buat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan kamai juga berharap
makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi terutama dalam pembahasan kalimat.
Kami menyadari isi makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca semua kami harapkan untuk evaluasi demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asfiati, A. (2014). Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia: analisa tentang teori-teori
yang ada. Thariqah Ilmiah: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan Dan Bahasa Arab, 1(2),
16-29.

Mariana, M. (2020). Modul pembelajaran SMA sejarah Indonesia Kelas X: perkembangan


kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Islam.

Mariana, M. (2020). Modul pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X: Teori masuknya
Islam ke Indonesia.

Nasution, F. (2020). Kedatangan dan Perkembangan Islam ke Indonesia. MAWA IZH JURNAL
Dakwah Dan Pengembangan Sosial Kemanusian, 11(1), 26-46.

Permana, R. (2015). Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Jurnal dinus. ac. id, 1, 1-27.

Sapriya, S., & Nurdin, S. (2006). Konsep dasar IPS.

Sita, P. S. (2013). Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia Di Kalangan


Remaja. Surabaya: ITS.

20

Anda mungkin juga menyukai