Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA

(KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Dosen pengampu: Ani Rosidah,S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :

Dea Zahrotul Afifah 2322101088

Diki Suryana 2322101021

Fanesya Aleeva Suparsa 2322101061

M. Rhama Adi Mahardika 2322101107

Nazwa Ulfa Yuliani 2322101118

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MAJALENGKA TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul “Kebudayaan Hindu dan Budha” ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS, yang diharapkan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada ibu Ani
Rosidah,S.Pd.,M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS yang
telah memberikan arahan dan pemahaman dalam pembuatan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Majalengka, 01 Dsember 2023

Penyusun

PAGE \* MERGEFORMAT 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Sejarah Kebudayaan Hindu dan Budha......................................................................3

2.2 Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha ..................................................................4

2.3 Teori masuknya Kebudayaan Hindu dan Budha .......................................................12

2.4 Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Budha.................................................................14


2.5 Hubungan Islam dan Barat.........................................................................................16
2.6 Epistemologi Islam dan Barat....................................................................................17
BAB III PENUTUP...........................................................................................................22

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................22

3.2 Saran............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24

PAGE \* MERGEFORMAT 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masuknya Hindu dan Buddha di nusantara dimulai pada awal masehi, melalui
jalur perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang sangat srategis
dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Melalui hubungan perdagangan, muncul
pengaruh bagi kedua belah pihak dan terjadilah akulturasi kebudayaan. Candi Hindu
maupun Buddha pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal
dengan budaya India. Masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia kemudian
memunculkan pembaruan besar. Misalnya berakhirnya zaman prasejarah Indonesia
dan perubahan dari kepercayaan kuno (animisme dan dinamisme) menjadi kehidupan
beragama yang memuja Tuhan dengan kitab suci. Kebudayaan Hindu dengan mudah
diterima rakyat nusantara karena adanya persamaan kebudayaan Hindu dengan
kebudayaan nusantara. Masuknya kebudayaan Hindu Budha di Indonesia pada masa
lampau telah banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat nusantara.
Kendati demikian, kisah tentang bagaimana proses masuknya kebudayaan ini di masa
lampau masih menjadi misteri. Dugaan-dugaan yang diutarakan para ahli tentang
teori masuknya Hindu dan Buddha ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang
ditemukannya masing-masing juga ada banyak sekali.

Periode Hindu-Buddha bahkan dijadikan masa tersendiri dalam kajian Sejarah


Indonesia. Hal ini karena sumbangan dari periode ini sangat lah besar terhadap
perjalanan Sejarah Indonesia. Misalnya mengenai pembentukan kebudayaan, konsep
kepercayaan monotheis, dan lain-lain. Walaupun begitu, tidak semua sejarawan yang
menulis tentang Sejarah Indonesia menceritakan masa ini secara rinci. Hal ini tak
terlepas dari teori-teori mengenai proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yang

PAGE \* MERGEFORMAT 8
masih menjadi kontroversial. Para sejarawan juga masih memperdebatkan mengenai
waktu yang tepat ‘kapan’ periode Hindu-Budha ini muncul dan musnah, karena bukti
sejarah terkait proses ini masih samar-samar. Hal lain yang masih disangsikan adalah
mengenai pembentukan kebudayaan masyarakat Indonesia. Apakah kebudayaan
tersebut lahir dari agama Hindu-Budddha, ataukah agama Hindu-Budha-lah yang
konsepnya menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat yang sudah ada sejak masa
prasejarah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasi Sejarah Kebudayaan Hindu dan Budha?
2. Bagaimana Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha?
3. Bagaimana Teori masuknya Kebudayaan Hindu dan Budha?
4. Bagaimana Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Budha?`
5. Bagaimana Hubungan Islam dan Barat?
6. Bagaimana Epistemologi Islam dan Barat
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Kebudayaan Hindu dan Budha
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha
3. Untuk Mengetahui Teori masuknya Kebudayaan Hindu dan Budha.
4. Untuk Mengetahui Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Budha
5. Untuk Mengetahui Hubungan Islam dan Barat
6. Untuk Mengetahui Epistemologi Islam dan Barat

PAGE \* MERGEFORMAT 8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kebudayaan Hindu dan Budha

1. Sejarah Kebudayaan Hindu

Kebudayaan Hindu berasal dari agama Hindu, yang memiliki sejarah panjang
di wilayah India. Agama Hindu diyakini berkembang dari kepercayaan-kepercayaan
dan praktik-praktik spiritual, yang ada di wilayah India sejak ribuan tahun yang lalu.
Hinduisme tidak memiliki pendiri tunggal, melainkan berkembang secara perlahan-
lahan dari praktik keagamaan yang ada di masyarakat.

Kitab suci yang sangat penting dalam agama Hindu adalah Weda, yang terdiri dari
berbagai himne, doa, mantra, dan filsafat. Weda membentuk dasar ajaran Hinduisme,
yang mencakup berbagai dewa dan dewi, siklus kelahiran dan kematian (samsara),
serta konsep-konsep seperti karma (hukum tindakan dan konsekuensinya) dan
moksha (pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian). Agama Hindu
menghormati banyak dewa dan dewi yang mewakili berbagai aspek alam dan
kehidupan. Praktik keagamaan Hindu meliputi ritual, pemujaan di kuil-kuil, meditasi,
yoga, dan karma yoga (tindakan berdasarkan tugas dan tanggung jawab).

2. Sejarah Kebudayaan Budha

Kebudayaan Buddha berasal dari agama Buddha dan didirikan oleh


Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha, sekitar abad ke-6 SM.
Siddhartha Gautama adalah seorang pangeran dari klan Sakya di India Utara yang
meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari pencerahan. Buddhisme

PAGE \* MERGEFORMAT 8
mengajarkan empat kebenaran mulia (Four Noble Truths) yang berbicara tentang
penderitaan (dukkha), penyebab penderitaan, jalan keluar dari penderitaan, dan jalan
menuju pencerahan (Nirwana). Ajaran Buddha sangat menekankan praktik meditasi,
pemahaman konsep-konsep seperti anicca (ketidakkekalan), anatta (ketiadaan diri),
dan dukkha (penderitaan).

Dalam kebudayaan Buddha, terdapat ajaran-ajaran dasar seperti Jalan Tengah


(Middle Path), yang mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan, serta praktik
kebajikan, seperti kebaikan hati, kebaikan ucapan, dan kebaikan Tindakan

2.2 Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dapat kita lihat dari berbagai macam


bangunan, karya, atau bahkan hingga aktivitas yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

1. Seni Bangunan (Arsitektur)

Catatan sejarah mengatakan bahwa di Indonesia ada banyak kerajaan


zaman dulu yang berlatar belakang Hindu dan Buddha. Maka dari itu, ada
banyak sekali banguna yang dibangun pada zaman itu bercorak Hindu dan
Buddha. Hingga saat ini, beberapa bangunan yang dibangun pada zaman
kerajaan Hindu-Buddha masih bisa kita lihat.

Bangunan-bangunan yang dibangun pada kerajaan Hindu-Buddha


biasanya berbentuk candi Setiap bangunan candi yang memiliki corak Hindu-
Buddha mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ada bangunan candi yang
berfungsi untuk tempat ibadah, pemakaman, dan ada yang sebagai tempat
pemandian suci.

Candi yang berfungsi sebagai makam merupakan candi dengan corak


Hindu. Sedangkan candi yang berfungsi sebagai tempat ibadah merupakan candi

PAGE \* MERGEFORMAT 8
dengan corak Buddha. Jika dilihat dari bangunan dengan corak Hindu-Buddha
ini, maka bisa dikatakan bahwa kerajaan Hindu dan kerajaan Buddha sangat
berjaya pada masanya.

Pada dasarnya candi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu kaki candi,
tubuh candi, dan puncak candi. Kaki candi disebut dengan bhurloka yang berarti
alam dunia fana. Tubuh candi disebut dengan bhurwaloka yang berarti alam
pembersihan jiwa, dan puncak candi disebut dengan swarloka yang berarti alam
jiwa suci. Namun, adanya akulturasi budaya membuat bangunan candi
disesuaikan dengan kekhasan dari budaya Indonesia. Pernahkah membandingkan
candi yang berada di Jawa Tengah dengan candi yang berada di Jawa Timur?
Candi yang ada pada dua wilayah tersebut memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

a. Candi di Jawa Tengah

Pada umumnya candi yang berada di Jawa Tengah memiliki bentuk


tambun yang dihiasi dengan kalamakara atau wajah raksasa. Hiasan
kalamakara umumnya terletak pada pintu masuk candi.

Puncak candi yang ada di Jawa Tengah memiliki ciri khas dengan
bentuk stupanya dan bahan utamanya berupa batu andesit. Arah dari candi ini
mengarah ke timur.

b. Candi di Jawa Timur

Candi yang terletak di Jawa Tengah biasanya memiliki bentuknya


lebih ramping dan ada hiasan yang lebih sederhana dibandingkan dengan
kalamakara di pintu masuk. Jika candi di Jawa Tengah puncak candi
berbentuk stupa, maka candi di Jawa Timur berbentuk kubus. Bahan utama
dari pembuatan candi di Jawa Timur adalah batu bata. Sementara itu, arah dari
candi ini lebih mengarah ke barat.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
2. Seni Rupa dan Ukir

Berdasarkan catatan sejarah bahwa masyarakat Indonesia sudah bisa membuat


lukisan atau gambar. Kemampuan itu muncul sebelum adanya pengaruh dari budaya
Hindu-Buddha. Selain itu, lukisan tertua yang ada di Indonesia terletak di dinding gua
di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Bahkan, Dr. Maxime Aubert dari Griffiths
Universitas Australia mengatakan bahwa lukisan yang berada di Kabupaten Maros
sudah berusia lebih dari 38-40 ribu tahun.

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia sudah


memiliki kebiasaan melukis atau menggambar dengan pola yang sangat sederhana.
Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha dalam seni rupa, maka barulah
masyarakat Indonesia mengembangkan gambar atau lukisannya dengan motif yang
lebih sulit serta dipengaruhi oleh budaya India.

Selain memberikan pengaruh pada seni rupa, Hindu-Buddha juga memberikan


pengaruh terhadap seni ukir, patung, relief, dan makara. Bentuk dari seni rupa Hindu-
Buddha selalu berkembang pada zamannya, sehingga sangat banyak sekali motif-
motifnya.

a. Patung

Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah mengetahui seni pahatan


batu yang sangat besar, seperti menhir dan sarkofagus. Dari pahatan menhir
dan sarkofagus, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah
memiliki kebiasaan dalam membuat patung dengan bentuk seperti manusia.
Biasanya patung yang dibuat oleh masyarakat Indonesia zaman dahulu
berfungsi sebagai batu penyembahan.

Seni membuat patung ini semakin berkembang terutama ketika Hindu-


Buddha masuk ke Indonesia. Pada masa Hindu, setiap patung yang dibuat

PAGE \* MERGEFORMAT 8
diletakkan di candi-candi. Biasanya patung-patung pada zaman ini dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu trimatra dan setengah trimatra.

Patung dengan bentuk trimatra memberikan makna dewa, manusia,


dan binatang. Maka dari itu, bentuk patung trimatra berada di dalam candi.
Dibuatnya patung trimatra berfungsi untuk memberikan penghormatan kepada
raja-raja yang sudah meninggal. Sedangkan, patung dengan bentuk setengah
trimatra pada umumnya berada di relief-relief candi.

Sedangkan patung-patung pada zaman Buddha pada umumnya


berbentuk Sang Buddha. Patung Sang Buddha biasanya dibuat dengan posisi
tangannya yang sedang mengarah ke arah mata angin tertentu.

b. Relief

Relief bisa dikatakan sebagai salah satu unsur yang ada di candi-candi
di Indonesia. Relief yang biasa kita lihat berupa gambar-gambar yang timbul
yang ada di dinding-dinding candi. Namun, relief-relief yang ada di candi
Indonesia selalu memiliki makna-makna berupa ajaran-ajaran agama,
kehidupan sehari-hari, dan kisah para dewa.

Relief yang ada di candi bercorak Hindu umumnya menjelaskan


cerita-cerita yang berasal dari kitab suci atau karya sastra. Karya sastra yang
digunakan, seperti Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, dan
Arjunawiwaha. Contoh relief bercorak Hindu yang menceritakan cerita
Ramayana bisa kamu lihat di candi Prambanan.

Sedangkan relief Buddha, biasanya bercerita tentang tentah kisah dan


perjalanan hidup Sang Buddha, Sidharta Gautama.

c. Makara

PAGE \* MERGEFORMAT 8
Dalam mitologi Hindu-Buddha terdapat makhluk hidup yang bernama
Makara. Makara merupakan perwujudan dari seekor binatang laut yang besar
dan selalu diidentikkan dengan hiu, buaya, dan lumba-lumba, sehingga sering
dijadikan sebagai motif-motif candi.

Adanya motif makara ini, maka bisa dilihat bahwa adanya campuran
seni ukir India dengan seni ukir Jawa. Tujuan dibuatnya makara untuk
mencegah sifat buruk masuk ke dalam candi dan memberikan tanda bahwa
candi ini adalah tempat yang sakral.

3. Seni Pertunjukkan
Masuknya pengaruh Hindu-Buddha bukan hanya dapat dilihat dari corak
bangunan saja, tetapi kita bisa melihatnya melalui beberapa seni pertunjukkan. Seni
pertunjukkan yang mengalami perkembangan pada zaman Hindu-Buddha, seperti
seni wayang, seni tari, dan seni musik.

a. Seni wayang

Sebelum zaman Hindu-Buddha pertunjukkan seni wayang berfungsi


sebagai salah satu bentuk dari upacara pemujaan kepada arwah nenek moyang
yang dikenal dengan sebutan Hyang dan kedatangan wayang merupakan
bentuk dari arwah nenek moyang tersebut.

Pada zaman Hindu-Buddha, pertunjukkan wayang dikembangkan


sesuai dengan zamannya dengan membawakan cerita-cerita dari India, seperti
Ramayana dan Mahabharata. Meskipun berasal dari India, tetapi ada beberapa
tokoh dari Indonesia yang muncul dipertujukkan wayang.

b. Seni tari

Sama halnya dengan seni pertunjukkan wayang, seni tari juga sudah
ada sebelum zaman Hindu Buddha masuk. Seni pertunjukkan tari biasanya

PAGE \* MERGEFORMAT 8
digunakan untuk mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta karena
sudah diberikan hasil panen yang cukup. Selain itu, pada proses pengangkatan
kepala suku biasanya menggunakan seni pertunjukkan tari juga.

Seni pertunjukkan yang disebabkan karena pengaruh dari Hindu-


Buddha, sampai saat ini kelestariannya tetapi dijaga dengan baik. Dengan
melestarikan seni tari ini menandakan bahwa warisan kebudayaan Indonesia
tidak akan mudah hilang. Seni pertunjukkan tari dengan pengaruh Hindu-
Buddha bisa dilihat di sendratari Ramayana yang diselenggarakan di candi
Prambanan pada saat bulan purnama.

c. Seni Musik

J.L.A. Brandes mengatakan bahwa gamelan merupakan salah satu seni


pertunjukkan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal ini bisa
disebabkan karena masyarakat Indonesia sudah beranggapan bahwa
pertunjukkan musik gamelan adalah seni musik yang paling tua di Indonesia.

Perkembangan seni musik gamelan ini semakin pesat terutama ketika


masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Informasi tentang seni musik gamelan
ini bisa ditemukan pada relief-relief candi, kitab-kitab, dan karya sastra.

4. Seni Sastra dan Aksara

Pada zaman Hindu-Buddha sering dikenal sebagai awal mula munculnya


aksara di Indonesia. Aksara tertua yang ada di Indonesia ditemukan di Kutai,
Kalimantan Timur dan terletak pada batu prasasti Yupa. Prasasti Yupa ditulis dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Pada awal kemunculan aksara Pallawa digunakan untuk menulis suatu hal di
batu prasasti dan di karya sastra. Setelah mengalami berbagai macam perkembangan,

PAGE \* MERGEFORMAT 8
maka aksara Pallawa mengalami perkembangan menjadi aksara Hacaraka. Aksara
Hanacaraka digunakan untuk menulis aksara Jawa dan Bali.

Dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang sering digunakan, maka
membuat masyarakat tergerak untuk mengembangkan sastra-sastra di daerah. Secara
garis besar, setiap karya sastra pada zaman Hindu-Buddha sangat terpengaruh dengan
karya sastra Ramayana dan Mahabharata dari India.

Cerita yang berasal dari India dipadupadankan dengan budaya Indonesia,


sehingga mengasilkan cerita yang bermakna dan tentunya menarik untuk dibaca.
Karya sastra pada zama Hindu-Buddha biasanya berupa kitab yang disusun oleh Mpu
Panuluh dan Mpu Sedah dengan judul Bharatayudha.

5. Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang ada pada zaman Hindu-Buddha memiliki tiga unsur
yang sangat penting. Pertama, Pada masa praaksara suatu sistem kepercayaan
bersumber dari kelompok masyarakat atau kepala suku yang ditandai dengan adanya
sebuah ritual. Ritual-ritual ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-
dewa.

Kedua, adanya kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dianggap


mempunyai kekuatan magis didalamnya. Pada zaman Hindu-Buddha kepercayaan
pada benda-benda pusaka sangat kental, sehingga banyak masyarakat yang percaya
akan kekuatan yang ada di dalam benda pusaka tersebut.

Ketiga, pada zaman Hindu-Buddha pemimpin agama selalu mendapatkan


tempat terpandang di lingkungan masyarakat. Selain itu, pemimpin agama sangat
dihormati oleh masyarakat.

Dari ketiga fakta sejarah tersebut, maka dapat dikatakan bahwa adanya
pengaruh Hindu-Buddha tidak menghilangkan kepercayaan asli masyarakat

PAGE \* MERGEFORMAT 8
Indonesia. Bahkan, perkembangan agama Hindu-Buddha bisa dibilang memadukan
kepercayaan asli atau kepercayaan lokal yang sudah ada sebelumnya.

6. Sistem Pemerintahan

Sebelum masuknya Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia menganut sistem


pemerintahan berupa pemimpin suatu kelompok atau kepala suku. Pada sistem
pemerintahan kepala suku, setiap pemimpin yang dipilih berdasarkan siapa yang
paling berpengaruh pada kelompok tersebut.

Namun, setelah masuknya Hindu-Buddha sistem pemerintahan kesukuan


berubah menjadi sistem kerajaan. Pemimpin dari suatu kelompok masyarakat berada
di tangan seorang raja. Seorang raja mempunyai hak untuk mewariskan tahtanya
secara turun-temurun.

Pada sistem kerajaan ini, para dukun diangkat menjadi penasihat dan memiliki
gelar brahmana serta posisinya berada di bawah raja. Sementara itu, kedudukan
rakyat tetap sebagai waisya dan para budak tetap berada di posisinya yaitu sebagai
sudra.

7. Sistem Kalender

Pada zaman praaksara, masyarakat selalu menghitung hari menggunakan ilmu


astronomi. Ilmu astronomi dipercaya dapat menentukan arah mata angin terutama
saat melakukan pelayaran. Bahkan, dalam menentukan waktu panen juga
menggunakan ilmu astronomi.

Akan tetapi, masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia memberikan pengaruh


terhadap masyarakat Indonesia berupa perhitungan waktu berdasarkan penanggalan
tahun Saka. Kalender tahun Saka memiliki jumlah hari yang terdiri atas 365 hari.
Sedangkan tahun Saka dengan tahun Masehi memiliki selisih tahun, yaitu 78 tahun.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
2.3 Teori masuknya Kebudayaan Hindu dan Budha

Di masa perdagangan kuno, wilayah pesisir Sumatera dan Jawa menjadi pusat
perdagangan yang cukup besar. Banyak pedagang yang singgah, baik dalam maupun
luar negeri. Hal ini karena Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera.

Hal tersebut juga yang menyebabkan Indonesia menjadi daerah yang dilewati
jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Adanya perdagangan internasional
yang terjadi di Indonesia, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya
Hindu-Buddha ke Indonesia. Lima teori proses masuknya Hindu-Buddha ke
Indonesia tersebut, yaitu: Teori Waisya, Teori Brahmana, Teori Ksatria, Teori Arus
balik, dan Teori Sudra.

1. Teori Waisya
Dilansir dari buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) oleh Tappil Rambe
dan teman-teman, menuliskan bahwa hipotesis ini dikemukakan oleh N.J Krom
yang menyebutkan proses masuknya kebudayaan Hindu melalui hubungan
dagang antara India dan Indonesia. Kaum pedagang (Waisya) India yang
berdagang di Indonesia mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak
memungkinkan mereka untuk kembali, dalam waktu tertentu mereka menetap di
Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, mereka
memanfaatkannya dengan menyebarkan agama Hindu-Buddha.
2. Teori Brahmana
Teori ini diungkapkan oleh Jc. Van Leur yang mengatakan kebudayaan
Hindu-Buddha India menyebar melalui golongan Brahmana. Pendapatnya itu
didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan
yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Golongan Brahmana dikenal
menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, sehingga jelas bahwa ada peran
Brahmana dalam masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
3. Teori Ksatria
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha
yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
a. Pendapat C.C Berg C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang
turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria
India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di
Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak
membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia
yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka
yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau
kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan
mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang
dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam
kerajaan di Indonesia.
b. Pendapat Mookerji Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji
juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari India yang membawa
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini
selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah
kerajaan.
c. Pendapat J.L Moens J.L. Moens mencoba menghubungkan proses
terbentuknya kerajaan- kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan
situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad
ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri
ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu
nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
4. Teori Arus Balik
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang
mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai
keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal

PAGE \* MERGEFORMAT 8
dengan Teori Arus Balik. Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda
Indonesia yang belajar agama Hindu-Buddha ke India. Setelah memperoleh ilmu
yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkannya.
7. Teori Sudra
Teori ini disampaikan Von Van Faber yang mengatakan bahwa peperangan
yang terjadi di India pada saat itu menyebabkan golongan Sudra menjadi
buangan. Kemudian mereka meninggalkan India dan mengikuti kaum Waisya
dan diduga golongan Sudra yang memberi andil dalam penyebaran budaya
Hindu-Buddha ke Indonesia. Karena saat itu jumlah mereka sangta besar.
2.4 Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Budha

Akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan kepercayaan asli Indonesia,


memiliki peran penting dalam membentuk identitas budaya Indonesia yang kaya dan
beragam. Sejarah Indonesia mencatat interaksi yang kuat antara kebudayaan Hindu-
Buddha dan kepercayaan asli yang ada sebelumnya, seperti animisme dan dinamisme.

Kedatangan agama Hindu dari India ke Nusantara pada abad ke-4 Masehi,
membawa pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Hinduisme membawa sistem kepercayaan, mitologi, upacara, dan praktik-
praktik keagamaan yang kemudian berakulturasi dengan kepercayaan asli setempat.
Seiring berjalannya waktu, agama Buddha juga masuk ke Indonesia dan
berdampingan dengan Hinduisme. Akulturasi antara Hindu-Buddha dengan
kepercayaan asli Indonesia menghasilkan bentuk kebudayaan yang unik. Beberapa
contoh akulturasi ini adalah:
1. Arsitektur
Candi-candi Hindu-Buddha seperti Borobudur, Prambanan, dan Penataran
merupakan contoh akulturasi dalam seni arsitektur. Candi-candi ini memadukan
elemen-elemen arsitektur Hindu dan Buddha dengan gaya dan simbolisme lokal.
Bentuk dan dekorasi candi menggambarkan ikatan antara alam dan spiritualitas.
2. Upacara dan Natal

PAGE \* MERGEFORMAT 8
Akulturasi antara Hindu-Buddha dan kepercayaan asli Indonesia dapat
dilihat dalam berbagai upacara dan ritual tradisional. Misalnya, upacara Ngaben
di Bali yang menggabungkan unsur-unsur dari agama Hindu dengan kepercayaan
tentang roh leluhur. Demikian pula, upacara-upacara di Jawa yang memadukan
ajaran agama Hindu-Buddha dengan praktik-praktik tradisional Jawa.
3. Kalender dan Festival
Kalender dan festival di Indonesia juga mencerminkan akulturasi
antara Hindu-Buddha dan kepercayaan asli. Contohnya, perayaan Nyepi di Bali
yang merupakan hari raya agama Hindu yang juga dipengaruhi oleh kepercayaan
tentang mengusir roh jahat dengan diamnya alam semesta. Selain itu, festival-
festival seperti Waisak dan Galungan merupakan perayaan Buddha dan Hindu
yang diakui secara luas di Indonesia.
4. Filosofi dan Spiritualitas
Filosofi dan spiritualitas dalam kebudayaan Hindu-Buddha memiliki
pengaruh yang kuat di Asia Tenggara. Berikut adalah beberapa aspek penting
dari filosofi dan spiritualitas Hindu-Buddha:
a. Konsep Ketuhanan
Dalam kedua kepercayaan ini, terdapat keyakinan akan adanya
entitas ilahi yang dipuja dan dihormati. Dalam Hinduisme, terdapat
konsep Trimurti, yang meliputi tiga dewa utama yaitu Brahma sebagai
pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, dan Siwa sebagai pemusnah.
Buddhisme, di sisi lain, tidak memiliki konsep dewa pribadi, tetapi lebih
menekankan pada keberadaan Buddha yang mencapai pencerahan dan
Dharma sebagai ajaran yang penting.
b. Reinkarnasi dan karma

Konsep reinkarnasi dan karma sangat penting dalam Hindu-


Buddha. Reinkarnasi mengacu pada keyakinan bahwa jiwa manusia
berpindah ke tubuh baru setelah kematian, berdasarkan perbuatan (karma)

PAGE \* MERGEFORMAT 8
yang dilakukan selama hidup. Dalam kedua kepercayaan ini, upaya
dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dalam reinkarnasi
berikutnya melalui pengumpulan karma yang baik.

c. Pencapaian Pencerahan
Di dalam Buddhisme, pencapaian pencerahan atau nirwana
merupakan tujuan utama. Pencerahan ini dicapai melalui pemahaman
yang mendalam tentang kehampaan (sunyata) dan penghentian
penderitaan (dukha). Dalam Hinduisme, pencapaian pencerahan
seringkali dikaitkan dengan pemahaman yang mendalam tentang Tuhan
dan pencapaian persatuan dengan-Nya.
d. Praktik Meditasi
Meditasi memiliki peran sentral dalam kedua kepercayaan ini.
Meditasi digunakan untuk menenangkan pikiran, mengembangkan
kesadaran, dan mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Berbagai teknik
meditasi digunakan, termasuk meditasi fokus pada objek tertentu,
pengamatan kesadaran, dan refleksi diri.
e. Etika dan Moralitas
Filosofi Hindu-Buddha juga menekankan pentingnya etika dan
moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Konsep seperti ahimsa (tidak
menyakiti makhluk hidup), kejujuran, dan empati dipromosikan sebagai
panduan perilaku yang benar. Prinsip-prinsip ini membentuk dasar untuk
menjalani kehidupan yang bermakna dan memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat.
2.5 Hubungan Islam dan Barat

hubungan Islam-Barat bisa dikatakan memasuki era baru. Pertama, populasi


umat Muslim yang tinggal di Barat-baik karena proses migrasi dari negara-negara
Muslim maupun konversi orang Barat ke dalam Islam-semakin signifikan, dan ini
pada gilirannya memberikan dampak yang semakin nyata dari segi politik, sosial, dan

PAGE \* MERGEFORMAT 8
ekonomi. Kedua, sementara kehadiran Islam semakin mengglobal, politik identitas
keislaman juga cenderung meningkat di mana-mana. Umat Islam tampak ingin
menunjukkan identitas khasnya yang berbeda dengan umat lain, termasuk dan
terutama dengan Barat. Ketiga, hubungan keduanya sangat rentan, labil, dan mewarisi
rasa ketidakpercayaan (mistrust) yang berakar mendalam di sepanjang sejarah,
utamanya karena memori kolektif Perang Salib yang traumatis. Bagi umat Islam,
Barat sering dinilai terlalu dominan-perkasa, eksploitatif, berstandar ganda, dan
diskrimina- tif khususnya dalam masalah Palestina-Israel dan kebijakan luar negeri;
sedangkan bagi Barat, umat Islam sering dianggap mempromosikan kekerasan,
melanggar hak asasi manusia, dan anti-demokrasi.

2.6 Epistemologi Islam dan Barat

1. Epistemologi Dalam Persfektif Islam

Baghdad sebagai ibukota Khalifah Abbasiyah adalah suatu kota yang


merupakan pusat studi ilmu yang sangat maju dan terkenal saat itu. Kota ini telah
menjadi kiblat yang dituju oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru. Berbagai
jenis ilmu pengertahaun yang dikenal di zaman itu telah mencapai puncaknya di
kota ini. Tidak saja ilmu-ilmu agama tradisional yang disebut dengan 'ulum
naqliyah, tetapi juga berbagai ilmu pengetahuan empiris dan falsafah telah dikaji
dan dikembangkan dengan wujud yang sangat mengagumkan.

Zaman Khalifah Amawiyah di Damaskus telah ada usaha penerjemahan


yang dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan untuk tujuan yang terbatas
pula. Pada umumnya, terjemahan itu dilakukan terhadap buku-buku ilmiah yang
ada kaitannya langsung dengan kehidupan praktis, seperti buku-buku ilmu kimia
dan kedokteran. Misalnya, Khalid bin Yazid telah mempelajan ilmu kimia dan
bintang serta menyuruh menerjemahkan beberapa kitab dengan ilmu lin ke bahasa
Arab. Begitu juga Khalifah Umar bin Abd Azis telah meminta para penterjemah
untuk menerjemahkan buku-buku kedokteran ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi,

PAGE \* MERGEFORMAT 8
setelah pusat kekuasaan berpindah ke tangan Khalifah Abbasyiyah, aktifitas
penterjemahan menjadi semakin berkembang dengan pesat sekali.

Khalifah al- Mansur, Khalifah Abbasyiyah, kedua adalah seorang khalifah


yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, terutama Imu bintang sehingga ia
menyuruh Muhamad bin Ibrahim al-Fazazi (ahli ilmu falak pertama dalam Islam)
untuk menerjemahkan Sindahind, buku ilmu falak dari India ke dalam bahasa
Arab. Juga beberapa buku lain tentang ilmu hitung dan angka-angka India disuruh
salin ke dalam bahasa ini. (Ahmad Daudy: 1986). Dari bahasa Persia
diterjemahkan kitab Kalilah wa Dimnah yang terkenal itu, dan juga buku-buku
yang berasal dari Yunani diterjemahkan melalui bahasa Suryani.

Pandangan Para Filsuf Muslim di Dalam dunia pemikiran Muslim,


setidaknya terdapat tiga macam teori pengetahuan yang biasa disebut-sebut, antara
lain: Pertama, pengetahuan rasional yang tokon tokohnya adalah Al-Farabi, Ibnu
Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd dan lain-lain. Kedua, pengetahuan
inderawi, pengetahuan ini hanya terbatas pada klasifikasi sumber pengetahuan dan
belum ada filsuf yang mengembangkan teori ini. Dan yang ketiga adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui ilham

2. Epistemologi Dalam Persfektif Barat

a. Empirisme
Secara etimologis, Empirisme berasal dan kata Yunani yaitu empeiria,
empeiros yang berani berpengalaman dalam, berkenalan dengan, dan terampil
untuk Bahasa Latinnya yaitu experientia (pengalaman). Sehingga secara
istilah, Empirisme adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus
dicari dalam pengalaman atau
pengalaman inderawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan
dan bukan akal/ rasio. Pengetahuan inderawi menurut Aristoteles merupakan
dasar dari semua pengetahuan. Tak ada ide-ide natural yang mendahuluinya.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
Akan tetapi, ilmu hakiki dalam pandangannya adalah ilmu tentang konsep-
konsep dan makna-makna universal yang mengungkapkan hakikat dan esensi
sesuatu. (Ahmad Tafsir: 1999) Jauh sebelum Aristoteles sang guru Plato
beranggapan bahwa pengetahuan merupakan kondisi kognisi yang paling
tinggi dan lebih dari sekadar kepercayaan yang benar (true belief).
Menurutnya, pengetahuan lebih berharga dan lebih sulit untuk didapatkan
daripada kepercayaan. Namun, walaupun pengetahuan susah untuk dicapai
dan manusia kurang akan pengetahuan, pengetahuan tetap dapat dicapai
karena kita semua harus dan cenderung untuk bergantung kepada kepercayaan
kepercayaan yang benar. (Adian Husaini: 2013)
Namun, Aristoteles menolak epistemologi Platonisme dengan
mengatakan bahwa pengetahuan seorang manusia harus berangkat dari hal-hal
partikular yang terpersepsi oleh indra dan setelah itu, ia akan diabstraksikan
menjadi pengetahuan akal budi (rasional) yang bersifat universal. Aristoteles
dalam hal ini berpegang pada satu diktum: Nihil Est In Intellectu Nisi Prius in
Sensu. Artinya, tidak ada sesuatu sesuatu pun yang terdapat di akal budi yang
tidak terlebih dahulu terdapat pada indra. Namun demikian, Aristotles masih
merupakan pengikut Plato. Ia hanya bersebrangan dengan ajaran gurunya
mengenai perpisahan absolut antara ide dan gambarannya. Francis Bacon
(1561-1626), seorang filsuf Inggris lahirkan di London dan belajar di
Universitas Cambridge mendalami ilmu pengetahuan, berpandangan bahwa
tidak mungkin manusia mengetahui berbagai hakikat tanpa perantara indera.
Kemudian menurut Thomas Hobbes (1588-1678), pengalaman inderawi
merupakan permulaan dari segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat
disentuh oleh inderalah yang merupakan kebenaran, sedangkan pengetahuan
intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data inderawi
belaka. (Adian Husaini 2013). Menurut John Locke (1632-1704), semua
pengetahuan berasal dari pengalaman, akal barat kertas putih dan akan
digamban oleh pengalaman tadi sehingga lahirlah apa yang disebut ide,

PAGE \* MERGEFORMAT 8
sehingga pengetahuan terdiri atas connection and agreement (disagreement) of
our ideas. Dengan "ide" ini pasti tidak dimaksud ide umum, bawaan yang juga
disebut kategori, namun gambaran mengenai data empiris Kalau Aristoteles,
F. Bacon dan J. Locke mengakui adanya alam realitas dengan segala hakikat
yang ada padanya, berbeda dengan David Hume yang mengingkari adanya
substansi material sebagai akibat dan keterputusannya pada indera saja, serta
pengetahuan pengetahuan yang berubah secara alami. Kemudian David Hume
menegaskan, bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding
kesimpulan logika/kemestian sebab akibat. Kausalitas tidak bisa digunakan
untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa-
peristiwa yang terdahulu. Pengalamaniah yang memberikan informasi yang
langsung dan pasti terhadap objek

Rasionalisme Secara umum, Rasionalisme adalah pendekatan filosofis


yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan. Ini
berarti bahwa sumbangan akal lebih besar daripada sumbangan indra,
sehingga dapat diterima adanya struktur bawaan (ide, kategori). Oleh
Rasionalisme, bahwa mustahillah ilmu dibentuk hanya berdasarkan fakta dan
data empiris (pengamatan). Pada masa klasik, aliran Rasionalisme dipelopori
oleh Plato. Sedangkan masa modern diperoleh Descartes dan Leibniz. Ketiga
tokoh ini merupakan tokoh yang paling terkenal dalam aliran Rasionalisme.
(Adian Husaini: 2013) Dalam perdebatan Plato dan Aristoteles yang
merupakan prototipe cikal bakal aliran Rasionalisme dan Empirisme, terlihat
jelas bahwa Plato lebih menekankan akal sebagai sumber pengetahuan,
sedangkan Aristoteles lehih menekankan indera daripada akal sebagai sumber
pengetahuan. Menurut Plato, hasil pengamatan inderawi tidak memberikan
pengetahuan yang kokoh, karena sifatnya selalu berubah-ubah, sehingga
kebenarannya tidak dapat dipercayai. Dalam proses pencariannya, Plato
menemukan, bahwa ada kebenaran diluar pengamatan inderawi yang disebut

PAGE \* MERGEFORMAT 8
"idea". Dunia idea bersifat tetap dan tidak berubah-ubah dan kekal. Berbeda
dengan Aristoteles, menurutnya bahwa ide-ide bawaan ini tidak ada dan dia
tidak mengakui dunia semacam tu. Dia lebih mengakui bahwa pengamatan
inderawi itu berubah-ubah, tidak tetap, dan tidak kekal, tetapi dengan
pengamatan inderawi dan penyelidikannya yang terus- menerus terhadap hal-
hal dan benda-benda konkret, maka akal/rasio akan dapat melepaskan atau
mengabstraksikan idenya dengan benda-benda yang konkret tersebut.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kebudayaan Hindu dan Budha memiliki pengaruh yang signifikan


pada masyarakat Indonesia. Agama Hindu mulai masuk ke Indonesia pada abad
ke-4 Masehi melalui jalur perdagangan dari India Selatan, sementara agama Budha
datang pada abad ke-5 Masehi melalui para pedagang dan biksu dari India Utara 1.
Kedatangan kedua agama ini membawa perubahan sosial, budaya, dan agama yang
signifikan bagi masyarakat di kepulauan Indonesia.

Kedua agama ini kemudian berakulturasi dengan kebudayaan lokal,


menghasilkan unsur kebudayaan baru seperti seni bangunan candi, tari, musik, dan
lain-lain 23. Setelah Indonesia memasuki era Islam pada abad ke-13, agama ini
juga memengaruhi kebudayaan Indonesia. Akulturasi antara kebudayaan Islam dan
Hindu-Budha menghasilkan unsur kebudayaan baru seperti seni ukir, arsitektur,
dan lain-lain.

Kebudayaan Barat juga memengaruhi kebudayaan Indonesia, terutama


setelah Indonesia menjadi jajahan Belanda. Pengaruh kebudayaan Barat terlihat
pada arsitektur, seni lukis, musik, dan lain-lain.

Dalam kesimpulannya, kebudayaan Indonesia merupakan hasil dari


akulturasi antara kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat. Akulturasi ini
menghasilkan unsur kebudayaan baru yang kaya dan beragam, yang menjadi ciri
khas Indonesia

PAGE \* MERGEFORMAT 8
3.2 SARAN

Mungkin inilah yang diwacakan pada penulisan kelompok ini meskipun


penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mampu mengimplementasikan.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami punya
kekhilafan dan perlu banyak belajar lagi.Dan kami juga butuh saran atau kritikan
agar bisa menjadi motivasi untuk kami belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

PAGE \* MERGEFORMAT 8
DAFTAR PUSTAKA

Uman . 2010 Pengaruh Hindu dan Budda : Sosial Budaya, Bandung


Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi. (2007) Provinsi Jambi, 5 Januari
2023.
Silvia Estefina Subitmele. (2023).
Sudrajat. (2012). Sejarah Indonesia masa Hindu Budha. Yogyakarta

Misati, War . (2011). Kerajaan kerajaan di Nusantara. Jakarta

PAGE \* MERGEFORMAT 8

Anda mungkin juga menyukai