Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI

INDONESIA

Disusun Oleh :
NIBRAS MEY ULIL AMRI (26) KELAS X-C

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 6


KOTA MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami ucapkan syukur atas kehadiat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas berupa makalah mengenai “Sejarah agama Hindu dan Buddha di Indonesia”
dengan waktu yang tepat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang
membawa rahmat bagi alam semesta. Semoga kita mendapatkan syafa’at di akhirat
kelak. Aamiin.  Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan kita
mengenai stuktur penelitian dan penulisan Ilmiah.

Penyusunan makalah ini sudah kami lakukan dengan semaksimal mungkin,


dan kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan mengambil sumber dari
berbagai buku sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama dalam pembuatan makalah. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan masukan berupa kritikan, nasehat dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata
kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai dan
bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
1. Sejarah Hindu dan Buddha............................................................... 3
2. Penyebaran Hinddu-Buddha di Nusantara.......................................... 6
3. Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara................................................ 8
4. Pengaruh Hindu-buddha di Indonesia................................................ 16
5. Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha………………………………………………. 16

BAB III PENUTUP................................................................................... 21


A. Simpulan......................................................................................... 21
B. Saran.............................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Agama Hindu Buddha merupakan satu kesamaan agama dan berasal
dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta
ritual keagamaan yang terkandung dalam kedua agama ini memiliki beberapa
persamaan, diantaranya ialah menjadi agama tertua di Indonesia. Namun
meskipun memiliki beberapa kesamaan kedua tetaplah berbeda karena
keduanya adalah dua agama yang berbeda dan berdiri masing-masing
dengan pandangan serta ajaran teologinya sendiri. Hindu dan Buddha
bukanlah merupakan sekte atau aliran dari satu agama yang sama
meskipun pada dasarnya agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap
ajaran agama Hindu, namun agama Buddha nampaknya hanya menyerap
sebagian dan kemudian mengembangkannya menjadi ajarannya sendiri yang
berbeda dengan agama Hindu. Hal ini mungkin karena baik saat
kemunculannya maupun saat agama Buddha berkembang, ajaran agama
Buddha banyak menerima pengaruh dari luar seperti ajaran filsafat, budaya,
perkembangan serta kemajuan masyarakat, perubahan dalam pola berfikir
dalam memahami berbagai fenomena dimasyarakat dan banyak lagi faktor
lainnya sehingga agama Buddha menjadi sosoknya sendiri yang berbeda
dari Hindu yang merupakan akar atau cikal bakal lahirnya agama ini.
Sehingga keduanya baik agama Hindu maupun Buddha memiliki beberapa
perbedaan yang cukup besar.
Periode Hindu-Buddha bahkan dijadikan masa tersendiri dalam kajian
Sejarah Indonesia. Hal ini karena sumbangan dari periode ini sangat lah besar
terhadap perjalanan Sejarah Indonesia. Misalnya mengenai pembentukan
kebudayaan, konsep kepercayaan monotheis, dan lain-lain. Walaupun begitu,
tidak semua sejarawan yang menulis tentang Sejarah Indonesia menceritakan
masa ini secara rinci. Hal ini tak terlepas dari teori-teori mengenai proses
masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yang masih menjadi kontroversial. Para

1
sejarawan juga masih memperdebatkan mengenai waktu yang tepat ‘kapan’
periode Hindu-Budha ini muncul dan musnah, karena bukti sejarah terkait
proses ini masih samar-samar. Hal lain yang masih disangsikan adalah
mengenai pembentukan kebudayaan masyarakat Indonesia. Apakah
kebudayaan tersebut lahir dari agama Hindu-Budddha, ataukah agama Hindu-
Budha-lah yang konsepnya menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat
yang sudah ada sejak masa prasejarah.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana sejarah Hindu dan Buddha?
2. Bagaimana penyebaran Hinddu-Buddha di Nusantara?
3. Bagaimana kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara?
4. Bagaimana pengaruh Hindu-buddha di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan Latar Belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui sejarah Hindu dan Buddha.
2. Mengetahui penyebaran Hinddu-Buddha di Nusantara.
3. Mengetahui kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.
4. Mengetahui pengaruh Hindu-buddha di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hindu dan Buddha


Seperti yang diketahui bersama sebenarnya agama Hindhu dan Budha
adalah dua agama besar dan muncul hampir bersamaan pada abad ke-6 SM.
Dan pertama kali kedua agama ini muncul di India. Jika dilihat dari banyak
aspek, sebenarnya ada beberapa perbedaan antara agama Hindu dan Budha.
Beberapa perbedaannya bisa dilihat dari bentuk pengakuannya, aal-usulnya,
keyakinan akan dewa, kepercayaannya pada rei karnasi, sistem kasta dan
juga proses dalam pelaksanaan korbannya yang juga cukup berbeda.

Hindu Budha
Kasta dalam ajaran agama Tidak ada
Hindhu setidaknya ada
lima kasta pembeda
Tradisi lokal bersama Masuknya Hindhu dalam Budaya lokal juga bisa
dengan lingkungan satu Negara sebenarnya menyatu dengan sangat
tidak mempengaruhinya, baik bersama dengan
justru bisa menyatu ajaran yang dibawa dari
dengan baik Budha
Istilah dan Bahasa Bahasa dan istilah yang Bahasa dan istilah yang
dalam kitab yang digunakan berdasarkan digunakan berdasarkan
digunakan Bahasa sanskerta dari Bahasa prakrit
Perbedaan kitab yang Beberapa kitab yang Untuk budha adalah
menjadi panutannya dikenal sebagai kitab Tripitaka yang
panutannya adalah Reg mana terdiri dari Sutta
Veda, Yajur Veda, sama Pitaka, Vinaya Pitaka
Veda dan Atharva Veda dan Abhidharma Pitaka

3
1. Sejarah Agama Hindu
Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan
besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah
ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang
dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun
1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah Sungai Indus.
Bangsa Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahasa,
teknologi, dan juga kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah
Veda (Weda) yang setelah sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya
agama Hindu ini merupakan bentuk percampuran kepercayaan antara bangsa
Arya dengan bangsa Dravida. Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya
kepada beberapa dewa. Tiga dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu
adalah Dewa Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan
Dewa Syiwa (dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan
Trimurti.

Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat
bagian, yaitu:
a. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
b. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
c. Yazur-Weda, berisi mantra-mantra; dan
d. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.

Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad.


Masyarakat Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-
kasta tersebut adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta
Sudra. 1Di luar itu masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam

4
kasta, yaitu mereka yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana
merupakan kasta tertinggi. Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-
upacara keagamaan. Kasta Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan
pemerintahan. Golongan raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok
kasta Kstaria ini. Kasta Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa, yaitu para
petani dan pedagang. Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba
sahaya atau para budak. Sementara itu golongan Paria merupakan golongan
yang tidak diterima dalam kasta masyarakat Hindu.

2. Sejarah Agama Buddha


Agama Buddha muncul sekitar tahu 500 SM. Pada masa tersebut di India
berkembang kerajaan-kerajaan Hindu yang sangat besar, salah satunya dinasti
Maurya. Dinasti ini mempunyai raja yang sangat terkenal yakni Raja Ashoka
Kemunculan agama Buddha tidak dapat dilepaskan dari tokoh Sidharta
Gautama. Sidharta adalah putra raja Suddhodana dari Kerajaan Kapilawastu.
Ajaran Buddha memang diajarkan oleh Sidhrata Gautama, sehingga beliau lebih
dikenal dengan Buddha Gautama.
Kitab Suci agama Buddha adalah Tripitaka, yang artinya tiga
keranjang. Kitab ini terdiri atas;
a. Vinayapitaka yang berisi aturan-aturan hidup,
b. Suttapitaka yang berisi pokok-pokok atau dasar memberi pelajaran, dan
c. Abdidharmapitakayang berisi falsafah agama.

Setiap penganut budha diyuntut menjalankan Tridarma (tiga kebaktian):


a. Saya berlindung terhadap Budha
b. Saya belndung terhadap Dharma
c. Saya berlindung terhadap Sanggha

Terdapat empat tempat utama yang dianggap suci oleh umat Buddha.
Tempat-tempat suci tersebut memiliki hubungan dengan Sidharta. Keempat
tempat tersebut adalah Taman Lumbini, Bodh Gaya, Benares, dan Kusinegara.
Taman Lumbini terletak di daerah Kapilawastu, yaitu tempat kelahiran Sidharta.

5
Bodh Gaya adalah tempat Shidarta menerima penerangan agung. Benares
adalah tempat Sidharta pertama kali menyampaikan ajarannya. Kusinegara,
adalah tempat wafatnya Sidharta.Hari Raya Umat Buddha adalah hari raya
Waisyak. Hari raya ini dimeriahkan untuk memperingati Peristiwa kelahiran,
menerima penerangan agung, dan kematian Sidharta yang terjadi pada tanggal
yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di bulan Mei.

B. Penyebaran Agama Hindu-Buddha di Nusantara


Masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia secara pasti belum diketahui.
Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di
Kalimantan Timur. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang
kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M,
berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun tersebut.

Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama Hindu


Budha ke Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai berikut
a. Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke
Indonesia dibawa kaum Brahmana.
b. Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka
kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.
c. Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran
pengaruh Hindu itu terdiri atas para pedagang dari India.
d. Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke
Indonesia adalah orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula
diundang atau datang sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah
mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali ke
Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia.

6
Keempat teori tentang penyebaran agama Hindu ke indonesia tersebut
masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Kaum Ksatria dan
Waisya, tidak memiliki kemampuan menguasai Kitab Suci Weda. Sementara
kaum Brahmana tidak dibebani untuk menyebarkan agama Hindu walaupun
mereka dapat membaca kitab suci Weda. Kaum Brahmanapun memiliki
pantangan menyeberangi laut. Yang paling mungkin adalah, orang-orang
Indonesia datang belajar ke India untuk mempelajari agama Hindu, kemudian
merekalah yang menyebarkan agama tersebut ke Indonesia. Penyebaran ini
menjadi lebih efektif, karena orang-orang Indonesia jauh lebih memahami
mengenai kondisi sosial, adat dan budaya negerinya sendiri.

1. Penyebaran Agama Buddha


Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung
dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Buddha ditulis dalam
bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Buddha tidak mengenal sistem
kasta. Para pendeta Buddha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas
pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan
darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur
Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Buddha
sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia
mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai
mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum
Buddha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India
tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara
langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke
Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan
pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan
tetapi  telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga
ajaran dan budaya Buddha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di
India.

2. Penyebaran Agama Hindu

7
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu
dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya
mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal
tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung
mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya
adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk
menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui
upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang
bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan
adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/
utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah
kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang
sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India
untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti
upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang
menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan
memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah
tersebut. Berikut kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di Indonesia.

C. Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara


1. Kerajaan Kadiri
Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan yang
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222.  Kerajaan ini berpusat di kota
Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.  Daha merupakan
singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api, Pada akhir November 1042,
Airlangga menyetujui membelah wilayah kerajaannya menjadi dua karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta, yaitu Sri Samarawijaya dan
Mapanji Garasakan.  Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bemama
Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha, sedangkan Mapanji Garasakan
mendapatkan kerajaan timur benama Janggala yang berpusat di kota lama,
yaitu Kahuripan.  Sebelum dibelah menjadi dua, nama asli kerajaan yang
dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu yang berpusat di Daha Karena itu,

8
Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu.  Pada mulanya, nama
Panjalu atau Pangjalu lebih sering digunakan dibandingkan nama Kadiri. 
Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak diketahui lebih besar dari Prasasti Turun
Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan
perang saudara antara kerajaan sepeninggal Airlangga.  Sejarah Kerajaan
Panjalu mulai dikenal dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas
nama Sri Jayawarsa.  Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya
yang sudah diketahul.
Kerajaan Panjalu di bawah permerintahan Sri Jayabhaya berhasil
menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dengan
prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu Menang Pada masa
pemerintahan Sri Jayabhaya inilah Kerajaan Panjalu mencoba masa
kejayaannya.  Wilayah korajaan memuat seluruh Jawa dan beberapa pulau di
Nusantara bahkan sampai menentang Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Kerajaan
Panjalu-Kadini runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya Pada tahun 1222
Kertajaya sedang berselisih tentang kaum brahmana yang mulai meminta
bantuan Ken Arok.  Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan
Tumapel yang menupakan daerah bawahan Kadiri.  Perang antara Kadiri dan
Tumapel terjadi di dekat desa Ganter Pasukan Ken Arok berhasil
menghancurkan pasukan Kertajaya.  Kerajaan Panjalu akhirmya menjadi
bawahan Tumapel atau Singhasari Raja-raja Kerajaan Panjalu (Kadiri) adalah
Sri Samarawilaya (putra Airlangga), Sn Jayawarsa, Sri Bameswara, Sri
Jayabhaya (raja terbesar Panjalu), Sri Sarweswara, Sri Aryeswara, Sri Gandra,
Sri Kameswara dan  Kertajaya.

2. Kerajaan Kalingga
Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah sekarang. 
Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan dibelinya diketahul dari sumber-
sumber Tiongkok.  Kerajaan ini permah diperintah oleh Ratu Shima yang
diketahui memiliki peraturan, yaitu barang siapa yang akan dipindahkan
disetujui.  Putri Maharani Shima, yaitu Parwati, menikah dengan Putra mahkota
Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak.  Mandiminyak kemudian menjadi

9
raja ke-2 Kerajaan Galuh.  Sementara Maharani Shima memiliki cucu yang
bernama Sanaya.  Sanaya menikah dengan raja ke-3 dari Kerajaan Galuh, yaitu
Bratasenawa.  Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak bernama Sanjaya yang
2
kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). 
Setelah Maharani Shima wafat tahun 732 M, Sanjaya melanjutkannya dan
menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bhumi Mataram. 
Perkembangan selanjutnya, Sanjaya mulai Dinasti atau Wangsa Sanjaya di
Kerajaan Mataram Kuno Kekuasaan di Jawa Barat disampaikan kepada
putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Bamrmawijaya alias Rakeyan
Panaraban Selanjutnya Raja Sanjaya menerimali Sudiwara, puteri Dewasinga
yang disebut Raja Kalingga Selatan atau Bhumi Sambara.  Raja Sanjaya
memiliki putra bemama Rakai Panangkaran.

3. Kerajaan Kutai Martadipura


Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu yang menerima nusantara
dan seluruh Asia Tenggara.  Kerajaan ini terletak di Sungai Mahakam di Muara
Kaman, Kalimantan Timur.  Nama Kutai diberikan para ahli karena lebih banyak
informasi tentang sumber sejarah kerajaan ini.  Informasi yang diperoleh dari
yupa (tugu) dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4.  Ada
tujuh yupa yang menjadi sumber utama sejarah Kerajaan Kutai.  Raja Kerajaan
Kutai saat itu adalah Mulawarman.  Mulawarman adalah anak Aswawarman
dan cucu Kudungga.  Kudungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa
(Kamboja) yang datang ke Indonesia.  Sementara yang diharapkan sebagai
Aswawarman mungkin raja pertama Kerajaan Kutai dan diberi gelar
Wangsakerta (pembentuk keluarga).  Aswawaman memiliki tiga Putra yang
salah satunya adalah Mulawarman.  Saat Mulawarman berkuasa.
Kerajaan Kutai diperbaiki masa keemasan.  Wilayah yang paling luas di
Kalimantan Timur.  Kerajaan Kutai berakhir saat Maharaja Dharma Setia yang
berkuasa saat itu dibatalkan dalam peperangan dengan Aji Pangeran Anum
Panji Mendapa (Raja Kutai Kartanegara ke-13).  Kerajaan Kutai Martadipura
berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali

10
berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).  Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi Kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.  Sebagai
raja-raja Kutai Martadipura adalah Maharaja Kudungga Maharaja Asmawaman,
Maharaja Irwansyah, Maharaja Sri Aswawarman, Maharaja Marawjaya
Warman, Maharaja Gajayana Warman, Maharaja Tungga Warman, Maharaja
Jayanaga Warman, Maharajaara  Indra Warman Dewa, Maharaja Sangga
Warman Dewa, Maharaja Singsingamangaraja XXI, Maharaja Candrawarman,
Maharaja Prabu Nefi Suriagus, Maharaja Ahmad Ridho Darmawan, Maharaja
Riski Subhana, Maharaja Sri Langka Dewa, Maharaja Guna Parana Dewa,
Maharaja Wijaya Warman, Maharaja Indra Mulya Maharaja, Dewa Maharaja,
Dewa Maharaja  Pandita, Maharaja Indra Paruta Dewa, dan Maharaja Dharma
Setia.3

4. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah kerajaan kuno yang berdiri sekitar tahun 1293. Puncak
kejayaan Majapahit terjadi pada masa Hayam Wuruk berkuasa dari tahun
1350-1389.  Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan Filipina.  Kerajaan ini juga merupakan
kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya.  Berdirinya Majapahit berawal
sejak Sriwijaya diusir dari Jawa oleh Singhasari, lalu Singhasari menjadi
kerajaan terkuat.  Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti
Yuan di Tiongkok dan mengirim utusan bernama Meng Chi ke Singhasari untuk
meminta upeti.  Kertanagara sebagai Raja Singhasari terakhir menolak
membayar upeti.  Bahkan ia mempermalukan perundingan Kubilai Khan
dengan perusakan dan pemotongan telinganya.  Kubilai Khan marah dan
menginmkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Pada saat yang sama, Jayakatwang sebagai Adipati Kediri telah
membunuh Kertanagara.  Atas saran Aría Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
mengirimkan dini.  Raden Wijaya pun memberi hutan Tark.  Di tempat itu

11
Raden Wijaya membangun desa baru yang dinamai Majapahit.  Nama ini
diambil dari buah maja yang enak pahit.  Saat pasukan Mongolia tiba, Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongolia melawan Jayakatwang.  Setelah itu,
Raden Wijaya berbalik menyerang Mongolia yang akhimya menarik pulang
pasukannya.
Pada 10 November 1293, Kerajaan Majapahit pun resmi tiba yang
ditandai dengan dinobatkannya Raden Wijaya sebagai raja.  Saat ini
dinobatkan secara resmi menggunakan nama Kertarajasa Jayawardhana lbu
kota kerajaan adalah Wilwatikta (Trowulan). Dalam masa kekuasaannya,
Kertarajasa menangani banyak masalah.  Beberapa orang kepercayaannya,
yaitu Ranggawale Soradan Nambi memberontak melawannya.  Namun,
pemberontakan tersebut tidak berhasil.  Diduga itu Mahapatih Halayudha
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua musuh raja agar ia dapat
mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan.  Namun, setelah kematian
pemberontak terakhir, yaitu Kuti, Halayudha pun ditangkap, dipenjara, lalu
ditangkap mati.  Tahun 1309 Kertarajasa meninggal dunia.  Putranya bemama
Jayanegara pun naik takhta.  Namun, ia adalah penguasa yang jahat dan
sangat bermoral Kala Gemet yang berarti penjahat lemah.  Pada tahun 1328,
Jayanegara dihukum dibunuh oleh tabibnya, Tantja.  Sepeninggal Jayanegara
menerima ibu tirinya, Gayatri Rajapatni, yang dimintanya.  Namun, Rajapatni
menjadi biksuni (pendeta Buddha wanita) sehingga menunjuk anak
perempuannya, yaitu Tribhuwana Wijayatunggadewi, menjadi Ratu Majapahit. 
Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih
besar danterkenal. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai tahun 1350, lalu
takhta kerajaan diteruskan oleh putranya bemama Hayam Wuruk. Hayam
Wuruk juga disebut Rajasanagara.
Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya bemama Gajah Mada. Di bawah
perintah Gajah Mada Majapahit menguasai lebih banyak wilayah Pada tahun
1377, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang sehingga
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Hayam Wuruk bertakhta sejak
tahun 1350-1389 Sesudah mencapai puncaknya, kekuasaan Majapahit pun

12
berangsur-angsur melemah. Melemahnya kerajaan ini diawali dengan perang
saudara pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi dan Wikramawardhana, lalu
pertengkaran saat terjadi pergantian raja pada tahun 1450-an, serta
pemberontakan besar yang dilancarkan bangsawan pada tahun 1468. Hudhara
yang bergelar Brawijaya VII merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. la
bertakhta tahun 1498-1518. Dari catatan sejarah di China, Portugis, dan Italia
membuktikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dan
tangan penguasa Hindu ke Adipati Unus sebagai penguasa Kesultanan Demak
antara tahun 1518 dan 1521 M.
Selama masa kejayaan Majapahit, terdapat peninggalan budaya yang
berupa candi Candi-candi Majapahit yang dapat ditemuiadalah Candi Tikus dan
Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto sementara raja-raja yang pernah
bertakhta di Majapahit adalah Raden Wijaya bergelar Kertarajasa
Jayawardhana (1293-1309), Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309-1328),
Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-13-13  ), Hayam
Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350-1389), Wikramawardhana (1389-1429)
Suhita (1429-1447), Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447-1451)
Rajasawardhana bergelar Brawijaya ll (1451-1453), Puwawisesa atau
Girishawardijaya  Il (1456-1466), Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar
Brawijaya IV (1466-1468), Kertaburni bergelar Brawijaya V (1468-1478),
Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478-1498), Hudhara bergelar
Brawijaya VII (1498-1518).

5. Kutai 
Bukti pertama adanaya pengaruh Hindu di Nusantara diperoleh di
daerah Kutai, Kalimantan Timur.  Bukti itu terdiri dari tujuh buah prasasti
berbentuk yupa, yang digunakan sebagai tiang tempat menambatkan hewan
kurban.  Yupa ditulis dalam huruf pallawa dan bahasa Sankerta.  Dari bentuk
huruf yang dipakai, para ahli memperkirakan bahwa prasasti itu dibuat kira-
kira pada abad ke-5 Masehi.  Dari prasasti tersebut diperoleh informasi
tentang adanaya sebuah kerajaan Hindu yang bernama Kutai di hulu sungai
Mahakam.  Disebutkan sebagai pemilik kerajaan yang bernama Kudungga,

13
yang dari namanya dapat dipastikan sebagai nama Hindu, namun asli
Nusantara.  Pengaruh Hindu mulai terlihat jelas pada penggatinya yang
mengambil yang diambil dari kata Vamsakarta atau pembentuk keluarga
(dinasti).  nama India Aswawarman Prasasti-prasasti itu dibuat sendiri untuk
memuliakan Raja Kutai yang ketiga, Mulawarman, yang dianggap sebagai
orang yang sangat mulia dan baik budinya.  Hal itu terlihat di salah satu
prasasti yang diajukan raja ini telah memberikan kontribusi 20.000 ekor sapi
kepada brahmana. 

6. Tarumanegara
Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di Nusantara adalah
Tarumanegara.  Kerajaan yang terletak di antara sungai Cisadane dan Sungai
Citarum ini diperkirakan muncul pada abad ke-5 M. Bukti-bukti tentang
kerjaan ini diperoleh dari catatan para pengelana bernama To-lo-mo
(Tarumanegara) yang ditemuinya dengan kompilasi besar-besaran di Jawa. 
Berita Cina Lainnya dari pemerintah dinasti Tang dan Sung yang membahas
tentang kerajaan tersebut  Selain itu, ada juga bukti-bukti yang memuat tujuh
buah prasasti yang disajikan tentang kerajaan tersebut.  Ditemukan lima
prasasti-prasasti yang ditemukan di Bogor dan dikenal sebagai prasasti
Ciarateun, Kebun Kopi, Jambu, Pasri Awi dan Muara Cianten, sedangkan dua
lainnya ditemukan di Jakarta dan lebak, masing-masing disebt prasasti Tugu
dan Muncul. 

7. Melayu
Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di Nusantara.  Banyak
ahli sejarah yang memperkirakan kerjaan ini terletak di daerah Sungai
Batanghari, Jambi.  Hal ini ditimbulkan karena banyaknya peninggalan kuno
seperti candi dan arca yang ditemukan di sana. Keberadaan kerajaan tesebut
lebih banyak dari sumber-sumber Cina.  Pada masa pemerintahan dinasti 646
dan 645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. 
Pengelanan Cina 1-Tsing kemudian dilaporkan pada abad ke-7 kerajaan

14
tersebut ditaklukkan oleh sriwijaya.  Setelah itu, bebrapa abad tidak ada sedikit
laporan tentang kerjaan tersebut.  Nama melayu baru muncul kembali pada
abad ke-12 kompilasi kerajaan Singasari melacarkan ekspedisi.  Pemelayu. 
Melayu masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman, seorang kerabat
dari dinasti yang berkuasa di Majapahit.  Muncul catatan pada arca Manjusti di
candi Jago, Jawa Timur, mencatat bahwa adityawarman membantu Gajah
Mada menaklukkan Pulau Bali.  Setelah itu, nama kerajaan harus tenggelam
lagi.  

8. Sriwijaya 
Kata sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari
pulau Bangka.  Sriwijaya merupakan kerajaan di Sumatera Selatan yang
berupusat di Palembang. Pengetahuan sejarah Sriwijaya baru lahir pada
permulaan abad ke-20. Nama sriwijaya baru di kenal pada tahun 1918. 4 Berita-
berita Cina banyak yang dipublikasikan.  Sebagai contoh, dalam catatan
perjalannya pada tahun 671, scorang biksu Buddha bernama I-tsing
menjelaskan tentang ketiak ia pergi dari Kanton ke India, ia singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tatabahasa Sanskerta.
Mengenai kerajaan Sriwijaya, I-tsing mengatakan bahwa Sriwijaya
merupakan kota berbenteng menyelesaikan tembok.  Kota ini merupakan pusat
agama Buddha, yang di tempati kira-kira seribu biksu di bawah bimbingan
Sakyakitiri.  Selain berita dari Cina, dikembalikan kerajaan Sriwijaya juga
ditegaskan oleh penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis dengan
Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.  Prasasti-prasasti itu adalah prasasti Bukit
Kedukan, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, dan Karang Berahi.  Pada
tahun 775, Sriwijaya mendidirikan pangkalan di daerah Ligor, Semenangjung
Malaya. 

15
Kekuasaaan kerajaan itu meluputi selat Malaka, Selat Karimata, Selat
Sunda, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Pantai Timur, Sumatera Utara
Pantai Barat Kalimantan, dan Semenanjung Malaka.  Pada masa jayanya
Sriwijaya memiliki peran besar dalam pengembang perdangan, ilmu
pengetahuan, dan agama.  Kerajaan Sriwijaya mulai kemunduran sekitar abad
ke-10.  Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh timbulnya permusuhan dengan
kerajaan Colamandala dari India selatan.  Pada tahun 1017 dan 1025, armada
laut Rayendracoladewa di bawah pimpinan Raja Colamandala menyerang
pelabuhan-pelabuhan di Selat Malaka yang berada dibawah kekuasaan
Sriwijaya. Akibat serangan ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur tenggelam.
Bahkan raja Sriwijaya, Sri Sanggrama Wijaya Tunggawarman berhasil ditawan
musuh Kerajaan Sriwijaya makin melemah pada abad ke-13, saat banyak
wilayab lenas dari pengaruh kekuasaannya. Wilayah dibagian utara
semenanjupe Malaya diambil alih oleh Raja Siam. Sementara bagian tenggara
Sumatera direbut oleh raja Kertanegra dari Shingasari. Sejak itu, satu per satu
raja bawahan Sriwijaya melepaskan diri dari pengaruh kerajaan tersebut,
Kerajan Sriwijaya lenyap setelah ditaklukkan kerajaan Majapahit pada abad ke-
14. 

D. Pengaruh Hindu-Buddha di Nusantara


Perkembangan Hindu-Buddha yang paling nyata dibidang politik yaitu
diperkenalkannya sytem kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin dalam
masyarakat Nusantara adalah orang yang dituakan oleh sesamanya. sesuai
dengan system kerajaan yang berlaku di India, kedudukan pemimpin dalam
masyarakat berubah menjadi Mutlak dan turun temurun berdasarkan hal waris
(atau dinasti) yang sesuai dengan peraturan hukum kasta

1. Perubahan dalam Bidang Sosial


Sejalan dengan pengaruh agama Hindu-Buddha, mayarakat Nusantara
terbagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan aturan kasta. Akan

16
tetapi system kata yang berlaku di Nusantara tidaklah seketat di Negara
asalnya.
2. Perubahan dalam Bidang Kebudayaan
Pengaruh Hindu-Buddha di bidang kebudayaan terutama berkaitan
dengan penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen,
pembuatan relief, dan candi serta penggunaan Bahasa sanskerta.

E. Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha


1. Arsitektur

Arsitektur warisan kebudayaan Hindu-Buddha dapa dilihat dari Stupa dan


Candi. Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makan yang
sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagian dari bangunan
suci umat Buddha. Pada perkmbangannya bentuk kubah pada stupa tetap
dilestarikan namun dengan makud yang berbeda, yakni sebagai lambang
Nirwana. Stupa lalu menjadi tempat penyimpanan relik yang dikelilingi oleh
teras yang berdinding. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin,
biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief).

Adapun candi merupakan bangunan peninggalan maa lalu yang


digunakan untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus bagi para
raja orang-orang yang telah meninggal, khususnya bagi para raja dan orang-
orang terkemuka. Namun menurut Sukmono (1973:81) yang dikubur
didalamnya bukan mayat atau abu jenazah melainkan bermacam-macam
benda seperti potongan berbagai jenis logam dan batu-batu aki, yang disertai
dengan saji-sajian. Benda-benda tersebut dinamakan dengan pipih, dan
dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang Raja yang telah
bersatu kembali dengan dewa penitisnya.

Dilihat dari asal-usulnya, kata cando berasal dari salah satu nama
untuk Durga sebagai Dewi Maut, yaitu candika. Sehingga tidak mengherankan
candi dihubungkan dengan orang meninggal. Bentuk candi di maing-masing

17
daerah memiliki perbedaan. Berikut ini perbedaan umum bentuk candi di
Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Langgam Jawa Tengah


1. Bentuk bangunannya tambun
2. Atapnya nyata tidak berundak-undak
3. Puncaknya berbentu ratna atau stupa
4. Giwang atau pintu dan relung berhiaskan kala makara
5. Relienya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis
6. Letak candinya di tengah halaman
7. Kebnayakan menghadap ke Timur
8. Kebanyakan terbuat dari batu andesit

Langgam Jawa Timur


1. Bentuk bangunannya ramping
2. Atapnya merupakan perpaduan tingkatan
3. Puncaknya berbentuk kubus
4. Reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit
5. Letak candi di bagian belakang halaman
6. Kebanyakan menghadap ke barat
7. Kebanyakan terbuat dari bata

Dilihat dari coraknya candi juga beberapa di tiap daerah. Hal terebut
menyebabkan pengelopokkan candi berdasarkan daerah penemuan.
Pengelompokkan itu bisa dilihat dari keterangan berikut ini.

18
1. Kelompok candi di Jawa Tengah di bagian Utara umumnya tidak beraturan dan
lebih merupakan gugusan candi yang masing-masng berdiri sendiri.
2. Kelompok candi di Jawa Tengah di bagian Selatan berdiri di tengah dan candi-
candi perwaranya berbaris teratur di sekelilingnya.
3. Kelompok candi di Jawa Timur induknya terletak dibagian belakang halaman
candi, sementara candi prewar dan bangunan-bangunan lainnya terletak
didepan.

Beberapa candi di Jawa Tengah Utara adalah Candi Gunung Wukir di dekat
Magelan, berhubungan dengan prasasti Canggal tahun 732 M dan Candi Gedong
Songo di Lereng Gunung Unggaran.

Adapun beberapa candi di Jawa Tengah Selatan adalah Candi Kalasan dekat
Yogyakarta didirikan pada tahun 778, Cand Sari yang terletak di dekat Candi
Kalasan, Candi Borobudur dekat Magelang yang memiliki puncak stupa yang sangat
besar dan arca-arca yang sangat banyak jumlahnya 505, Candi Prambana yang
terdiri atas 2 buah Candi induk dikelilingi lebih kurang 250 buah candi perwara yang
tersusun dalam 4 baris.

Sementara itu candi di Jawa Timur adalah Candi Kidal (candi Anusapati), Candi Jago
(candi winuwardhana), candi Singoasari (candi Kertanegara) dekat Malang, Candi
Jawi dekat Prigen, Candi panataran di Blitar.

2. Seni Sastra
Seni sastra peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ialah tampak
dalam penulisan prasasti, kitab, dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk
memberikan informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah atau
keberadaan suatu kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu
dipahatkan pada Yupa (tugu batu).
Kitab adaah sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu
peristiwa. Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis dalam lembaran daun lontar.
Isi kitab berupa rangkaian puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam
Bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab

19
yang ditulis misalnya, Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama , dan
Sutasoma.

3. Seni Rupa atau Ukir


Karya seni rupa banyak di jumpai dala bentuk relief yang dipahatkan
pada dinding candi, biasanya berupa gambar dan hiasan serta ada yang
merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu
antara lain dapat ditemui dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan
dan Pantaran. Misalnya, candi-candi di Jawa Tengah terdapat hiasan gambar
pohon. Kebanyakan dari pohon-pohon itu melmbangkan kalpatru atau
parayata, yaitu pohon yang dapat memberi segala apa yang diinginkan dan
diminta oleh manusia, sedangkan berbagai bentuk relie yang melukikan
rangkaian cerita, biasanya di ambil dari kitab-kitab kesusasteraan, seperti
Ramayana dan dari kitab keagaamaan seperti Karmawi bhangga, kunjakarna
dan lain-lain.

F. Daerah-Daerah yang dipengaruhi unsur agama Hindu –Buddha


Agama Buddha diperkirakan oleh awal berkembang di Indonesia daripada
agama Hindu. Hal itu didasarkan pada penemuan arca perunggu di sempaga,
Sulawesi Selatan. Arca tersebut bentuknya sama dengan arca Buddha, diduga
daerah-daerah di Indonesia yang telah dipengaruhi unsur Buddha antara lain :
1) Daerah Sempaga, Sulawesi Selatan
2) Daerah Jember, Jawa Timur
3) Daerah Bukit Siguntang, Sumatra Selatan
4) Daerah Kota Bangun, Kalimantan Timur
5) Kerajaan Melayu
6) Kerajaan Sriwijaya
Sementara itu, pengaruh Hindu diperkirakan muncul di Indonesia sekitar awal
abad ke-5. Daerah-daerah yang dipengaruhinya yaitu :
1) Kerajaan Kutai
2) Kerajaan Tarumenegara
3) Kerajaan Kalingga

20
4) Kerajaan Kanjuruhan
5) Kerajaaan Mataram Kuno
6) Kerajaaan Kediri

Daerah-daerah yang tidak memperoleh pengaruh undur Hindu-Buddha di


Indonesia antara lain Maluku dan sekitarnya, Pulau-pulau di Nusa Tenggara,
serta Papua sekitarnya. Pengaruh Hindu-Buddha tidak masuk ke daerah-daerah
tersebut dikarenakan jaraknya yang jauh dari pesisir (pantai) sehingga sulit
dijangkau para musafir (pedagang) yang sebagian besar melalui laut. 5

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia secara pasti belum
diketahui. Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah
berkembang di Indonesia. Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang
pembawa agama Hindu Budha ke Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai
berikut
a. Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke
Indonesia dibawa kaum Brahmana.
b. Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka
kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.
c. Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh
Hindu itu terdiri atas para pedagang dari India.

21
d. Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke
Indonesia adalah orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula
diundang atau datang sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah
mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali ke
Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia.
Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara ialah Kerajaan Kadiri, kerajaan
kalingga, kerajaan Kutai Martadipura, Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Melayu, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno,
Kerajaan Wangas Warmadewa, Kerajaan Medan Kamulang, dan Singaari.

B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna minimal kami mampu mengimplementasikan. Masih banyak
kesalahan dari penulisan kami, karena kami punya kekhilafan dan perlu banyak
belajar lagi.Dan kami juga membutuhkan saran/kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk kami belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

22

Anda mungkin juga menyukai