Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AGAMA HINDU

Dosen Pengampu: Dr. S. Sagap, M. Ag

Disusun Oleh : Kelompok 2

Achmad Qodri (302220004)


Luki Rahmat Aditya (302220007)

PROGRAM STUDI
AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya. Sehingga, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Studi Agama-Agama yang berjudul “Agama
Hindu“. Penulisan makalah ini disusun sebagai Tugas Kelompok dalam proses
pembelajaran mata kuliah Studi Agama-Agama di UIN STS JAMBI.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. S. Sagap,
M. Ag selaku dosen Studi Agama-Agama yang telah memberikan tugas ini pada
kami. kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun tugas ini. Dalam
penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun.
Semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Sejarah Perkembangan Agama Hindu ............................................................. 3
B. Asas, Kepercayaan, dan Pendiri Agama Hindu ............................................... 4
C. Sistem Ketuhanan ............................................................................................ 5
D. Kitab Suci Agama Hindu ................................................................................. 6
E. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu ...................................................... 9
F. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu ........................................................ 12
G. Perkembangan Agama Hindu Masuk Ke Indonesia ...................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 24
PENUTUP ............................................................................................................. 24
A. Kesimpulan .................................................................................................... 24
B. Kritik dan Saran ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang
hingga kini masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam
perjalanannya memiliki kisah, sistem peraturan dan kemasyarakatan yang unik
bila dibandingkan dengan agama lainnya. Agama ini juga dikenal mengandung
sinkretisme yang dibentuk dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan
budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari seluruh agama yang masih
hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua setelah kepercayaan animisme dan
dinamisme.

Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang agama-agama,


pembahasan agama Hindu bila dibandingkan dengan agama-agama lainnya ialah
paling awal bila diruntut secara sejarah perkembangan agama-agama di dunia, dan
juga memiliki nilai historis yang sangat tinggi walaupun asal-usul terbentuknya
agama ini belum ditemukan. Sehingga dipandang perlu mengetahui agama Hindu
beserta seluk-beluknya pada saat memperbincangkan agama-agama di dunia.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah perkembangan agama Hindu?

b. Apa asas dan kepercayaan, dan siapa pendiri agama Hindu?

c. Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama Hindu?

d. Apa kitab suci agama Hindu?

e. Apa saja peraturan-peraturan dalam agama Hindu?

f. Apa doktrin dalam agama Hindu?

g. Bagaimana Perkembangan Agama Hindu Masuk Ke Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan agama Hindu.

1
b. Untuk menyebutkan asas, kepercayaan, dan pendiri agama Hindu.

c. Untuk menjelaskan sistem ketuhanan dalam agama Hindu.

d. Untuk menyebutkan kitab suci agama Hindu.

e. Untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam agama Hindu.

f. Untuk menyebutkan doktrin dalam agama Hindu.

g. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Agama Hindu Masuk Ke


Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran
Abadi"), atau dalam istilah lain Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran")
adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan
lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa
Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai
1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.
Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan
Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa1.

Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama


yang dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli
India. Sehingga masuknya agama Hindu ke India kira-kira pada tahun 1500 SM
melalui bangsa Arya yang masuk ke India pada tahun tersebut2. Perlu diketahui,
bangsa Dravida memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi sebelum kedatangan
bangsa Arya. Ini dibuktikan dengan adanya bukti sejarah di lembah sungai Indus
yang cukup maju pada tahun 2500 SM.

Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya mengandung adat-istiadat,


budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga
dinamakan Agama Brahma yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu
suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya pengaruh yang tersembunyi yang
memerlukan amalan-amalan ibadat, seperti membaca doa-doa, menyanyikan lagu
pemujaan, dan memberikan korban-korban3. Selain agama Brahma, Hindu juga
memiliki nama lain, seperti agama Weda, agama Dharma, agama Upanishad, atau
agama Sri Khrisna4.

1
Agama Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
2
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Widjaya, 1986), hlm. 41.
3
Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di India (Jakarta: Bumi
Aksara, 1998), hlm. 18.
4
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 41.
3
Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi sekaligus merupakan
kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa
Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi dari generasi ke generasi. Setelah
datang ke India, mereka dapat menundukkan penduduk asli (bangsa Dravida),
kemudian membentuk suatu masyarakat tersendiri di luar penduduk asli5. Oleh
karena bangsa Arya menang setelah mengalahkan bangsa Dravida, maka
kebudayaan bangsa Arya lebih unggul dan dominan terhadap kebudayaan bangsa
Dravida6.

B. Asas, Kepercayaan, dan Pendiri Agama Hindu


Asas agama Hindu menurut Louis Renou adalah kepercayaan bangsa Arya
yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan
bangsa lain, terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India.
Kemudian kepercayaan-kepercayaan ini berkesan di India setelah berbenturan
dengan pemikiran-pemikiran dan falsafah-falsafah penduduk asli (bangsa
Dravida)7. Sehingga dalam perkembangannya, agama Hindu terbentuk dari unsur-
unsur pemikiran kedua bangsa tersebut. Unsur Hindu dari bangsa Arya ialah
kitab-kitab Weda, sedangkan unsur dari bangsa Dravida ialah ajaran memuliakan
penjelmaan roh, dewa, dan hantu-hantu8.

Sedangkan menurut Abdul Mun’im Namir, agama Hindu lebih merupakan


suatu cara hidup daripada kumpulan kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai
isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan dan hal-hal yang harus
dilakukan. Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun
hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula
pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus9.

5
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
6
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
7
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
8
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
9
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
4
C. Sistem Ketuhanan
Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian
banyak Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain
Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa
pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut lebih dikenal dengan sebutan
Trimurti10.

Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena


memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama
Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha
Esa tiada duanya, dan hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala
yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam
beragam bentuk11. Meski begitu, tidak ada agama lain yang mempercayai banyak
Tuhan/Dewa selain agama Hindu. Agama Hindu tetap saja tidak bisa disebut
agama monotheisme tulen, tapi lebih tepat disebut agama polytheisme12.

Orang-orang Hindu meyakini bahwa bilangan Tuhan sangatlah banyak dan


masing-masing memiliki kekuatan mutlak, ada yang memberi faedah dan ada
yang membahayakan. Lebih lanjut Mohamed Abdul Salam (1953) yang dikutip
Prof. Dr Ahmad Shalaby menuturkan,

Bentuk-bentuk alam yang indah dan pemandangannya yang agung


menimbulkan kesadaran beragama mereka. Mereka sangat kagum
dan terus menikmatinya. Mereka bersyukur, merasa senang
dengannya, memuji-mujinya, dan bahkan mereka menyangka bahwa
bentuk-bentuk alam ini memiliki ruh dan jiwa sebagaimana mereka
juga. Mereka menganggap ruh-ruh ini memiliki daya kekuatan yang
tersembunyi dibalik bentuknya yang nampak. Dan daya-daya
kekuatan inilah yang berkuasa menampakkan bentuk-bentuk yang
mengagumkan dan menawan. Lalu mereka pun mendekatinya
melalui bentuk-bentuk ibadat serta menghadiahkan sesajian atau
korban-korban, dan menganggapnya sebagai Tuhan-tuhan yang
mereka seru ketika ada keinginan13.

10
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.
11
Agama Hindu, op.cit.
12
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.
13
Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 26.
5
Dengan sebab inilah, bilangan Tuhan-tuhan bertambah banyak seiring
bertambah kekaguman mereka terhadap suatu benda-benda alam.

D. Kitab Suci Agama Hindu


Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Kitab suci ini mengandung
keper-cayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak memiliki
pencipta yang pasti. Penganut agama Hindu mempercayai kitab Weda adalah
suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaannya.
Sebagaimana halnya agama Hindu yang tidak memiliki pendiri, kitab Weda tidak
mempunyai pencipta 14.

Kitab suci agama Hindu ini terdiri dari empat macam, yaitu15:

a. Rig Weda

Kitab ini merupakan kitab yang termasyhur, terpenting, dan


paling lengkap di antara keempat kitab-kitab Weda yang lain. Kitab ini
disusun pada sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi, yang mengandung
1.017 buah nyanyian agama. Kitab ini umumnya memuat puji-pujian
bagi Dewa-dewa (hymne) yang oleh para pemeluknya dinyanyikan
untuk dewa-dewa mereka, yakni Agni (dewa api), Varuna, dan Surya
(dewa matahari).

b. Sana Weda

Sana Weda ini isinya hampir sama dengan Rig Weda, hanya saja
ada sedikit tambahan. Kitab ini berisi bunga rampai penjelasan dari Rig
Weda yang dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian, yang diiringi dengan
musik pengiring pada saat sedang menjalankan ritual upacara dan
pembacaan doa.

c. Yajur Weda

14
Ibid., hlm. 20.
15
Ibid., hlm. 21-22.
6
Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa dan mantra-mantra yang
dibaca oleh para pendeta ketika akan menyerahkan persembahan dalam
ritual upacara keagamaan yang lebih kecil.

d. Atharva Weda

Kitab ini juga disebut atharwan karena merupakan kitab suci


khusus bagi para pendeta golongan atharwan (suatu bagian dari kasta
Brahmana). Kitab ini mengandung beberapa uraian tentang sihir,
kekuatan-kekuatan gaib, dan kepercayaan-kepercayaan semu yang
menyatu dengan saduran purbakala. Kehidupan Hindu yang tertulis
dalam kitab Atharva Weda ini penuh dengan dosa dan keadaan alam
yang menakutkan dan dipenuhi setan-setan. Tuhan-tuhan tidak lagi
berbuat baik dan tidak menolak kejahatan. Kitab ini juga menceritakan
bagaimana manusia menuju kepada perkara-perkara yang salah,
kekuatan-kekuatan gaib serta sihir dengan tujuan untuk melindungi diri.

Selain itu, di dalamnya juga terdapat hymne yang harus dipakai


dalam persembahan Soma, penyembuhan penyakit, menyambung cinta
kasih, keuntungan dagang, dan sampai maksud dan tujuan cita-cita.

Sedangkan isi kitab Weda terdiri beberapa bagian, yaitu16:

a. Mantra/Samhita

Sebagian besar isi Weda adalah mantra yang terdiri dari


doa-doa dan nyanyian-nyanyian suci, yang dilakukan oleh para
pendeta ketika menghi-dangkan sesajen bagi para Dewa. Di
samping itu, juga terdapat semacam mantra yang digunakan untuk
tenung, guna-guna, dan juga sebagai penghalau makhluk halus.

Disebut juga samhita karena terdapat banyak kumpulan


ayat-ayat puisi seperti gubahan yang terdapat dalam Rig Weda
dan Sama Weda. Sementara gubahan di dalam Atharva Weda
adalah berupa doa-doa yang diberikan oleh penduduk India purba
16
Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 22-23, dan Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 44-45.
7
kepada Tuhan mereka sebelum kedatangan bangsa Arya, sehingga
mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

b. Brahmana

Brahmana adalah petunjuk yang diberikan oleh golongan


Brahmana kepada para penduduk negeri mereka dan di tengah-
tengah keluarga mereka. Brahmana berisi uraian atau penjelasan
mengenai upacara korban, agar supaya korban itu diterima oleh
para Dewa, dan dosa-dosa orang yang berkorban dapat diampuni.

c. Aranyaka

Aranyaka adalah petunjuk-petunjuk dan panduan-panduan


yang diberikan kepada orang-orang tua yang meninggalkan
keluarganya untuk tinggal di gua-gua dan hutan-hutan. Aranyaka
mengajarkan beberapa amalan yang mudah dilaksanakan sebagai
pengganti korban-korban yang di luar penguasaan mereka.

d. Upanisyad

Upanisyad terdiri dari dua kata, “Upani” yang berarti


dekat, dan “syad” artinya duduk, sehingga artinya ialah duduk
dekat dengan seorang guru. Upanisyad merupakan rahasia-rahasia
dan penglihatan jiwa yang dilakukan oleh golongan tasawwuf,
yang disusun sebagai petunjuk kepada golongan-golongan
pendeta dan ahli ibadat yang konsisten kepada kehidupan batin
dan meninggalkan segala bentuk kehidupan luar.

Upanisyad ini adalah sebuah bentuk mazhab rohani yang


memiliki kedudukan tertinggi dalam tingkatan agama. Di dalam
Upanisyad ini, segala bentuk dan upaya menuju Brahma atau
ketuhanan kurang mendapat perhatian. Mereka berlepas diri dari
bayang-bayang Brahma menuju kepada kebebasan beragama.
Doa-doa yang dilakukan lebih tenang dan upaya pengorbanan
juga semkin jarang, perenungan ketuhanan menurun dan
8
digantikan dengan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, Upanisyad
hanyalah berupa pandangan falsafah kehidupan saja.

Isi Upanisyad antara lain mengenai ketuhanan jiwa


manusia, penjelmaan jiwa yang berganti-ganti, dan sebagainya.

Kesimpulannya, kitab Weda dapat dikategorikan menjadi dua


golongan. Pertama, menurut jumlah bukunya ada empat macam, yaitu
Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharva Weda. Kedua,
menurut isinya terbagi menjadi empat, yaitu Mantra atau Samhita (teks
doa), Brahmana (tafsir para pendeta), Aranyaka, dan Upanisyad (tafsir
secara filsafat umum).

E. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu


Sebagaimana diketahui, struktur kemasyarakatan dalam agama Hindu
terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan
Syudra17. Pembagian kasta tersebut didasari atas keunggulan bangsa Arya
atas bangsa Dravida yang berpengaruh pada pembagian masyarakat berdasar
tingkatan (strata) sosial. Sebagaimana diutarakan pada bab sebelumnya,
kebudayaan bangsa Arya lebih unggul daripada bangsa Dravida yang
mengakibatkan terpecahnya sistem sosial kemasyarakatan. Dari bangsa Arya
ada yang menjadi golongan pendeta, tentara, raja-raja, saudagar atau orang-
orang kaya. Sedangkan dari bangsa Dravida, pada umumnya membentuk
golongan petani miskin dan pekerja kasar, kecuali mereka yang telah
melakukan perkawinan dengan bangsa Arya18.

Masing-masing dari pembagian kasta tersebut akan dibahas lebih


detail berikut:

a. Kasta Brahmana

Kasta Brahmana terdiri dari golongan pendeta dan


pendidik. Golongan ini berkewajiban mempelajari kitab-kitab

17
Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga (Kudus: Menara Kudus, 1960), hlm. 9.
18
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
9
Weda dan mengajarkannya kepada kaumnya, dan bertanggung
jawab memelihara undang-undang dan agama. Mereka juga
memegang hak mutlak dalam menerima pemberian korban yang
dilakukan oleh kaumnya.

Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh para Brahmana,


sehingga tergolong sebagai kasta yang disucikan dan dihormati.
Semua yang ada di alam ini adalah milik Brahmana. Ketika
seorang Brahmana berkehendak, maka ia berhak memiliki harta
benda kaum Sudra yang sudah menjadi hamba kepadanya. Dan
Raja tidak berhak menghukum Brahmana atas perbuatannya. Raja
juga tidak boleh memungut pajak Para Brahmana yang sedang
mempelajari kitab suci, meskipun Raja benar-benar berhasrat
untuk memungutnya.

Begitu pula ketika Brahmana sedang lapar, maka Raja


jangan hanya berdiam diri. Raja dilarang membunuh Brahmana
sekalipun ia melakukan kesalahan besar, namun ia boleh diusir
dari kerajaan tetapi harta bendanya tidak boleh diusik. Begitu
halnya dalam bermusyawarah, Raja jangan sekali-kali memberi
keputusan sebelum mendengar pendapat dari kaum Brahmana.

b. Kasta Ksatria

Kasta ksatria terdiri atas golongan raja dan


tentara/panglima. Orang-orang yang telah memperkaya akal
pikirannya dengan kitab-kitab Weda sangat patut dan layak
dijadikan sebagai pemimpin, raja, tentara, panglima, dan hakim
bagi manusia. Golongan ini sangat dihormati dan jangan sekali-
kali direndahkan. Terutama dari kalangan Raja, mereka sangat
diagungkan karena sifat ketuhanan meresap dari dirinya berupa
manusia.

10
Sedangkan dari kalangan panglima dan prajurit, mereka
tidak boleh terlepas dari tugas-tugas ketentaraan. Raja harus
selalu menyediakan perleng-kapan perang bagi mereka, dan harus
selalu siap berperang bila sewaktu-waktu ada serangan dari
musuh.

c. Kasta Waisya

Kasta waisya terdiri dari golongan pedagang, saudagar,


dan petani. Mereka harus mengetahui undang-undang perniagaan
dan peraturan memungut bunga (riba). Seorang waisya harus
mengetahui semua yang berkaitan dengan aktivitas perdagangan
dan pertanian, seperti cara-cara mengelola lahan dan menabur
benih, dan juga memiliki pengetahuan bagaimana cara
menimbang dan mengukur dalam aktivitas jual beli.

Mereka diharuskan kawin dengan perempuan dari


golongannya juga, memberikan perhatian yang sungguh-sungguh
dalam pekerjaannya, dan senantiasa memelihara binatang-
binatang ternak.

d. Kasta Sudra

Kasta sudra adalah kastanya golongan para kuli dan


hamba sahaya. Golongan ini harus mematuhi perintah dari
golongan Brahmana yang menjadi pemuka agama yang arif dalam
mengajarkan kitab Weda kepadanya. Dengan kepatuhan ini
diharapkan ia diberi kebahagiaan setelah mati dengan suatu
penghidupan baru yang lebih tinggi.

Mereka harus taat kepada para Brahmana dan jangan


sampai menyinggung perasaannya. Mereka para sudra tidak layak
mengumpulkan harta berlebihan sekalipun mereka mampu
melakukannya. Bahkan apabila golongan sudra berani
menyamakan dirinya dengan derajat kaum Brahmana, maka

11
mereka akan dihukum, seperti dipotong tangannya apabila
mengangkat tangan melebihi tangan para Brahmana, potong kaki
jika menendang dengan kakinya, mulutnya akan dimasukkan
pisau panas apabila tidak memperlihatkan rasa hormat kepada
para Brahmana, dan mulut atau telinganya dituang minyak panas
apabila mengabaikan perintah atau pesan yang diberikan para
Brahmana kepadanya.

Selain keempat kasta di atas, ada lagi golongan yang


tingkatannya lebih rendah dari kasta sudra. Golongan tersebut
dinamakan Paria, yang dalam bahasa Tamil berarti tukang
tambur atau golongan paling bawah dalam agama Hindu19.
Golongan ini dinisbatkan kepada bangsa Dravida yang tidak
memiliki pekerjaan tetap (gelandangan) yang umumnya terdesak
ke daerah selatan India. Mereka bukan lagi termasuk kasta sudra,
akan tetapi disebut bangsa Paria, sehingga dianggap sebagai
bangsa yang tak berkasta. Oleh karena tidak memiliki kasta, maka
mereka dijauhkan dari pergaulan hidup sehari-hari20.

F. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu


Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:

a. Widhi Tattwa, yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
segala aspeknya

b. Atma Tattwa, yakni percaya dengan adanya jiwa dalam setiap


makhluk

c. Karmaphala Tattwa, yakni percaya dengan adanya hukum sebab-


akibat dalam setiap perbuatan (karma)

19
Solichin Salam, loc.cit.
20
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42-43.
12
d. Punarbhava Tattwa, yakni percaya dengan adanya proses kelahiran
kembali (reinkarnasi/tanasukh ruh-ruh)

e. Moksa Tattwa, yakni percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan


tujuan akhir manusia (pembebasan mutlak)21.

Masing-masing ajaran dan doktrin dalam agama Hindu diatas akan


dijabarkan secara detail berikut:

a. Karma

Secara konseptual istilah karma adalah sangat sederhana dimana


karma dapat dikatakan sebagai “tindakan” atau karma juga dikatakan
sebagai “perbuatan” dalam hal ini terdapat tiga cara dilakukannya
karma tersebut yaitu dengan pikiran, perkataan dan tubuh. Dalam
konsep dan pandangan Agama Hindu bahwa karma tersebut juga adalah
perbuatan yang dalam kitab Smerti Bhagawad Gita Bab III Sloka 4
dikatakan : Tanpa kerja orang takkan mencapai kebebasan, demikian
juga ia tidak mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan
kerja.

Dalam Bhagawad Gita juga dikatakan bahwa Karma tersebut


berasal dan yang maha abadi yaitu Brahman sebagaimana dalam Bab III
- Sloka 15 dikatakan : Ketahuilah, adanya karma adalah karena
Brahman yang ada dan Yang Maha Abadi, karena itu Brahman yang
melingkupi semuanya ini selalu berkisar disekitar persembahan. Sangat
jelas sekali dalam pandangan Hindu bahwa karma tersebut ada atas
dasar kehendak dan Brahman sebagai sebab yang tak tersebabkan, akan
sedikit berbeda dengan konsep dalam ajaran Budhisme bahwa karma
tersebut memang manusialah yang sedemikian berbuat sehingga terikat
atas kelahiran kembali dalam hidupnya22.

b. Pengembalian ruh-ruh (tanasukh ruh-ruh)

21
Agama Hindu, op.cit.
22
IB. Candrawan, Karma Dalam Pandangan Hindu dan Budha, dikutip dari situs
http://parisada.org.
13
Doktrin agama Hindu yang kedua ialah meyakini akan
pengembalian ruh-ruh manusia (tanasukh/reinkarnasi). Tanasukh adalah
ruh yang keluar dari sebuah tubuh lalu kembali lagi ke alam dunia di
dalam sebuah tubuh yang lain. Istilah ini oleh sebagian orang lebih
dikenal dengan sebutan “Kedatangan ruh kembali” atau “Pengulangan
kelahiran”.

Adapun sebab-sebab pengembalian ruh-ruh ini ialah:

1) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang dan masih mempunyai hawa
nafsu dan kemauan yang terikat dengan alam dunia yang belum
ditunaikan.

2) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang karena menanggung banyak


hutang kepada orang lain dan harus dipenuhi.

Jadi dapat dipahami, bahwa nafsu atau kemauan seseorang harus


dipuaskan oleh kehidupan yang lain, dan ruh juga harus merasa sebagai
hasil perbuatan yang dilakukannya dalam kehidupan yang lalu. Sebab
keinginan dan nafsu memerlukan kemauan, dan kemauan
membutuhkan perbuatan. Sedangkan perbuatan itu hanya dapat
dilakukan melalui jasad atau tubuh manusia.

Bila dipikirkan, maka dapat dipahami apabila seandainya


keinginan manusia tidak atau belum terlaksana, maka ia tidak akan
selamat dari pengulangan kelahiran. Sebaliknya, bila keinginan di dunia
sudah ditunaikan dengan sempurna, ia tidak menanggung suatu dosa
dan semua hutang telah dibayar, maka ruhnya akan selamat dan terlepas
dari pengulangan kelahiran serta dapat bersatu dengan Brahma.

Dengan demikian, hubungan antara ruh dan jasad menurut


ajaran Hindu dapat digambarkan sebagai berikut:

Tubuh atau jasad manusia itu terlahir dari kedua


tubuh orang tua (ibu-bapak). Adapun yang
menggerakkannya adalah tubuh halus yang tersusun
dari kekuatan asasi, panca indera, alat penggerak,
14
unsur-unsur yang lembut, dan akal. Apabila terjadi
kematian, maka jasad itupun ikut mati, kaku, dan
menjadi rapuh. Akan tetapi tubuh halus tidak ikut
mati, namun sebaliknya ia akan keluar dan pindah ke
alam halus yang menyerupai alam mimpi. Disana ia
akan merasakan surga dan neraka, kemudian kembali
lagi ke dalam tubuh yang baru dengan membawa
keinginan dan pekerjaan yang lalu. Demikianlah
perputaran kehidupan ruh tersebut dari perputaran
yang lalu menuju perputaran yang baru. Ruh ini akan
didapati di dalam tubuh manusia atau seekor
binatang. Dia akan merasa bahagia dan sengsara
menurut amalan yang telah dilakukannya dalam
kehidupan yang dulu.
Uniknya, ada perbedaan antara pengalaman hidup yang
dialami oleh ruh dari alamnya yang dahulu dengan alam yang
dijalaninya kemudian. Ruh yang hidup di alamnya yang baru itu
tidak akan teringat akan pengalaman kehidupannya yang dulu.
Sehingga tiap-tiap putaran ruh secara langsung terputus langsung
dari putaran yang lain23.

c. Pembebasan mutlak

Doktrin yang ketiga adalah pembebasan mutlak. Doktrin ini


ada kaitannya dengan penyempurnaan keinginan seperti yang
sudah dijelaskan pada doktrin tanasukh. Arti kesempurnaan
keinginan dan hawa nafsu adalah penguasaan seorang manusia atas
dirinya hingga sampai pada kondisi yang sama sekali tidak
menginginkan apa-apa atau hawa nafsu atas dirinya, dan juga
merasa puas terhadap apa yang dialaminya serta tidak meminta
lebih dari itu.

Apabila hawa nafsu sudah terpuaskan dan segala keinginan


sudag dijalaninya dengan sempurna dalam kehidupannya, maka ruh
tersebut terlepas dari pengulangan kelahiran dan akan bersatu
dengan Brahma. Keadaan inilah yang dinamakan pembebasan

23
Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 42-44.
15
mutlak. Dengan demikian, pembebasan mutlak berarti menyatunya
ruh manusia dengan Brahma sebagaimana bercampurnya setitik air
dengan lautan besar.

Di dalam Aranyaka terdapat keterangan, yang intinya


adalah barangsiapa yang sama sekali tidak menginginkan terhadap
sesuatu, terbebas dari penghambaan terhadap hawa nafsu, serta
merasa puas terhadap dirinya, maka ia akan terbebas dari panca
inderanya dan bersatulah ia dengan Brahma. Dengan demikian, ia
akan kekal dan tak akan pernah binasa selamanya.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembebasan


mutlak tidak diperoleh dengan amalan-amalan, baik amalan baik
maupun amalan buruk. Karena amalan baik seseorang menurut
pemahaman agama Hindu akan dibalas dengan jalan kelahiran,
begitu halnya dengan amalan buruk24.

d. Kesatuan wujud

Doktrin yang keempat adalah kesatuan wujud. Kesatuan


wujud ini masih ada hubungannya dengan doktrin-doktrin atau
ajaran-ajaran sebelumnya, malah berikatan erat. Dalam
pembicaraan mengenai pembebasan mutlak, dipahami bahwa
seorang manusia boleh bersatu dengan Tuhan. Dalam kitab Weda
banyak sekali diterangkan tentang hubungan antara alam dan
Brahma hingga menyebabkan kepercayaan mereka terhadap
kesatuan wujud.

Juga menurut kitab Weda, manusia dari segi ruhnya datang


dengan kemauan Tuhan Brahma. Ruhnya tidak berlainan dengan
ruh yang maha besar, hanya saja perbedaannya di antara keduanya
adalah seperti benih dengan pohon. Ketika ruh itu bersih dari
tanda-tanda kebendaan, maka ia kembali kepada ruh yang maha

24
Ibid., hlm. 45.
16
besar. Dengan sebab itulah keluarnya ruh dari jasad lebih dikenal
dengan sebutan “jalan pulang”25.

Prinsip kesatuan wujud ini hampir sama persis dengan


aliran tasawuf dalam agama Islam, seperti yang dialami al-Hallaj
dan Syekh Siti Jenar yang dengan istilah jawanya yang terkenal
dengan sebutan “Manunggaling Kawula Gusti”.

G. Perkembangan Agama Hindu Masuk Ke Indonesia


a) Sejarah singkat evolusi Hindu dari India ke Indonesia
Agama Hindu berkembang awalnya di lembah sungai
Sindhu/Indus. Dimana masyarakat di lembah Sungai Sindhu terdiri dari
bangsa Arya dan Dravida. Bangsa arya merupakan masyarakat pendatang
yang termasuk ras Indo Jerman yang masuk dan menduduki kota
Mahenjodaro dan Harappa. Sedangkan bangsa Dravida merupakan
penduduk asli yang sebelumnya mendiami wilayah lembah sungai
Sindhu/Indus yang kemudian tergeser oleh kedatangan Bangsa Arya.
Dalam beberapa dekade kemudian terjadi pembauran antara kebudayaan
dan system kepercayaan antara Bangsa Arya dan Dravida. Dari pembauran
itu kemudian munculah nama Hindu/Hinduisme. Di lembah sungai inilah
para rsi penerima wahyu menyusun dan mengabadikanya dalam bentuk
kitab suci yang di sebut Weda. Dari lembah sungai Sindhu ajaran Hindu
menyebar ke seluruh pelosok dunia, yang dibawa oleh para pedagang dan
musafir atau para rohaniawan India sehingga sampai ke Indonesia
(Nusantara).
b) Sejarah singkat evolusi Hindu di indonesia yang ada di Kalimantan
dan peninggalanya
Masuknya Hindu di Indonesia pertama kali adalah di Kalimantan
dengan Kerajaanya yang bernama Kutai. Kerajaan Kutai terletak di
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam pada awal abad ke
4 masehi dengan raja pertamanya Kudungga. Berdasarkan sumber sumber

25
Ibid., hlm. 46-47.
17
peninggalan yang ada menyatakan bahwa di Kalimantan Timur telah
bediri dan berkembang serta mendapat pengaruh Hindu (India).
Pembuktian sejarah ini dikuatkan dengan ditemukanya prasasti bertuliskan
huruf Palawa yang di sebut Yupa. Yupa adalah tiang batu tertulis yang
berisi tulisan Pallawa dengan bahasa Sansekerta, tiang batu tersebut
dipergunakan untuk mengikat hewan kurban yang dipakai persembahan
oleh rakyat kepada para dewa. Sejak muncul dan berkembangnya
pengaruh Hindu di Kalimantan Timur terjadi banyak perubahan dalam tata
pemerintahan, yaitu dari kepala suku menjadi kerajaan yang dipimpin oleh
raja sebagai kepala pemerintahaan.
c) Sejarah singkat evolusi Hindu di Indonesia yang ada di Jawa Barat
dan peninggalannya
Perkembangan agama Hindu di Jawa Barat diperkirakan terjadi
sekitar abad ke lima masehi, ditandai dengan kerajaan Hindu
Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Selain itu ditandai juga
dengan penemuan tujuh buah prasasti batu atau Saila Prasasti, diantaranya:
Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara
Cianten, Prasasti Pasirawi, Prasasti Tugu, srta Prasati Lebak yang ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, berbentuk syair yang
memberikan keterangan tentang kerajaan Tarumanegara.
Prasasti Ciaruteun menyebutkan bahwa “Purnawarman adalah raja
yang gagah berani bagaikan Dewa Wisnu”. Dalam Prasasti Tugu
menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman dalam pemerintahannya yang ke
22 menggali sungai Gomati yang panjangnya 12 km dalam waktu 21 hari
dan memberikan hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana”.
d) Sejarah singkat evolusi Hindu yang ada di Jawa Timur pada abad
ke-8 dan peninggalanya
Keberadaan kerajaan Kanjuruan dapat dipergunakan sebagai salah
satu landasan untuk mengetahui perkembangan Agama Hindu di Jawa
Timur. Prasasti Dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah kerajaan
kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan tentang perkembangan
18
Agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo ditulis mempergunakan
huruf Kawi (Jawa Kuno) dengan bahasa Sansekerta menuliskan angka
tahun 760 Masehi. Dikisahkan bahwa dalam abad ke 8 kerajaan yang
berpusat di kanjuruan bernama dewa Simha. Beliau memiliki putra
bernama Limwa setelah menggantikan ayahnya sebagai raja bernama
Gajayana. Raja Gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk
memuliakan Maha Rsi Agastya. Arca Maha Rsi Agastya pada
mulanya terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan arca batu
hitam.
Peresmian arca Maha Rsi Agastya dilaksanakan tahun 760 Masehi.
Pelaksanaan upacaranya dipimpin oleh para pendeta ahli weda. Pada saat
itu pula Raja Gajayana dikisahkan menghadiahkan tanah, lembu dan
bangunan untuk para brahmana dan para tamu. Dinyatakan bahwa salah
satu bentuk bangunan itu yang berasal dari zaman kerajaan Kanjuruan
adalah “Candi Badut”. Di dalam candi inilah diketemukan sebuah lingga
sebagai perwujudan dari dewa Siwa. Di dalam prasasti Dinoyo juga
dituliskan tentang perjalanan Maha Rsi Agastya dari India menuju
Indonesia untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Hindu.
Selanjutnya perkembangan agama Hindu di Jawa Timur dapat
diketahui dari berdirinya Dinasti Isyanawangsa yang berkuasa tahun 929-
947 Masehi. Dinasti ini diperintah oleh Mpu Sindok, yang
mempergunakan gelar “Isyana Tunggawijaya”. Isyana Tunggawijaya
berarti raja yang memuliakan pemujaan kehadapan Dewa Siwa. Setelah
kekuasaan Isyana Tunggawijaya berakhir berkuasalah raja Airlangga yang
memerintah sampai tahun 1049 Masehi. Beliau bergelar “Cri Maharaja
Rake Halu Cri Lokecwara Dharmawangca Airlangga
Anantawikramottungga Dewa” yang dinobatkan oleh pendeta Siwa dan
Budha. Raja Airlangga setelah mengundurkan diri dari tahtanya beliau
wafat tahun 1049 Masehi dan dimakamkan di candi Belahan. Airlangga
diwujudkan sebagai Dewa Wisnu dengan arca Wisnu duduk di atas
garuda.
19
Banyak karya sastra bernafaskan ajaran agama Hindu diterbitkan
pada zaman Dharmawangsa, diantaranya kitab Purwadigama yang
bersumber pada kitab Menawa Dharmasastra. Sedangkan kitab Negara
Kertagama, Arjuna Wiwaha, Sutasoma, dan yang lainnya muncul pada
zaman Majapahit. Pada zaman ini juga dibangun berbagai macam candi
seperti candi penataran di Blitar. Berdasarkan petunjuk peninggalan
sejarah seperti tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan
Agama Hindu di Jawa Timur sangat subur dan harmonis.
e) Sejarah singkat evolusi Hindu yang ada di Bali dan peninggalanya
Keberadaan agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari
Agama Hindu yang berkembang di Jawa. Agama Hindu yang datang ke
Bali disertai oleh agama Budha. Setelah di Bali kedua agama tersebut
berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut
dengan sinkritisme Ciwa-Budha. Disekitar zaman prasejarah sebelum
pengaruh Hindu berkembang di Bali masyarakatnya telah mengenal
system kepercayaan dan pemujaan.
a. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.
b. Sistem penguburan yang mempergunakan sarkopagus (peti mayat).
c. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.
d. Kepercayaan adanya penjelmaan (Punarbhawa).
e. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat
setiap saat memberi perlindungan petunjuk, sinar dan tuntunan rohani
kepada generasinya.
Setelah datangnya Maha Rsi Markhandeya di Bali pola
kepercayaan yang sederhana ini kembali disempurnakan. Keterangan
tentang Maha Rsi Markhandeya menyebarkan pengaruh Hindu di Bali
dapat diketahui melalui kitab Markhandeya Purana. Kitab tersebut
menyatakan bahwa untuk pertama kalinya pengaruh Hindu di Bali
disebarkan oleh maha Rsi Markhandeya. Beliau datang ke Bali
diperkirakan sekitar abad ke 4-5 Masehi melalui gunung Semeru (Jawa
Timur) menuju daerah Gunung Agung (Tolangkir) dengan tujuan hendak
20
membangun asrama atau penataran. Kedatangan beliau untuk pertama
kalinya diikuti oleh 400 orang pengiring, namun dikisahkan kurang
berhasil. Setelah pulang ke Jawa beliau kembali datang ke Bali dengan
pengiring sebanyak 2000 orang. Kedatangan beliau yang ke dua ini
berhasil menanam panca datu di kaki gunung agung (Besakih) sekarang.
Selama menetap di Bali Maha Rsi Markhandeya secara berangsur-angsur
mulai meningkatkan kepercayaan masyarakat Bali.
a. Masyarakat Bali mulai diajarkan melakukan pemujaan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi
b. Pada saat itu pula mulai dikenal tentang daerah Bali.
c. Pura Besakih mulai dibangun dan difungsikan sebagai tempat memuja
Sang Hyang Widhi Wasa guna memohon keselamatan umatnya.
d. Warna merah dan putih mulai dipergunakan sebagai ider-ider atau
umbul-umbul di tempat suci.
e. Upacara bebali untuk keselamatan binatang dan peternakan ditetapkan
pada tumpek kandang yaitu hari Sabtu, Kliwon Uye.
Upaya dan usaha pelestarian agama Hindu di Bali setelah Maha
Rsi Markhandeya dilanjutkan oleh Mpu Sang Kulputih. Beliau disebut-
sebut sebagai pamomgmong Pura Besakih. Banyak peranan yang
dilaksanakan dan diambil oleh beliau dalam meningkatkan peran dan
kualitas agama Hindu.
a. Mengajarkan tentang bebali dalam bentuk seni yang mengandung
makna simbolis dan suci.
b. Mengajarkan orang-orang Bali Aga menjadi orang-orang suci untuk
Pura Kahyangan, seperti Pemangku, Jro Gede, Jro Prawayah, dan Jro
Kebayan. Untuk menjadikan diri orang bersangkutan suci diajarkan
pula tentang tata cara melakukan tapa, brata, yoga dan semadhi.
c. Mpu Sang Kulputih juga mengajarkan masyarakat untuk
melaksanakan hari-hari suci seperti Galungan, Kuningan, Sugian,
Pagerwesi, Tumpek dan yang lainnya. Disamping itu juga
mengajarkan tentang cara membuat arca lingga dari kayu, logam, atau
21
uang kepeng sebagai perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa
beserta manifestasinya.
Pada masa pemerintahan raja Marakatta Pangkaja
Sthanottunggadewa tahun 944-948 caka (1022-1026 Masehi) datanglah
Mpu Kuturan ke Bali. Setibanya di Bali Mpu Kuturan membangun asrama
di Padangbai (Pura Silayukti) sekarang. Oleh beliau masyarakat Bali
diajarkan tentang Silakrama, filsafat tentang makrokosmos dan
mikrokosmos, Sang Hyang Widhi, Jiwatman, Kharmaphala, Wali dan
Wewalen. Beliau juga mengajarkan tentang Kusuma Dewa, Widhi Sastra,
Sangkara Yoga, dan tata cara membangun kahyangan atau bangunan suci
lainnya. Bangunan suci yang ada sampai sekarang dibangun menurut
ajaran beliau adalah :
a. Sanggah Kemulan, Taksu dan Tugu untuk setiap rumah tangga dalam
satu pekarangan.
b. Sanggah pamrajan yang terdiri dari Surya, Meru, Gedong, Kemulan,
Taksu, Pelinggih Pengayatan Sad Kahyangan, dan Paibon serta lainnya
untuk penyungsungan lebih dari satu kepala keluarga atau pekarangan.
c. Pura Dadiya, Pemaksan, Panti dan yang lainnya, yang
penyungsungnya lebih dari satu satu paibon atau pemerajan.
d. Kahyangan tiga (Pura Puseh, Bale Agung, dan Dalem) sebagai tempat
memuja Tri Murti dibangun pada setiap Desa Pekraman atau adat.
e. Beliau juga mengajarkan pembangunan pura Kahyangan Jagat seperti
Pura Besakih, Pura Batur, Pura Uluwatu dan lainnya.
Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yang
berkedudukan di Gelgel tahun 1470-1550 Masehi datanglah Dang Hyang
Dwijendra di Bali. Beliau juga disebut Dang Hyang Niratha. Kedatangan
beliau di Bali melalui Blambangan-Banyuwangi, mengarungi segara rupek
(selat Bali) dan sampailah di desa Pulaki. Pengetahuan yang diajarkan
Dang hyang Niratha kepada raja dan masyarakat Bali seperti :
a. Ilmu tentang pemerintahan
b. Ilmu tentang peperangan (Dharmayuddha)
22
c. Pengetahuan tentang smaragama (cumbwana karma) ajaran tentang
pertemuan smara laki dan perempuan
d. Tentang pelaksanaan mamukur, maligia, dan mahasraddha.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam.
Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama yang
dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli India.
Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami
perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa lain, terutama
bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India Hindu lebih
merupakan suatu cara hidup daripada kumpulan kepercayaan.

Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian


banyak Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain
Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa
pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut lebih dikenal dengan sebutan
Trimurti Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam agama Hindu terbagi
menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra. Dalam
Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima
keyakinan tersebut, yakni: Widhi Tattwa, Atma Tattwa, Karmaphala Tattwa,
Punarbhava Tattwa, Moksa Tattwa.

B. Kritik dan Saran


Di harapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat
mengembangkan lebih sempurna lagi, kritik dan saran sangat kami harapkan,
untuk memotivasi penulis, agar dalam penyelesaian makalah ini bisa di perbaiki
dari kesalahan, atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Hasbullah. 1986. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Widjaya.
Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama Bagian 1. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Rajawali
Press.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.
Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di
India, terj: Abu Ahmadi. Jakarta: Bumi Aksara.
Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Agama Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Bhuwana, Mpu Sri Rastra Jaya. Ritual Hindu Dharma: Upacara Sederhana
Menurut Pustaka Suci Weda. Dikutip dari situs
http://ritualagamahindu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
Galungan. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Gangga (Hindu). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situs
http://religiku.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 September 2007.
Kuningan (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Nyepi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Samkhya. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Saraswati (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Tempat Suci Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Varanasi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

25

Anda mungkin juga menyukai