KELOMPOK 5
X.6
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerah-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah tentang sejarah singkat
perjalanan agama hindu dari India sampai ke Indonesia dengan tepat waktu. Tak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam penyelesaian laporan ini.
Di dalam makalah ini membahas tentang sejarah singkat perjalanan agama
hindu dari India sampai ke Indonesia. Kami mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman secara langsung melalui kegiatan literasi di buku pelajaran dan melalui
media internet.
Masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah yang akan
datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................................2
1.4. Manfaat............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.2. Analisis Mengapa Banyak Filsuf Yang Lahir Pada Zaman Upanisad?..........................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tiga dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa
Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa
(dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Trimurti. Kitab suci
agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu;
1. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
2. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
3. Yajur-Weda, berisi mantra-mantra; dan
4. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.
Di samping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat
Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-kasta tersebut
adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Di luar itu
masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka
yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi.
Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta
Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan
raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria ini. Kasta
Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa, yaitu para petani dan pedagang.
1
Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba sahaya atau para budak.
Sementara itu, golongan Paria merupakan golongan yang tidak diterima dalam
kasta masyarakat Hindu.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh ketika membuat makalah ini adalah sebagai
berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan
wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
3. Zaman Upanisad
Pada Zaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada
Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan
bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib.
Zaman Upanisad ini adalah zaman pengembangan dan penyusunan
falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada
jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi, yang kemudian
dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak zaman
Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
b. Teori Masuknya Agama Hindu Ke Indonesia
1. Teori Brahmana
Teori Brahmana menyatakan bahwa agama Hindu dan Buddha masuk
ke Indonesia dibawa oleh kaum brahmana (pendeta) yang diundang para
penguasa di Indonesia. Teori ini didukung oleh J.C. Van Leur. Bukti
penguat dari pernyataan ini adalah adanya prasasti pada masa kerajaan
Hindu Buddha. Hanya brahmana yang dapat baca dan tulis bahasa
sansekerta serta menghindukan seseorang. Bahasa dalam kitab weda dan
upacara keagamaan merupakan tugas dari brahmana. Di sisi lain terdapat
aturan bahwa kaum brahmana tidak boleh menyebrangi lautan.
4
2. Teori Ksatria
Teori ksatria menyatakan bahwa ajaran Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh kaum ksatria. Teori ini didukung oleh Prof. Dr. J.L. Moens
yang menyebutkan pada abad ke 4-6 M kerap terjadi kekalahan perang
oleh kaum ksatria. Kekalahan ksatria membuat mereka melarikan diri
hingga ke Nusantara. Namun yang melemahkan dari teori ini adalah
ksatria tidak bisa menghindukan seseorang.
3. Teori Waisya
Teori waisya berpendapat bahwa pedagang India memiliki peran besar
dalam menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini adalah Prof. Dr.
N.J. Krom. Kedatangan para pedagang dari India selain melakukan
perdagangan juga memperkenalkan ajaran agama Hindu. Para pedagang
diyakini menyebarkan agama ketika menetap sementara waktu dan tidak
jarang menikah dengan penduduk setempat.
Ada beberapa teori dan pendapat dari beberapa ahli tentang masuknya Agama
Hindu ke Indonesia. Beberapa Teori tentang masuknya Agama Hindu di
Indonesia:
5
Krom (ahli – Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul “Hindu Javanesche Geschiedenis“ ,
menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah
melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan
pedagang (Waisya) India.
Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah
sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan
membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari
tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak
yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu
di Indonesia
Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatria sangat besar pengaruhnya
terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula
pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu
India ke Indonesia.
d. Kerajaan Agama Hindu Di Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
berdirilah kerajaan pertama di Indonesia pada tahun 400 M. Kerajaan
tersebut bernama kerajaan Kutai. Sungai Mahakam dapat dilayari dari
pantai sampai masuk ke Muarakaman, sehingga baik untuk kegiatan
perdagangan. Sungai yang cukup besar tersebut masih ramai oleh lalu
lintas air sejak masa praaksara hingga sekarang. Para ahli arkeologi dan
sejarah mempelajari peninggalan berupa bangunan batu. Bangunan
tersebut disebut Yupa, yang berupa sebuah tugu peringatan. Artinya
bangunan tugu tersebut didirikan sebagai tanda adanya suatu peristiwa
penting misalnya upacara korban sedekah. Terdapat tujuh buah Yupa yang
ditemukan di daerah tersebut.
Apa keistimewaan yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur
tersebut? Pada salah satu Yupa, ditemukan prasasti. Dalam prasasti yupa
terdapat tulisan dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Berdasarkan
6
bentuk hurufnya para ahli yakin bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M.
Dalam prasasti juga menyebutkan silsilah raja-raja Kutai. Salah satu dari
yupa diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama
Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak dan yang terkenal
adalah Mulawarman. Prasasti Yupa menunjukkan bahwa pendirian Yupa
sebagai perintah Raja Mulawarman. Beliau dipastikan seorang Indonesia
asli. Kudungga bukan pendiri kerajaan, tetapi anaknya yang bernama
Aswawarman. Hal tersebut disebut dalam Wamsakerta atau pendiri
keluarga. Diperkirakan Aswawarman-lah yang sudah menganut Hindu
secara penuh sedang Kudungga belum. Raja Mulawarman sebagai raja
terbesar di Kutai yang memeluk agama Hindu-Siwa. Beliau sangat dekat
dengan kaum Brahmana dan rakyat, hal ini dibuktikan dengan pemberian
sedekah untuk upacara keagamaan. Upacara korban sapi juga
menunjukkan bahwa rakyat cukup hidup makmur, kehidupan keagamaan
dijaga dengan baik, dan rakyat sangat mencintai rajanya. Kehidupan
ekonomi masyarakat diperkirakan sebagian besar adalah sebagai petani
dan pedagang.
Masyarakat Kutai sebelumnya tidak mengenal kasta. Setelah agama
Hindu masuk, maka mulailah pengaruh kasta masuk dalam lapisan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan upacara Vratyastoma oleh
Kudungga. Vratyastoma, merupakan upacara penyucian diri untuk masuk
pada kasta ksatria sesuai kedudukannya sebagai keluarga raja. Kelanjutan
kerajaan Kutai setelah Mulawarman tidak menunjukkan tanda-tanda yang
jelas. Namun periode setelah abad V Masehi, berkembanglah kerajaan-
kerajaan Hindu Budha di berbagai daerah lain Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa pada fase selanjutnya agama Hindu Budha
berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia.
2. Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli meyakini letak
pusat Kerajaan Tarumanegara kira-kira di antara Sungai Citarum dan
Cisadane. Dari namanya, Tarumanegara dari kata taruma, mungkin
berkaitan dengan kata tarum yang artinya nila. Kata tarum dipakai sebagai
7
nama sebuah sungai di Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Kebanyakan
ahli yakin kerajaan ini pusatnya dekat kota Bogor Jawa Barat.
Apa saja bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara? Bukti-bukti
sebagian besar berupa prasasti, terutama peninggalan raja terkenal
Tarumanegara yang bernama Raja Purnawarman. Prasasti-prasasti
tersebut antara lain prasasti Ciaruteun, prasasti Kebon Kopi, prasasti
Tugu, Prasasti Lebak, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Pasair Awi.
Prasasti-prasasti itu umumnya bertulis huruf Pallawa dan menggunakan
bahasa Sansekerta.
a. Prasasti Ciaruteun
Di dekat muara tepi Sungai Citarum, ditemukan prasasti yang
dipahat pada batu. Pada prasasti tersebut terdapat gambar sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman. Sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman diibaratkan sebagai telapak kaki Dewa Wisnu.
c. Prasasti Jambu
Di sebuah perkebunan jambu, Bukit Koleangkok, kira-kira 30
km sebelah barat Bogor ditemukan pula prasasti. Karena
ditemukan di perkebunan Jambu, sehingga dinamakan Prasasti
Jambu. Disebutkan dalam prasasti bahwa Raja Purnawarman
adalah raja yang gagah, pemimpin yang termasyhur, dan baju
zirahnya tidak dapat ditembus senjata musuh. Prasasti ini
menggambarkan bagaimana kebesaran Raja Purnawarman.
d. Prasasti Tugu
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara menyebar di
berbagai tempat. Salah satunya adalah prasasti yang ditemukan di
Desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini diberi nama Prasasti
8
Tugu, yang menerangkan tentang penggalian saluran Gomati dan
Sungai Candrabhaga. Mengenai nama Candrabhaga, Purbacaraka
mengartikan candra sama dengan bulan sama dengan sasi. Jadi,
Candrabhaga menjadi sasibhaga dan kemudian menjadi Bhagasasi
kemudian menjadi bagasi, akhirnya menjadi menjadi Bekasi.
Prasasti ini sangat penting artinya, karena menunjukkan keseriusan
Kerajaan Tarumanegara dalam mengembangkan pertanian.
Penggalian Sungai Gomati menggambarkan bahwa teknologi
pertanian dikembangkan sangat maju. Kerajaan Tarumanegara
telah mengenal sistem irigasi. Selain itu juga menunjukkan bahwa
keberadaan sungai dapat digunakan untuk transportasi air dan
perikanan.
e. Prasasti Pasir Awi. Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah
Bogor.
f. Prasasti Muara Cianten. Prasasti Muara Cianten ditemukan di
daerah Bogor.
g. Prasasti Lebak. Prasasti Lebak ditemukan di tepi Sungai
Cidanghiang, Kecamatan Muncul, Banten Selatan. Prasasti ini
menerangkan tentang keperwiraan, keagungan, dan keberanian
Purnawarman sebagai raja dunia.
Prasasti-prasasti di atas menunjukkan kebesaran Kerajaan
Tarumanegara sebagai kerajaan pengaruh Hindu Budha di Jawa.
Dapat dikatakan bahwa Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu
Budha terbesar.
9
yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup
besar. Adanya sektesekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan
dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan
dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad
inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang.
Beliau Moksa di Pura Silayukti.
10
2.3. Analisis Mengapa Banyak Filsuf Yang Lahir Pada Zaman Upanisad?
11
Upanisad memiliki banyak persamaan dengan filsafat, dan sebenarnya
dianggap sebagai salah satu karya filsafat spiritual yang paling awal dalam
sejarah manusia. Berikut adalah beberapa persamaan antara Upanisad dan filsafat:
12
siklus kelahiran dan kematian, sementara filsafat berusaha memahami
hakikat eksistensi dan pencarian kehidupan yang bermakna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
namun secara individual. Dengan membuat makalah seperti akan meningkatkan
kemampuan literatur siswa dalam memahami pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
https://ukmhindu.unila.ac.id/?p=129
https://phdiklungkung.or.id/wp-content/uploads/2020/12/PERKEMBANGAN-agama-hindu-
dari-India-ke-Indonesia.pdf
mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-hindu-dan-budha-ke-
indonesia
https://sma13smg.sch.id/materi/teori-masuknya-hindu-buddha-ke-indonesia/
https://malajah.baliprov.go.id/media/upanisad-sumber-filsafat-hindu/
#h5pbookid=14§ion=top&chapter=h5p-interactive-book-chapter-402ed5fd-77f3-48a1-
828a-3b81fec9eed1
14