Anda di halaman 1dari 18

PERJALANAN AGAMA HINDU

DARI INDIA KE INDONESIA

KELOMPOK 5

X.6

 Bagus Komang Narendra (02)


 I Gusti Ayu Agung Indira Aishwarya Dewi (06)
 Kadek Chelsea Putri Octaviana (23)
 Kadek Dwi Andhika Priyatama (24)

SMA NEGERI 8 DENPASAR


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerah-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah tentang sejarah singkat
perjalanan agama hindu dari India sampai ke Indonesia dengan tepat waktu. Tak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami
dalam penyelesaian laporan ini.
Di dalam makalah ini membahas tentang sejarah singkat perjalanan agama
hindu dari India sampai ke Indonesia. Kami mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman secara langsung melalui kegiatan literasi di buku pelajaran dan melalui
media internet.
Masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah yang akan
datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, 01 Februari 2024

Kelompok 5 kelas X.6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

1.3. Tujuan..............................................................................................................................2

1.4. Manfaat............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Gambaran Data Umum....................................................................................................3

2.2. Analisis Mengapa Banyak Filsuf Yang Lahir Pada Zaman Upanisad?..........................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2 Saran...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan


besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah
ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang
dua pusat kebudayaan tersebut adalah bangsa Dravida. Pada sekitar tahun 1500
SM, datanglah bangsa Arya dari Asia Tengah ke Lembah Sungai Indus. Bangsa
Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahasa, teknologi, dan
juga kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah Veda (Weda)
yang setelah sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya agama Hindu ini
merupakan bentuk percampuran kepercayaan antara bangsa Arya dengan bangsa
Dravida. Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa.

Tiga dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa
Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa
(dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Trimurti. Kitab suci
agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu;
1. Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa;
2. Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci;
3. Yajur-Weda, berisi mantra-mantra; dan
4. Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.
Di samping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat
Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-kasta tersebut
adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Di luar itu
masih ada golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka
yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi.
Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta
Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan
raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria ini. Kasta
Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa, yaitu para petani dan pedagang.

1
Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba sahaya atau para budak.
Sementara itu, golongan Paria merupakan golongan yang tidak diterima dalam
kasta masyarakat Hindu.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana proses masuknya agama Hindu ke Indonesia?


2. Apa saja zaman-zaman yang ada pada peninggalan agama Hindu di India?
3. Siapa pembawa ajaran agama Hindu ke Indonesia?
4. Di mana letak kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui proses masuknya agama Hindu ke Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja zaman-zaman yang ada pada peninggalan agama
Hindu di India.
3. Untuk mengetahui siapa pembawa ajaran agama Hindu ke Indonesia
4. Untuk mengetahui di mana letak kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh ketika membuat makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Makalah ini memiliki manfaat bagi siswa sehingga menambah wawasan


siswa mengenai Sejarah perjalanan singkat agama Hindu ke Indonesia
terutama Bali dan menambah pengalaman siswa dalam melakukan kegiatan
penulisan makalah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Data Umum

a. Perkembangan Agama Hindu Di India


Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan
agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu pertama kali
dikenal di India. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat
dibagi menjadi 4 zaman/fase, yakni : Zaman Weda, Zaman Brahmana, Zaman
Upanisad. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan
Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada zaman
dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang
menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan
tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah
dikenal adanya penyembahan terhadap dewa-dewa.
1. Zaman Weda
Zaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di
Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi,
setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran
tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka
menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan
sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah
manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang
Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam
semesta, yang disebut “Rta”. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum
Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
2. Zaman Brahmana
Pada Zaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada
kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan
persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana
ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara Upacara” beragama yang
teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan

3
upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan
wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
3. Zaman Upanisad
Pada Zaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada
Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan
bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib.
Zaman Upanisad ini adalah zaman pengembangan dan penyusunan
falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada
jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi, yang kemudian
dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak zaman
Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
b. Teori Masuknya Agama Hindu Ke Indonesia

Terdapat beragam teori yang menjelaskan mengenai bagaimana proses


masuknya ajaran agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Para ahli sejarah
berpendapat bahwa terdapat dua cara masuk ajaran Hindu yaitu :

 Masyarakat Indonesia Berperan Pasif


Bangsa asing seperti India dan Tiongkok melakukan kontak dengan
datang ke Indonesia dan menyebarkan ajaran agama Hindu.
 Masyarakat Indonesia Berperan Aktif
Masyarakat Indonesia belajar langsung ke India dan Cina untuk
mempelajari dan mendalami ajaran Hindu.

 Berikut adalah beberapa macam teori masuknya agama Hindu ke Indonesia :

1. Teori Brahmana
Teori Brahmana menyatakan bahwa agama Hindu dan Buddha masuk
ke Indonesia dibawa oleh kaum brahmana (pendeta) yang diundang para
penguasa di Indonesia. Teori ini didukung oleh J.C. Van Leur. Bukti
penguat dari pernyataan ini adalah adanya prasasti pada masa kerajaan
Hindu Buddha. Hanya brahmana yang dapat baca dan tulis bahasa
sansekerta serta menghindukan seseorang. Bahasa dalam kitab weda dan
upacara keagamaan merupakan tugas dari brahmana. Di sisi lain terdapat
aturan bahwa kaum brahmana tidak boleh menyebrangi lautan.

4
2. Teori Ksatria
Teori ksatria menyatakan bahwa ajaran Hindu masuk ke Indonesia
dibawa oleh kaum ksatria. Teori ini didukung oleh Prof. Dr. J.L. Moens
yang menyebutkan pada abad ke 4-6 M kerap terjadi kekalahan perang
oleh kaum ksatria. Kekalahan ksatria membuat mereka melarikan diri
hingga ke Nusantara. Namun yang melemahkan dari teori ini adalah
ksatria tidak bisa menghindukan seseorang.

3. Teori Waisya
Teori waisya berpendapat bahwa pedagang India memiliki peran besar
dalam menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini adalah Prof. Dr.
N.J. Krom. Kedatangan para pedagang dari India selain melakukan
perdagangan juga memperkenalkan ajaran agama Hindu. Para pedagang
diyakini menyebarkan agama ketika menetap sementara waktu dan tidak
jarang menikah dengan penduduk setempat.

4. Teori Arus Balik


Teori arus balik menjelaskan bahwa terdapat peran aktif para pedagang
dalam hinduisasi yaitu pedagang nusantara mempelajari sendiri ajaran
Hindu ke India untuk selanjutnya disebarkan di Indonesia. Tokoh yang
meyakini teori ini adalah F.D.K. Bosch.

c. Penyebaran Agama Hindu Di Indonesia Menurut Beberapa Ahli


Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertama
kalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Di lembah sungai inilah
para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab
Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke
seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang
dan akhirnya sampai ke Indonesia.

Ada beberapa teori dan pendapat dari beberapa ahli tentang masuknya Agama
Hindu ke Indonesia. Beberapa Teori tentang masuknya Agama Hindu di
Indonesia:

5
 Krom (ahli – Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul “Hindu Javanesche Geschiedenis“ ,
menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah
melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan
pedagang (Waisya) India.
 Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia
dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah
sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan
membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari
tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak
yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu
di Indonesia
 Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatria sangat besar pengaruhnya
terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula
pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu
India ke Indonesia.
d. Kerajaan Agama Hindu Di Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
berdirilah kerajaan pertama di Indonesia pada tahun 400 M. Kerajaan
tersebut bernama kerajaan Kutai. Sungai Mahakam dapat dilayari dari
pantai sampai masuk ke Muarakaman, sehingga baik untuk kegiatan
perdagangan. Sungai yang cukup besar tersebut masih ramai oleh lalu
lintas air sejak masa praaksara hingga sekarang. Para ahli arkeologi dan
sejarah mempelajari peninggalan berupa bangunan batu. Bangunan
tersebut disebut Yupa, yang berupa sebuah tugu peringatan. Artinya
bangunan tugu tersebut didirikan sebagai tanda adanya suatu peristiwa
penting misalnya upacara korban sedekah. Terdapat tujuh buah Yupa yang
ditemukan di daerah tersebut.
Apa keistimewaan yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur
tersebut? Pada salah satu Yupa, ditemukan prasasti. Dalam prasasti yupa
terdapat tulisan dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Berdasarkan

6
bentuk hurufnya para ahli yakin bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M.
Dalam prasasti juga menyebutkan silsilah raja-raja Kutai. Salah satu dari
yupa diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama
Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak dan yang terkenal
adalah Mulawarman. Prasasti Yupa menunjukkan bahwa pendirian Yupa
sebagai perintah Raja Mulawarman. Beliau dipastikan seorang Indonesia
asli. Kudungga bukan pendiri kerajaan, tetapi anaknya yang bernama
Aswawarman. Hal tersebut disebut dalam Wamsakerta atau pendiri
keluarga. Diperkirakan Aswawarman-lah yang sudah menganut Hindu
secara penuh sedang Kudungga belum. Raja Mulawarman sebagai raja
terbesar di Kutai yang memeluk agama Hindu-Siwa. Beliau sangat dekat
dengan kaum Brahmana dan rakyat, hal ini dibuktikan dengan pemberian
sedekah untuk upacara keagamaan. Upacara korban sapi juga
menunjukkan bahwa rakyat cukup hidup makmur, kehidupan keagamaan
dijaga dengan baik, dan rakyat sangat mencintai rajanya. Kehidupan
ekonomi masyarakat diperkirakan sebagian besar adalah sebagai petani
dan pedagang.
Masyarakat Kutai sebelumnya tidak mengenal kasta. Setelah agama
Hindu masuk, maka mulailah pengaruh kasta masuk dalam lapisan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan upacara Vratyastoma oleh
Kudungga. Vratyastoma, merupakan upacara penyucian diri untuk masuk
pada kasta ksatria sesuai kedudukannya sebagai keluarga raja. Kelanjutan
kerajaan Kutai setelah Mulawarman tidak menunjukkan tanda-tanda yang
jelas. Namun periode setelah abad V Masehi, berkembanglah kerajaan-
kerajaan Hindu Budha di berbagai daerah lain Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa pada fase selanjutnya agama Hindu Budha
berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia.

2. Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli meyakini letak
pusat Kerajaan Tarumanegara kira-kira di antara Sungai Citarum dan
Cisadane. Dari namanya, Tarumanegara dari kata taruma, mungkin
berkaitan dengan kata tarum yang artinya nila. Kata tarum dipakai sebagai

7
nama sebuah sungai di Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Kebanyakan
ahli yakin kerajaan ini pusatnya dekat kota Bogor Jawa Barat.
Apa saja bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara? Bukti-bukti
sebagian besar berupa prasasti, terutama peninggalan raja terkenal
Tarumanegara yang bernama Raja Purnawarman. Prasasti-prasasti
tersebut antara lain prasasti Ciaruteun, prasasti Kebon Kopi, prasasti
Tugu, Prasasti Lebak, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Pasair Awi.
Prasasti-prasasti itu umumnya bertulis huruf Pallawa dan menggunakan
bahasa Sansekerta.
a. Prasasti Ciaruteun
Di dekat muara tepi Sungai Citarum, ditemukan prasasti yang
dipahat pada batu. Pada prasasti tersebut terdapat gambar sepasang
telapak kaki Raja Purnawarman. Sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman diibaratkan sebagai telapak kaki Dewa Wisnu.

b. Prasasti Kebon Kopi


Prasasti Kebon Kopi terdapat di Kampung Muara Hilir,
Kecamatan Cibung-bulang, Bogor. Pada prasasti ini ada pahatan
gambar tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah
Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu).

c. Prasasti Jambu
Di sebuah perkebunan jambu, Bukit Koleangkok, kira-kira 30
km sebelah barat Bogor ditemukan pula prasasti. Karena
ditemukan di perkebunan Jambu, sehingga dinamakan Prasasti
Jambu. Disebutkan dalam prasasti bahwa Raja Purnawarman
adalah raja yang gagah, pemimpin yang termasyhur, dan baju
zirahnya tidak dapat ditembus senjata musuh. Prasasti ini
menggambarkan bagaimana kebesaran Raja Purnawarman.

d. Prasasti Tugu
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara menyebar di
berbagai tempat. Salah satunya adalah prasasti yang ditemukan di
Desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini diberi nama Prasasti

8
Tugu, yang menerangkan tentang penggalian saluran Gomati dan
Sungai Candrabhaga. Mengenai nama Candrabhaga, Purbacaraka
mengartikan candra sama dengan bulan sama dengan sasi. Jadi,
Candrabhaga menjadi sasibhaga dan kemudian menjadi Bhagasasi
kemudian menjadi bagasi, akhirnya menjadi menjadi Bekasi.
Prasasti ini sangat penting artinya, karena menunjukkan keseriusan
Kerajaan Tarumanegara dalam mengembangkan pertanian.
Penggalian Sungai Gomati menggambarkan bahwa teknologi
pertanian dikembangkan sangat maju. Kerajaan Tarumanegara
telah mengenal sistem irigasi. Selain itu juga menunjukkan bahwa
keberadaan sungai dapat digunakan untuk transportasi air dan
perikanan.
e. Prasasti Pasir Awi. Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah
Bogor.
f. Prasasti Muara Cianten. Prasasti Muara Cianten ditemukan di
daerah Bogor.
g. Prasasti Lebak. Prasasti Lebak ditemukan di tepi Sungai
Cidanghiang, Kecamatan Muncul, Banten Selatan. Prasasti ini
menerangkan tentang keperwiraan, keagungan, dan keberanian
Purnawarman sebagai raja dunia.
Prasasti-prasasti di atas menunjukkan kebesaran Kerajaan
Tarumanegara sebagai kerajaan pengaruh Hindu Budha di Jawa.
Dapat dikatakan bahwa Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu
Budha terbesar.

2.2. Penyebaran Agama Hindu Di Bali

Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama


Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan
dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara
Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa
Timur, yang berasal dari abad ke-8.

Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai


pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2,

9
yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup
besar. Adanya sektesekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan
dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan
dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad
inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang.
Beliau Moksa di Pura Silayukti.

Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajah mada ke


Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam
teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong,
kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya
Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangatlah
besar di bidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan
tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu
(Klungkung).

Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali


pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai
tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di
Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun 1925 di
Singaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di
Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme
tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan
pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian
pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil
menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang
menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan
pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan
Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada
Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali,
yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.

10
2.3. Analisis Mengapa Banyak Filsuf Yang Lahir Pada Zaman Upanisad?

Filsafat adalah studi tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai


realitas, pengetahuan, nilai-nilai, etika, eksistensi, dan keberadaan manusia. Kata
"filsafat" berasal dari bahasa Yunani kuno, di mana "philo" berarti "cinta" dan
"sophia" berarti "kebijaksanaan". Oleh karena itu, filsafat secara harfiah dapat
diartikan sebagai "cinta akan kebijaksanaan" atau "cinta akan pengetahuan yang
mendasar".

Filsafat mencoba untuk memahami dunia dan kehidupan manusia melalui


pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan abstrak. Ini melibatkan refleksi kritis
dan pemikiran logis untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang
topik-topik seperti sifat realitas, alam semesta, sumber pengetahuan, moralitas,
keadilan, kebebasan, dan tujuan hidup.

Filsafat juga memiliki cabang-cabang khusus seperti metafisika (studi tentang


realitas dan sifat eksistensi), epistemologi (studi tentang pengetahuan dan
sumbernya), etika (studi tentang nilai-nilai moral), logika (studi tentang
pemikiran dan penalaran yang benar), dan estetika (studi tentang seni dan
keindahan).

Tujuan utama filsafat adalah mencari kebenaran, pemahaman yang mendalam,


dan pengetahuan yang lebih luas tentang alam semesta dan kehidupan manusia.
Filsafat juga berusaha untuk memberikan landasan dan panduan untuk bertindak
dan hidup dengan cara yang bijaksana, etis, dan bermakna.

Secara keseluruhan, filsafat berusaha untuk memperoleh pemahaman yang


lebih dalam tentang alam semesta, manusia, dan tempat kita di dunia ini melalui
pemikiran kritis, refleksi filosofis, dan analisis rasional.

11
Upanisad memiliki banyak persamaan dengan filsafat, dan sebenarnya
dianggap sebagai salah satu karya filsafat spiritual yang paling awal dalam
sejarah manusia. Berikut adalah beberapa persamaan antara Upanisad dan filsafat:

1. Pencarian Kebenaran dan Pengetahuan: Sama seperti filsafat, Upanishad


juga mengarah pada pencarian kebenaran dan pengetahuan yang mendalam.
Upanishad mengeksplorasi konsep-konsep seperti hakikat keberadaan, sifat
jiwa manusia, alam semesta, dan pencarian keabadian. Hal ini sejalan
dengan tujuan utama filsafat, yaitu memahami realitas dan esensi
kehidupan.
2. Pertanyaan-pertanyaan Fundamental: Baik filsafat maupun Upanishad
mendorong pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi,
kehidupan, dan makna di balik fenomena dunia ini. Upanishad mengajak
kita untuk merenungkan tentang hakikat diri (Atman) dan hakikat
keberadaan universal (Brahman), sementara filsafat juga berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan serupa melalui argumen rasional dan
penalaran.
3. Refleksi Diri dan Pemahaman Diri: Sama halnya dengan filsafat,
Upanishad mendorong refleksi diri dan pemahaman diri yang mendalam.
Upanishad mengajak individu untuk melampaui identitas fisik dan
terhubung dengan aspek spiritual yang lebih dalam dari diri mereka. Filsafat
juga menekankan pentingnya introspeksi dan pengetahuan diri dalam
mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan.
4. Pengembangan Etika: Upanishad, seperti halnya filsafat, juga membahas
masalah etika dan nilai-nilai moral. Upanishad mengajarkan konsep karma
dan pentingnya bertindak dengan kebajikan dan keadilan. Begitu pula
dengan filsafat, yang mencoba membahas masalah etika dan
mengembangkan pandangan hidup yang baik dan bertanggung jawab.
5. Transendensi dan Pencarian Keabadian: Upanisad dan filsafat keduanya
berusaha memahami aspek transenden dalam kehidupan dan mencari
keabadian. Upanisad mengajarkan konsep Moksha atau pembebasan dari

12
siklus kelahiran dan kematian, sementara filsafat berusaha memahami
hakikat eksistensi dan pencarian kehidupan yang bermakna.

Dengan persamaan-persamaan ini, Upanishad dan filsafat saling melengkapi


dalam mengajarkan pengetahuan mendalam, introspeksi diri, pemahaman etika,
dan pencarian makna kehidupan. Keduanya memberikan wawasan berharga
tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam semesta yang luas.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara historis, agama Hindu masuk ke Indonesia diawali dengan hubungan


dagang antara India dan Nusantara. Kondisi geografis Nusantara yang sangat
strategis dalam dunia perdagangan membuat banyak pedagang asing dari berbagai
negeri seperti Cina, Persia, Arab dan India sering singgah di kepulauan
Nusantara. Hubungan dagang inilah yang kemudian menyebabkan asimilasi
budaya sehingga agama Hindu mulai berkembang. Tak hanya berdagang, mereka
juga menjalin interaksi sosial dengan masyarakat lokal sehingga pengaruh
kebudayaan mereka berkembang dengan baik, termasuk pengaruh kebudayaan
Hindu. Melalui proses akulturasi, budaya yang dianggap sesuai dengan
karakteristik masyarakat diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat
setempat. Masuknya agama Hindu di Indonesia mengalami perkembangan pesat.
Orang-orang awalnya memiliki kepercayaan animisme dan vitalitas lalu mereka
belajar dan memilih masuk agama Hindu. Perkembangan ajaran Hindu tidak
terlepas dari berdirinya kerajaan-kerajaan bergaya Hindu yang telah mempengaruhi
kehidupan masyarakat di segala bidang.

3.2 Saran

Kegiatan pembelajaran dengan konsep membuat makalah seperti ini sangatlah


baik adanya. Alangkah baiknya bila kegiatan ini dapat dilaksanakan secara rutin

13
namun secara individual. Dengan membuat makalah seperti akan meningkatkan
kemampuan literatur siswa dalam memahami pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

https://ukmhindu.unila.ac.id/?p=129

https://phdiklungkung.or.id/wp-content/uploads/2020/12/PERKEMBANGAN-agama-hindu-
dari-India-ke-Indonesia.pdf

mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-hindu-dan-budha-ke-
indonesia

https://sma13smg.sch.id/materi/teori-masuknya-hindu-buddha-ke-indonesia/

https://malajah.baliprov.go.id/media/upanisad-sumber-filsafat-hindu/
#h5pbookid=14&section=top&chapter=h5p-interactive-book-chapter-402ed5fd-77f3-48a1-
828a-3b81fec9eed1

14

Anda mungkin juga menyukai