Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH HINDU DI INDONESIA

OLEH:

NAMA : NI NYOMAN SINDI MENTARI

NOMOR : 31

KELAS : XII TB 2

SMK N 1 TEGALLALANG

TAHUN AJARAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telahmemberi kelancaran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Selama proses penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini penyusun membawakan tema tentang
“MAKALAH SEJARAH HINDU DI INDONESIA”

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai sumber yang dapat membangun
sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik untuk nanti ke depannya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

2.1 Masuknya Agama Hindu ke Indonesia................................................................4

2.2 Penyebaran Agama Hindu di indonesia...............................................................4

2.3 Perkembangan Kerajaan Hindu Di Indonesia....................................................4

BAB III PENUTUP.....................................................................................................11

3.1 Kesimpulan........................................................................................................11

3.2 Saran..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan agama Hindu tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus,
di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan
Budha. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (kulit
putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban
Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan
mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai
suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga
Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria
sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian
sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa
Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa
Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan
kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida
yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang
merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa
Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang
disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah
asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/
Hindustan sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama
Hindu. Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai
Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik
bangsa Hindu).

Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:

1 Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.


2 Wisnu sebagai dewa pemelihara alam
3 Siwa sebagai dewa perusak
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti. Kitab suci agama Hindu
disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para
dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Mereka mengenal pembagian
masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.

1
a. Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari
para pendeta. Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan
punya peranan yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan.
Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk
agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
b. Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan
Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja
dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini memiliki
kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan
persembahan, dsb.
c. Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang
tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para
pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup
memiliki peran penting.
d. Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak.
Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak
kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan.
e. Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan
gelandangan.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria
sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut
dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta.
Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang
hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.

Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk
dalam golongan kaum Pariaseperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan
merupakan mayoritas penduduk India.

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana masuknya agama hindu di indonesia?
2 Bagaimana penyebaran agama hindu di indonesia?
3 Bagaimana perkembangan kerajaan hindu di indonesia?

1.3 Tujuan
1. Agar Siswa Lebih mengenal mengetahui masuknya agama hindu di indonesia
2. Agar Siswa Lebih mengenal mengetahui penyebaran agama hindu di
Indonesia
3. Agar Siswa Lebih mengenal mengetahui perkembangan kerajaan hindu di
indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Agama Hindu ke Indonesia


Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama Hindu
di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:

1 Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)

2 Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)

3 Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)

4 Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)

5 Teori Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)

Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia


adalah sebagai berikut.

2.2 Penyebaran Agama Hindu di indonesia


Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui
jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui
penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran
Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam
ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan
menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-
Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/
derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut
dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/
utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali
ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi.
Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan
upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan
upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya
beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat
di daerah tersebut.

2.3 Perkembangan Kerajaan Hindu Di Indonesia.


a. Kerajaan Kutai

3
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua
di Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya
pada hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Keberadaan kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai
prasasti yupa. Dengan palawa sebagai hurufnya,dan sansekerta sebagai bahasanya.
Pendirinya adalah Raja Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil
alih oleh putranya, Raja Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat,
kerajaan diambil alih oleh putra Raja Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.

Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah
menyumbangkan 20.00 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan
betapa dermawannya seorang Raja Mulawarman, oleh karena itu, dari sekian banyak
raja yang memimpin kerajaan Kutai, Raja Mulawarman lah yang paling terkenal.

Keruntuhan kerajaan Kutai Martadipura disebabkan oleh tewasnya raja terakhir Kutai
Martadipura yang kalah memperebutan kekuasaan dari kerajaan Kutai Kartanegara di
bawah pimpinan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Awalnya Kutai Kartanegara
merupakan bagian dari kerajaan Kutai Martadipura, namun karena perbedaan
kepercayaan, di mana Kutai Kartanegara menganut kepercayaan agama islam,
akhirnya perebutan kekuasaan pun terjadi dan berakhir dengan Kutai Kartanegara
sebagai pemenang.

b. Tarumanegara

Kerajaan dengan nama asli Tarumanagara ini terletak di daerah Bekasi, Jawa Barat
bagian utara. Raja yang paling terkenal adalah raja yang ke-3, yaitu Raja
Purnawarman. Keberadaan kerajaan hindu dengan aliran hindu wisnu ini diketahui
dengan ditemukannya beberapa prasasti yang menceritakan tentang keberhasilan-
keberhasilan kerajaan. Prasasti-prasasti tersebut antara lain:

a. Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di kebon kopi milik Jonathan Reck


b. Prasasti Tugu, ditemukan di daerah Bekasi, menceritakan tentang penggalian
Sungai Gomati oleh kerajaan Tarumanagara
c. Prasasti Cidanghiang, ditemukan di daerah Pandeglang
d. Prasasti Ciaruteun, ditemukan di aliran Sungai Ciampea, menggambarkan betapa
perkasanya seorang raja Purnawarman dengan telapak kaki besarnya yang terukir
di prasasti tersebut
e. Prasasti Muara Cianten, ditemukan di daerah Ciampea

4
f. Prasasti Jambu, ditemukan di daerah Nanggung, Bogor
g. Prasasti Pasir Awi, ditemukan di daerah Cieteureun

Selain ditemukannya peninggalan-peninggalan berupa prasasti, ternyata ditemukan


pula peninggalan berupa candi yang dikenal dengan sebutan Candi Jiwa, letaknya di
daerah Karawang.

Selain peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi, terdapat pula sumber-sumber
sejarah lain mengenai kerajaan ini seperti:

a. Fa hien, pada kitab Fa Kao Chi dari China

b. Dinasti Sui, tahun 528 dan 535 Masehi

c. Dinasti Tang, tahun 666 dan 669 Masehi

d. Naskah wangsakerta yang menceritakan tentang pendirian kerajaan


Tarumanegara

Akhir dari kerajaan ini disebabkan oleh keinginan Tarusbawa untuk membawa
kerajaan Tarumanagara kembali ke kerajaan Sunda, namun salah satu saudara
Tarusbawa yang bernama Galuh tidak setuju jika kerajaan Taruma kembali ke
kerajaan Sunda, akhirnya Galuh pergi dari kerajaan Taruma, dan kembali datang
untuk merebutnya kekuasaan kerajaan Sunda yang awalnya adalah kekuasaan
Kerajaan Tarumanagara, akhirnya kerajaan itu pun diubah menjadi Kerajaan Sunda
Galuh.

c. Mataram Kuno

Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal ini
disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung Merapi,
dan karena adanya peperangan dalam perebutan kekuasaan. Awalnya, pada abad ke-8
kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah, kemudian setelah Gunung Merapi
meletus pada abad ke-10, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.

Agama di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan
budha pada Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna.
Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya. Setelah Raja
Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama
Rakai Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran adalah Rakai
Warak, kemudian Rakai Warak digantikan oleh Rakai Garung (Samaratungga). Di

5
tengah-tengah pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, Datanglah keinginan Rakai
Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal sebagai Dinasti Sanjaya. Persaingan antara
Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Pikatan dengan Dinasti Syailendra yang
dipimpin Raja Samaratungga, membuat cita-cita Rakai Pikatan untuk menjadi
penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi pertikaian antar kedua dinasti.
Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti melalui pernikahan
politik antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari
Dinasti Syailendra. Namun, pernikahan antara Rakai Pikatan dengan
Pramodawardhani ternyata tidak membuahkan kedamaian, malah justru membuat
pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan Dinasti Syailendra semakin sengit.
Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil menguasai kerajaan
sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa melarikan diri ke
Palembang, Sumatra Selatan untuk kemudian mereka menjalankan sebuah kerajaan
bernama Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan
wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah
dewan penasehat yang juga jadi pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas
lima patih ini di antaranya adalah:

Ratu, Datu, Sri Maharaja

Rakryan Mahamantri I Hino

Mahamantri Halu & Mahamantri I Sirikan

Mahamantri Wko & Mahamantri Bawang

d. Rakryan Kanuruhan

Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian dilanjutkan oleh


Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
Dharmodaya Maha Dambhu sebagai Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja
Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman
perpecahan. Di masa pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur
pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri
atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang
didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan. Selain
struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti
yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan
Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan

6
Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja
sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu Daksa, yang pada masa
pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino,melakukan kudeta karena
merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa
digantikan oleh menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.

e. Kerajaan Kediri

Berdirinya Kerajaan Kediri berawal ketika Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan kecil
Wurawari berhasil meruntuhkan kerajaan Mataram Kuno lewat Peristiwa
Mahapralaya. Kekuasaan Kerajaaan Mataram Kuno diambil alih, dan nama Mataram
diubah menjadi Kediri. Kerajaan Kediri merupakan kerajaan turunan Ajiwuwari. Raja
pertamanya adalah Raja Sri Jayawarsha. Kemudian dilanjutkan oleh Raja
Bameswara. Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja,
diceritakan bahwa Raja Bameswara adalah keturunan pendiri Dinasti Isyana.
Kemudian Raja Bameswara digantikan oleh mertuanya, Jayabhaya. Pada masa
pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara ini diabadikan dalam bentuk
Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Punuluh. Jayabhaya
berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri berhasil
disatukan lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini diabadikan dalam
Prasasti Ngantang. Kemudian Raja Jayabhaya digantikan oleh Raja Sarweswara dari
Aryyeswara. Kemudian digantikan lagi oleh Raja Gandra. Pada masa
pemerintahannya, Gandra menyempurnakan struktur pemerintahan yang diwariskan
Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja Gandra, Kerajaan Kediri dipimpin oleh Raja
Kameshwara. Pemerintahan Kameshwara ditandai dengan pesatnya hasil karya sastra
Jawa. Pada masa pemerintahannya, cerita-cerita panji atau kepehlawanan banyak
dihasilkan. Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah Kertajaya atau Srengga. Pada
masa pemerintahannya, Kediri mulai mengalami masalah dan ketidakstabilan. Hal ini
karena Kertajaya berusaha membatasi dan mengurangi hak istimewa para kaum
Brahmana, kemudian di daerah Tumapel (sekarang Malang) muncul kekuatan baru di
bawah pimpinan Ken Arok. Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para Brahmana dari
wilayah Kediri menuju Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan
mengerahkan tentara Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara
pasukan Kertajaya dan Ken Arok terjadi di Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil
menghancurkan kekuasaan pasukan Kertajaya. Atas kekalahan ini, Kerajaan Kediri
memang seolah-olah telah runtuh, namun ternyata, secara perlahan kerajaan Kediri
masih berdiri dibawah pimpinan Raja Jayakatwang, meskipun keberadaan mereka di
bawah kekuasaan Kerajaan Singasari.

7
f. Kerajaan Singasari

Berdirinya Kerajaan Singasari, saling berkaitan erat dengan Kerajaan Kediri dan
Majapahit. Ketika Ken Arok menjabat sebagai prajurit di Tumapel, di Kerajaan
Kediri sedang berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana.
Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel karena merasa lebih nyaman
berada di Tumapel, akhirnya terjadilah pertempuran antara Kerajaan Kediri dengan
paukan akuwu Tumapel. Dalam pertempuran di Ganter, Kerajaan Kediri mengalami
kekalahan dan Raja Kertajaya meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan sebagian
wilayah Kerajaan Kediri dengan Tumapel, dan mendirikan Kerajaan Singasari,
dengan Tunggul Ametung sebagai rajanya. Ken Arok bergelar Sri Rangga Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur. Istri pertamanya bernama Ken
Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu,
Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Awalnya, Ken Arok hanyalah seorang anak desa
yang dilahirkan oleh seorang Ibu bernama Ken Nduk. Ia dididik oleh para penjahat di
lingkungan sekitarnya hingga dewasa, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi
seorang penjahat yang suka mabuk, mencuri, dan membunuh. Pada perjalan
hidupnya, ia bekerja sebagai seorang prajurit di daerah Tumapel, dan tertarik pada
Ken Dedes, istri komandan Tunggul Ametung. Timbul keinginan Ken Arok untuk
memperistri Ken Dedes. Singkat cerita, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul
Ametung dengan keris yang dibuat Mpu Gandring, kemudian ia pun segera
memperistri Ken Dedes. Setelah sekian lama, Ken Dedes akhirnya menceritakan
peristiwa pebunuhan suaminya tersebut kepada anaknya dari Tunggu Ametung,
Anusapati. Anusapati marah, dan berniat balas dendam, akhirnya Anusapati berhasil
membunuh Ken Arok dengan keris buatan Mpu Gandring yang telah digunakan Ken
Arok untuk membunuh ayah kandungnya. Panji Tohjaya, anak kandung Ken Arok
dengan Ken Umang mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya yang dilakukan
Tohjaya. Akhirnya dengan keris yang sama, Tohjaya berhasil membunuh Anusapati.
Ranggawuni, yang merupakan saudara dari Anusapati, mengetahui pembunuhan yang
dilakukan Tohjaya, akhirnya dengan keris yang sama, Ranggawuni membunuh
Tohjaya.Setelah kejadian bunuh membunuh berantai ini, akhirnya naik tahta lah Raja
Kertanegara sebagai raja yang terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia
mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan
Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala Mandala.
Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan
Melayu yang disebut sebagai Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut,
Kerajaan Melayu berhasil di taklukan. Peristiwa ini diabadikan pada alas patung
Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat).

g. Kerajaan Majapahit

8
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan hindu terakhir dan terbesar di Indonesia.
Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya, menantu dari Raja Teguh
Dharmawangsa (Kerajaan Mataram Kuno) yang sempat melarikan diri ke Madura
bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya.

Kerajaan Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik.Desa
itu merupakan pemberian dari Raja Jayakatwang dari Kediri atas kembalinya
menantu Raja Teguh Dharmawangsa (Raden Wijaya) dari Kerajaan Mataram Kuno
yang telah lama dikuasai Kerajaan Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan
dipercaya tidak bersalah atas kesalahan generasi atasnya.

Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal
dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk
menyerang Raja Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan
tidak mau tunduk pada Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja
Kertanegara beserta Kerajaan Singasari itu telah meninggal dan hancur dikalahkan
oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agama hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang hendak pergi
ke China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di Indonesia untuk menunggu
angin ke arah utara

Selama mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu

Lama kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan


Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Kerajaan Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di


Kalimantan Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman
sebagai Raja yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa

Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di Bekasi dengan Raja
Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal. Prasasti yang paling terkenalnya
adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya telapak kaki Raja Purnawarman yang
begitu besar

Kerajaan Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah dan sempat
dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya telah dijelaskan pada Teori Van
Bamellen. Pernah terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga) dengan
Dinasti Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat Pramodhawardani
melarikan diri ke Sumatra. Terdapat peristiwa bersejarah yang disebut Peristiwa
Mahapralaya di mana Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan Sriwijaya dengan
Kerajaan Wurawari ketika sedang diadakan pesta pernikahan

Kerajaan Kediri, adalah kerajaan yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno. Pernah terjadi pelarian kaum Brahmana ke wilayah Tumapel karena
mereka tidak dihargai di Kerajaan Kediri. Pelarian Brahmana tersebut membuat
Kerajaan Kediri mencetuskan peperangan dengan pasukan Tumapel dan menuai
kekalahan

Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah Tumapel yang
kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan dikuasai. Kerajaan ini
terkenal dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan
Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali

10
oleh Kerajaan Kediri yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan Kubilaikhan ke
Kerajaan ini.

Dengan berakhirnya kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan


hindu di Indonesia. Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam

3.2 Saran
Agar Siswa Lebih mengenal dan lebih tahu dalam sejarah perkembangan Agama
Hindu dan budha yang masuk ke Indonesia. Dan lebih memahami tentang peradaban
dan budaya

11
DAFTAR PUSTAKA
mustaqimzone.wordpress.com/2011/07/20/perkembangan-kerajaan-hindu-budha-di-
indonesia/

www.google.co.id/#q=masuknya+kerajaan+hindu+budha+di+indonesia+kelas+SMA
&hl=id&prmd=imvns&ei=kz8ZT7mGBNDqrQep8oCtDA&sqi=2&start=10&sa=N&
bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=76417af358131f0a&biw=1366&bih=588

www.google.co.id/imgresimgurl=http://sugionosejarah.files.wordpress.com/2011/10/
blitar2.jpg&imgrefurl=http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/15/kerajaan-
majapahit/&usg=__KByF88idkxbgY3wf0rQmXMukMn8=&h=350&w=336&sz=43
&hl=id&start=11&zoom=1&tbnid=FxdKvL4ZBlPk4M:&tbnh=120&tbnw=115&ei=j
fobT8yvC4jPrQfugo3nDQ&prev=/search%3Fq%3Dpeninggalan%2Bkerajaan
%2Bmajapahit%26hl%3Did%26sa%3DX%26biw%3D1366%26bih%3D631%26tbm
%3Disch%26prmd%3Dimvns&itbs=1

12

Anda mungkin juga menyukai