Anda di halaman 1dari 4

A.

SEJARAH AGAMA HINDU & BUDDHA

1. Agama Hindu

Agama Hindu diperkirakan muncul di India antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM (ada
yang mengatakan sekitar tahun 1500 SM). Agama ini tumbuh karena terjadinya
percampuran kebudayaan antara bangsa Arya dan bangsa Dravida. Arya dan Dravida
merupakan nama dari suatu suku bangsa dalam peradaban lembah Sungai Indus. Keduanya
sama-sama tinggal di India. Bangsa Dravida merupakan suku asli India, sedangkan bangsa
Arya adalah pendatang.

Perkembangan agama Hindu di India pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase,
yaitu:

a. Zaman Weda (1500 SM)


Zaman ini dimulai ketika bangsa Arya berada di lembah Sungai Indus, setelah
mendesak bangsa Dravida, bangsa Arya memiliki peradaban yang tinggi. Mereka
menyembah dewa-dewa. Dewa tertinggi yang mereka anggap sebagai penguasa
alam semesta mereka sebut TRIMURTI, terdiri dari Brahma (pencipta alam), Wisnu
(pemelihara alam), dan Siwa (dewa perusak alam dan dewa kematian). Walaupun
banyak, semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Esa yang
disebut sebagai Brahman. Jadi, agama Hindu adalah agama monoteistis, bukan
politeistis.
Weda, kitab suci agama Hindu dan umat Hindu meyakini bahwa isi Weda
sebagai kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Pada Zaman ini pula, masyarakat
dibagi atas empat kasta, antara lain:
1) Brahmana ulama dan pendeta)
2) Kesatria (raja, bangsawan, panglima, dan tentara)
3) Waisya (pedagang)
4) Sudra (Pelayan Semua golongan di atasnya)
Ada pula orang-orang yang dianggap berada di luar kasta, yaitu golongan
Paria (pengemis dan geladangan).
b. Zaman Brahmana (1000 – 750 SM)
Pada zaman ini, kekuasaan kaum Brahmana amat besar dalam kehidupan
keagamaan. Merekalah yang mengantarkan persembahan umat kepada para dewa.
Pada zaman itu pula, mulai disusun tata upacara keagamaan yang teratur dalam
sesuatu yang kemudian disebut Kitab Brahmana. Weda menjadi pedoman dalam
penyusunan tata cara upacara agama ini.
c. Zaman Upanisad (750 – 500 SM)
Pada zaman ini, yang dipentingkan tidak hanya upacara dan sesaji saja, tetapi
lebih dari pada itu, yaitu pengetahuan batin yang lebih tinggi. Zaman ini adalah
zaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang
berfilsafat atas dasar Weda.
d. Zaman Buddha (500 SM – 300 M)
Zaman ini dimulai ketika putra Raja Suddhodana yang bernama Siddharta
menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi
sebagai jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

2. Agama Buddha

Agama Buddha adalah perkembangan lebih lanjut dari agama Hindu. Buddha,
sebenarnya adalah sebutan bagi seseorang yang telah memperoleh pencerahan. Hal
tersebut sesuai dengan asal kata Buddha yang berasal dari bahasa India berarti sejati.
Awalnya, Buddha bukanlah agama, melainkan ajaran dari seseorang yang telah memperoleh
pencerahan bernama Siddartha Gautama.

Pangeran Siddartha adalah anak raja yang beragama Hindu bernama Suddhodana.
Sebagai anak raja ia dilimpahi kemewahan. Pangeran ini diramal oleh para pertapa akan
menjadi seorang Buddha. Sehingga raja takut tidak ada yang akan mewarisi takhta. Untuk
mencegah terjadinya ramalan itu, para pertapa menyarankan agar sang Pangeran jangan
sampai melihat situasi, yakni orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Itu
berarti ia tidak diperkenankan keluar istana.

Suatu hari, pada usianya yang ke-29, Siddharta menyelinap keluar dari istana, ditemani
seorang kusir. Dalam perjalanan ia bertemu pengemis, orang tua, orang sakit, dan orang
meninggal. Hal tersebut adalah pengalaman yang tak pernah ia jumpai sebelumnya dan
menimbulkan pertanyaan mengapa semua itu terjadi ? apakah yang dapat membebaskan
manusia dari semuanya itu?. Untuk mencari jawabannya, ia memutuskan untuk keluar dari
istana dan berkelana sebagai pertapa.

Suatu saat, ketika beristrahat di bawah pohon ia menemukan jawabannya bahwa itu itu
merupakan sebuah pengalaman yang dilukiskan sebagai pencerahan dan kesadaran
sempurna. Buddha menemukan bahwa hidup adalah penderitaan (ketikpuasan).
Penderitaan atau pengalaman ketidakpuasan itu disebabkan oleh nafsu keinginan
(keserakahan), ketidaksukaan (kebencian), dan kebodohan (kegelapan, kurangnya
kebijaksanaan). Ada keadaan damai, yakni tidak ada penderitaan yang disebut sebagai
Pencerahan atau Nirwana. Melalui pencerahan, manusia bisa bebas dari penderitaan.
Namun, pencerahan itu dapat dicapai hanya melakukan dan menghadapi delapan jalan
mulia (delapan jalan kebenaran), yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar,
Perilaku Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi
Benar.

Sepeninggal Buddha, para penganutnya menyebarkan ajarannya dan lahirlah agama


Buddha dengan kitab sucinya yakni Tripitaka. Agama ini juga berkembang pesat di India di
bawah Raja Ashoka yang semula ia bergama Hindu. Ia menyebarkan banyak pendeta
Buddha ke seluruh wilayah kekuasaannya, bahkan sampai diluar wilayah kerajaan.
Sebelum kedatangan kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia menganut
kepercayaan tradisional berupa penghormatan terhadap roh leluhur, kekuaran alam
semesta, dan benda-benda tertentu (animisme dan dinamisme). Pengaruh Hindu-Buddha
membuat kepercayaan animisme dan dinamisme beralih ke kepercayaan kepada dewa-
dewi.

B. TEORI MASUKNYA AGAMA & KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

Indonesia adalah negara kepulauan yang letaknya strategis karena berada di jalur
pelayaran yang menghubungkan negara-negara Barat dan Timur. Berlabuhnya kapl-kapal
dagang dari berbagai bangsa membuat masyarakat Indonesia tidak dapat mengindar dari
pengaruh luar.

Hubungan dagang antara Indonesia dan India terjadi sejak tahun 1 M. Hubungan
perdagangan ini diikuti pula oleh hubungan kebudayaan, seperti agama, sistem
pemerintahan, sosial, dan budaya sehingga terjadi percampuran kebudayaan di antara dua
bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa Indonesia mengenal agama Hindu dan
Buddha.

Ada beberapa teori (hipotesis) terkait proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu
dan Buddha ke Indonesia, antara lain:

1. Teori Waisya
- Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi
terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Golongan
terbesar yang datang ke Indonesiia adalah para pedagang India (kasta waisya).
Mereka bermukim di Indonesia. Selanjutnya, mereka aktif melakukan hubungan
sosial, tidak saja dengan masyarakat Indonesia secara umum, tetapi juga dengan
pemimpin kelompok masyarakat. Lewat interaksi itu, mereka menyebarkan dan
memperkenalkan agama dan kebudayaan mereka.
- Teori Waisya ini diragukan kebenarannya. Jika para pedagang yang berperan
terhadap penyebaran kebudayaan, pusat-pusat kebudayaan mestinya hanya
terdapat di wilayah perdagangan, seperti di pelabuhan atau pusat kota yang ada
di dekatnya. Kenyataannya, pengaruh kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di
wilayah pedalaman, dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu
di pedalaman Pulau Jawa.
2. Teori Kesatria
- Menurut teori yang dikemukakan F.D.K Bosch ini, pada masa lampau, di India,
sering terjadi perang antargolongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh
menghadapi perang lantas meninggalkan India. Rupanya, di antara mereka, ada
pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula,
terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Kelemahan teori ini adalah
tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonisasi oleh para kesatria
India.
3. Teori Brahmana
- Menurut teori yang dikemukakan oleh J.C. van Leur ini, para Brahmana datang
dari India ke Indonesia atas undangan pemimpin suku dalam rangka melegitimasi
kekuasaan mereka sehingga setaraf dengan raja-raja di India. Teori ini didasarkan
pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu di Indonesia, terutama prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta dan huruf
Pallawa. Di India, bahasa dan huruf itu hanya digunakan dalam kitab suci Weda
dan upacara keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan
menguasainya.
- Teori ini pun diragukan kebenarannya. Alasannya, kendati benar hanya para
Brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, para pendeta Hindu itu
pantang menyebrangi lautan.
4. Teori Arus Balik
- Menurut teori yang dikemukakan oleh G. Coedes ini, berkembangnya pengaruh
dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri. Bangsa
Indonesia mempunyai kepentingan untuk datang dan berkunjung ke India,
seperti mempelajari agama Hindu dan Buddha. Sekembalinya dari India mereka
membawa pengetahuan tentang agama dan kebudayaan di India.
- Banyak orang yang lebih meyakini teori arus balik masih memerlukan banyak
bukti lagi untuk memperkuat kebenarannya. Sementara itu, sekitar abad ke V,
agama Buddha mulai dikenal di Indonesia. Pada akhir abad V, seorang biksu
Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa
Tengah sekarang. Pada akhir abad VII, I Tsing, peziarah Buddha dari Tiongkok,
berkunjung ke pulau Sumatra. Kala itu disebut Swarnabhumi, tepatnya di
Kerajaan Sriwijaya. Ia menemukan bahwa ajaran Buddha diterima luas oleh
rakyat, dengan Sriwijaya sebagai pusat penting pembelajaran ajaran Buddha.
- Pada pertengahan abad VIII, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja
Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddha. Mereka membangun
berbagai monumen Buddha di Jawa, seperti Candi Borobudur. Monumen ini
selesai dibangun awal abad IX.

Anda mungkin juga menyukai