Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KEBUDAYAAN INDIA DI INDOENSIA

A. Agama Hindu-Buda dan Pengaruhnya Di Indonesia


Sejarah Agama Hindu diawali dari kedatangan bangsa Arya dari Asia tengah
(iran/persia/afganistan) pada tahun 1500 S.M. ke daerah lembah sungai Indus dan
mendesak penduduk asli yaitu suku Dravida. Bangsa Arya bergerak terus dan
menyebar ke arah tenggara dan memasuki daerah sungai Gangga dan Yamuna. Di
daerah tersebut terjadilah asimilasi budaya yang akhirnya melahirkan kebudayaan
Hindu. Kata Hindu berasal dari kata Sindu/Sind. Kebudayaan Arya dan Dravida telah
menyatu, dilafalkan dalam bahasa persia sebagai Hindi, dan Orang latin/Yunani
menamainya Indi/India.
Kepercayaan bangsa Hindu adalah Polytheisme (menyembah banyak Tuhan/
dewa). Namun pada dasarnya mereka menyembah 3 dewa utama yang disebut
Trimurti, yaitu : Brahmana (pencipta alam semesta), Wisnu (pemelihara alam), dan
Shiwa (menguasai kematian ,kehancuran dan peleburan). Kitab yang dibuat oleh para
resi (Mahaguru) bangsa Hindu dinamakan Weda/Veda. Yang terdiri dari Reg weda,
Samaweda, Yay(j)urweda, Atharweda. Intinya berupa syair-syair atau doa-doa serta
pujian pada sanghyang widi. Ajarannya yaitu manusia dalam keadaan samsara
sebagai akibat perbuatan pada masa lalunya, untu itu manusia harus berreinkarnasi
untuk memperbaiki hidup dan mencapai Moksa dan masuk nirwana.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4
fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.
Masyarakat Hindu menganut system Kasta, masyarakat dibagi dalam lima tingkatan.
1. Brahmana : Para pemimpin agama/ biksu
2. Ksatria : Para raja dan bangsawan
3. Waisya : Para pengusaha /pedagang
4. Sudra : Para petani dan pekerja kasar
5. Paria :Gelandangan, pengemis dsb.(orang orang yang hina)
Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa,
menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah
mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah
sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat
hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya
penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah
Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi. Setelah mendesak
bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya
telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni,
Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun
semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan
yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang
disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya,
Vaisya dan Sudra. Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar
pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan
orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai
tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana adalah
kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara
Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat
Kitab Suci Weda. Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya
terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan
bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman
Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu
jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat
yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa
dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Pada Jaman Budha, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta",
menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi,
sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui
beberapa cara. Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan
terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya
sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan
perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang,
termasuk pedagang India.
Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor
kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang
akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di
Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb. Transfer
kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya prasejarah setelah
tahun 500 SM. Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika
dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina; sejak awal abad 1 M. Hubungan
dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan.
Dengan masuknya budaya India, penduduk nusantara secara berangsur-angsur
memeluk agama Hindu dan Budha diawali oleh lapisan elit para datu dan
keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak
yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang.
Kepercayaan itu antara lain.
1. Animisme : Keyakinan adanya berbagai roh yang menempati alam sekeliling
tempat tinggalnya. Tingkatan tinggi dari animisme adalah pemujaan kepada roh
para leluhur. Dinamisme : Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib yang luar
biasa pada benda-benda tertentu : rambut, kepala, batu, akik, dan lain-lain.
2. Totemisme : Kepercayaan kepada binatang sebagai lambang nenek moyang.
3. Animatisme : Kepercayaan bahwa benda / pohon tertentu berjiwa dan berfikir
seperti manusia : keris, pohon beringin, dan lain-lain
4. Fetisisme : Kepercayaan adanya jiwa dalam benda-benda tertentu.
Dalam perkembangan, agama Hindu-Budha berpadu menjadi agama Siwa
Budha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan kepercayaan-
kepercayaan asli nusantara.
B. Proses Pengaruh Kebudayaan India ke Indonesia
Berikut ini beberapa hipotesis tentang proses masuknya Agama Hindu ke Indonesia:
1. Hipotesa Brahmana oleh J.C.Van Leur: Van Leur berpendapat bahwa hal ini
terjadi akibat kontak dengan India melalui jalur perdagangan, yang menyebabkan
keinginan bangsa Indonesia untuk berhadapan langsung dengan orang India dan
untuk meningkatkan keadaan negerinya sehingga mereka mengundang brahmana
untuk mengajar. Atas hipotesa ini Bosch berpendapat: bahwa golongan
cendikiawanlah yang dapat menyampaikannya kepada bangsa Indonesia,
golongan tersebut disebutnya “clerks” dan untuk proses tersebut ia mengusulkan
istilah “penyuburan” dan istilah “arus balik”.
2. Hipotesa perdagangan oleh H.J.Kroom : Kroom berpendapat bahwa yang
memiliki peran untuk masuknya kebudayaan india ke indonesia adalah kasta
Waisya atau para pedagang, mereka yang kemudian menetap dan memegang
peranan penyebaran kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa di
Indonesia serta adanya kemungkinan perkawinan dengan orang-orang pribumi.
Atas hipotesa ini Van Leur berpendapat : kedudukan Wiasya tidak berbeda
dengan rakyat biasa, sehingga hubungan mereka dengan penguasa hanyalah
hubungan dagang biasa saja, tidak untuk menyebarkan kebudayaan India.
Sedangkan Bosch berpendapat : bahwa yang menyebarkan kebudayaan haruslah
orang yang pandai, di Indonesia golongan pedagang tidak diperkenankan untuk
mempelajari kitab weda.
3. Hipotesa Ksatria oleh F.D.K.Bosch: Bosch berpendapat bahwa golongan
Ksatrialah yang paling banyak datang ke Indonesia karena adanya migrasi besar-
besaran kasta Ksatria, hal ini disebabkan karena sering terjadinya perang di India
waktu itu, serta dibarengi oleh penaklukan daerah-daerah oleh kasta Ksatria. Atas
hipotesa ini Kroom berpendapat : bahwa peranan bangsa Indonesia dalam
pembentukan budaya Indonesia hindu sangat penting. Hal ini tidak mungkin jika
bangsa Indonesia berada dibawah tekanan kasta Ksatria. Sedangkan Van Leur
berpendapat : jika ada penaklukan pasti ada catatan, namun hal ini tidak ada,
kolonisasi juga menyebabkan perpindahan unsur dari masyarakat asal, namun di
Indonesia kebudayaannya berbeda dengan di India.

Hipotesis lain mengatakan sebagai berikut.


1. Hipotesis Waisya, dikatakan N.J.Krom bahwa Agama Hindu dibawa oleh para
pedagang India yang melakukan aktivitas dagang ke Indonesia yang kemudian
melakukan koloni dengan penduduk asli dan menyebarkan agama serta budaya
India
2. Hipotesis Ksatria oleh Moekerjee, bahwa para prajurit India yang melakukan
penaklukan di berbagai kawasan termasuk Indonesia dan melakukan penyebaran
budaya India.
3. Hipotesis Brahmana, disebutkan Prof.Dr.F.D.K.Bosch bahwa kaum brahmana
yang datang ke Indonesia melakukan penyebaran agama Hindu ke Indonesia dan
melakukan interaksi dengan penduduk asli.
4. Hipotesis Arus Balik, dinyatakan bahwa terdapat penduduk asli(pelajar)
Indonesia yang melakukan perjalanan ke India belajar mengenai kebudayaan
india dan kembali ke Indonesia kemudian menyebarkan budaya tersebut.
Setelah mempelajari keempat hipotesis tentang masuknya budaya Hindu ke Indonesia,
mana di antara keempatnya yang menurut anda lebih mendekati kebenaran?
Sampaikan alasan yang mendukung pendapat anda.

C. Pengaruh Kebudayaan India di Indonesia


Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang.
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima
di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam
kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa
mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
a. Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk
stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi
sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang
telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan
tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di
perabukan. Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di
perabukan. Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara
diperabukan. Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang
mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai
perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan
roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di
Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat
pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi
Borobudur.

b. Seni Rupa, Dan Seni Ukir.


Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief
atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh:
relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan
riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan
lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk
perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa
Indonesia pada masa itu.
c. Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia
meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan
hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

d. Aksara/Tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-
prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan
dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf
Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta
tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti
Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
e. Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan
pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno
umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan
(tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita
lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta
uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah
Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para
pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan
Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari
kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang
kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat
mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi
wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh
pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem
pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu
desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau
kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang
senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu ,
termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang
berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan
kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah
atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil
rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai
lambang nenek moyang yang didewakan.

3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman
yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka
unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan
dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan
hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga
diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu
sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada
sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia
distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai
mengenal sistem kasta)

4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal
dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan
benda-benda besar (animisme dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan
Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama
Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan
agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang.
Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

Sumber : https://dewankebudayaan.blogspot.co.id/2016/07/pengaruh-kebudayaan-india-di-
indoensia.html

Anda mungkin juga menyukai