Anda di halaman 1dari 36

Pengaruh Agama dan

Kebudayaan Hindu-
Buddha di Inonesia
Kelompok 1
Nama Kelompok
-

Ervan Marchell Suy(07)


Gusti Ngurah Widya Pramana Putra(09)
I Gusti Bagus Putra Yogiswahyana (14)
I Nyoman Riski Juniarsa(22)
I Putu Arya Widya Prananta(23)
Kadek Arya Wiguna(27)
Pande Made Dameza Rafigada Arya Dewa
Pembahasa Materi
A Sejarah Agama
Hindu dan
Buddha
B Teori Masuknya
Agama dan
Kebudayaan Hindu
dan Buddha di
Indonesia

C Kerajaan-kerajaan
Hindu Buddha di
Indonesia
D Berakhirnya
Kerajaan-Kerajaan
Hindu Buddha

E Bukti-bukti Pengaruh Hindu dan Budda


dalam Masyarakat yang Masih Ada hingga
Kini
Sejarah Agama
Hindu dan Buddha !
1. Agama Hindu
Agama Hindu diperkirakan muncul di India antara tahun 3102 SM sampai
1300 SM (ada yang mengatakan sekitar tahun 1500 SM).alam perkembangan
selanjutnya, terjadi percampuran antara kebudayaan bangsa Arya dan bangsa
Dravida yang menghasilkan kebudayaan Hindu. Perkembangan agama Hindu di
India pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase, yakni zaman Weda, zaman
Brahmana, zaman Upanisad, dan zaman Buddha.
A. Zaman Weda (1500 SM)
Zaman ini dimulai ketika bangsa Arya berada di Punjab Bangsa Arya telah memiliki
peradaban tinggi. Walaupun banyak, semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang
Maha Esa (disebut Brahman). Weda termasuk dalam golongan Sruti, secara harfiah berarti " karena
umat Hindu meyakini isi Weda sebagai (Tuhan). "yang didengar kumpulan wahyu dari Brahman
Pada zaman ini pula, masyarakat dibagi brahmana (ulama dan pendeta), kesatria (raja, bangsawan,
panglima, dan tentara), waisya (pedagang), dan sudra (pelayan semua golongan di atasnya). Ada
pula orang-orang yang dianggap berada di luar kasta, yaitu golongan paria (pengemis dan
gelandangan)

B. Zaman Brahmana (1000-750 SM)


Pada zaman ini, kekuasaan kaum brahmana amat besar dalam kehidupan
keagamaan. Merekalah yang mengantarkan persembahan umat kepada para dewa. Pada zaman
ini pula, mulai disusun tata cara upacara keagamaan yang teratur dalam sesuatu yang
kemudian disebut Kitab Brahmana. Weda menjadi pedoman penyusunan tata cara upacara
agama ini.
C. Zaman Upanisad (750-500 SM)
Pada zaman ini, yang dipentingkan tidak hanya upacara dan sesaji saja, tetapi lebih
daripada itu, yaitu pengetahuan batin yang lebih tinggi. Zaman ini adalah zaman pengembangan
dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar Weda.

D. Zaman Buddha (500 SM-300 M)


Zaman ini dimulai ketika putra Raja Suddhodana yang bernama Siddharta menafsirkan
Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi sebagai jalan untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan.
2. AGAMA BUDDHA
Buddha adalah sebutan untuk orang yang mencapai pencerahan. Awalnya, Buddha bukanlah
agama, melainkan ajaran dari Siddartha Gautama, seorang pangeran Hindu. Ramalan bahwa
Siddartha akan menjadi Buddha membuat sang raja khawatir, sehingga Siddartha keluar dari istana
untuk mencari jawaban tentang penderitaan manusia. Setelah menemukan pencerahan, Siddartha
mengajarkan bahwa hidup adalah penderitaan, tetapi melalui pencerahan, manusia bisa bebas dari
Penderitaan dan mencapai Nirwana. Pada usia 29, Siddharta keluar dari istana, mencari jawaban
tentang penderitaan manusia. Setelah pengalaman tersebut, dia menemukan Pencerahan dan
menyadari bahwa hidup adalah menderita. Namun melalui Pencerahan, manusia bisa mencapai
Nirwana dan terbebas dari penderitaan.
Teori Masuknya Agama dan
Kebudayaan Hindu dan Buddha di
Indonesia
-

Indonesia adalah negara kepulauan yang letaknya strategis karena berada di jalur
pelayaran yang menghubungkan negara-negara Barat dan Timur. Berlabuhnya kapal-
kapal dagang berbagai bangsa membuat masyarakat Indonesia tidak dapat
menghindar dari pengaruh luar.Hubungan dagang antara Indonesia dan India terjadi
sejak tahun 1 M. Hubungan perdagangan ini diikuti pula oleh hubungan kebudayaan,
seperti agama, sistem pemerintahan, sosial, dan budaya sehingga terjadi percampuran
kebudayaan di antara dua bangsa tersebut. Hubungan itu membuat bangsa Indonesia
mengenal agama Hindu dan Buddha.
1.TEORI WAISYA
Teori ini dikemukakan oleh J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi
terbesar datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Golongan
terbesar yang datang ke Indonesia adalah para pedagang India (kasta waisya). Teori
waisya diragukan kebenarannya. Jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran
kebudayaan, pusat-pusat kebudayaan mestinya hanya terdapat di wilayah perdagangan,
seperti di pelabuhan atau di pusat kota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, pengaruh
kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, dibuktikan dengan adanya
kerajaan- kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Pulau Jawa.

2. TEORI KESATRIA
Menurut Teori Kesatria, yang dikemukakan F.D.K Bosch, pada masa lampau,
di India, sering terjadi perang antargolongan. Rupanya, di antara mereka, ada pula yang
sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan
koloni-koloni baru sebagai tempat
3. TEORI BRAHMANA
Teori ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan- kerajaan
bercorak
- Hindu di Indonesia, terutama prasasti-prasasti berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Di
India, bahasa dan huruf itu hanya digunakan dalam kitab suci Weda dan upacara keagamaan, dan
hanya golongan brahmana yang mengerti dan menguasainya Alasannya , kendati benar hanya para
brahmana yang dapat membaca dan menguasai Weda, para pendeta Hindu itu pantang menyeberangi

4.TEORI ARUS BALIK


Menurut G. Coedes ini, berkembangnya pengaruh dan kebudayaan India ini dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia mempunyai bu kepentingan untuk datang dan berkunjung ke
India, seperti mempelajari agama Hindu dan Buddha. Banyak orang lebih meyakini teori arus balik
masih Sementara itu, sekitar abad V, agama Buddha mulai dikenal di Indonesia. Pada akhir abad V,
seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa
Tengah sekarang. Pada akhir abad VII, I Tsing, peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke Pulau
Sumatra, kala itu disebut Swarnabhumi, tepatnya di Kerajaan Sriwijaya. Mereka membangun
berbagai monumen Buddha di Jawa, seperti Candi Borobudur, yang selesai dibangun awal abad IX
C.Kerajaan-kerajaan Hindu
Buddha di Indonesia
1. KERAJAAN KUTAI
a. LOKASI DAN SUMBER SEJARAH
Kerajaan Kutai Didirikan sekitar abad IV di Kalimantan Timur, Indonesia. Bukti keberadaannya berasal
dari prasasti berbahasa Sanskerta yang ditulis dalam huruf Pallawa, ditemukan antara tahun 1879 dan 1940 di
daerah hulu Sungai Mahakam. Prasasti ini mengungkapkan bahwa raja Kutai saat itu adalah Mulawarman, dengan
salah satu putranya, Sang Mulawarman, yang merupakan sosok yang berperadaban baik, kuat, dan berkuasa.
Meskipun kerajaan ini berada di india, prasasti tersebut menunjukkan pengaruh kuat dari India pada abad ke-IV
dalam gaya bahasa dan ciri tulisannya.

b. KEADAAN MASYARAKAT DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


Pada zaman Kerajaan Kutai, ada nama Kudangga yang dianggap sebagai nama asli Indonesia. Kudangga
memiliki putra bernama Aswawarman, pendiri dinasti Kutai. Aswawarman memiliki putra bernama Mulawarman.
Mereka adalah raja Kutai yang beragama Hindu dan merupakan orang Indonesia asli. Di masa Kerajaan Kutai, mulai
ada kebiasaan menulis di atas batu, mewarisi tradisi megalitik sebelum pengaruh Hindu, menciptakan perpaduan
budaya antara Hindu dan budaya asli Indonesia.
2. KERAJAAN TARUMANAGARA
a. Lokasi dan Sumber Sejarah

- Kerajaan Tarumanagara, yang berlokasi di Jawa Barat, adalah kerajaan Hindu tertua. Ini dibuktikan
melalui berbagai prasasti di sekitar Bogor, Jakarta, dan Banten. Kerajaan ini diperkirakan ada sejak abad ke-5,
sezaman dengan Kerajaan Kutai. Raja Purnawarman adalah pemimpinnya, dan mereka memiliki hubungan dagang
dengan Tiongkok pada tahun 528, 538, 665, dan 666 M. Nama "Taruma" berasal dari kata "tarum," yang berarti
nila, dan masih dapat ditemukan dalam nama sungai Citarum. Wilayah kekuasaannya mencakup hampir seluruh
Jawa Barat, dari Banten hingga Cirebon.

b. Kondisi Sosial dan Politik


Cap telapak kaki dalam prasasti menggambarkan kekuasaan Raja Purnawarman di Kerajaan Tarumanagara.
Raja dianggap sebagai pemelihara rakyat seperti Dewa Wisnu. Prasasti Kebon Kopi mencatat pembuatan saluran
air oleh Raja Purnawarman dalam waktu singkat, yang disamakan dengan gajah Airawata. Dari prasasti-prasasti ini,
kita dapat mengetahui bahwa pada masa itu, Jawa Barat memiliki kerajaan besar yang makmur dengan penduduk
yang mengandalkan pertanian. Pada akhir pemerintahan raja terakhir Tarumanagara, Linggawarman (memerintah
666-669 M), kerajaan ini terpecah menjadi dua: Kerajaan Sunda di bawah Tarusbawa dan Kerajaan Galuh di bawah
Wretikandayun, keduanya dulunya merupakan kerajaan bawahan Tarumanagara. Kemudian, di bawah
kepemimpinan Sanjaya, kedua kerajaan ini dipersatukan kembali pada tahun 732 M. Sanjaya kemudian mendirikan
Kerajaan Mataram Kuno, sementara wilayah lain dibagi di antara dua putranya yang merupakan hasil
perkawinannya dengan putri Tarusbawa.
-

3. Kerajaan Pajajaran (Sunda)


a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Pakuan Pajajaran adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sunda yang berdiri di wilayah barat Pulau
Jawa selama beberapa abad (abad VII-XVI). Wilayah kerajaan ini mencakup Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat,
sebagian Jawa Tengah, dan bahkan bagian selatan Pulau Sumatra. Pakuan Pajajaran terletak di Bogor, Jawa Barat.
Kerajaan ini menganut agama Hindu dan Buddha, dan pada abad XIV, menjadi pusat pemerintahan di Pakuan
Pajajaran dengan dua pelabuhan utama di Sunda Kalapa dan Banten. Informasi ini terungkap melalui penemuan
Prasasti Canggal (732 M) yang mencatat nama Sanjaya dan dalam kitab Carita Parahyangan serta naskah Bujangga
Manik yang memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad XV hingga awal abad
XVI.
b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan
Sunda awalnya di bawah kekuasaan Tarumanagara. Putri Tarumanagara menikah dengan Sunda, memicu
pemberontakan dan berdirinya Kerajaan Galuh. Sunda dan Galuh menjadi dua kerajaan terpisah, tetapi Sanjaya,
dengan bantuan Tarusbawa, merebut takhta Galuh. Sanjaya, putra Sanna, menikahi putri Tarusbawa,
mengukuhkan hubungan antara Sunda dan Galuh. Setelah Tarusbawa wafat, Sanjaya menyatukan kembali Sunda
dan Galuh. Prasasti Sang Hyang Tapak (tahun 1030 M) mencatat pemerintahan Maharaja Sri Jayabhupati di
Prahajyan Sunda, menegaskan penyatuan Sunda dan Galuh di bawah kekuasaan Sanjaya.
4 Kerajaan Melayu
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Lokasinya strategis pelabuhan perdagangan yang menghubungkan India dan Tiongkok. Sumber sejarah
Kerajaan Melayu berasal dari Tiongkok dan Kitab Nagarakertagama pada pupuh XII bait 1 menyebutkan nama-nama negeri
yang berada dalam perlindungan Majapahit, salah satunya Kerajaan Melayu. Berita dalam sejarah Dinasti Tang (618-906 M),
misalnya, mencatat tentang datangnya utusan dari Mo-lo-yeu pada tahun 644 M dalam rangka hubungan dagang dengan
membawa hasil bumi sebagai perkenalan. Disebutkan juga berdirinya beberapa kerajaan lain di Sumatra, seperti To- lang-po-
hwang (Tulangbawang), Mo-lo-yeu (Melayu), dan Che- li-fo-che (Sriwijaya). Seorang pendeta Buddha bernama I-Tsing
pada tahun 671 M melakukan perjalanan dari Kanton (Tiongkok) Pada tahun 685 M, I-Tsing kembali lagi ke Sriwijaya dan
menerjemahkan beberapa kitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tiongkok. Saat kembali lagi ke
Sriwijaya tahun 692 M, Kerajaan Melayu tidak ada lagi karena telah ditaklukkan Sriwijaya (sekitar tahun 692 M).

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Seorang pendeta Buddha bernama Dharmapala pernah didatangkan secara khusus dari India untuk
mengajarkan agama ini. Sekitar tahun 692 M, kerajaan ini ditaklukkan Sriwijaya. Sampai abad XII, tidak ada lagi keterangan
sedikit pun tentang kerajaan ini (Melayu). Di Jawa tidak mau tunduk pada Sriwi Jawa" adalah Kerajaan Tarumanag Kedukan
Bukit yang berangka ta Sekitar tahun 1275, kerajaan ini pulih kembali (pusatnya di Dharmasraya) dengan menguasai
Sriwijaya serta perdagangan diSelat Malaka. Menurut kitab Nagarakertagama, Raja Kertanagara dari Singasari melancarkan
Ekspedisi Pamalayu yang diikuti pengiriman Arca Amoghapasa pada tahun 1286 sebagai hadiah kepada Maharaja Melayu
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Hingga tahun 1347 M, Adityawarman memperluas wilayah kerajaannya sampai
Pagaruyung, Sumatra Barat.
5. Kerajaan Sriwijaya
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Sriwijaya adalah kerajaan maritim bercorak Buddha di Pulau Sumatra. Namanya bermakna "kemenangan yang
gemilang." Meskipun lokasinya tidak diketahui secara pasti, kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-7. I Tsing, seorang pendeta
Tiongkok, melaporkan bahwa Sriwijaya adalah pusat pembelajaran agama Buddha. Prasasti tertua adalah Kota Kapur pada tahun 686
-
M. Lokasinya yang strategis di jalur perdagangan antara India dan Tiongkok membantu Sriwijaya tumbuh menjadi kerajaan maritim
penting di Sumatra. Kerajaan ini mengendalikan perdagangan hasil bumi seperti kemenyan, lada, damar, penyu, logam berharga, dan
gading gajah. Sriwijaya menaklukkan beberapa wilayah, seperti Ligor, Tanah Genting Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda,
menjadikannya kerajaan bawahan. Pada akhir abad ke-9, Sriwijaya menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, mencapai
zaman keemasan di bawah Raja Balaputradewa pada pertengahan abad ke-9. Sriwijaya menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan
India dan Kekaisaran Tiongkok. Kerajaan ini menguasai jalur-jalur perdagangan kunci seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung
Melayu, dan Tanah Genting Kra.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Sriwijaya berperan penting dalam perdagangan antara India dan Tiongkok berkat lokasinya yang strategis. Mereka
memperdagangkan kemenyan, lada, damar, penyu, logam berharga, dan gading. Sriwijaya menaklukkan wilayah-wilayah seperti Ligor,
Tanah Genting Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda, menjadikannya kerajaan bawahan. Pada akhir abad ke-9, mereka
mengendalikan seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara. Raja Balaputradewa memimpin Sriwijaya ke puncak kejayaan di
pertengahan abad ke-9 dan menjalin hubungan dengan India, Tiongkok, serta menjadi pusat agama Buddha. Namun, pada abad ke-12,
Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan dari Kerajaan Medang Kamulan di bawah Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M,
yang meskipun tidak berhasil sepenuhnya, melemahkan Sriwijaya. Sriwijaya diserang oleh Colamandala dari India pada 1023 M dan
1030 M, mungkin akibat masalah politik dan persaingan perdagangan. Wilayah-wilayah yang pernah ditaklukkan oleh Sriwijaya juga
melepaskan diri dari kekuasaannya. Kemudian, Majapahit menyerang pada 1477 M dan berhasil. Sriwijaya awalnya menyatukan
perdagangan di Nusantara, tetapi kehilangan pengaruhnya. Kesadaran untuk bersatu muncul, diperkuat oleh Sumpah Palapa (1336 M)
dan konsep Nusantara. Deklarasi Juanda pada 1957 menegaskan kedaulatan Indonesia di seluruh wilayah laut di sekitar pulau-pulau
Indonesia.
6. Kerajaan Kalingga
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kalingga adalah kerajaan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-7. Namanya berasal dari kerajaan di
India -selatan. Lokasinya diperdebatkan, kemungkinan di sekitar Blora dan Cepu. Sejarahnya diperoleh dari sumber
Tiongkok, tradisi setempat, dan naskah Carita Parahyangan. Kerajaan ini adalah pusat pengembangan agama
Buddha di Jawa Tengah. Mereka menghasilkan barang-barang berharga seperti gading gajah, cula, perak, dan
emas. Prasasti Tuk-Mas, yang diperkirakan berasal dari sekitar tahun 500 M, juga memberikan informasi tentang
mata air yang jernih.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Keterbatasan sumber sejarah membuat sedikit informasi tentang kehidupan sosial-politik Kerajaan
Kalingga. Berita Tiongkok hanya menyebutkan hasil bumi yang laku diperdagangkan, seperti emas, perak, cula
badak, dan gading gajah. Pada 674 M, Ratu Sima memerintah dengan keras dan adil, memastikan keamanan dan
kemakmuran rakyat. Setelah Sima, Kalingga terbagi menjadi Kalingga utara dan selatan. Sanaha, yang memerintah
Kalingga utara, menikahi Bratasenawa (Sanna) dan memiliki keturunan yang kemudian terkait dengan Kerajaan
Medang/Mataram Kuno.
7. Kerajaan Mataram
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
- Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah pada abad VIII, lalu
pindah ke Jawa Timur pada abad X. Ini dibedakan dari Kerajaan Mataram Islam pada abad XVI. Mataram Kuno
berada di pedalaman Jawa Tengah dengan sungai-sungai seperti Progo, Bogowonto, dan Bengawan Solo mengalir
di sekitarnya. Sumber tertulisnya termasuk Prasasti Canggal (732 M) yang mencatat pendirian pusat pemerintahan
oleh Raja Sanjaya, kemakmuran ekonomi Jawa, dan asal-usul Dinasti Sanjaya yang panjang berkuasa di Kerajaan
Mataram.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Pada masa Rakai Panangkaran, Dinasti Syailendra dari Sumatra menguasai Mataram. Rakai Panangkaran
mendirikan Candi Kalasan atas perintah Maharaja Wisnu dari Dinasti Syailendra. Meskipun Dinasti Syailendra menguasai
Mataram, mereka memperlakukan Dinasti Sanjaya dengan hormat. Buddha menjadi agama utama setelah Dinasti Syailendra
menguasai Mataram. Raja Dharanindra menggantikan Rakai Panangkaran. Setelahnya, Raja Samaragrawira memiliki dua
putra, Samaratungga dan Balaputradewa. Balaputradewa dan Pramodawardhani menghadapi konflik dengan Rakai Pikatan
untuk perebutan kekuasaan. Sejarah Wangsa Syailendra di Jawa berakhir, dan Mataram diperluas di bawah Rakai Pikatan,
dengan Wawa sebagai raja terakhir Dinasti Sanjaya.
8. Kerajaan Medang Kamulan
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Pada abad X, kerajaan ini dipindahkan oleh Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmottunggadewa alias Mpu Sindok ke Jawa Timur; karena itu, disebut juga Kerajaan Medang periode
Jawa Timur. Mpu Sindok adalah menantu Raja Wawa, yang pada masa pemerintahan Raja Tulodhong dan Raja
Wawa menjabat sebagai mahamantri (jabatan tingkat tinggi yang biasanya hanya diisi putra mahkota). la naik
takhta pada tahun 929 M dan dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Dinasti Isana, mengikuti nama raja
pertamanya. Faktor lain adalah adanya konflik perebutan takhta di dalam istana.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Mpu Sindok mendukung perkembangan agama Buddha Tantrayana dengan menganugerahkan Desa Wanjang kepada
pujangga Sri Sambhara Suryawarana. Penerusnya di Medang termasuk Dharmawangsa dan Airlangga, yang mengambil alih
dari Dharmawangsa setelah menaklukkan Sriwijaya pada tahun 1037. Selama pemerintahan Airlangga, kesusastraan
berkembang, termasuk kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1035 M.
9. Kerajaan Kediri
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kediri awalnya adalah kerajaan agraris dengan raja-raja seperti Sri Samarawijaya, Sri Jayawarsa, dan
Bameswara. Perang saudara antara Kediri dan Jenggala dicatat dalam kitab Barathayudha pada tahun 1157. Pada
masa Jayabhaya, Kediri menguasai Jenggala dan mencapai puncak kejayaan, termasuk perkembangan sastra. Raja
Kameswhara, yang menggantikan Jayabhaya, juga dikenal sebagai pelindung sastra. Namun, masa
pemerintahannya singkat karena Ken Arok dari Tumapel mengalahkan Kertajaya dalam pertempuran di Ganter
pada tahun 1222.
b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan
Kerajaan Kediri, awalnya dipimpin oleh raja-raja seperti Sri Samarawijaya, Sri Jayawarsa, dan Bameswara.
Perang saudara antara Jenggala dan Kediri dicatat dalam kakawin Barathayudha pada tahun 1157. Di bawah
pemerintahan Jayabhaya, Kediri mencapai puncak kejayaan sebagai kerajaan agraris dan maritim. Setelahnya, Raja
Kameswhara memajukan sastra Jawa, dan kenangan tentang perkawinan Ken Arok dengan Tunggul Ametung ditulis
dalam kakawin Smaradhahana. Kertajaya akhirnya dikalahkan oleh Ken Arok di Ganter pada tahun 1222.
10. Kerajaan Singasari (Tumapel)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken
Arok pada tahun 1222. Berdasarkan Prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singasari adalah Tumapel. Menurut
Nagarakertagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Tunggul Ametung memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Ken Dedes. Ken Arok memesan sebuah keris
kepada seorang ahli pembuat keris bernama Mpu Gandring dan dengan keris itu ia membunuh Mpu Gandring dan
Tunggul Ametung. la kemudian memperistri Ken Dedes lalu menjadi akuwu Tumapel yang baru.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Ken Arok memberontak dan mengalahkan Kertajaya di Ganter pada tahun 1222, lalu mendirikan kerajaan
Singasari. Ia akhirnya dibunuh oleh Anusapati, yang kemudian dibunuh oleh Ranggawuni setelah mengetahui
ayahnya dibunuh oleh Tohjaya. Wisnuwardhana membangun pelabuhan Canggu di Sungai Brantas. Di bawah
Kertanegara (1268-1292), Singasari memimpin wilayah maritim, berdampak pada kemajuan ekonomi.
11. Kerajaan Majapahit
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Sumber utama para sejarawan mengenai Kerajaan Majapahit adalah Pararaton (Kitab Raja-raja) dan
Nagarakertagama. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah Hayam Wuruk. Beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno ataupun catatan sejarah dari
Tiongkok dan negara-negara lain juga membantu menyingkapkan sejarah Majapahit.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Raden Wijaya membalas jasa dengan memberi kedudukan dalam pemerintahan atau di daerah tertentu di
Majapahit. Jayanegara menggantikan Raden Wijaya sebagai raja, tetapi ia dikenal sebagai pemimpin yang lemah dan
jahat. Pemberontakan oleh penasihat raja bernama Ra Kuti hampir berhasil menggulingkan Majapahit, tetapi Gajah
Mada memadamkannya. Setelah Jayanegara, adiknya, Tribhuwana Tunggadewi, memerintah. Pada tahun 1336,
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa saat dilantik.
12. Kerajaan Bali
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Prasasti Bali tertua tahun 882 M berisi izin biksu agama Buddha untuk membuat pertapaan di Bukit
Cintamani, tanpa menyebutkan nama raja, hanya kerajaannya: Singhamandawa. Sejarah mencatat serbuan
Mataram ke Bali pada 730 M, dan hubungan dekat antara Mataram dan Bali karena Airlangga (raja Mataram)
adalah putra Raja Dharma Udayana Warmadewa (Bali) dan Ratu Mahendradatta (putri Raja Dharmawangsa
Mataram). Setelah pralaya, Airlangga menggantikan Dharmawangsa sebagai raja.

b. Kondisi Sosial Politik Kerajaan


Prasasti Sanur (tahun 913 M) mencatat informasi tentang raja-raja Bali, yang dimulai dengan Sri
Kesarimarwadewa. Raja Ugrasena (memerintah 915-942 M) adalah sezaman dengan Mpu Sindok dari Medang
Kamulan. Pengaruh Jawa sangat kuat pada masa Udayana di Bali, dan banyak prasasti ditulis dalam bahasa Jawa
Kuno atau Kawi. Anak Wungsu (1049-1077) memerintah pada masa yang penting dan memperluas wilayah Bali.
Dalam pemerintahannya, ia mengeluarkan banyak prasasti yang mencatat kegiatan-kegiatannya. Raja Bali yang
paling banyak meninggalkan catatan tertulis adalah Udayana, Jayapangus, Jayasakti, dan Anak Wungsu. Selama
pemerintahan mereka, roh nenek moyang tetap menjadi fokus kepercayaan, yang tercermin dalam bangunan
berundak-undak dan pemujaan dewa-dewa alam, meskipun agama Hindu mendominasi kehidupan masyarakat Bali
pada masa itu.
D. Berakhirnya Kerajaan-
Kerajaan Hindu Buddha
Begaimana akhir zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Bdi Indonesia? Pada akhir abad
XIII, seiring berkembang pesatnya pengaruh Islam dari Timur Tengah, kerajaan-kerajaan
Islam mulai berdiri di Sumatra dan agama Islam segera menyebar ke Jawa dan
Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama
yang dikenal dengan sebutan Walisongo. Akibatnya, pengaruh agama dan kebudayaan
Hindu dan Buddha menurun sehingga pada akhir abad XV Islam menjadi agama yang
dominan di Nusantara dan Semenanjung Malaya. Agama Buddha diperkenalkan kembali
ke Nusantara hanya pada abad XIX, dengan kedatangan pedagang dan orang-orang
Tiongkok, Srilanka, dan imigran Buddha lainnya.
E. Bukti-bukti Pengaruh
Hindu dan Budda dalam
Masyarakat yang Masih Ada
hingga Kini
1. Bahasa dan Tulisan
Bangsa India membawa budaya Hindu ke Nusantara pada abad 1 Masehi, memperkenalkan budaya tulis dan bahasa Sanskerta. Huruf
Pallawa yang muncul menjadi dasar bagi beragam tulisan di Indonesia, seperti Kawl, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan
Bugis-Makassar. Bukti tertua penulisan ditemukan di yupa di Kutai, Kalimantan Timur, pada abad IV.

A. Prasasti adalah sumber sejarah utama di Indonesia karena memberikan penjelasan kronologis tentang peristiwa. Prasasti dalam bahasa
Jawa Kuno dan Melayu Kuno ditemukan, seperti Prasasti Kedu, Prasasti Dinoyo, Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, dan
Prasasti Telaga Batu, yang berkaitan dengan berbagai kerajaan seperti Mataram Kuno dan Sriwijaya. Prasasti dalam bahasa Bali Kuno
digunakan oleh kerajaan-kerajaan di Bali. Huruf Jawa Kuno dan Pranagari digunakan dalam prasasti ini.

B. Kitab adalah kumpulan kisah atau catatan, seringkali dengan unsur mitos, dan biasanya ditulis di atas daun lontar pada masa Hindu-
Buddha. Kesusasteraan kuno Indonesia terbagi menjadi tiga tahap: 1) Tahap pertama muncul pada masa Kerajaan Mataram Kuno. 2)
Tahap kedua muncul pada masa Kerajaan Kediri. 3) Tahap ketiga muncul pada masa Majapahit

C. Manuskrip adalah naskah tulisan tangan dari masa lalu yang berisi berbagai informasi seperti cerita kepahlawanan, hukum, upacara
keagamaan, silsilah, mantra sihir, dan resep obat-obatan. Contoh manuskrip Indonesia termasuk pustaha Batak dengan aksara Batak di
atas kulit kayu alim, serta I La Galigo, naskah epos tentang Kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan. Manuskrip kuno Lampung juga ada,
ditulis di atas kulit kayu pohon bunut dengan aksara Lampung.
2. Politik dan Sistem Pemerintahan
Pada awalnya, Indonesia memiliki sistem pemerintahan desa. Pengaruh Hindu membawa konsep dewa-raja
dan mengenalkan sistem pemerintahan kerajaan. Raja memimpin, dengan pejabat yang mengurus berbagai bidang
seperti pertahanan, perdagangan, keuangan, dan hukum. Rakyat harus memberikan kesetiaan dan mengerjakan tugas
tanpa upah. Sistem pemerintahan bervariasi di berbagai wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah bagian utara, dan Jawa
Tengah bagian selatan.

3. Ekonomi dan Sistem Mata Pencarian Hidup


Pengaruh India pada bidang ekonomi tidak terlalu besar karena sejak zaman praaksara, masyarakat Indonesia
sudah terlibat dalam perdagangan dan pelayaran. Pusat-pusat perdagangan telah tumbuh di pesisir, dan peninggalan
sejarah menunjukkan hubungan dengan Asia Tenggara. Meskipun demikian, India membawa perbaikan dalam
teknologi irigasi dan meningkatkan perdagangan dan pelayaran di wilayah ini.

4. Agama dan Sosial Budaya


Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk, bangsa Indonesia telah mengenal sistem kepercayaan animisme dan
dinamisme serta sejumlah kegiatan upacara yang terkait pemujaan terhadap roh nenek moyang. Masuknya
pengaruh Hindu membuat masyarakat Indonesia mengenal dewa-dewi.
5. Seni Bangun, Seni Pahat, dan Relief Candi
Candi adalah bangunan utama yang banyak dibangun selama masa pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia. Candi Hindu digunakan untuk menghormati dewa-dewi Hindu, seperti Prambanan (untuk Dewa Siwa),
Kalasan (Dewi Tara), Sewu (Manjusri), dan lainnya. Kemajuan dalam keterampilan pembangunan candi terjadi
ketika masyarakat mulai mengenal tulisan. Proses ini mengakibatkan kemajuan dalam berbagai aspek.

A. Aksara dan Bahasa> Bangsa India memperkenalkan tulisan kepada masyarakat praaksara di Indonesia. Ini
mengubah masyarakat menjadi budaya tulis yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Masyarakat
Indonesia belum mengenal aksara sebelum pengaruh Hindu datang. Dengan asimilasi, huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta menjadi penting dalam banyak prasasti di Indonesia, seperti Prasasti Kutai, Prasasti Tarumanagara,
Sriwijaya, dan Mataram Kuno. Bahasa Sanskerta juga memengaruhi bahasa Jawa.

B. Sistem Kepercayaan> Bangsa Indonesia sejak zaman prasejarah memiliki kepercayaan pada pemujaan roh nenek
moyang (leluhur) dan kekuatan pada benda-benda tertentu (animisme). Dalam upacara keagamaan di candi, terdapat
elemen pemujaan terhadap roh nenek moyang, dan ini mencerminkan akulturasi antara kepercayaan praaksara dan
kebudayaan Hindu-Buddha.
C. Kesusastraan> Karya sastra India seperti Ramayana dan Mahabharata menginspirasi pujangga
Indonesia untuk menciptakan karya-karya sastra. Awalnya, mereka menyalin dan menerjemahkan
karya-karya tersebut, tetapi kemudian menggubahnya secara kreatif. Pembuatan kitab pertama kali
dilakukan pada masa Dinasti Isyana di bawah pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Beberapa karya
sastra tersebut seperti >> Pada masa Mataram Kuno, ditulis Ramayana oleh Mpu Walmiki, saat
Mataram berada di bawah kekuasaan Mpu Sindok, Pada masa Kerajaan Kediri, karya sastra para mpu,
Pada masa Majapahit, ditulis kitab Nagarakertagama olehMpu Prapanca, Sutasoma dan arjunawijaya
oleh MpuTantular,
D. Sistem Pemerintahan> Kebudayaan Hindu-Buddha memperkenalkan konsep dewa raja, menganggap
raja sebagai titisan dewa. Konsep ini berasal dari akulturasi antara ajaran Hindu dan pemujaan nenek
moyang praaksara. Raja dianggap memiliki sifat ilahiah dan diabadikan dalam berbagai bentuk seperti
patung dan monumen yang menggambarkan mereka sebagai dewa atau titisan dewa tertinggi. Contoh
raja yang dianggap sebagai titisan dewa dalam kebudayaan Hindu-Buddha termasuk Airlangga, Ken
Arok, Kertarajasa, dan Raden Wijaya.
E. Kesenian> Sebelum pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia mengenal seni bangunan dalam bentuk
megalitikum seperti dolmen, menhir, dan punden berundak-undak yang terkait dengan penghormatan roh nenek
moyang. Setelah masuknya Hindu-Buddha, bangunan candi digunakan untuk menghormati raja yang telah
meninggal. Meskipun berbeda fungsi, candi memiliki kesamaan dengan bangunan megalitikum dalam hal
penghormatan terhadap roh dan dewa-dewi tertentu serta sebagai tempat bersemadi para pendeta dan pemuka.

F. Sistem Bangunan Tata Kota> Bentuk akulturasi lainnya terlihat dalam sistem bangunan dan tata kota, yang
berdampak pada pembentukan sistem keraton. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia tidak
mengenal bangunan dan tata kota yang kompleks. Namun, setelah Hindu-Buddha masuk, masyarakat mulai
mengenal sistem bangunan yang lebih kompleks dan bernilai seni tinggi, seperti keraton, yang mewarisi tata letak
sistem macapar. Sistem ini masih ditemukan di berbagai kota di Jawa hingga saat ini.
F. Bidang Seni dan Rupa> Pada masa Hindu-Buddha, seni rupa di Indonesia mengalami perubahan signifikan.
Sebelumnya, masyarakat terbiasa melukis di gua-gua (lukisan gua), sementara pada masa Hindu-Buddha, seni pahat
berupa relief menjadi populer. Relief ini menghiasi dinding candi, kuil, dan monumen dengan cerita-cerita yang
diambil dari karya sastra saat itu. Seni patung atau arca juga berkembang, menggambarkan dewa-dewa Hindu seperti
Brahma, Wisnu, dan Siwa dengan ciri khas masing-masing. Selain itu, gambar-gambar binatang yang dianggap
keramat juga banyak dihasilkan pada masa ini. Ragam hias tumbuh-tumbuhan juga menjadi populer, termasuk
lambang Kalpataru yang mencerminkan penghargaan terhadap pelestarian lingkungan hidup.

G. Sistem Kalender> Sistem penanggalan atau kalender Hindu-Buddha turut berpengaruh terhadap
kebudayaan Indonesia, yaitu digunakannya kalender dari India bernama kalender Saka. Tahun Saka dimulai tahun 78
M. Penggunaan kalender Saka ditemukan dalam Prasasti Talang Tuo. Prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa
Melayu Kuno tersebut menjelaskan tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, berangka tahun 606 atau 686
M. Perhitungan tahun Saka sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat Bali yang beragama Hindu.
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan hari dari sejumlah kegiatan upacara keagamaan yang mereka anut.
KESIMPUL
AN!!
Agama Hindu dan Budha memiliki beberapa kesamaan yang cukup banyak,
diantaranya fakta bahwa kedua agama ini tumbuh dan berkembang pertama kali di
India. Selain itu agama Hindu dan Budha merupakan agama tertua di dunia. Samadhi
dalam kedua agama ini adalah merupakan sebuah ibadah yang harus dijalani setiap
pemeluk agama tersebut. Samadhi dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada
sang pencipta, melakukan pembersihan terhadap jiwa serta pikiran dari semua hal yang
sifatnya negatif dan kemudian mengarahkannya menuju kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai