Anda di halaman 1dari 36

SEJARAH

10.5
KERAJAAN BUDHA DI
INDONESIA
Kelompok 5

MEILIZA DWI PUSPA


DEWI NOPI YANTI
FAHRIANSYAH AL FATHAN
 RAFI
TEORI PENYEBARAN
AGAMA HINDU A
Teori Tentang Proses Penyebaran Agama Hindu Di
Nusantara

Penyebaran Agama Hindu-Buddha di Nusantara tidak bisa


dilepaskan dari beberapa teori yang mendasarinya,
yaitu teori, waisya, ksatria, brahmana dan nasional. Di
bawah ini akan diuraikan “Teori tentang Proses
Penyebaran Agama Hindu”, sebagai berikut:
01 TEORI
WISYA
Teori waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan
Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti
angin musim (setengah tahun berganti arah) dan enam bulan
menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan kebudayaan
Hindu.

Menurut para pendukung teori waisya, kaum waisya yang umumnya


merupakan kelompok pedagang inilah yang berperan besar dalam
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara. Mereka
yang menjadikan munculnya budaya Hindu sehingga dapat diterima di
kalangan masyarakat.. Pada saat itu, para pedagang banyak
berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan hubungan itu
yang membuka peluang terjadinya proses penyebaran agama dan
budaya Hindu.
TEORI
02 BRAHMAN
A
Menurut teori ini, faktor utama penyebaran agama Hindu di
Nusantara adalah dari kaum Brahmana. Teori yang dikemukakan
oleh J.C.van Leur. Teori brahmana mengungkapkan bahwa
pembawa agam a dan kebudayaan Hindu ke Indonesia ialah
golongan brahmana. Para brahmana datang ke Nusantara
diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan menjadi
raja dengan upacara Hindu (abhiseka = penobatan). Selain itu,
kaum brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan dan
mengajarkan ilmu pengetahuan  
TEORI
KSATRIA
03 Menurut teori ini kelompok yang berperan besar dalam penyebaran
agama Hindu di Nusantara adalah golongan Ksatria. Proses
penyebaran agama tersebut dilakukan dengan cara pendudukan
(kolonisasi). Teori yang dikemukakan oleh Prof.Dr. Ir. J.L. Mouens.

Teori ksatria mengungkapkan bahwa pembawa agama dan


kebudayaan Hindu masuk ke Nusantara adalah kaum ksatria.
Menurut teori ini, pada masa lampau di India terjadi peperangan
antarkerajaan. Para prajurit yang kalah perang, kemudian
mengadakan migrasi ke daerah lain. Tampaknya, di antara mereka
ada yang sampai ke Indonesia dan mendirikan kolonikoloni
melalui penaklukan. Mereka menyebarkan agama dan kebudayaan
Hindu di Indonesia. Salah seorang pendukung teori ksatria adalah
C.C. Berg.
 
TEORI ARUS
04 BALIK
Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri
dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya
yang pergi ke India. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan dan
menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya. Pandangan ini
dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch yang menyatakan
bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh
kelompok tertentu, mereka itu terdiri atas kaum terpelajar yang
mempunyai semangat untuk menyebarkan agama Buddha. Kedatangan
mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat. Selanjutnya karena
tertarik dengan ajaran Hindu-Buddha mereka pergi ke India untuk
memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch mengemukakan bahwa
proses Indianisasi adalah suatu pengaruh yang kuat terhadap
kebudayaan lokal.
KERAJAAN
HINDU BUDHA
DI INDONESIA
B
Masuknya agama Hindu-Buddha ke
Indonesia membawa dampak di bidang
politik, yaitu lahirnya kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu-Buddha dan berkurangnya
peran kepala suku dalam mengatur
kehidupan politik.
01 KERAJAAN KUTAI

a. Letak kerajan kutai


Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 M di Lembah Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat
ditemukannya prasasti Kutai.

b. Kehidupan agama
Berdasarkan silsilahnya, dapat dipastikan bahwa Kudungga belum menganut Hindu dan
masih mempertahankan budaya asli Indonesia. Adapun Aswawarman telah mulai
mengenal Hindu, dapat dilihat dari namanya. Ia dianggap sebagai Wamsakarta
(pendiri keluarga raja). Budaya Hindu ini diperoleh dari India. Pada zaman
Aswawarman dikenal upacara Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri
(pemberian kasta) yang diadakan setiap kali ada orang Indonesia masuk agama
Hindu. Pentingnya pengaruh brahmana di Kutai menunjukkan dominasi pengaruh
agama Syiwa yang tampak dalam upacara kurban.
c. Sistem ekonomi

Kehidupan ekonomi di kerajaan Kutai tergambar dalam salah satu


Yupa dalam prasasti Kutai,
Berdasarkan isi salah satu Yupa tersebut dapat disimpulkan
beberapa kegiatan ekonomi yang dikembangkan masyarakat Kutai
yaitu antara lain:
 Pertanian
 Kerajinan dan Pertukangan
 Pertanian dan Perdagangan
d. Sistem pemerintahan

Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu (India) di


Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam bentuk pemerintahan,
yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah
menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala
pemerintahan. Dalam sistem kerajaan, raja dianggap keturunan
dewa yang harus disembah oleh bawahan dan rakyatnya. Oleh
karena itu raja memiliki hak untuk menyelenggarakan pemerintahan
secara mutlak dan turun – temurun berdasarkan garis kasta Berikut
beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:
1. Raja Kudungga
2. Raja Aswawarman
3. Raja Mulawarman
e. Masa keruntuhan

Didalam sejarah disebutkan bahwa Kerajaan Kutai runtuh saat raja


Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia
tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum
Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi
Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735
kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran
berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan
hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
02 KERAJAAN
TARUMANEGARA
a. Letak kerajaan

 
Berdasarkan catatan dalam berbagai
prasasti, Kerajaan Tarumanegara
berdiri di Jawa Barat pada akhir abad
ke-5. Wilayah Tarumanegara meliputi
hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya
dari sekitar Banten – Jakarta sampai
Cirebon
 
 
b. Sumber sejarah

Keterangan tentang kerajaan Tarumanegara didapat dari beberapa sumber baik dari
dalam maupun luar negeri, diantaranya:
 
A. Sumber Dalam Negeri:
Berupa prasasti yang ditemukan di tempat-tempat berbeda namun tidak terlalu jauh
satu sama lain. Berikut adalah beberapa prasasti peninggalan kerajaan
Tarumanegara.

 Prasasti Cirateum
 Prasasti jambu (Koleangkak)
 Prasasti Pasir Awi
 Prasasti Kebun Kopi
 Prasasti Muara Cianten
 Prasasti Tugu
 Prasasti Lebak (Cidanghiang)
 Situs Pasir Angin
b. Sumber sejarah
B. Sumber Luar Negeri
Sumber sejarah dari luar negeri didapatkan dari berita musafir
China yang bernama Fa-Hien. Fa-Hien datang ke tanah Jawa
pada tahun 414 M untuk membuat catatan mengenai
keberadaan kerajaan To-lo-mo. Kerajaan yang di maksud
ternyata mengarah pada kerajaan Tarumanegara. Dalam catatan
Fa-Hien dikatakan bahwa dalam perjalanannya menuju India, ia
singgah di Yo-p’o-ti dan berdiam di sana selama 5 bulan, di sana
sedikit sekali pemeluk Budha. Sementara itu, dalam kronik
dinasti Tang (618-906) diungkapkan bahwa antara tahun 528-
539 dan 666-669 telah datang di Cina utusan dari Kerajaan To-lo-
mo (Tarumanegara).
.
c. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Pada akhir abad ke-7, Tarumanegara tidak terdengar lagi kabar


beritanya. Ada kemungkinan kerajaan ini ditaklukkan oleh
Sriwijaya. Kemungkinan ini dapat kita ketahui dari sumber-
sumber sejarah berikut.

1. Dalam prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa pada tahun


686, Sriwijaya menghukum bumi Jawa karena tidak taat kepada
Sriwijaya.
2. Sejak abad ke-7, Kerajaan Cina tidak pernah menyebut lagi
adanya utusan yang datang dari dan ke Tarumanegara
KERAJAAN HOLING
Suatu berita dari Cina pada masa dinasti Tang menyebutkan bahwa di
Jawa ada suatu kerajaan yang bernama Holing atau Kaling, tepatnya di
daerah Jawa Tengah dekat Jepara sekarang. Kerajaan ini menghasilkan

03
penyu, emas, perak, cula, gading, dan orangorangnya pandai membuat
minuman dari kelapa. Berita ini disampaikan oleh I-Tsing. Ia mengatakan
bahwa pada tahun 664, pendeta Hwining dan pembantunya Yunki pergi ke
Holing untuk mempelajari agama Buddha. Ia juga menerjemahkan kitab suci
agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina dibantu pendeta
Janabhadra dari Holing. Kitab terjemahan Hwining tersebut adalah bagian
terakhir dari kitab Varinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan
jenazah Sang Buddha.

Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja wanita yang bernama Ratu
Sima sejak tahun 674. Ia memerintah dengan keras dan menghendaki agar
kejujuran dijunjung tinggi. Bahkan putranya sendiri dihukum potong kaki
karena dituduh mencuri. Kota Kerajaan Holing dikelilingi pagar kayu.
Ratunya hidup dalam istana yang bertingkat, atapnya dibuat dari daun
rumbia. Singgasananya terbuat dari gading.
4. Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan merupakan kerajaan tertua di Jawa


Timur. Berdiri sekitar tahun 760. Keberadaan kerajaan ini
dapat diketahui dari prasasti Dinoyo yang ditemukan di
desa Dinoyo, barat laut Malang. Isi prasasti itu adalah
kisah pendirian sebuah bangunan suci untuk pemujaan
Dewa Agastya. Pendirinya adalah Raja Gajayana, putra
Dewasimha. Raja ini mempunyai putri bernama Uttejana.
Prasasti Dinoyo ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan
menggunakan bahasa Sanskerta. Bangunan suci yang
disebutkan dalam prasasti tersebut sekarang dikenal
sebagai candi Badut.
Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan tertua di Sumatra. Menurut berita Cina, ketika I-Tsing
akan pergi ke India, selain singgah di Jawa ia juga singgah di Sumatra. Salah satunya adalah di Kerajaan
Melayu. Namun, ketika pada tahun 692 ia kembali dari India dan singgah di Sumatra, Kerajaan Melayu
telah ditaklukkan oleh Sriwijaya. Berita lain dari Cina menyebutkan bahwa pada tahun 644 datang utusan
dari negeri Mo-lo-yeu ke Cina untuk membawa hasil bumi sebagai persembahan dan perkenalan.
Bukti lain keberadaan Kerajaan Melayu adalah kitab Negarakertagama dan Pararaton yang
menyebutkan bahwa Raja Kertanegara (Singasari) mengirim pasukan tentaranya ke Melayu dalam
Ekspedisi Melayu untuk mempererat persahabatan Singasari – Melayu dalam rangka menghadapi
ancaman Cina yang saat itu dipimpin Kubhilai Khan. Dalam ekspedisi itu Raja Kertanegara

05
mempersembahkan arca Buddha Amogapasa yang kemudian ditempatkan di Dharmasraya. Pemberian ini
membuat Raja Melayu, Sri Manliwarmadewa sangat senang.
Kerajaan Melayu sempat hilang dari pemberitaan dan baru muncul kembali sebagai
kerajaan merdeka di masa pemerintahan Raja Adityawarman pada abad ke-14. Adityawarman adalah
keturunan keluarga Majapahit yang sebelum menjadi raja di Melayu sempat menjabat sebagai
Wredha Menteri (Menteri Tua) pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi.
Sebagai raja, ia bergelar Aryadewa Rajapu Aditya. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Melayu mencapai kejayaan. Kekuasaannya sampai di Pagarruyung, Sumatra Barat, dan ibu
kotanya dipindahkan ke Minangkabau sekarang. Salah satu peninggalannya adalah candi Muara
Takus. Candi ini bercorak Buddha sebab Adityawarman adalah seorang penganut Buddha.
06. Kerajaan Tulangbawang

I-Tsing dalam beritanya juga menyebutkan adanya


Kerajaan To-lang-po-hwang (Tulangbawang). Tidak
ditemukan adanya bukti-bukti lain mengenai kerajaan ini,
namun diyakini bahwa kerajaan ini terletak di daerah
Lampung sekarang. Keberadaan kerajaan ini terdengar
pada tahun 700 M. Keturunan masyarakat kerajaan ini
adalah orang-orang suku Lampung yang menempati
daerah sekitar Sungai Tulangbawang.
07. Kerajaan Sriwijaya
a. Letak kerajaan
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta
Hyang.

b. Sistem kerajan
Kepercayaan masyarakat sriwijaya yakni agama Buddha yang diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi

c. Sumber sejarah
Bahasa yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut :
● Prasasti kedudukan bukit
● Prasasti telaga batu
● Prasasti karang berahi
● Prasati kota kapur
● Prasasti ligor

d. Kemunduran dan keruntuhan sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor berikut
● Faktor geologis
● Faktor politis
● Faktor ekonomis
08. Kerajaan Mataram Kuno (medang)
a. Letak kerajaan
Kerajaan Mataram Hindu, berlokasi di pedalaman Jawa tengah, di sekitar daerah yang banyak
dialiri sungai , letak ibukota belum dipastikan ada yang menyebut Medang di Poh Pitu, Ri
Medang ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud belum jelas kemungkinan besar di daerah
Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan).

b. Segi sosial budaya


Masyarakat Mataram Kuno terbilang maju dalam hal budaya, terbukti dengan banyaknya
bangunan candi yang dibuat, Termasuk dua Candi besar yang sangat termahsyur. Candi yang
di maksud pertama adalah candi Borobudur dan kedua candi Prambanan

c. Sistem ekonomi
Melihat dari letak wilayah kerajaan yang berada di dekat aliran sungai, dan informasi dari
prasasti canggal yang menyebutkan jawa kaya akan padinya, kemungkinan besar mata
pencaharian penduduknya sebagian besar dari bercocok tanam.
d. Sistem kepercayaan
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa , namun
berganti penguasa kedua agama resmi kerajaan berganti menjadi budha aliran mahayana , hingga
pemerintah kedua yang berbeda agama , dapat berjalan rukun sampai berganti pemerintah dinasti

e. Perkembangan pemerintah berdasarkan sumber sejarah


kedua Prasasti dari Kerajaan Mataram Hindu adalah Prasasti Canggal dan Prasasti Mantyasih.

f. Keruntuhan kerajaan mataram kuno


Kerajaan Mataram Kuno mulai mengalami kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah
Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara
lain adanya bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.
09. Kerajaan sunda
Berdasarkan naskah kuno yang ditemukan di Jawa Barat, setelah Tarumanegara runtuh,
berulang kali terjadi perpindahan pusat kerajaan Hindu. Secara berturut-turut, pusat-pusat
kerajaan itu adalah Galuh, Prahajyan Sunda, Kawali, dan Pakuan Pajajaran.
• Kerajaan Galuh
• Kerajaan Prahajyan Sunda
• Kerajaan Kawali
• Kerajaan Pakuan Pajajaran

Pada masa kerajaan pakuan pajajaran, penduduk Kerajaan Sunda sudah ada yang memeluk
agama Islam. Hal ini diketahui dari berita Portugis yang berasal dari Tome Pires (1513) yang
menyebutkan bahwa di Cimanuk telah banyak dijumpai orang yang menganut agama Islam.
Sang Ratu Jayadewata sudah memperhitungkan meluasnya pengaruh Islam di wilayah
Kerajaan Sunda. Untuk membendungnya, baginda menjalin hubungan dengan Portugis di
Malaka. Dalam rangka menjalin hubungan tersebut, diutuslah Ratu Samiam dari Sunda ke
Malaka pada tahun 1512 – 1521. Ketika Hendrik de Heme memimpin perutusannya ke Sunda
pada tahun 1522, Ratu Samiam sudah berkuasa sebagai raja dan disebut Prabu Surawisesa.
Rupanya, dialah yang menggantikan Raja Jayadewata.
Ratu Samiam memerintah selama 14 tahun (1521 – 1535). Setelah itu, Ratu Samiam
digantikan oleh Prabu Ratudewata yang memerintah tahun 1535 – 1543. Pada masa itu,
sering terjadi serangan terhadap Kerajaan Sunda, antara lain, dari kelompok Islam yang
dipimpin oleh Maulana Hasanuddin dan Maulana Yusuf dari Kerajaan Banten. Keterangan ini
tidak bertentangan dengan naskah Purwaka Caruban Nagari yang bertalian dengan sejarah
Cirebon.

Jatuhnya Sunda Kelapa, pelabuhan terbesar Kerajaan Sunda, ke tangan pasukan Islam pada tahun
1527 menyebabkan terputusnya hubungan antara Portugis dan Kerajaan Sunda. Keadaan ini
melemahkan pertahanan Sunda sehingga satu demi satu wilayah pantainya jatuh ke tangan musuh.
Keadaan semakin buruk karena Prabu Ratudewata lebih memusatkan diri pada masalah-masalah
agama berkaitan dengan perannya sebagai pendeta dan kurang memerhatikan kesejahteraan rakyat.
Penggantinya, Sang Ratu Saksi yang memerintah tahun 1443 – 1551, adalah raja yang kejam dan
gemar main wanita. Demikian pula dengan penggantinya, Tohaan di Majaya, yang memerintah tahun
1551 – 1567. Ia lebih suka memperindah istana dan berfoya-foya. Pada masa pemerintahan Raja
Nuisya Mulya, raja yang terakhir, Kerajaan Sunda akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Islam (1579).
10. Kerajaan Medang Mataram
a. Pusat pemerintahan
Pada masa pemerintahan Raja Wawa, diperkirakan ibu kota Mataram sempat dipindahkan ke Medang (925 M), Raja
Wawa kemudian digantikan oleh menantunya, Mpu Sindok, yang memindahkan seluruh Kerajaan Medang ke Jawa
Timur dan menyebut kerajaannya dengan nama Medang Mataram. Alasan Mpu Sindok memindahkan Medang
Mataram ke Jawa Timur adalah
● untuk menghindari bahaya gunung berapi,
● menjauhkan diri dari ancaman Sriwijaya, serta
● tanah di Jawa Timur lebih subur untuk pertanian dan baik pula untuk perdagangan

b. Sumber sejarah
Beberapa prasasti yang mengungkapkan keberadan Medang Mataram sebagai berikut
● Prasasti tenggaran (933M)
● Prasasti lor (939M)
● Prasasti bangil
● Prasasti kalkuta (1041)

c. Perkembangan politik
Raja-raja yang terkenal dari Medang Mataram sebagai berikut.
● Raja Mpu Sindok
● Raja Dharmawangsa
● Raja Airlangga
11. Kerajaan kendiri
a. Letak kerajaan
Letak kerajaan Kediri berada di Jawa Timur, berpusat di Daha atau sekarang kita kenal dengan Kota
Kediri. Mengenai lokasi kerajaan Kediri ini, bersumber dari salah satu prasasti peninggalan yang
berhasil ditemukan yakni Prasasti Pamwatan. Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Airlangga, raja
pertama sekaligus pendirinya.

b. Latar belakang sejerah


● Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas
dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
● Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru,
yaitu Daha. Sedangkan Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
c. Sistem kerajaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di kerajaan Kediri adalah Hindu Syiwa

d. Sistem perekonomian
Mata pencarian utama rakyat kerajaan kediri adalah bercocok tanam dan maritim,mereka telah
mengenal emas dan uang

e. Karya sastra peninggalan kerajaan kendri


● Kitab Krisnayana masa pemerintahan raja Jayawarsa
● Kitab Bharatayuda masa pemerintahan raja Jayabaya
● Kitab Arjuna Wiwaha masa pemerintahan raja Jayabaya

f. Perkembangan pemerintahan
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaanna di masa pemerintahan Raja Sri Jayabaya , hingga
kerajaan Kediri daerahnya terus meluas. Yang awalnya berasal dari Jawa Tengah, kemudian terus
meluas ke hampir seluruh daerah Pulau Jawa berhasil dikuasai

g. Masa keruntuhan
Keruntuhan kerajaan Kediri bermula ketika terjadi perselisihan antara Raja Kertajaya dengan kaum
brahmana. Kaum brahmana tersebut meminta pertolongan dari seorang yang bernama Ken Arok.
Dan Ken Arok ini merupakan pemimpin dari daerah Tumapel yang sangat ingin memisahkan diri dari
kerajaan Kediri. Karena selama ini kerajaan Tumapel merupakan bawahan dari kerajaan Kediri.
12. Kerajaan bali
a. Raja – raja dinasti Warmadewa
Berdasarkan prasasti Blanjong yang berangka tahun 914, Raja Bali pertama adalah Khesari Warmadewa.
Istananya berada di Singhadwalawa. Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah sejak
tahun 915 sampai 942. Istananya di Singhamandawa. Masa pemerintahannya sezaman dengan Mpu Sindok
di Jawa Timur. Sang Ratu Sri Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti, satu di antaranya adalah prasasti
Bobahan I. Setelah wafat, Sang Ratu Sri Ugrasena dicandikan di Air Mandatu dan digantikan oleh raja-raja
yang memakai gelar Warmadewa (dinasti Warmadewa).
● Raja pertama dari dinasti Warmadewa adalah Aji Tabanendra Warmadewa memerintah tahun 955-967M
bersama istrinya Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmadewi.
● Raja Jayasingha Warmadewa memerintah sampai tahun 975 M.
● Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa memeritah tahun 975-983M
● Pada tahun 983 M, muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi (983 – 989 M).
● Pengganti Sri Wijaya Mahadewi bernama Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama
permaisurinya,
● Oleh karena itu, yang menggantikan Raja Udayana dan Gunapriya adalah Marakata. Setelah naik takhta,
Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata PangkajasthanaUttunggadewa. Marakata
memerintah dari tahun 1011 hingga 1022.
● Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata digantikan oleh Raja Anak Wungsu .Anak Wungsu
memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049 sampai 1077.
b. Pemerintahan setelah dinasti Warmadewa
Raja-raja yang perlu diketahui sebagai berikut.
Raja Jayasakti memerintah tahun 1133-1150M
Raja Ragajaya memerintah tahun 1155M-(tidak diketahui kapan berakhirnya)
Raja Jayapangus memerintah tahun 1177-1181M
Raja Ekajalancana memerintah tahun 1200-1204M
Raja Sri Asta Asuratna Bumi Banten diyakini sebagai raja bali terakhir

c. Kehidupan sosial budaya masyarakat


● Kehidupan masyarakat di Bali dan kebudayaannya sangat lekat terpengaruh oleh agama Hindu.
Agama Hindu yang berkembang di Bali ini sudah bercampur dengan unsur budaya asli. Salah
satu contoh yang paling nyata dapat dilihat adalah bahwa dewa tertinggi dalam agama Hindu-
Buddha bukanlah Syiwa, melainkan Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan Sang
Hyang Wenang di Jawa.
● Selain itu, masyarakat Bali juga mengenal dewa-dewa setempat, seperti dewa air dan dewa
gunung (di Jawa kiranya sejajar dengan Grama Desa). Di bawah desa, mereka juga memuja roh
nenek moyang dan cikal bakal. Upacara penghormatan leluhur disebut Pitra Yodnya.
13. Kerajaan singhasari
a. Letak geografis
Letak Kerajaan Singhasari diperkirakan berada di sekitar Supit Urang, yakni lahan di sekitar pertemuan antara
Sungai Brantas dan Sungai Bango. Dalam catatan Rafles yang ditulis 1882 menyebut sebuah wilayah
bernama Kutorejo atau Kota Raja

b. Awal pembentukkan kerajaan


● Sebelum mengadakan persekutuan dengan para Brahmana untuk menyerang Raja Kerajaya (Kediri) Ken
Arok pada mulanya berasal dari Sebuah desa kecil yaitu Singasari yg termasuk wilayah Tumapel,dia
adalah anak buah Tunggul Ametung penguasa di Tumapel, namun ia membunuh Tunggul Ametung
karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Kemudian mendirikan Kerajaan yang kemudian dikenal
dengan sebutan Kerajaan Singasari.
● Dengan kekalahan kerajaan Kediri dibawah pimpinan Kertajaya di desa Ganter, maka runtuh juga
kerajaan Kediri tersebut, karena kekalahannya sangat telak. Dan setelah kerajaan Kediri kalah, maka
menjadi wilayah bawahan dari kerajaan Singhasari - Tumapel yang dipimpin oleh Ken Arok. Kediri
dikuasai kerajaan Singhasari

c. Sistem kepercayaan
Di dalam keagamaan pada masa kerajaan Singasari terjadi sekatisme antara Agama Hindu dan Budha, dan
melahirkan Agama Syiwa Budha pemimpinya diberi jabatan Dharma Dyaksa. Sedangkan Kartanegara
menganut Agama Budha Mahayana
d. Sistem perekonomian : perdagangan dan perekonomian
Dengan disebutnya alat angkut pedati dan perahu, dapatlah disimpulkan bahwa perdagangan antardesa cukup ramai.
Apalagi di wilayah Singasari terdapat dua sungai besar, Bengawan Solo dan Kali Brantas yang dimanfaatkan untuk
mengairi lahan pertanian dan lalu lintas perdagangan air.

e. Sumber sejarah
Prasasti
● Prasasti Mula Malurung
● Prasasti Singosari
● Prasati Wurare
● Arca amoghapasa
Karya sastra
● Kitab Pararaton

f. Masa kemunduran kerajaan singasari


● Raja Kertanegara berhasil menundukkan kerajaan Dharmasraya yang merupakan penguasa Sumatera melalui
ekspedisi Pamalayu dan menguasai kerajaan Bali. Ia juga menolak permintaan Kubilai Khan untuk mengakui
kekuasaan Mongol. Di sisi lain, strategi penaklukan kekuasaan di luar jawa berdampak pada lemahnya sistem
pertahaan di dalam kerajaan. Sebab, Kertanegara mengerahkan angkatan perang guna mendukung penaklukan
terhadap kerajaan lain.
● Akibatnya, ketika terjadi pemberontakan oleh bupati Gelanggelang yaitu Jayakatwang , kerajaan Singasari tidak lagi
memiliki kekuatan pertahanan. Jayakatwang yang merupakan sepupu, ipar, sekaligus besan dari Kertanegara
berhasil mengalahkan kerajaan Singasari dan Kertanegara pun terbunuh. Jayakatwang kemudian memindahkan
kerajaan tersebut menjadi kerajaan baru di Kediri. Bersama itu pula kerajaan Singasari pun usai ….(1292 )
14. Kerajaan majapahit
a. Letak geografis
Kerajaan Majapahit dibangun di atas Hutan Terik, sekitar tepi sungai Brantas. Berdalih sebagai pertahanan
kerajaan, karena Sungai Brantas adalah pintu keluar masuk untuk mengakses wilayah utama kerajaan di
Jawa Timur, baik Kadiri maupun Singasari. Desa itu dibuka dengan nama Majapahit,

b. Latar belakang sejarah


● Saat Kertanegara meninggal dalam serangan Jayakatwang pada 1292, Raden Wijaya berhasil melarikan
diri bersama Aria Wirajaya ke Sumenep, Madura dan berstrategi membangun kerajaan baru. Raden
Wijaya meminta ijin pada Jayakatwang untuk membuka lahan baru untuk tempat berdiam, dan
Jayakatwang mengijinkannya. Dengan bantuan tentaranya dan sisa pasukan Madura, ia membersihkan
lahan itu untuk ditempati . Pada saat itu seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja dan
ternyata rasanya pahit. Sejak saat itu, tempat tersebut dinamakan Majapahit.
● Pada November 1292, pasukan Mongol mendarat di Tuban untuk membalas perlakuan Kertanegara yang
mempermalukan Raja Mongol, tetapi Kertanegara telah meninggal dunia. Raden Wijaya bersekutu
dengan pasukan Mongol untuk melawan kerajaan Singosari dan setelah pasukan Jayakatwang
dihancurkan, Raden Wijaya berbalik melawan pasukan Mongol dan akhirnya pasukan tersebut
meninggalkan wilayah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan kerajaan Majapahit yang bergelar
Kertajasa Jayawardhana yang berpusat di daerah Trowulan (sekarang menjadi Kabupaten Mojokerto).
c. Sistem kerajaan \
Kemakmuran Majapahit didorong karena dua faktor.
● Lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi
● Pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan

d. Sistem kepercayaan
Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit umumnya beragama Siwadari aliran Siwasiddhanta, kecuali Tribuwana
Tunggadewi, ibunda Hayam Wuruk, yang beragama Buddha Mahayana. Walaupun begitu, Siwa dan Buddha merupakan agama
resmi Kerajaan hingga akhir tahun 1447.

e. Perkembangan pemerintah
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350– 1389. Pada masanya Majapahit mencapai
puncak kejayaannya dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada yang memiliki sumpah yang terkenal dengan “Sumpah Palapa“
yang bertekad untuk mempersatukan nausantara dibawah kekuasaannya.

f. Proses keruntuhan majapahit


● Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta.
Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran
Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas
takhta. Sehingga terjadilah Perang Paregreg yang diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, dimenangkan oleh
Wikramarwardhana.
● Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian
barat Nusantara dan melemahkan kekuasaan Majapahit . Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di
daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Kesimpulan
Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti
adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Kepulauan
Indonesia berkembang dengan pesat. Masyarakat di Kepulauan Indonesia telah
mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan yang bersifat Hindu-
Buddha. Melalui proses akulturisasi, budaya yang dianggap sesuai dengan
karakteristik masyarakat diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat
setempat pada masa itu.

Kebudayaan Hindu di zaman itu mempunyai kekuatan yang besar dan serupa dengan
zaman modern saat ini, seperti kebudayaan Barat ataupun kebudayaan Korea yang
hampir mempengaruhi seluruh kehidupan semua bangsa-bangsa di dunia. Demikian
halnya dengan kebudayaan intelektual agama Hindu pada masa itu yang mempunyai
pengaruh kuat di Asia Tenggar
Terimakasih sudah menonton
silahkan berikan saran dan
masukan kalian

Anda mungkin juga menyukai