Zhafira Yasmine
X MIPA 10
Agama Hindu lahir di India diawali dengan kedatangan bangsa Arya melalui Celah Khyber
(Khybar Pass) pada tahun 2000-1500 SM. Kedatangan bangsa Arya telah mendesak suku bangsa
Dravida yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Mereka disebut anasah artinya pesek
dan dasa artinya raksasa karena penampilan fisiknya yang berhidung pesek serta bertubuh
pendek dan besar. Bangsa Arya dan bangsa Dravida menyembah banyak dewa atau politeisme
yang merupakan warisan dari masa praaksara.
Pertemuan kebudayaan antara kebudayaan bangsa Dravida dan bangsa Arya telah melahirkan
sinkretisme, yaitu paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dari beberapa paham yang
berbeda untuk mencari keserasian atau kesinambungan kebudayaan dalam bentuk agama
Hindu. Bangsa Arya tidak ingin terjadi percampuran darah dengan bangsa Dravida. Bangsa Arya
pun menciptakan sistem kasta yang membagi-bagi kelompok dalam masyarakat menjadi
beberapa golongan, seperti brahmana, kesatria, waisya, dan sudra.
Perkembangan agama Hindu di India pada hakikatnnya dapat dibagi menjadi empat fase, yakni
zaman Weda, zaman Brahmana, zaman Upanisad, dan zaman Buddha. Berikut ini merupakan
penjelasannya, seperti :
Dengan demikian perkembangan agama Hindu di India pada hakikatnnya dapat dibagi menjadi
empat fase, yakni zaman Weda, zaman Brahmana, zaman Upanisad, dan zaman Buddha
Agama Buddha lahir di India sekitar abad V SM. Tokohnya adalah Pangeran Siddharta, putra
Raja Sudhodana dari Kerajaan Ashoka di Kapilawastu. Pangeran Siddharta dilahirkan tahun 563
SM. Ia pergi meninggalkan istana dan melihat rakyatnya banyak yang menderita. Akhirnya,
Pangeran Siddharta melakukan perjalanan untuk menemukan jawaban atas penderitaan
manusia di dunia. Dalam perjalanannya itu, Pangeran Siddharta melakukan semedi di bawah
pohon bodhi di Bodh Gaya.
Setelah berhasil menemukan pencerahan sempurna, Siddharta yang berhasil menjadi Sang
Buddha pada usia 35 tahun dan mulai melakukan penyebaran ajarannya pertama kali di
Sarnath. Dalam penyebarannya, dia mendapat dukungan dari maharaja Bimbisara dari kerajaan
Magadha yang menguasai India utara di sekitar sungai Gangga. Dengan dukungannya, banyak
biara yang berdiri di India bagian utara dan wilayah ini sekarang menjadi negara bagian India
yang bernama Bihar.
Penyebaran agama Buddha menjadi pesat setelah munculnya kekaisaran Maurya, yang
mengguasai hampir seluruh Asia selatan. Maharaja Ashoka yang bertahta pada tahun 304-232
SM menjadi penganut taat agama Buddha, dan dia memerintahkan para biksu untuk
menyebarkan agama ini ke seluruh India. Ashoka juga mengirim utusan ke berbagai negara
seperti Persia, Mesir dan kerajaan-kerajaan di Asia Tengah. Maharaja Ahoka meninggalkan
banyak pilar dan prasasti yang menuliskan tentang ajaran agama Buddha.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Agama Buddha lahir di India dan disebarkan oleh
Sidharta Gautama ke segala penjuru wilayah. Pada masa raja Ashoka, penyebaran agama
Buddha menjadi sangat pesat.
Dalam proses masuknya agama Hindhu di Indonesia, ada lima teori dalam menjelaskan hal
tersebut, yaitu sebagai berikut.
Teori Brahmana
Menurut teori yang dikemukakan J.C. van Leur ini, para Brahmana datang dari India ke
Indonesia atas undangan pemimpin suku dalam rangka melegitimasi kekuasaan mereka
sehingga setaraf dengan raja-raja di India. Teori ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-
sisa peninggalan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Terutama prasasti-
prasasti berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Di India, bahasa dan huruf itu hanya digunakan
dalam kitab suci weda dan upacara keagamaan, dan hanya golongan Brahmana yang mengerti
dan menguasainya. Teori ini diragukan kebenarannya, alasannya adalah kendati benar, para
Brahmana tidak diperbolehkan untuk mengarungi lautan atau akan kehilangan status kastanya.
Teori Ksatria
Menurut teori yang dikemukakan F.D.K Bosch ini, pada masa lampau di India sering terjadi
perang antargolongan. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang lantas
meninggalkan India. Rupanya, di antara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia.
Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat
tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses apenyebaran agama dan budaya Hindu. Kelemahan
teori ini adalah tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonisasi oleh para Ksatria
India
Teori Waisya
Teori ini, dikemukakan oleh N.J. Krom, didasarkan pada alasan bahwa motivasi terbesar
datangnya bangsa India ke Indonesia adalah untuk berdagang. Golongan terbesar yang datang
ke Indonesia adalah para pendagang India (kasta waisya). Mereka bermukim di Indonesia,
bahkan menikah dengan orang Indonesia, dan kemudian aktif melakukan hubungan sosial tidak
saja dengan masyarakat Indonesia secara umum tetapi juga dengan pemimpin kelompok
masyarakat. Lewat interaksi itu mereka menyebarkan dan memperkenalkan agama dan
kebudayaan mereka. teori waisya diragukan kebenarannya. Jika para pedagang yang berperan
terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan mestinya hanya terdapat di
wilayah perdagangan, seperti di pelabuhan atau pusat kota yang ada di dekatnya.
Kenyataannya, pengaruh kebudayaan Hindu ini banyak ditemukan di wilayah pedalaman,
seperti dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Jawa.
Teori Sudra
Teori sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut teori ini, agama Hindu disebarluaskan oleh
golongan sudra. Golongan sudra adalah golongan terbuang yang berlayar ke daerah lainnya
untuk mengubah nasib mereka yang kurang beruntung di India.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori masuknya agama Hindu di Indonesia meliputi
teori Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Arus Balik.