Oleh : kelompok 2
I Komang Bayu Pramana (1811011110)
I Wayan Leo Pratama (1811011044)
I Nyoman Mulia Dipta (1811011102)
I Nyoman Widya Wardana (1811011044)
Ni Luh Gede Wiwin Hendayani (1811011063)
A.A Istri Intan Santi Dewi (1811011109)
Ni Kadek Ayu Indah Puspayani (1811011093)
Ida Ayu Made Saka Dewi (1811011095)
Ni Putu Devi Utami Ariasih (1811011100)
Agama Hindu dalam Bahasa Sansekerta disebut Sanatana Dharma yang artinya
kebenaran abadi, dan Vaidika Dharma yang artinya pengetahuan kebenaran (Agama Weda).
Dengan ungkapan ini dinyatakan, bahwa Kitab Weda menjadi kitab dasar agama Hindu. Agama
ini berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda yang
merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini merupakan agama tertua dan
terbesar ketiga di dunia setelah Agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat terbanyak.
Sebenarnya agama Hindu bukanlah agama dalam arti biasa. Agama Hindu adalah suatu bidang
keagamaan dan kebudayaan yang meliputi zaman kira-kira 1500 SM hingga zaman sekarang.
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran Polytheisme karena memuja banyak
Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu Dewa bukanlah Tuhan
tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu filsafat
agama Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari
segala sesuatu yang ada (Brahman). Brahman adalah asas alam semesta, sedang Atman adalah
asas manusia. Hanya Brahman dan Atman inilah yang memiliki kenyataan. Dunia bendani yang
tampak ini tidaklah nyata, keadaannya hanya semu saja (maya). Tetapi pada akhirnya Brahman
adalah Atman.
Secara bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Kata demokrasi terbentuk dari kata demos
yang berarti rakyat, dan kratos yang memiliki arti kekuasaan atau kekuatan. Jadi, pengertian demokrasi
setara artinya dengan kekuasaan rakyat. Kekuatan itu melingkupi sektor sosial, budaya, politik, dan
ekonomi.Definisi demokrasi secara umum yaitu sistem pemerintahan dengan memberikan kesempatan
kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Yang dimana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Dalam arti lain
rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.Sistem pemerintahan ini mengizinkan seluruh
warga negara untuk berpartisipasi aktif. Warga negara boleh ikut andil secara langsung maupun melalui
perwakilan terkait melaksanakan perumusan, pengembangan dan penyusunan hukum. Bagi para ahli,
demokrasi memiliki penafsiran tersendiri. Meskipun bermuara pada tujuan yang sama.Menurut Charles
Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik, yang membatasi kekuasaan pemerintah dengan
hukum. Demi melindungi hak seluruh warga negara. Sedangkan bagi Abraham Lincoln berpendapat
bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Demokrasi di samping merupakan pelaksanaan dan prinsip kesamaan social dan tidak adanya
perbedaan yang mencolok, juga menjadi suatu cara hidup, suatu way of life yang menekankan nilai
individu dan intelegensi serta manusia percaya dalam berbuat bersama serta manusia percaya bahwa
dalam berbuat bersama manusia menunjukkan adanya hubungan social yang mencerminkan adanya saling
menghormati, kerja sama, toleransi, dan fair play.
Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak
dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan social, dan sebagainya). Di kalangan Taman
Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh
dan berkembang menurut kodratnya.Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan
pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidikan dan anak didik, serta juga dengan pengelola
pendidikan.Proses demokrasi pendidikan lazimnya akan berlangsung antara pendidik dengan anak didik
dalam pergaulan, baik secara perorangan maupun secara kolektif. Yang demikian tidak hanya
berlangsung dalam tatap muka, tetapi lebih jauh dapat terjadi dengan penggunaan media cetak ataupun
elektronik. Namun, tidak semua pergaulan tersebut berintikan demokrasi pendidikan, kecuali ada maksud
dari pendidik agar anak didik tidak terpengaruh sehingga anak didik mampu mengembangkan diri untuk
mencapai kedewasaan dan mampu mengubah tingkah lakunya untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat
serta tergalinya potensi-potensi yang dipunyai oleh anak didik.Oleh karena itulah, demokrasi pendidikan
dalam pengertian yang lebih luas, patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktik
kehidupan dan Pendidikan.
Demokrasi pada dasarnya mengakui setiap warga negara sebagai pribadi yang unik, berbeda satu
sama lain dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Demokrasi memberikan kesempatan yang
luas bagi pelaksanaan dan pengembangan potensi masing-masing individu tersebut, baik secara fisik
maupun mental spiritual. Demokrasi juga mengakui bahwa setiap individu mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Karena itu, pendidikan yang demokratis adalah pendidikan yang menempatkan peserta didik
sebagai individu yng unik berbeda satu sama lain dan mempunyai potensi yang perlu diwujudkan dan
dikembangkan semaksimal mungkin. Untuk itu pendidikan yang demokratis harus memberikan treatmen
berbeda kepada sasaran didik yang berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing. Pendidikan yang
demokratis juga menuntut partisipasi aktif peserta didik bersama guru dalam merencanakan,
mengembangkan dan melaksanakan proses belajar-mengajar. Partisipasi orang tua dan masyarakat juga
amat penting dalam merancang, mengembangkan dan melaksanakan proses pendidikan
tersebut.Demokrasi, dalam lingkup pendidikan, adalah pengakuan terhadap individu peserta didik, sesuai
dengan harkat dan martabat peserta didik itu sendiri, karena demokrasi adalah alami dan manusiawi.Ini
berarti bahwa penelitian pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan harus mengakui dan
menghargai kemampuan dan karakteristik individu peserta didik. Tidak ada unsur paksaan atau mencetak
siswa yang tidak sesuai dengan harkatnya.
Dengan demikian, demokrasi berarti perilaku saling menghargai, saling menghormati, toleransi
terhadap pihak lain termasuk pengendalian diri dan tidak egois. Dalam proses pendidikan, semua pihak
yang terkait menyadari akan alam atau atmosfir yang bernuansa saling menghargai tersebut, yaitu antara
guru dengan guru, antara guru dengan siswa dan antara guru dengan pihak-pihak anggota masyarakat
termasuk orang tua dan lain-lain. Ini berarti bahwa dalam semangat demokrasi seorang harus tunduk
kepada keputusan bersama atau kesepakatan bersama. Tidak terjadi keharusan penerimaan tanpa unsur
paksaan, tetapi kesepakatan bersama yang akan menjadi sikap mereka semua. Dengan kata lain, seseorang
menerima keputusan bersama dengan rasa ikhlas karena menomerduakan kepentingan pribadi dan tunduk
kepada tuntutan kesejahteraan umum.Demokrasi dalam pendidikan dan pembelajaran menggunakan
pengertian equal opportunity for all.Artinya, anak didik mendapat peluang yang sama dalam menerima
kesempatan dan perlakuan pendidikan. Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu
untuk mengikuti setiap kegiatan pendidikan.
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam
pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat dalam :
1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2.
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2o Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan untuk menjadikan warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab adalah pendidikan demokrasi.
Demokrasi pendidikan merupakan proses memberikan jaminan dan kepastian adanya persamaan
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di dalam masyarakat tertentu.
a. Pasal 5 yaitu Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
b. Pasal 6 yaitu Setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti
pendidikan untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya
setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dan tamatan pendidikan dasar.
c. Pasal 7 yaitu Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan
diselenggarkan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
d. Pasal 8 yaitu Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan mental berhak memperoleh pendidikan
luar biasa
1). Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus. 2). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Dalam beberapa kali GBHN ditetapkan sebagai ketetapan MPR hasil Sidang Umum MPR, senantiasa
memuat tentang masalah-masalah pendidikan. Untuk melihat sekadar gambaran pembahasan pendidikan
di dalam GBHN tersebut dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan
dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar
yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif
dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional alan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
2. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
3. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, perlu segera disempurnakan sistem
pendidikan nasional yang berpedoman pada undang-undang mengenai pendidikan nasional.
4. Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu makin diperluas, ditingkatkan
dimantapkan usaha-usaha penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila sehingga makin
membudaya di seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan apa yang termuat dalam undang-undang dan GBHN tersebut, dalam konteks pelaksanaan
demokrasi pendidikan di Indonesia merupakan suatu proese untuk memberikan jaminan dan kepastian
adanya persamaan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama pada usia sekolah tertentu.
Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan demokrasi di Indonesia tidak hanya terbatas pada pemberian
kesempatan belajar, tetapi juga melingkupi fasilitas pendidikan sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap berorientasi kepada peningkatan mutu, dan
relevansi pendidikan atau keserasian antara pendidikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan
begitu semua lapisan masyarakat melalui lembaga-lembaga sosial dan keagamaan akan mungkin
menyelenggarakan pendidikan dengan mengikuti petunjuk arah dan pedoman yang telah dibuat dan
disepakati sebagai standar dalam keseragaman pelaksanaan pendidikan.
Sikap kritis dan jujur sangat penting dimiliki oleh setiap umat beragama sebab
sesungguhnya sikap kritis dan jujur itu dapat menjauhkan manusia dari segala konflik. Manusia
sebagai mahluk paling mulia yang dianugerahi pikiran untuk membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, namun kenapa sekali manusia itu saling hancurmenghancurkan karena fifnah
agama. Kerap sekali ada kata-kata atau kalimat yang datang dari kelompok agama tertentu yang
menyatakan bahwa hanya agama mereka sebagai agama wahyu sedangkan agama lainnya adalah
agama buatan manusia atau agama budaya.Bagaimana pengetahuan yang irasional seperti itu
telah mencekoki pikiran manuisia ? Penanaman pengetahuan irasional yang menyatakan bahwa
ada dua agama, yaitu agama langit dan agama bumi, atau agama wahyu dan agama buatan
manusia, hal tersebut sesungguhnya merupakan racun rohani yang menciptakan manusia membeci
manusia lainnya tanpa alasan yang cerdas. Secara spiritual penanaman kebencian kepada sesama
manusia melalui cara membenci ajaran agama lain yang tidak dianut merupakan proses
pembodohan yang paling berbahaya. Oleh karena itu, setiap orang yang menyadari bahwa
dirinya diberikan otak(pikiran) harus senantiasa menggunakan pikiranya untuk mengaanalisis
apakah memang benar ayat-ayat suci itu wahyu Tuhan atau telah mendapatkan penafsiran dari
penerima wahyunya dan penyebar wahyu tersebut.Ataukah telah ditafsirkan sesuai dengan
kepentingan tertentu.Pemakaian kalimat tidak langsung pada rumusan ayat-ayat suci, barangkali
dapat dijadikan awal pemikiran bahwa wahyu itu kemungkinan tidak langsung disabdakan oleh
Tuhan. Dengan berpikir, bersikap kritis secara relatif seperti itu, maka seseorang akan berpikir
dua kali untuk menghina agama lain yang tidak dianutnya. Setiap pemeluk agama semestinya
tidak perlu terlalu fanatik terhadap ayatayat suci yang ada pada kitab suci yang
diyakini.Kebenaran itu tidak ada di kitab suci, kebenaran itu tidak ada dalam katakata, tetapi
kebenaran itu justru ada dalam perbuatan.Kitab suci hanya memuat tentang batasan kebenaran,
ukuran kebenaran, serta rambu-rambu untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan konsep
ruang, waktu dan keadaan (desa, kala dan patra). Sesuatu akan bernilai benar apabila telah ada
kesesuaian antara yang tersurat atau terucap dengan yang terlaksana. Sebelum diwujudkan dalam
tingkah laku, kebenaran itu tidak ada. Kebenaran itu realita, demikian pulakesalahan itu juga
realita, oleh karena itu umat beragama semestinya hidup dalam realitas. Sebagai contoh agar lebih
mudah memahaminya, bahwa seseorang tidak akan pernah merasakan betapa manisnya rasa gula
batu itu, hanya dengan cara terus-menerus mengatakan “gula batu itu manis” walaupun
diucapkan lebih dari seribu kalipun, ia juga tidak pernah merasakan manisnya gula batu itu,
ataudengan cara mengunyah secarik kertas yang berisi tulisan “gula batu itu manis”, seberapa
banyakpun ia mengunyah secarik kertas yang berisi tulisan “gula batu itu manis” , mka ia juga
tidak akan pernah merasakan manisnya gula batu itu. Satu-satunya cara yang harus dilakukan
agar mengetahuirasa gula batu itu manis adalah dengan cara ia telah betul-betul mengunyah gula
batu itu. Dewasa ini banyak ahli hukum agama, ada yang hafal beratus-ratus ayatayat suci
agamanya, tetapi dunia ini sangat sepi dengan kebaikan yang menjangkau seluruh umat Tuhan.
Masingmasing umat beragama hanya terpusat dengan kegiatan kebaikan dalam kelompoknya
sendiri, dan tidak jarang berusaha menyeret umat agama lain yang sudah beragama agar masuk
dalam kelompoknya tersebut. Konversi agama direncanakan dan dilaksanakan secara
sistematik hanya untuk menambah jumlah umatnya dan bukan untuk menambah jumlah
kebaikan di dunia. Secara spiritual seharusnya agama adalah pilihan bebas yang ditentukan oleh
karma wasana (garis karma) yang tidak lain adalah anugerah Tuhan. Tuhan menyediakan banyak
agama agar semua manusia dapat memilih salah satunya yang sesuai dengan tempramennya dan
karakternya yang kemudian dijadikan sebagai petunjuk hidupnya.Inilah tingkat kesadaran yang
harus dimiliki oleh umat manusia jika manusia berharap untuk menciptakan kedamaian antar
sesama umat manusia di muka bumi. Tanpa mengakui dan menempatakan agama lainnya sebagai
agama yang sama dengan agama yang dianutnya, maka selama itu tidak akan ada rasa damai dan
tidak akan pernah ada kejujuran di muka bumi. Setiap umat beragama harus jujur dan tidak
menghianati kebenaran hati kecilnya; umat manusia harus berani menyatakan bahwa yang benar
itu adalah benar dan yang salah itu salah. Selain itu senantiasa sadar untuk berubah dari
kesalahan sebagaimana mantram Veda menyatakan : asato ma sadgamaya tamaso ma jyotir gama
ya „dari yang tidak benar tuntunlah kami kepada yang benar dan dari kegelapan menuju cahaya
yang terang benderang‟. kesalahan itu juga realita, oleh karena itu umat beragama semestinya
hidup dalam realitas. Sebagai contoh agar lebih mudah memahaminya, bahwa seseorang tidak
akan pernah merasakan betapa manisnya rasa gula batu itu, hanya dengan cara terus-menerus
mengatakan “gula batu itu manis” walaupun diucapkan lebih dari seribu kalipun, ia juga tidak
pernah merasakan manisnya gula batu itu, ataudengan cara mengunyah secarik kertas yang
berisi tulisan “gula batu itu manis”, seberapa banyakpun ia mengunyah secarik kertas yang berisi
tulisan “gula batu itu manis” , mka ia juga tidak akan pernah merasakan manisnya gula batu itu.
Satu-satunya cara yang harus dilakukan agar mengetahuirasa gula batu itu manis adalah dengan
cara ia telah betul-betul mengunyah gula batu itu. Dewasa ini banyak ahli hukum agama, ada
yang hafal beratus-ratus ayatayat suci agamanya, tetapi dunia ini sangat sepi dengan kebaikan
yang menjangkau seluruh umat Tuhan. Masingmasing umat beragama hanya terpusat dengan
kegiatan kebaikan dalam kelompoknya sendiri, dan tidak jarang berusaha menyeret umat agama
lain yang sudah beragama agar masuk dalam kelompoknya tersebut. Konversi agama
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik hanya untuk menambah jumlah umatnya dan
bukan untuk menambah jumlah kebaikan di dunia. Secara spiritual seharusnya agama adalah
pilihan bebas yang ditentukan oleh karma wasana (garis karma) yang tidak lain adalah anugerah
Tuhan. Tuhan menyediakan banyak agama agar semua manusia dapat memilih salah satunya yang
sesuai dengan tempramennya dan karakternya yang kemudian dijadikan sebagai petunjuk
hidupnya.Inilah tingkat kesadaran yang terpenting yang harus dimiliki oleh umat manusia jika
manusia berharap untuk menciptakan kedamaian antar sesama umat manusia di muka bumi.
Tanpa mengakui dan menempatakan agama lainnya sebagai agama yang sama dengan agama yang
dianutnya, maka selama itu tidak akan ada rasa damai dan tidak akan pernah ada kejujuran di
muka bumi. Setiap umat beragama harus jujur dan tidak menghianati kebenaran hati kecilnya;
umat manusia harus berani menyatakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu
salah. Selain itu senantiasa sadar untuk berubah dari kesalahan sebagaimana mantram Veda
menyatakan : asato ma sadgamaya tamaso ma jyotir gama ya „dari yang tidak benar tuntunlah
kami kepada yang benar dan dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang‟.
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hindu adalah agama yang menjungjung tinggi prinsip-prinsip Demokrasi, karena Hindu
memberikan kebebasan umatnya utuk mimilih cara atau jalan untuk meyakini Tuhan, sesuai
dengan hati nuraninya.
b. Hindu adalah agama yang sangat menghargai perbedaan dan keanekaragaman, sejalan
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang juga merupakan intisari ajaran Hindu.
c. Hindu adalah agama yang selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap kritis dan jujur,
dimana sikap ini sejalan dengan pemikiran Demokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini,
dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma , artinya "darma abadi"
atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban
"kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya tanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti
kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai
peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang
beragam dan tanpa tokoh pendiri.Secara bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Kata
demokrasi terbentuk dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang memiliki arti kekuasaan
atau kekuatan. Jadi, pengertian demokrasi setara artinya dengan kekuasaan rakyat.Prinsip-prinsip
Demokrasi Pendidikan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
2o Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.
Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada dasarnya telah dikembangkan sedemikian
rupa dengan menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam pendidikannya, terutama
setelah diproklamasikannya kemerdekaan hingga sekarang. . Hindu adalah agama yang selalu
mengajarkan umatnya untuk bersikap kritis dan jujur, dimana sikap ini sejalan dengan pemikiran
Demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.materibelajar.id/2016/06/sejarah-perkembangan-agama-hindu.html?m=1
https://www.scribd.com/doc/285672935/pengertian-demokrasi-pendidikan
https://cumabuatisengsaja.wordpress.com/tag/prinsip-prinsip-demokrasi-pendidikan-diindonesia/
http://phdi.or.id/artikel/demokrasi-dalam-arthasastra