Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

DINAS P ENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGAKOTA DENPASAR


SMP N EGERI 2 DENPASAR
Alamat : Jalan Gunung Agung No. 112, Denpasar, Telp. (0361)424208 E-
mail : smpnegeri2denpasar@gmail.com

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI


GURU PENGAMPU : NI WAYAN WIDYANINGSIH, S.Pd.
KELAS : VIII
MATERI : BAB V “ Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Asia ”

Sejarah Agama Hindu

Agama hindu adalah agama yang lahir di india. Nama hindu dikaitkan dengan nama
negeri India (Indus). Perkembangan agama Hindu di India sangat berkaitan dengan sistem
kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke India pada 1500 SM. Mereka masuk India melalui
Celah Khyber dan menggantikan posisi bangsa Dravida dan Munda yang pernah menguasai
India. Sebelum India diduduki bangsa Arya, India di huni oleh bangsa Dravida. Bangsa Arya
berhasil mendesak bangsa Dravida, serta membawa perubahan yang sangat besar dalam tata
kehidupan masyarakat di India. Bangsa Arya memasuki lembah Sungai Indus secara
berelombang, bergerak dan menyebar ke arah tenggara dan memasuki daerah lembah Sungai
Gangga dan Yamuna. Di Punjab (daerah lembah Sungai Indus), bangsa Arya dapat
mempertahankan kemurnian keturunannya. Sedangkan yang berada di lembah Sungai Gangga
dan Yamuna berintegrasi (menyatu) dengan bangsa Dravida yang merupakan penduduk asli.
Dari integrasi tersebut terjadilah percampuran di antara bangsa Arya dan Dravida, baik itu
menyangkut tradisi maupun sistem kepercayaannya. Akhirnya lahirlah agama dan kebudayaan
Hindu. Jadi, dapat di jelaskan bahwa agama Hindu merupakan sinkretisme (percampuran) antara
kepercayaan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida.

Sejarah agama Hindu yang dimulai sejak peradaban lembah sungai Sindhu di India,
Harappa dan Mahenjodaro, di ketahui bahwa India di masa lalu adalah benua yang sangat besar
sebagai bagian dari belahan dunia khususnya di Asia. Secara umum India menurut Dadjoni
(1987) terbagi menjadi dua kutub kehidupan. Pertama adalah India bagian Utara dengan karakter
perbedaan tinggi rendah dataran yang sangat menonjol, hutan yang berada di dataran tinggi,
tidak sebanyak di dataran lembah Shindus dan Gangga. Masyarakat India bagian Utara yang
berada di dataran rendah memungkinkan untuk dapat hidup dengan mengumpulkan hasil hutan
dan memiliki kehidupan lebih baik dari mereka yang tinggal di dataran tinggi (pegunungan).
Kedua, India bagian Selatan, datarannya mendekati garis katulistiwa. Dataran yang berlajur
dengan garis katulistiwa biasanya memiliki iklim yang agak panas. Iklim seperti itu pada
umumnya mengakibatkan orang-orang di bagian Selatan ini memiliki warna kulit hitam-hitam
jika dibandingkan dengan mereka yang bermukim di India bagian Utara. Secara umum
masyarakat yang berada di perlintasan katulistiwa memiliki aktivitas pertanian yang baik.
Masyarakat agraris adalah karakter dari peradaban Harappa dan Mahenjodaro (Suwindia, 2012:
7).

Banyak sisa peningggalan baik yang berupa artefak akeologis, maupun antropologis,
bahwa pada satu ketika peradaban di daerah lembah Indus ini memiki peradaban yang sangat
maju. Hanya saja ketika peperangan bangsa Arya, maka 40 peradaban dengan berbagai barang
peninggalannya menjadi tersisih dan lama-lama hancur. Orang-orang yang ada di lembah Indus
sesungguhnya memiliki kemiripan dengan orang-orang di Mesir dan Mesopotamia, yaitu suatu
masyarakat yang mendiami satu wilayah dengan sistem arsitektur yang khas. Di sinilah banyak
ditemukan lewat upaya penggalian arkeologis berupa alur kota dengan jalanjalannya yang sangat
teratur. Menurut Daldjoni (1987) menyatakan, Sungai Sindhu yang disebut juga sebagai Indus,
adalah salah satu sungai terbesar di Asia yang sumber airnya berasal dari puncak pegunungan
Himalaya, yang melewati wilayah Kasmir, daratan Pakistan sebelum akhirnya bermuara di Laut
Arab. Lembah sungai Sindhu ini menjadi pusat peradaban di mana kehidupan dapat berkembang
dengan baik ketika itu, yang diidentikkan dengan kehidupan di tepi sungai Nil, Eufrat, dan
Tigris. Hampir di setiap belahan dunia, bahwa tepi sungai atau sumber air adalah pusat-pusat
peradaban di masa silam. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan beberapa kerajaan besar di masa
lalu, seperti Sriwijaya dekat sungai, Kasultanan Siak di dekat sungai Musi di Sumatra dan lain-
lain. Jadi dapat dikatakan bahwa pegunungan, dataran tinggi, dan sumber air, adalah tempat-
tempat atau daerah-daerah yang sangat potensial menjadi pusat-pusat peradaban kehidupan
manusia (Suwindia, 2012: 9). Dijelaskan bahwa masuknya peradaban India ke Indonesia,
memiliki makna tersendiri dalam perkembangan sejarah agama Hindu. Hubungan dagang antara
India dengan Indonesia sudah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu. Hubungan dagang ini
ditengarai sebagai salah satu media masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu ke Indonesia.

Pemanfaatan angin muson timur dan angin muson barat, adalah salah satu bukti betapa
para pelaut ulung menjelajah samudera yang maha luas di beberapa benua. Bukti sejarah ini
adalah bukti kisah, bagaimana perjalanan agama Hindu dari dataran India hingga bisa masuk ke
Indonesia. Beberapa pandangan tentang proses bagimana masuknya pengaruh agama Hindu ke
Indonesia. Menurut Krom dalam Notosusanto (1984), masuknya pengaruh India ke Indonesia
hendaknya tidak dikatakan sebagai upaya peng-Hindu-an Indonesia. Kenapa dikatakan
demikian? Menurutnya, para ahli sesungguhnya ketika itu memandang istilah peng-Hindu-an
seolah-olah sangat ekstrim, karena berkaca pada konsep animisme dan dinamisme serta sistem
keyakinan lokal yang sudah ada ketika itu. Dapat digambarkan bahwa fakta sejarah telah
membuktikan bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki folklore yang sangat kental
sebagai satu local wisdom dari masing-masing daerah di Indonesia. Menurut Notosusanto, ada
dua mainstream yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai proses masuknya pengaruh
Hindu ke Indonesia, antara lain teori ksatriya dan teori vaisya.

Proses perkembangan agama Hindu di India pada hakekatnya dibagi menjadi 4 fase yaitu
1. Zaman Weda
Zaman ini dimulai pada waktu bangsa “Arya” berada di Punjab di Lembah sungai
Sindhu(Sekitar 1500SM). Pada Zaman ini mulai turun sabda-sabda suci Hyang Widhi
yang disebut Weda(Ilmu Pengetahuan Suci) yang selanjutnya disusun menjadi mantra
yang mana terdapat bagiannya disebut Catur Weda yaitu Reg Weda, Sama Weda, Yayur
Weda dan Atharwa Weda. Zaman ini pula bangsa Arya membagi masyarakat menjadi 4
golongan disebut dengan Catur Kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Zaman ini juga sudah mengenal adanya Dewa-dewa.
2. Zaman Brahmana
Mulai tersusunnya tata cara beragama yang teratur. Kitab Brahmana yaitu menguraikan
saji dan tentang upacaranya. Penyusunan tentang tata cara Upacara beeragama
berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat dalam kitab suci Weda. Zaman ini untuk
pembuatan sajiyang besar kitab penuntunnya disebut “Kalpasutra” yang mana Kalpasutra
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Grhya Sutra : penuntun saji yang terkecil dibuat dilingkungan keluarga (Grhya
Karma) misalnya upacara kelahiran anak, perkawinan dll.
b. Crauta Sutra : penuntun saji besar dalam lingkungan raja/Negara (Crauta Karmani)
misalnya : Aswamedha Yadnya :korban kuda raja-raja yaitu untuk penobatan raja.
3. Zaman Upanisad
Zaman ini adalah pengembangan dan penyusunan falsafah agama. Bukan hanya upacara
dan saji yang dipentingkan namun pengetahuan batin yang lebih tinggi yang dapat
membuka tabir rahasia alam gaib itu yang menjadi pandangan hidup. Kata Upanisad
berasal dari kata “Upa”:Dekat, “Ni” : Pimpinan(Guru) dan “Sad”:Duduk . jadi Upanisad
maksudnya duduk dbawah dekat guru untuk menerima ajaran-ajaran suci. Upanisad
mengajarkan bagaimana tentang cara menghancurkna kegelapan jiwa (Awidya) untuk
akhirnya mendapatkan “Sat Cit Ananda” yaitu kesadaran ketentraman dan kebahagiaan.
4. Zaman Buddha
Zaman ini pengembangan Logika dan Yoga Semadhi. Dimulai ketika Putra Raja
Sudhodana bernama “Sidartha” selanjutnya sebagai Budha Gautama: menafsirkan Weda
dari sudut logika dan mengembangkan system yoga , semadhi untuk memudahkan
mencapai tujuan akhir yaitu Moksa(Nirwana). Agama Budha bukanlah agama baru
namun merupakan lanjutan dan pelurus ajaran Hinduisme sesuai dengan kesucian dari
Weda. Sebelum tersusunnya agama Hindu yang bulat yang merupakan”Way Of Life”
umat Hindu meliputi segala aspek kehiduppan dan kesatuan kepercayaan yaitu kepada
Tuhan Yang Maha Esa(Ida Sang Hyang Widhi Wasa) agama Hindu memiliki beberapa
Mazab atau aliran kepercayaan yaitu :
a. Paksa/Mazab Wisnu memuja Dewa Wisnu disebut golongan “Waisnawa” yang
mengutamakan jalan “Jnana” sebagai jalan untuk mencapai kesatuan Atman dengan
Brahman
b. Paksa/Mazab Ciwa memuja dewa Siwa disebut golongan “Caiwa” yang
mengutamakan jalan “Karma” sebagai jalan mencapai tujuan akhir. Golongan ini
yang banyak di Indonesia .
c. Paksa/Mazab Brahma memuja Dewa Brahma golongan ini sedikit di India karena
menurut golongan ini tugas Dewa Brahma sudah selesai.
d. Paksa/Mazab “Cakti” golongan yang memuja sakti terutama cacti dewa Ciwa (Durga
dan Uma) golongan ini mengutamakan jalan “Bakti” untuk mencapai tujuan akhir.
e. Paksa/Mazab “Budha” disebut “Budhaisna (Budaisma) yaitu mengutaman jalan
“Yoga Semadhi” untuk mencapai tujuan akhir.
Walaupun awalnya banyak Mazab yang terdapat dalam tubuh Hinduisme sekarang
mazab itu sudah tersusun bulat terdapat satu kesatuan kepercayaan yaitu menyembah
Ida Sang Hyan Widhi. Selanjutnya bila ditinjau dari sudut sejarah agama Hindu
adalah agama yang tertua diantara agama yang ada di dunia. Untuk mengetahui
secara pasti kapan dan dimana sebenarnya agama Hindu itu lahir pertama kali namun
tidak seorangpun dapat memberikan pendapat yang mempunyai bukti yang pasti
kapan berawalnya atau kapan berakhirnya maka Hindu disebut “Sanatana
Dharma”atau agama yang kekal dan “Anadi Ananta”artimya tidak berawal dan tidak
berakhir. Walaupun tidak diketahui pasti kapan lahirnya namun Hindu adalah agama
yang universal tersebar di seluruh Dunia dan besar pengaruhnya diseluruh jagad
berdasarkan fakta-fakta sejarah. Beberapa diantaranya yaitu :
a. Agama Hindu di Afrika terdapat sebuah Prasasti yang di gali di Mesir bertanggal
1280 SM menyebutkan perjanjian antara “Ramases II dan Bangsa Hittite” dalam
perjanjian ini “Maitra Varuna (Dewa Kembar dalam Weda) dinyatakan sebagai
saksi”. Demikian pula masa itu Raja-raja Mesir dijaman Purbakala memiliki
nama-nama seperti Ramases I, Ramases II, Ramases III dan lainnya mirip dengan
nama Rama yang merupakan Awatara Wisnu. Di Pulau Madagaskar dipantai
Timur Afrika Selatan kebanyakan nama tempat mempunyai hubungan erat
dengan Rama. Mengenai gurun Sahara di Afrika Utara menurut para ahli biologi
berasal dari samudra yang mengering. Kata Samudra bahasa sansekertanya adalag
Sagara juga dikatakan bahwa “Sahara” masih ada di bawah air manusia hidup
disekelilingnya yang mana nama mereka kebanyakan bernama “Sansekerta”
rupanya penduduk tersebut mempunyai hubungan dengan Raja Kosala.
b. Di Mexico rakyatanya merayakan sebuah pesta ria yang disebut “Festifal Rama
Sita” itu diadakan waktu “Dussara/Navaratri kita. Penggalian dilakukan di
Mexico terdapat “Patung Ganesa”. Juga penyelidikan antropologi menunjukkan
bahwa penduduk purba daerah (Mexico) adalah orang “Astika” yaitu orang-orang
yang percaya akan Weda yang kemudian menjadi “Astecs” kemudian kebanyakan
mempunyai kepercayaan kepada Dewa Siwa.
c. Di Peru dibarat daya Amerika Latin penduduknya memuja Dewa Matahari, hari
raya tahunan mereka jatuh pada tanggal 21 Juni-22 desember. Mereka dikenal
sebagai Bangsa Inca dari perkataan Ina yang berarti matahari.
d. Di Kalifornia kemungkinan berasal dari kata “Kapila Aranya” menurut kisah
Purana, menceritakan tentang Raja Sagara dan 60.000 putranya dibakar habis
menjadi abu oleh Rsi Kapila. Putra-putra ini menggali bumi untuk menuju “Patala
Loka” dalam rangka mencari persembahan yang mereka temui dekat Rsi Kapila
bertapa karena mereka mengganggu pertapaan beliau sehingga marah dan
membakar mereka , sehingga tempat itu disebut Cagar Lama Taman Gunung Abu
(Ash Mountain Park) dan Pulau Kuda (Horse Island). Patala Loka adalah negeri
di balik India yaitu benar Amerika.
e. Di Australia penduduknya melakukan suatu tarian disebut “Ciwa Dance (Taruan
Siwa)”

Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Berdasarkan beberapa pendapat dapat diperkiarakan agama Hindu lahir dan berkembang
pertama kali kurang kebih 2500 SM dilembah sungai suci Sindhu di India disinilah Bhagawan
Wyasa/Byasa menerima wahyu dari ISHWW lalu diabadikan dalam bentuk pustaka suci Weda.
Dari lembah sungai Sindhu ajaran-ajaran suci ini menyebar ke seluruh pelosok dunia yaitu India
Belakang, Asia Tengah , Tiongkok, Jepang dan akhirnya ke Indonesia. Agama Hindu memasuki
Indonesia melalui proses alkulturasi yaitu perpaduan antara budaya asli Indonesia dengan agama
Hindu India. Selanjutnya berangsur-angsur agama Hindu menjiwai budaya asli Indonesia sesuai
dengan sifat-sifatnya. Para Sarjana (Ahli Sejarah) dari bangsa-bangsa Barat dan Timur
mengemukakan berbagai macam teori masuknya agama Hindu di Indonesia antara lain :

1. Teori Brahmana dikemukakan oleh “Van Leur” pendapatnya bahwa masuknya pengaruh
agama Hindu ke Indonesia disebarkan oleh kaum Brahmana bersama kaum pedagang
India.
2. Teori Ksatria dikemukakan oleh “Majundar” menyatakan bahwa pengaruh agama Hindu
masuk ke Indonesia disebarkan oleh Ksatria dari India melalui peperangan
3. Teori Wesya dikemukakan oleh “Mukerjey” menyatakan bahwa masuknya pengaruh
Hindu ke Indonesia melalui kaum pedagang India
4. Teori Pelarian dikemukakan oleh “Dr.Kroom” menyatakan masuknya Hindu ke
Indonesia karena adanya pelarian dari Negara India. Di India terjadi perang yang
mengalami kekalahan melarikan diri ke Indonesia yang mengalami kemenangan
melakukan Aswameda yaitu upacara pelepasan kuda
5. Teori Pelaut oleh “Dr. Coudes” menyatakan Hindu masuk ke Indonesia disebarkan oleh
para pelaut yang terdampar di Indonesia.
6. Teori Buku dikemukakan oleh “Prof. Dr. Purbatjaraka” berpendapat bahwa Hindu masuk
ke Indonesia melalui penyebaran buku-buku agama Hindu.

Menurut beberapa penyelidikan serta nama yang sebenarnya menyebarkan agama Hindu
itu dari India ke Indonesia ada 2 pendapat yaitu
1. Sang Aji Caka. Beliaulah yang pertama tiba di Indonesia untuk menyebarkan agama
Hindu. Hasil yang dicapai oleh Sang Aju Caka ialah cukup besar sehingga menjadi
tonggak baru dari sejarah Indonesia. Kedatangan Sang Aji Caka kira-kita tahun 78
Masehi (Caka 1) kiranya permulaan itulah yang dijadikan tahun baru Cak (tahun Caka )
2. Beberapa prasasti di Jawa dan lontar-lontar di Bali lebih terkenal menyebutkan Rsi
Agastya yang menyebarkan agama Hindu dari sungai Sindhu, Gangga, Yamuna ke
daerah India Selatan, India Belakang dan sampai Indonesia. Oleh karena kebesaran dan
kesucian Rsi Agastya disucikan namanya dalam prasasti dan kesusuatraan kuno
diantaranya :Rsi Agastya adalah salah satu tokoh yang menyebarkan Agama Hindu dari
India ke Indonesia yang merupakan guru dari Rsi Trenawindhu sebagaimana yang
disebutkan dalam kisah perjalanan Rsi Markandeya untuk menuju Pulau Dewata Bali.Rsi
Agastya dalam sejarah agama hindu dalam artikel Ida Bagus Adi disebutkan bahwa Rsi
Agastya dalam menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia ditemukan pada
beberapa prasasti di Jawa dan juga beberapa lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Sri
Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia, melalui sungai Gangga,
Yamuna, India Selatan dan India Belakang.Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya
dalam penyebaran agama Hindu, maka namanya disucikan dalam prasasti-prasasti
seperti:
a. Prasasti Dinoyo (Jawa Timur) | bertahun Caka 628, dimana seorang raja yang bernama
Gajahmada membuat pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan
suci dari Beliau.
b. Prasasti Porong (Jawa Tengah) |bertahun Caka 785, juga menyebutkan keagungan dan
kemuliaan Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka banyak
istilah dharma yang diberikan kepada beliau, diantaranya :
• Agastya Yatra, artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam
pengabdiannya untuk Dharma.
• Pita Segara, artinya bapak dari lautan, karena mengarungi lautan-lautan luas demi untuk
Dharma.
Dalam beberapa kitab Agastya dijelaskan,Agastya Parwa,
• Agnihotra sebagai persembahan berupa minyak dari biji-bijian(kranatila), madu kayu
cendana (sri wrksa) mentega susu dan sebagainya seperti digambarkan dalam
Kakawin Ramayana I.24-27.
• Tawur Kesanga yang dilaksanakan setiap akhir pergatian tahun saka yang juga diatur
dalam lontar Agastya parwa.
• Upacara Menek Kelih sarat akan nilai - nilai pendidikan yaitu wejangan - wejangan
si orang tua kepada si anak sehingga yadnya (persembahan yang tulus iklas) ini dapat
membuat peluang bagi keluarganya untuk masuk sorga alam swah loka.
Di Indonesia agama Hindu membawakan kemajuannya yang amat besar terbukti dengan
kejayaan kerajaan Hindunya seperti Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan
Majapahit berpusat di Jawa Timur mencapai puncak kejayaannya meliputi seluruh nusantara.
Runtuhnya Majapahit bukan brarti lenyapnya agama Hindu di Indonesia yang menjadi dasar
moral/dari kebudayaan dan kepribadian bangsa. Setelah sampai di Jawa agama Hindu menyebar
ke Bali disebarkan oleh “Rsi Markandeya”. Rsi Markandeya berasal dari daerah Basuki (Jawa
Tengah). Beliau bertapa di Gunung Raung. Beliaulah yang membawa agama Hindu itu pertama
kali ke Bali dan mendirikan Pura Besakih.
• Ada juga beberapa Rsi yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Hindu yaitu :
1. Rsi Wyasa dikenal dengan Kresna Dwipayana merupakan putra dari Rsi
Parasara dengan Dewi Setyawati dilahirkan di delta sungai Yamuna di
tengah Pulau Hitam. Beliau Rsi terbesar penerima Wahyu dan menyusun
kitab suci Weda dan menyusun Asta Dasa Parwa.
2. Rsi Walmiki : penyusun Kitab Ramayana
3. Rsi Manu yang mana ajarannya dikumpulkan dengan nama Manu Smrti
4. Rsi Gautama menyebarkan ajaran Budha
5. Rsi Wararuci menyusun Kitab Sarasamuscaya
6. Rsi Tantular menyusun kitab Sutasoma
7. Rsi Kanwa menyusun kitab Arjuna Wiwaha
8. Rsi Bharadah terkenal dengan Guru para Yogi
9. Rsi Kuturan terkenal dengan ilmu pemerintahan dan menciptakan adanya
pura kahyangan Tiga yaitu Desa, Dalem, Puseh.
10. Rsi/Mpu/Danghyang Astapaka penyebar ajaran Budha Mahayana yang
berasrama di Pura Sakenan (Cakya Muni)
11. Dang Hyang Dwijendra di Bali disebut Bhatara Sakti Wawu Rauh atau
Empi Nirartha atau Pedanda Sakti Wawu Rauh. Di Lombok beliau dikenal
dengan Pangeran Sangupati di Sumbawa dikenal dengan Tuan Semeru.
Dang Hyang Nirartha di Bali menyebarkan faham atau aliran ajaran ciwa
beliaulah yang menurunkan adanya golongan Brahmana Ciwa di Bali.

Anda mungkin juga menyukai