OLEH
Penting untuk memahami bahwa agama Hindu sangat beragam, terdiri dari
berbagai aliran, tradisi, dan praktik keagamaan yang berbeda-beda. Sejarah
perkembangan agama Hindu juga dipengaruhi oleh faktor politik dan sosial,
seperti penaklukan dan pengaruh budaya dari bangsa asing, serta perubahan
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat India.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan agama Hindu?
b. Bagaimana Sejarah Agama Hindu?
c. Bagaimana Kepercayaan kepada Tuhan dalam agama Hindu?
d.Apa saja Kitab-kitab Agama Hindu?
e. Apa saja catur warna dalam Agama Hindu?
f. Bagaimana masuknya Agama Hindu ke Indonesia?
PEMBAHASAN
A. Definisi Agama Hindu
Nama hindu sebenarnya tidak asli. Nama ini, diberikan oleh orang-
orang(para imigran) yang datang di India sejak berabad-abad yang lalu. Mereka
datang di India melalui celah-celah (pass) Kayber, di barat daya (north-
western)pegunungan Himalaya. Kata hindu diambil dari kata Sindhu yang
merujuk pada Sungai Indus (Indus valley). Adapun kata Hindu atau Sindhu
artinya Sungai. Kemudian, keyakinan (faith, sraddha) yang dianut oleh mereka itu
dikenal sebagai Hinduisme (agama Hindu).
Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
India sekarang. Agama ini timbul dari bekas-bekas reruntuhan ajaran-ajaran Weda
dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk-bentuk rupa India purbakala dan
berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh di semenanjung
itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Para peneliti beranggapan Agama Hindu
sebagai kelanjutan dari ajaran-ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses
evolusi. 1
3. A.G. Honig Jr Ilmu Agama, (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 1994), hlm. 1.
4. Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan
(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015), hlm. 131.
5. Ahmad Shalby, Perbandingan Agama ,Agama Agama Besar Di Dunia (Jakarta:
BUMI AKSARA, 1998), hlm. 20.
a. Rig-Weda, berisi sya’it pujian-pujian kepada dewa-dewa (hymne-
hymine).
b. Sama-Weda, sebagian besar berisi sya’ir-sya’ir dari Ring-weda, tetapi
seluruhnya memakai tanda-tanda nada untuk dapat dilagukan dan dinyanyikan.
c. Yajur-Weda, berisi doa-doa untuk pengantar saji-saji yang
dipersembahkan kepada dewa-dewa yang diiringi pengajian Rig-Weda dan Sama-
Weda.
d. Atharwa-Weda, berisi mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir dan
ilmu ghaib, untuk mengusir penyakit, pengikat cinta, menghancurkan musuh dan
sebagainya. 6
2. Kitab Brahmana
Ketika kitab weda itu sudah tidak dapat dipahami lagi, maka para pendeta
(Brahmana) membuat tafsiran-tafsiran untuk itu, yakni kitab-kitab Sutra, artinya
kitab penuntun, dan kitab-kitab dharmasastra, yakni kitab-kitab hukum. Karena
banyak orang tidak dapat lagi memahami kitab Weda, maka kesempatan bagi para
pandita (Brahmana) untuk memperkokoh kedudukan mereka di mata rakyat.
Terletaklah kekuasaan mereka untuk menafsirkan kitab-kitabWeda itu sedemikian
rupa, sehingga seorangpun tidak akan sangsi lagi akan kekuasaan para pandita
yang disebabkan oleh berhubungan mereka dengan para dewa. Pandita adalah
satu-satunya orang yang tahu tentang upacara-upacara persembahan yang banyak
seluk beluk nya. Isi kitab brahmana terdiri atas dua bagian: yang pertama, berisi
tentang peraturan-peraturan untuk persembahan, yang memberikan tafsiran
tentang peraturan-peraturan di dalam Weda. Kedua, kitab-kitab Brahmana juga
sejenis kitab-kitab hukum atau dharmasastra. Kitab itu ia kumpulkan patokan-
patokan bagi seluruh kehidupan, menurut patokan-patokan itu seluruh kehidupan
harus diselenggarakan. Hukum-hukum dan patokan-patokan itu diatur
dipertajamlah perbedaan antara berbagai golongan yang merupakan penduduk
India yang sangat bercampur dan bermacam-macam itu. Selain kasta-kasta yang
dahulu telah di sebut, terjadilah sekarang sejumlah kasta campuran karena
3. Kitab Upanisad
Kata Upanisad itu berasal dari kata Upa dan ni, artinya dekat, didekatnya
dan dari sad, artinya duduk. Jadi kata itu artinya duduk dekat, maksudnya duduk
di dekat seorang guru untuk menerima daripadanya pandangan untuk
mendengarkan dan menerima pelajaran dan pengajaran pengetahuan yang lebih
tinggi. Pelajaran-pelajaran yang di berikan oleh para petapa kepada murid di hutan
yang sunyi itu, kebanyakan bukanlah soal sehari-hari, tetapi hal yang luar biasa ,
mendalam pelik dan rumit, dan ajaran-ajaran itu bersifat rahasia. Intisari dan isi
yang terpenting dari kitab Upanisad ialah: Atmawidya, yaitu pengetahuan tentang
atma yakni jiwa. Upanisad-upanisad yang termasyhur (ada banyakjumlahnya)
ialah misalnya Chandogya dan Kathaka-Upanisad. 8
4. Kitab Purana
Purana berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “cerita zaman kono”.
Kitab Purana adalah kitab suci yang dijunjung tinggi oleh golongan Waisnawara
dan Ciwa. Berisi cerita kono yang dikumpulkan dari dongeng-dongeng yang
hidup dalam kalangan rakyat. Selain itu dalam Purana ada juga dijelaskan
kedudukan Dewa Brahma, bahwa Brahma benar-benar dewa Pencipta yang
menjadikan, dia juga yang menjadikan dirinya sendiri, Swayambehu atau terjadi
sendiri, dan dari dirinya sendiri pula seluruh alam ini diciptakan. 9
5. Kitab Tantara
Kitab Tantara adalah kitab yang memuat tentang cara pemujian masing-
masing sake dalam agama Hindu. Kitab Tantara juga menjelaskan mengenai
7. Honigir Jr A.G, Ilmu Agama (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 1994), hlm. 95-97.
8. Honigir Jr A.G, Ilmu Agama, hlm.109-110.
9 . Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan
(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015), hlm. 149.
peninjauan, mantra-mantra, jampi-jampi sihir dan sebagainya. Kitab Tantara juga
mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakan arca. 10
E. Catur warna dalam Agama Hindu
Menurut penganut agama Hindu pembagian Catur Warna itu ada empat
bagian yaitu:
1. Brahmana: mimpin upacara, pengantar dengan tujuan untuk mencapai
keselamatan dunia, mereka adalah kaum pelande, pandite, pemangku, pinandita,
guru-guru agama Hindu, mereka adalah orang-orang yang khusus mempelajari
agama Hindu.
2. Ksatria: Berjuang dan membela Negara untuk kemakmuran dan
keadilan. Mereka yaitu orang-orang dalam pemerintahan, seperti tentara, polisi,
pada jaman dulu, raja, panglima perang, pemimpin, pemegang kekuasaan.
3. Waisya: Pedagang yang bertugas sebagai pengembang perekonomian.
Mereka adalah kelompok pengusaha, pedagang sebagai pengerak roda
perekonomian.
4. Sudra: Pembantu atau buruh dengan kata lain pembantu, buruh, pelayan.
Pembagian ini cukup empat saja, sebab sudah mewakili seluruh elemen
yang ada di dalam masyarakat dan tidak ada golongan yang ke-lima. Sebagaimana
tercantum di dalam kitab Manawa Dharma Sastra yang artinya: “ Brahmana
Ksatria waisya ketiga golongan ini adalah dapat melakukan Dwijati, sedangkan
Sudra, yang keempat adalah ekajati, dan tidak ada golongan yang kelima”.11
Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan penulis. Dan
silahkan berkritik.
“Hanya karena usia seseorang lebih tua tidak berarti dia adalah orang yang
bijak.” Jeong Moon Jeong
Daftar Pustaka
Hakim, Agus. Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan.
Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015.