Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang hingga kini
masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya memiliki kisah,
sistem peraturan dan kemasyarakatan yang unik bila dibandingkan dengan agama lainnya.
Agama Hindu dikenal mengandung sinkretisme (paham aliran baru) yang dibentuk
dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan budaya di anak benua India. Bila
dipikirkan, dari seluruh agama yang masih hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua
setelah kepercayaan Animisme (kepercayaan pada roh-roh halus) dan Dinamisme
(kepercayaan pada benda-benda halus).
Agama Hindu adalah agama yang asalnya itu dianut oleh penduduk India. Agama ini
telah melewati agama yang sangat panjang yang bermula dari abad ke-15 sebelum masehi
hingga sekarang ini. Bisa jadi agama Hindu ini adalah agama yang paling tua yang tersisa
hingga saat ini. Sejatinya, Hindu merupakan sebuah agama yang memadukan nilai-nilai
ruhani dan etika. Selain itu, agama ini memiliki konsep politeisme, yaitu berTuhan banyak.
Setiap Tuhan dalam agama Hindu memiliki kinerja dan tugas masing-masing. Umat Hindu
juga menyakini setiap tempat, perbuatan dan fenomena memiliki Tuhan.
Adapun perkembangan agama Hindu di Indonesia, diungkapkan oleh berbagai
sarjana melalui berbagai teori. Hal ini menimbulkan berbagai kesulitan, untuk dapat
mengetahuinya secara pasti karena tidak didapatkannya sumber-sumber bertulis dari zaman
itu yang berasal dari Indonesia sendiri. Menurut penelitian para ahli, secara umum dapat
dikatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama hindu di Indonesia berasal dari India,
berlangsung secara damai dan bertahap melalui kontak perhubungan dan perdagangan.
Proses agama Hindu itu berlangsung pada kurun waktu yang amat panjang. Diawali
dengan tukar menukar barang dagangan, kemudian kontak kebudayaan yang menyebar secara
perlahan-lahan dari daerah pesisir hingga sampai pada masalah agama dengan mendirikan
kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia.
Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang sejarah agama-agama, pembahasan
agama Hindu bila dibandingkan dengan agama-agama lainnya ialah paling awal bila diruntut
secara sejarah perkembangan agama-agama di dunia, dan juga memiliki nilai historis yang
sangat tinggi walaupun asal-usul terbentuknya agama ini belum ditemukan. Sehingga
dipandang perlu mengetahui agama Hindu beserta seluk-beluknya pada saat
memperbincangkan agama-agama di dunia. Memang begitulah agama Hindu ini sendiri para
pakar yang ahli dalam bidang ilmu sejarah belum ada yang bisa sekali menemukan asal
usulnya agama Hindu tersebut. Karean memang pada haqiqatnya barang-barang dan bekas
pada masa awal mulanya agama Hindu itu lahir hanya ditemukan sebagian saja sedangkan
sebagian besarnya belum ditemukan peninggalannya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan agama hindu?


2. Apa asas dan kepercayaan dan siapa pendiri agama hindu?
3. Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama hindu?
4. Apa kitab suci agama hindu?
5. Apa saja peraturan-peraturan dalam agama hindu?
6. Apa doktrin dalam agama hindu?
7. Bagaimana ritual keagamaan dalam agama hindu?
8. Apa saja upacara dalam keagamaan hindu?
9. Apa tempat-tempat suci dalam agama hindu?
10. Apa saja aliran-aliran dalam agama hindu?
11. Apa kesustraan dalam agama hindu?
12. Apa saja pembaharuan-pembaharuan dalam agama hindu?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan agama hindu.


2. Untuk menyebutkan asas, kepercayaan, dan pendiri agama hindu.
3. Untuk menjelaskan sistem ketuhanan dalam agama hindu.
4. Untuk menyebutkan kitab suci agama hindu.
5. Untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam agama hindu.
6. Untuk menyebutkan doktrin dalam agama hindu.
7. Untuk menjelaskan ritual dan upacara keagamaan dalam agama hindu.
8. Untuk menyebutkan upacara keagamaan agama hindu.
9. Untuk menyebutkan tempat-tempat suci agama hindu.
10. Untuk menjelaskan aliran-aliran dalam agama hindu.
11. Untuk menjelaskan kesustraan agama hindu.
12. Untuk menjelaskan pembaharuan-pembaharuan dalam agama hindu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Hindu

Agama Hindu berasal dari India. Agama ini merupakan perpaduan antara agama yang
dianut oleh bangsa Arya dan bangsa Dravida. Bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah
berhasil mendesak bangsa asli India, Dravida. Terjadi pembaruan antara bangsa Arya dan
Bangsa Dravida yang selanjutnya menurunkan generasi yang disebut bangsa Hindu. Kata
“Hindu” berasal dari kata “Sindhu” (bahasa sanskerta) yang berarti sungai. Kata ini mengacu
pada sungai Indus yang menjadi sumber air bagi kehidupan sekitarnya.

B. Sejarah Perkembangan Agama Hindu

Agama Hindu ini adalah merupakan agama lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme)
yang merupakan kepercayaan bangsa Arya. Agama ini diperkirakan muncul antara tahun
1300 SM sampai 3102 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga
kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan agama
Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 Milyar Jiwa.
Agama Hindu merupakan pencampuran antara kepercayaan dan agama yang dibawa
oleh bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida, atau bangsa asli India. Sehingga
masuknya agama Hindu ke India kira-kira pada tahun 1.500 SM melalui bangsa Arya yang
masuk ke India pada tahun tersebut. 1 Perlu diketahui, bangsa Dravida memiliki tingkat
kebudayaan yang tinggi sebelum kedatangan bangsa Arya. Ini dibuktikan dengan adanya
bukti sejarah di lembah sungai Indus yang cukup maju pada tahun 2.500 SM.
Dinamakan agama Hindu, karena didalamnya mengandung adat-istiadat, budi pekerti,
dan gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga dinamakan Agama Brahma
yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu suatu kekuasaan yang besar yang
memiliki daya pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan amalan-amalan ibadat, seperti
membaca doa-doa, menyanyikan lagu pemujaan, dan memberikan korban-korban. 2 Selain
agama Brahma, Hindu juga memiliki nama lain, seperti agama Weda, agama Darma, agama
Upanishad, atau agama Sri Khrisna.3
Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi sekaligus merupakan kumpulan
adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap
kehidupan mereka yang terjadi dari generasi ke generasi. Setelah datang ke India, mereka
dapat menundukkan penduduk asli bangsa Dravida, kemudian membentuk suatu masyarakat
tersendiri di luar penduduk asli.4 Oleh karena itu, bangsa Arya menang setelah mengalahkan

1
Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Widjaya, 1986), Hlm. 41.
2
Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama-Agama Besar Di India (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), Hlm. 18.
3
Hasbullah Bakry, Op.Cit., Hlm. 41.
4
Ahmad Shalabi, Op.Cit., Hlm. 19.

3
bangsa Dravida, maka kebudayaan bangsa Arya lebih unggul dan dominan terhadap
kebudayaan bangsa Dravida.5

C. Asas, Kepercayaan, Dan Pendiri Agama Hindu.

Asas agama Hindu menurut Louis Renou adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah
mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa lain, terutama
bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India. Kemudian kepercayaan-
kepercayaan ini berkesan di India setelah berbenturan dengan pemikiran-pemikiran dan
falsafah-falsafah penduduk asli (bangsa Dravida). 6 Sehingga dalam perkembangannya, agama
Hindu terbentuk dari unsur-unsur pemikiran kedua bangsa tersebut. Unsur Hindu dari bangsa
Arya ialah kitab-kitab Weda, sedangkan unsur dari bangsa Dravida ialah ajaran memuliakan
penjelmaan roh, dewa, dan hantu-hantu.7
Sedangkan menurut Abdul Mun’im Namir, agama Hindu lebih merupakan suatu cara
hidup daripada kumpulan kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai isi kandungannya
yang meliputi berbagai kepercayaan dan hal-hal yang harus dilakukan. Agama ini tidak
mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan
pohon-pohon, dan membawanya naik pula pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan
halus.8

D. Sistem Ketuhanan

Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan atau Dewa. Namun dari sekian banyak
Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain Brahmana (Dewa
pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa pembinasa). Tuhan-tuhan atau
Dewa-dewa tersebut lebih dikenal dengan sebutan Trimurti.
Agama Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena
memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa
bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya, dan
hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala hal yang ada (Brahmana), yang
memanifestasikan dirinya kepada manusia dalam beragam bentuk. Meski begitu, tidak ada
agama lain yang mempercayai banyak Tuhan atau Dewa selain agama Hindu. Agama Hindu
tetap saja tidak bisa disebut agama monotheisme tulen, tapi lebih tepat disebut agama
polytheisme.
Orang-orang Hindu meyakini bahwa bilangan Tuhan sangatlah banyak dan masing-
masing memiliki kekuatan mutlak, ada yang memberi faedah dan ada yang membahayakan.
Lebih lanjut Mohamed Abdul Salam (1953) yang dikutip Prof. Dr. Ahmad Shalaby
menuturkan dalam ucapannya :
“Bentuk-bentuk alam yang indah dan pemandangannya yang agung menimbulkan
kesadaran beragama mereka. Mereka sangat kagum dan terus menikmatinya. Mereka
bersyukur, merasa senang dengannya, memuji-mujinya, dan bahkan mereka menyangka
5
Hasbullah Bakry, Op.Cit., Hlm. 42.
6
Ahmad Shalabi, Op.Cit., Hlm. 19.
7
Hasbullah Bakry, Op.Cit., Hlm. 42.
8
Ahmad Shalabi, Op.Cit., Hlm. 19.

4
bahwa bentuk-bentuk alam ini memiliki ruh dan jiwa sebagaimana mereka juga. Mereka
menganggap ruh-ruh ini memiliki daya kekuatan yang tersembunyi dibalik bentuknya yang
nampak. Dan daya-daya kekuatan inilah yang berkuasa menampakkan bentuk-bentuk yang
mengagumkan dan menawan. Lalu mereka pun mendekatinya melalui bentuk-bentuk ibadat
serta menghadiahkan sesajian atau korban-korban, dan menganggapnya sebagai Tuhan-
tuhan yang mereka seru ketika ada keinginan”.9
Dengan sebab inilah, bilangan Tuhan-tuhan bertambah banyak seiring bertambah
kekaguman mereka terhadap suatu benda-benda alam.

E. Kitab Suci Agama Hindu

Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Kitab suci ini mengandung kepercayaan-
kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak memiliki pencipta yang pasti.
Penganut agama Hindu mempercayai kitab Weda adalah suatu kitab yang ada sejak zaman
dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaannya. Sebagaimana halnya agama Hindu
yang tidak memiliki pendiri, kitab Weda tidak mempunyai pencipta.10

Adapun kitab suci agama Hindu itu terdapat 4 macam:

1. Rig Weda
Kitab ini merupakan kitab yang termasyhur, terpenting, dan paling lengkap di
antara keempat kitab-kitab Weda yang lain. Kitab ini disusun pada sekitar 3.000 tahun
Sebelum Masehi, yang mengandung 1.017 buah nyanyian agama. Kitab ini umumnya
memuat puji-pujian bagi Dewa-dewa (Hymne) yang oleh para pemeluknya
dinyanyikan untuk dewa-dewa mereka, yakni Agni (Dewa api), Varuna (Dewa air),
dan Surya (Dewa matahari).
2. Sana Weda
Sana Weda ini isinya hampir sama dengan Rig Weda, hanya saja ada sedikit
tambahan. Kitab ini berisi bunga sampai penjelasan dari Rig Weda yang dilengkapi
dengan nyanyian-nyanyian, yang diiringi dengan musik pengiring pada saat sedang
menjalankan ritual upacara dan pembacaan doa.
3. Yajur Weda
Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa dan mantra-mantra yang dibaca oleh
para pendeta ketika akan menyerahkan persembahan dalam ritual upacara keagamaan
yang lebih kecil.
4. Atharva Weda
Kitab ini juga disebut Atharwan karena merupakan kitab suci khusus bagi para
pendeta golongan Atharwan (suatu bagian dari kasta Brahmana). Kitab ini juga
mengandung beberapa uraian tentang sihir, kekuatan-kekuatan ghaib, dan
kepercayaan-kepercayaan semu yang menyatu dengan saduran purbakala. Kehidupan
Hindu yang tertulis dalam kitab Atharva Weda ini penuh dengan dosa dan keadaan
alam yang menakutkan dan dipenuhi setan-setan. Tuhan-tuhan tidak lagi berbuat baik

9
Ahmad Shalabi, Op.Cit., Hlm. 26.
10
IBID., Hlm. 20

5
dan tidak menolak kejahatan. Kitab ini juga menceritakan bagaimana manusia menuju
kepada perkara-perkara yang salah, kekuatan-kekuatan gaib serta sihir dengan tujuan
untuk melindungi diri. Selain itu, didalamnya juga terdapat hymne yang harus dipakai
dalam persembahan Soma, penyembuhan penyakit, menyambung cintakasih,
keuntungan dagang, dan sampai maksud dan tujuan cita-cita.

Sedangkan isi kitab Weda itu terdiri dari beberapa bagian:11

1. Mantra atau Samhita


Sebagian besar isi Weda adalah mantra yang terdiri dari doa-doa dan
nyanyian-nyanyian suci, yang dilakukan oleh para pendeta ketika menghidangkan
sesajen bagi para Dewa. Disamping itu, juga terdapat semacam mantra yang
digunakan untuk tenung, guna-guna, dan juga sebagai penghalau makhluk halus.
Disebut juga Samhita karena terdapat banyak kumpulan ayat-ayat puisi seperti
gubahan yang terdapat dalam Rig Weda dan Sama Weda. Sementara gubahan di
dalam Atharva Weda adalah berupa doa-doa yang diberikan oleh penduduk India
purba kepada Tuhan mereka sebelum kedatangan bangsa Arya, sehingga mempunyai
nilai sejarah yang tinggi.
2. Brahmana
Brahmana adalah petunjuk yang diberikan oleh golongan Brahmana kepada
para penduduk negeri mereka dan di tengah-tengah keluarga mereka. Brahmana berisi
uraian atau penjelasan mengenai upacara korban, agar supaya korban itu diterima oleh
para dewa, dan dosa-dosa orang yang berkorban dapat diampuni.
3. Aranyaka
Aranyaka adalah petunjuk-petunjuk dan panduan-panduan yang diberikan
kepada orang-orang tua yang meninggalkan keluarganya untuk tinggal di gua-gua dan
hutan-hutan. Aranyaka mengajarkan beberapa amalan yang mudah dilaksanakan
sebagai pengganti korban-korban yang di luar penguasaan mereka.
4. Upanisyad
Upanisyad terdiri dari dua kata, “Upani” yang berarti dekat, dan “Syad”
artinya duduk, sehingga artinya ialah duduk dekat dengan seorang guru. Upanisyad
merupakan rahasia-rahasia dan penglihatan jiwa yang dilakukan oleh golongan
tasawwuf, yang disusun sebagai petunjuk kepada golongan-golongan pendeta dan ahli
ibadat yang konsisten kepada kehidupan batin dan meninggalkan segala bentuk
kehidupan luar.
Upanisyad ini adalah sebuah bentuk mazhab rohani yang memiliki kedudukan
tertinggi dalam tingkatan agama. Didalam Upanisyad ini, segala bentuk dan upaya
menuju Brahma atau ketuhanan kurang mendapat perhatian. Mereka berlepas diri dari
bayang-bayang Brahma menuju kepada kebebasan beragama Doa-doa yang dilakukan
lebih tenang dan upaya pengorbanan juga semkin jarang, perenungan ketuhanan
menurun dan digantikan dengan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, Upanisyad
hanyalah berupa pandangan falsafah kehidupan saja. Isi Upanisyad antara lain

11
Lihat Ahmad Shalabi, Op.Cit., Hlm. 22-23. Dan Hasbullah Bakry, Op.Cit., Hlm. 44-45.

6
mengenai ketuhanan jiwa manusia, penjelmaan jiwa yang berganti-ganti, dan
sebagainya

Jadi kitab itu Weda dapat dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, menurut
jumlah bukunya ada empat macam, yaitu Rig Weda, Sana Weda, Yajur Weda, dan Atharva
Weda. Kedua, menurut isinya terbagi menjadi empat, yaitu Mantra atau Samhita (teks doa),
Brahmana (tafsir para pendeta), Aranyaka (petunjuk/hidayah), dan Upanisyad (tafsir secara
filsafat umum).

F. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu

Sebagaimana diketahui, struktur kemasyarakatan dalam agama Hindu terbagi menjadi


beberapa Kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra.12 Pembagian kasta tersebut
didasari atas keunggulan bangsa Arya atas bangsa Darvida yang berpengaruh pada
pembagian masyarakat berdasar tingkatan (strata) sosial. Sebagaimana diutarakan pada bab
sebelumnya, kebudayaan bangsa Arya lebih unggul daripada bangsa Dravida yang
mengakibatkan terpecahnya sistem sosial kemasyarakatan. Dari bangsa Arya ada yang
menjadi golongan pendeta, tentara, raja-raja, saudagar atau orang-orang kaya. Sedangkan dari
bangsa Darvida, pada umumnya membentuk golongan petani miskin dan pekerja kasar,
kecuali mereka yang telah melakukan perkawinan dengan bangsa Arya.
Masing-masing dari pembagian kasta tersebut akan dibahas lebih detail berikut:
 Kasta Brahmana
Kasta Brahmana terdiri dari golongan pendeta dan pendidik. Golongan ini
berkewajiban mempelajari kitab-kitab Weda dan mengajarkannya kepada kaumnya,
dan bertanggung jawab memelihara undang-undang dan agama. Mereka juga
memegang hak mutlak dalam menerima pemberian korban yang dilakukan oleh
kaumnya.
Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh para Brahmana, sehingga tergolong
sebagai kasta yang disucikan dan dihormati. Semua yang ada di alam ini adalah milik
Brahmana. Ketika seorang Brahmana berkehendak, maka ia berhak memiliki harta
benda kaum Sudra yang sudah menjadi hamba kepadanya. Dan raja tidak berhak
menghukum Brahmana atas perbuatannya. Raja juga tidak boleh memungut pajak
para Brahmana yang sedang mempelajari kitab suci, meskipun raja benar-benar
berhasrat untuk memungutnya.
Begitu pula ketika Brahmana sedang lapar, maka raja jangan hanya berdiam
diri. Raja dilarang membunuh Brahmana sekalipun ia melakukan kesalahan besar,
namun ia boleh diusir dari kerajaan tetapi harta bendanya tidak boleh diusik. Begitu
halnya dalam bermusyawarah, raja jangan sekali-kali memberi keputusan sebelum
mendengar pendapat dari kaum Brahmana.
 Kasta Ksatria
Kasta Ksatria terdiri atas golongan raja dan tentara/panglima. Orang-orang
yang telah memperkaya akal pikirannya dengan kitab-kitab Weda sangat patut dan
layak dijadikan sebagai pemimpin, raja, tentara, panglima, dan hakim bagi manusia.

12
Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga (Kudus: Menara Kudus, 1960), Hlm. 9.

7
Golongan ini sangat dihormati dan jangan sekali-kali direndahkan. Terutama dari
kalangan raja, mereka sangat diagungkan karena sifat ketuhanan meresap dari dirinya
berupa manusia.
Sedangkan dari kalangan panglima dan prajurit, mereka tidak boleh terlepas
dari tugas-tugas ketentaraan. Raja harus selalu menyediakan perlengkapan perang
bagi mereka, dan harus selalu siap berperang bila sewaktu-waktu ada serangan dari
musuh secara tiba-tiba.
 Kasta Waisya
Kasta Waisya terdiri dari golongan pedagang, saudagar,dan petani. Mereka
harus mengetahui undang-undang perniagaan dan peraturan memungut bunga (riba).
Seorang Waisya harus mengetahui semua yang berkaitan dengan aktivitas
perdagangan dan pertanian, seperti cara-cara mengelola lahan dan menabur benih,
dan juga memiliki pengetahuan bagaimana cara menimbang dan mengukur dalam
aktivitas jual beli. Mereka diharuskan kawin dengan perempuan dari golongannya
juga, memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam pekerjaannya, dan
senantiasa memelihara binatang- binatang ternak.
 Kasta Sudra
Kasta Sudra adalah kastanya golongan para kuli dan hamba sahaya. Golongan
ini harus mematuhi perintah dari golongan Brahmana yang menjadi pemuka agama
yang arif dalam mengajarkan kitab Weda kepadanya. Dengan kepatuhan ini
diharapkan ia diberi kebahagiaan setelah mati dengan suatu penghidupan baru yang
lebih tinggi. Mereka harus taat kepada para Brahmana dan jangan sampai
menyinggung perasaannya. Mereka para sudra tidak layak mengumpulkan harta
berlebihan sekalipun mereka mampu melakukannya. Bahkan apabila golongan sudra
berani menyamakan dirinya dengan derajat kaum Brahmana, maka mereka akan
dihukum, seperti dipotong tangannya apabila mengangkat tangan melebihi tangan
para Brahmana, potong kaki jika menendang dengan kakinya, mulutnya akan
dimasukkan pisau panas apabila tidak memperlihatkan rasa hormat kepada para
Brahmana, dan mulut atau telinganya dituang minyak panas apabila mengabaikan
perintah atau pesan yang diberikan para Brahmana kepadanya.
Selain keempat kasta di atas, ada lagi golongan yang tingkatannya lebih
rendah dari kasta sudra. Golongan tersebut dinamakan Paria, yang dalam bahasa
Tamil berarti tukang tambur atau golongan paling bawah dalam agama Hindu.
Golongan ini dinisbatkan kepada bangsa Dravida yang tidak memiliki
pekerjaan tetap (gelandangan) yang umumnya terdesak ke daerah selatan India.
Mereka bukan lagi termasuk kasta sudra, akan tetapi disebut bangsa Paria, sehingga
dianggap sebagai bangsa yang tak berkasta. Oleh karena tidak memiliki kasta, maka
mereka dijauhkan dari pergaulan hidup sehari-hari.

G. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan
tersebut, yakni:

8
 Widhi Tattwa, yaitu percaya kepada Tuhan yang maha esa dengan segala aspeknya.
 Atma Tattwa, yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
 Karmaphala Tattwa, yaitu percaya dengan adanya hukum sebab akibat dalam setiap
perbuatan (Karma).
 Purnabhava Tattwa, yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi/tanasukh ruh-ruh).
 Moksa Tattwa, yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir
manusia (pembebasan mutlak).

Masing-masing ajaran dan doktrin dalam agama Hindu diatas akan dijabarkan
secara detail berikut:

 Karma
Secara konseptual istilah karma adalah sangat sederhana dimana karma
dapat dikatakan sebagai “tindakan” atau karma juga dikatakan sebagai
“perbuatan” dalam hal ini terdapat tiga cara dilakukannya karma tersebut yaitu
dengan pikiran, perkataan, dan tubuh. Dalam konsep dan pandangan agama Hindu
bahwa karma tersebut juga adalah perbuatan yang dalam kitab Smerti Bhagawad
Gita Bab III Sloka 4 dikatakan: Tanpa kerja orang takkan mencapai kebebasan,
demikian juga ia tidak mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan
kerja.
Dalam kitab Bhagawad Gita juga dikatakan: bahwa karma tersebut berasal
dan yang maha abadi yaitu Brahman sebagaimana dalam Bab III Sloka 15
dikatakan: ketahuilah, adanya karma adalah karena Brahman yang ada dan yang
Maha Abadi, karena itu Brahman yang melingkupi semuanya ini selalu berkisar
disekitar persembahan. Sangat jelas sekali dalam pandangan Hindu bahwa karma
tersebut ada atas dasar kehendak dan Brahman sebagai sebab yang tak
tersebabkan, akan sedikit berbeda dengan konsep dalam ajaran Budhisme bahwa
karma tersebut memang manusialah yang sedemikian berbuat sehingga terikat atas
kelahiran kembali dalam hidupnya.
 Pengembalian ruh-ruh (reinkarnasi/tanasukh ruh-ruh)
Doktrin agama Hindu yang kedua ialah meyakini akan pengembalian ruh-
ruh manusia (tanasukh-reinkarnasi). Tanasukh adalah ruh yang keluar dari sebuah
tubuh lalu kembali lagi ke alam dunia didalam sebuah tubuh yang lain. Istilah ini
oleh sebagian orang lebih dikenal dengan sebutan “kedatangan ruh kembali” atau
“pengulangan kelahiran”.
Adapun sebab-sebab pengembalian ruh-ruh ini ialah:
 Ruh itu keluar dari tubuh seseorang dan masih mempunyai hawa nafsu
dan kemauan yang terikat dengan alam dunia yang belum ditunaikan.
 Ruh itu keluar dari tubuh seseorang karena menanggung banyak
hutang kepada orang lain dan harus dipenuhi.
Jadi dapat dipahami, bahwa nafsu atau kemauan seseorang harus
dipuaskan oleh kehidupan yang lain, dan ruh juga harus merasa sebagai hasil
perbuatan yang dilakukannya dalam kehidupan yang lalu. Sebab keinginan dan

9
nafsu memerlukan kemauan, dan kemauan membutuhkan perbuatan. Sedangkan
perbuatan itu hanya dapat dilakukan melalui jasad atau tubuh manusia.
Bila dipikirkan, maka dapat dipahami apabila seandainya keinginan
manusia tidak atau belum terlaksana, maka ia tidak akan selamat dari pengulangan
kelahiran. Sebaliknya, bila keinginan di dunia sudah ditunaikan dengan sempurna,
ia tidak menanggung suatu dosa dan semua hutang telah dibayar, maka ruhnya
akan selamat dan terlepas dari pengulangan kelahiran serta dapat bersatu dengan
Brahma.
Dengan demikian, hubungan antara ruh dan jasad menurut ajaran Hindu
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tubuh atau jasad manusia itu terlahir dari kedua tubuh orang tua (ibu-
bapak). Adapun yang menggerakkannya adalah tubuh halus yang tersusun dari
kekuatan asasi, panca indera, alat penggerak, unsur-unsur yang lembut, dan akal.
Apabila terjadi kematian, maka jasad itupun ikut mati, kaku, dan menjadi rapuh.
Akan tetapi tubuh halus tidak ikut mati, namun sebaliknya ia akan keluar dan
pindah ke alam halus yang menyerupai alam mimpi. Disana ia akan merasakan
surga dan neraka, kemudian kembali lagi ke dalam tubuh yang baru dengan
membawa keinginan dan pekerjaan yang lalu.
Demikianlah perputaran kehidupan ruh tersebut dari perputaran yang lalu
menuju perputaran yang baru. Ruh ini akan didapati di dalam tubuh manusia
atau seekor binatang. Dia akan merasa bahagia dan sengsara menurut amalan
yang telah dilakukannya dalam kehidupan yang dulu.
Uniknya, ada perbedaan antara pengalaman hidup yang dialami oleh ruh
dari alamnya yang dahulu dengan alam yang dijalaninya kemudian. Ruh yang
hidup di alamnya yang baru itu tidak akan teringat akan pengalaman
kehidupannya yang dulu. Sehingga tiap-tiap putaran ruh secara langsung terputus
langsung dari putaran yang lain.
 Pembebasan Muthlak
Doktrin yang ketiga adalah pembebasan mutlak. Doktrin ini ada kaitannya
dengan penyempurnaan keinginan seperti yang sudah dijelaskan pada doktrin
Tanasukh. Arti kesempurnaan keinginan dan hawa nafsu adalah penguasaan
seorang manusia atas dirinya hingga sampai pada kondisi yang sama sekali tidak
menginginkan apa-apa atau hawa nafsu atas dirinya, dan juga merasa puas
terhadap apa yang dialaminya serta tidak meminta lebih dari itu.
Apabila hawa nafsu sudah terpuaskan dan segala keinginan sudah
dijalaninya dengan sempurna dalam kehidupannya, maka ruh tersebut terlepas dari
pengulangan kelahiran dan akan bersatu dengan Brahma. Keadaan inilah yang
dinamakan pembebasan mutlak. Dengan demikian, pembebasan mutlak berarti
menyatunya ruh manusia dengan Brahma sebagaimana bercampurnya setitik air
dengan lautan besar.
Di dalam Aranyaka terdapat keterangan, yang intinya adalah barangsiapa
yang sama sekali tidak menginginkan terhadap sesuatu, terbebas dari
penghambaan terhadap hawa nafsu, serta merasa puas terhadap dirinya, maka ia

10
akan terbebas dari panca inderanya dan bersatulah ia dengan Brahma. Dengan
demikian, ia akan kekal dan tak akan pernah binasa selamanya.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembebasan mutlak tidak
diperoleh dengan amalan-amalan, baik amalan baik maupun amalan buruk.
Karena amalan baik seseorang menurut pemahaman agama Hindu akan dibalas
dengan jalan kelahiran, begitu halnya dengan amalan buruk.
 Kesatuan Wujud
Doktrin yang keempat adalah kesatuan wujud. Kesatuan wujud ini masih
ada hubungannya dengan doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran sebelumnya, malah
berikatan erat. Dalam pembicaraan mengenai pembebasan mutlak, dipahami
bahwa seorang manusia boleh bersatu dengan Tuhan. Dalam kitab Weda banyak
sekali diterangkan tentang hubungan antara alam dan Brahma hingga
menyebabkan kepercayaan mereka terhadap kesatuan wujud.
Juga menurut kitab Weda, manusia dari segi ruhnya datang dengan
kemauan Tuhan Brahma. Ruhnya tidak berlainan dengan ruh yang maha besar,
hanya saja perbedaannya di antara keduanya adalah seperti benih dengan pohon.
Ketika ruh itu bersih dari tanda-tanda kebendaan, maka ia kembali kepada ruh
yang maha besar. Dengan sebab itulah keluarnya ruh dari jasad lebih dikenal
dengan sebutan “jalan pulang”.13
Prinsip kesatuan wujud ini hampir sama persis dengan aliran tasawuf
dalam agama Islam, seperti yang dialami Al-Hallaj dan Syekh Siti Jenar yang
dengan istilah jawanya yang terkenal dengan sebutan “Manunggaling Kawula
Gusti”

H. Ritual Dan Upacara Keagamaan Agama Hindu

Seperti yang dimiliki agama pada umumnya, agama Hindu juga memiliki beberapa
ritual dan upacara yang dilakukan. Antara lain:
 Sandhyopasana adalah pemujaan pada pertemuan (sandhi) waktu, yaitu: dari malam
hingga pagi, dari pagi hingga siang, dari siang hingga malam, melakukan meditasi
dengan pengulangan Mantra Gayatri dan dibantu dengan Tasbih atau Japamala yang
memuat 108 biji ganitri.
 Upasana atau pemujaan merupakan pencerminan dari rasa bhakti dan cinta kasih
kepada Tuhan.
a. Saguna-upasana adalah meditasi yang menggunakan simbol (pratika) seperti,
patung, saligrama, gambar Rama, Khrisna, Devy Gayatri.
b. Sirguna-upasana adalah meditasi pada aksara yang tanpa bentuk dan tanpa
kelengkapan.
 Puja’ adalah istilah umum bagi pemuja ritual. Obyek pemujaan adalah Ista Devata
atau Devata penuntun atau wujud tertentu dari para Deva, Seperti Naraya atau Wisnu.
Sebuah Saligrama adalah sebuah patung Wisnu, simbol Wisnu, patung Siwa, simbol
Siwa.

13
IBID., Hlm. 46-47.

11
 Samskara adalah upacara-upacara yang berkenaan dengan tahapan kehidupan pribadi
dari mulai penciptaan sampai pembakaran mayat yang kesemuanya itu menandakan
tahapan yang penting dari kehidupan seorang manusia. Macam-macam upacara
Samskara ialah antara lain :
 Gharbadhana (upacara penciptaan sang bayi).
 Pumsawana Samskara (upacara kandungan bulan ketiga).
 Simantonnayana Samskara (upacara kandungan bulan ketujuh).
 Jatakarma Samskara (upacara bayi lahir).
 Namakarana Samskara (upacara pemberian nama, dilaksanakan pada si bayi
yang baru berusia 10, 11, dan 12 hari).
 Annaprasana Samskara (upacara anak umur 6 bulan).
 Mundana Samskara (upacara pencukuran rambut, dilaksanakan pada tahun
pertama atau tahun ketiga).
 Upanayana Samskara (upacara kelahiran spritual, pada saat si anak berusia 12
tahun).
 Samawatana Samskara (upacara tamat belajar).
 Wiwaha (upacara perkawinan).
 Pretakarma (upacara kematian).
 Panca Maha Yajna
 Brahma Yajna atau Rsi Yajna Brahma Yajna atau Rsi Yajna, dilakukan
dengan mempelajari kitab-kitab suci sehari-hari dan mengajarkannya
kepada orang lain. Dengan demikian, ia membayar hutang-hutangnya
kepada para Resi.
 Dewa Yajna, upacara dewa wajna dilaksanakan dengan mempelajari
Weda dan upacara pada Ista Dewata. Manu menyatakan Biarlah
seseorang dalam mempelajari weda dan upacara pada para dewa
kesibukan dalam upacara weda.
 Pitra Yajna, upacara Pitra Yajna kurban suci yang ditunjukan kepada
para leluhur, melalui persembahyangan di pura-purakeluarga, sesuai
keyakinan dan kemampuan umat.
 Bhuta Yajna, upacara Bhuta Yajna dilakukan dengan cara membagikan
makanan kepada sapi, anjing, burung-burung atau hewan lainnya serta
tumbuh-tumbuhan atau memelihara hewan dan tanaman, dan bukan
kurban suci kepada Bhuta Kala (makhluk halus).
 Manusya Yajna, upacara Manusya Yajna dilakukan dengan berbagai
macam pelayanan terhadap umat manusia yang kemalangan seperti:
memberi makan orang-orang miskin, dan kelaparan, memberi pakaian
orang yang telanjang, menghibur orang-orang yang kesedihan. Semuanya
sebagai kurban suci kepada sesama manusia berupa punia atau dana
punia.
Agama ini juga dikenal adanya kepanditaan, yang memimpin dan mengatur
jalannya upacara keagamaan, seperti persembahyangan, persembahan, dan korban.
a. Persyaratan dan Kedudukan

12
Kata “pandita” berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu orang pandai.
Pandita berarti rohaniawan agama Hindu dari golongan dwijati (brahmana,
ksatria, dan waisya), sedangkan rohaniawan dari golongan ekajati (sudra)
disebut pinandita. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk
menjadi pandita antara lain adalah:
1. Pria atau wanita yang sudah berumah tangga.
2. Pria yang nyukla Brahmacari.
3. Wanita yang tidak kawin (kanya).
4. Pasangan suami istri yang sah.
5. Sehat dan bersih secara lahiriyah, tidak cacat jasmaninya
(cedangga).
6. Sehat dan bersih secara batiniyah, tidak gila.
7. Berpengetahuan luas, meliputi pengetahuan umum, mengerti
bahasa kawi, bahasa sanskerta, bahasa indonesia, mendalami
masalah wariga, tattwa, sasana-sasana dan yajna.
8. Memiliki pergaulan masyarakat yang baik, berkelakuan baik dan
bijaksana terhadap sesama, alam, dan pemerintah, serta tidak
pernah tersangkut perkara kriminal.
9. Lulus diksa pariksa, atau bila di Indonesia dinyatakan dengan surat
oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia.
10. Sudah mempunyai calon “nabhe” yang akan menyelesaikan
(muput) upacara padiksan.
Setelah seseorang di diksa dan lulus diksa pariksa (artinya
upaya penyucian lahir batin dengan upacara padiksan agar hidup
menjadi lebih sempurna), maka ia sudah menduduki sebagai orang
Suci atau sulinggih, dan pada saat itu juga ia memperolah gelar jabatan
kerohaniawan. Ia berwenang untuk memenuhi permintaan orang yang
meminta petunjuk kerohanian atau upacara keagamaan.
Adapun syarat-syarat bagi seseorang yang akan menjadi
pinandita antara lain:
 Pria atau wanita yang sudah berumah tangga.
 Pria atau wanita yang telah mengambil biata sukla
Brahmacari.
 Bertingkah laku baik dalam kehidupan sehari-hari.
 Berhati dan berperilaku suci.
 Taat dan mengetahui ajaran-ajaran agama.
 Tidak gila atau menderita penyakit syaraf.
 Suka belajar di bidang kerohanian Hindu.
 Mendapat persetujuan dari pengurus dan dukungan
masyarakat setempat.
Jadi bagi pinandita yang telah memenuhi syarat, maka
dikalangan masyarakat akan disebut sebagai pemangku, yang biasanya
hanya mengurus salah satu pura (tempat suci) tertentu.14
14
Hilman Hadikusima, Antropologi Agama Bagian 1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), Hlm. 179-181.

13
b. Sasana Pandita dan Pinandita
Sasana dalam bahasa sanskerta artinya pecaturan, hukum, ajaran,
perintah. Sehingga istilah sasana bila dikaitkan dengan kedudukan pandita dan
pinandita, adalah peraturan-peraturan untuk mengendalikan diri lahir batin,
serta tingkah laku atau norma-norma kesusilaan dalam ajaran Hindu. Adapun
peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang harus ditaati oleh seorang
pandita antara lain adalah:
 Dapat menguasai ajaran Yama, Brata, dan Yama Brata.
 Tidak boleh menentang guru Nabhe, menginjak
bayangan dan menduduki tempat duduknya.
 Tidak boleh sombong, mencaci maki, dan tidak boleh
berkata kasar/kotor.
 Tidak boleh makan hewan peliharaan, seperti ayam,
sapi, babi atau binatang buas.
 Tidak boleh makan sisa-sisa makanan, makanan yang
disentuh atau terletak di bawah benda yang tidak suci,
atau makanan yang diyakini/diragukan kesuciannya.
 Dilarang minum minuman keras.
 Dilarang mengunjungi rumah-rumah yang melakukan
pekerjaan hina (kotor), seperti tempat perjudian dan
sebagainya.
Sedangkan peraturan dan larangan bagi seorang pinandita
antara lain:
 Hendaknya setiap hari melakukan penyucian diri, dan
memohon tirta penyucian dari tempat suci.
 Harus mengutamakan kebenaran, menegakkan dharma,
kesucian, mempelajari kerohanian, dan mengetahui
filsafat ketuhanan.
 Meminta izin terlebih dahulu kepada pandita bila ingin
menyelesaikan/mengantarkan upacara keagamaan agar
dibersihkan dari dosa.
 Harus memakai pakaian serba putih pada saat
melakukan upacara dan pada saat memuja boleh
melakai genta.
 Dilarang berjudi atau datang ke tempat perjudian. Dan
untuk menjauhi adanya kutukan atau sumpah, maka
dilarang bergaul dengan orang jahat.
 Dilarang mengangkat sesuatu, seperti barang-barang
yang ada diwarung atau di bawah atap (tatarub) yang
tidak suci.
 Pinandita yang meninggal dunia tidak boleh
dikuburkan.
c. Korban atau Persembahan (Yajna).

14
Pada mulanya, korban diperuntukkan bagi para dewa supaya
dilimpahkan kesejahteraan, ketenangan, dan ketenteraman, serta dijauhkan
dari segala marabahaya. Berhasil tidaknya korban bergantung pada kekuatan
korban itu sendiri, yakni bunyi mantra dan prilaku dalam korban tersebut,
bukan pada kemurahan dari para dewa. Kesalahan dalam memilih maupun
membaca mantra dalam suatu upacara, maka akan berakibat korban yang
dilakukan tidak memberi kekuatan apapun. Maka dari itu, kedudukan
Brahmana menjadi sangat penting dalam membantu terlaksananya korban dan
memahami kitab-kitab Weda.
Ada dua jenis korban, yaitu korban besar dan korban kecil.
1. Korban Besar
Korban besar dilakukan dalam bentuk upacara yang
menggunakan empat macam api suci yang dilakukan oleh para
pandita atas orang-orang yang memerlukannya. Upacara korban
besar ini antara lain. Pertama, upacara Soma Yadha, yaitu upacara
korban yang dilakukan oleh empat pandita dan dibantu para
pembantunya. Kedua, upacara Aswameda, yaitu upacara korban
yang diselenggarakan oleh raja sebagai ujian bagi kekuasaan dan
kekuatannya.
2. Korban Kecil
Upacara korban kecil ini hanyalah sebagai pelengkap korban
besar, sifatnya itu hanya memerlukan perlengkapan sederhana,
misalnya di setiap rumah tangga cukup menyediakan api suci dan
dibuat oleh kepala keluarga yang baru membentuk rumah tangga.
Upacara korban kecil ini antara lain upacara Nitya dan Naimittika.
Upacara Nitya adalah upacara yang dilakukan pada waktu tertentu,
seperti pada bulan baru, bulan purnama, waktu menyemai benih
tanaman, waktu panen, dan lain sebagainya. Sedangkan upacara
Naimittika adalah upacara yang menyangkut siklus kehidupan,
misalnya pada saat menyambut tamu penting, waktu bayi dalam
kandungan, saat kelahiran, dan lain sebagainya.
Dari serangkaian korban yang dilakukan, ada lagi ritual dalam agama
Hindu yang disebut sembahyang atau Sandhya. Sembahyang merupakan salah
satu perwujudan dari rasa bakti manusia kepada Tuhan dengan penyerahan diri
yang ikhlas dan sebulat-bulatnya. Pelaksanaan sembahyang bermacam-
macam, di kalangan Hindu Bali ialah berdasarkan kebiasaan yang bersumber
dari kitab-kitab atau kebiasaan menurut tempat.

I. Upacara Keagamaan Agama Hindu

a. Hari Raya Nyepi


Hari raya Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun
Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga IX yang dipercayai
merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa

15
intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap
mereka.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari raya Nyepi sebenarnya
merupakan perayaan tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Saka,
yang dimulai sejak tahun 71 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi,
Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa.
Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar udara
Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan yang
Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit/Microcosmos (alam manusia) dan Bhuana
Agung/Macrocosmos (alam semesta).
b. Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan Buda kliwon Dungulan adalah hari memperingati
terciptanya alam semesta beserta isinya dan kemenangan Dharma melawan Adharma
umat Hindu melakukan persembahan kehadapan Sang Hyang Widhi dan Dewa
Bhatara dengan segala manisfestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmatnya serta
untuk keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang dipasang di muka tiap-tiap
perumahan yaitu merupakan aturan kehadapan Bhatara Maha Dewa yang
berkedudukan di Gunung Agung.
c. Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan adalah hari raya yang dirayakan umat Hindu Dharma di
Bali. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, Wuku Kuningan. Hari
raya ini dilaksanakan setiap 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender
Bali.
d. Hari Raya Saraswati
Hari raya Saraswati adalah hari turunnya Ilmu pengetahuan. Umat Hindu
Dharma di Bali merayakannya setiap 210 hari sekali pada Sabtu (Saniscara), Umanis
(Legi), Watu Gunung. Pada hari saraswati dilakukan pemujaan pada Dewi Saraswati
sebagai Dewi Ilmu pengetahuan dan Seni.

J. Tempat-Tempat Suci Agama Hindu

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat ataupun bangunan yang dikeramatkan
oleh umat Hindu atau tempat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuji
Brahmana beserta aspek-aspeknya. Di tanah Hindu, banyak kuil yang didedikasikan
untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya ke dunia (awatara). Seperti misalnya
Rama dan Khrisna. Di India setiap kuil menitik beratkan pemujaannya terhadap
Dewa-Dewi tertentu, termasuk memuji Bhatara Rama dan Bhatara Khrisna sebagai
utusan Tuhan yang melindungi umat manusia.
Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali sebutan di berbagai belahan dunia,
dan nama tersebut tergantung dari bahasa yang digunakan. Umumnya berbagai nama
tersebut memiliki arti yang hampir sama, yaitu merujuk kepada pengertian “rumah
pemujaan kepada Tuhan”.
Berbagai istilah tempat suci agama Hindu adalah:

16
 Mandir atau Mandira (bahasa Hindi salah satu bahasa resmi India).
 Alayam atau Kovil (bahasa Tamim).
 Devasthana atau Gudi (bahasa Kanada).
 Gudi, Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu).
 Puja Pandal (bahasa Bengali).
 Kshetram atau Ambalam (bahasa Malayalam).
 Pura atau Candi (bahasa Indonesia).
Disamping itu ada beberapa tempat yang dianggap suci oleh agama Hindu
antara lain:
a. Kota Varanasi/Banares
Varanasi juga dikenal sebagai Banares atau Banaras dan Kashi, adalah
sebuah kota yang terletak di tepi sungai Gangga di negara bagian India
Uttar Pradesh, 320 KM (199 Mil) Tenggara dari ibukota negara bagian
Lucknow. Hal ini di anggap seperti kota suci oleh umat Hindu, Budha, dan
Jain. Ini adalah salah satu kota terus menerus dihuni tertua di dunia dan
tertua di India.
The Naresh Kashi (Maharaja of Kashi) adalah pelindung budaya
kepala Varanasi dan merupakan bagian penting dari semua perayaan
keagamaan. Budaya Varinasi sangat erat kaitannya dengan sungai Gangga
dan pentingnya agama sungai. Kota ini telah menjadi pusat budaya dan
agama di India Utara selama beberapa ribu tahun.
The Benares Gharana bentuk musik klasik India ini dikembangkan di
Varanasi, dan banyak terkemuka India filsuf, penyair, penulis, dan musisi
tinggal atau berada di Varanasi. Gautama Buddha memberikan khutbah
pertamanya di Sarnath terletak dekat Varanasi (Kashi). Oleh umat Hindu
kota ini dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Syiwa.
b. Sungai Gangga
Gangga atau Ganges (ejaan orang Barat) adalah nama seorang Dewi
dalam agama Hindu yang dipuja sebagai Dewi kesuburan dan pembersih
segala dosa dari air suci yang dicurahkannya. Ia juga merupakan Dewi
sungai suci sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering dilukiskan
sebagai wanita yang sungguh sangat cantik sekali yang mencurahkan air
dari dalam guci.
Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga pada saat
yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan
seseorang untuk mendapat keselamatan. Banyak orang percaya bahwa
hasil tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu.
Orang-orang melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk
mencelupkan abu dari jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air
sungai Gangga. Pencelupan itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan
abu tersebut menuju Syurga.

K. Aliran-Aliran Dalam Agama Hindu

17
a. Aliran Wedanta
Aliran wedanta disebut juga aliran Uttara Mimamsa yang didirikanoleh
Pendeta Badrayana, dengan kitabnya Wedantasutra dan Brahamastura.
Menurut aliran ini asas pertama dari segala sesuatu ialah Brahmana, dan
Brahmana itu pula sebagai akhir segala sesuatu. Rohani dan jasamani (purusa
dan prakerti) berasal dari brahmana ini (bukan azali seperti pendapat aliran
Samkhya). Brahmana menjelmakan dirinya di dunia ini tak ubahnya dengan
periuk dari tanah liat. Brahmana juga dianggap sebagai Tuhan (karena itu
pantheisme). Jiwa manusia disebut Atman, tetapi pada hakikatnya adalah
Brahmana yang menampakkan dirinya secara terbatas. Selepasnya itu melalui
pengetahuan atau kesadaran diri terhadap kenyataan yang dialaminya.
Barangsiapa mencapai pengetahuan ini, berarti dia mengubah penderitaannya
secara menyeluruh terhadap dirinya dan terhadap dunia, dan inilah berarti
kebebasan (moksa) buat dia. Pelepasan atau kebebasan yang sempurna hanya
dapat dicapai dengan pengetahuan yang lebih tinggi terhadap Brahmana itu
sendiri.
b. Aliran Samkhya
Samkhya juga disebut dengan Sankhya adalah salah satu aliran dalam
filsafat Hindu. Para ahli menyakini bahwa ajaran ini berakar dari nilai-nilai
positif Atheis. Kemudian Maharsi kapila, Putra Devaguti, membangun ajaran
Samkhya yang bersifat Theistik, seperti yang disebutkan Bhagavaturana.
Samkhya adalah ajaran filsafat tertua dalam filsafat India. Karya sastra
mengenai Samkhya yang kini dapat diwarisi adalah Samkhyarika yang ditulis
oleh Isvarakhisna sekitar 200 tahun sebelum masehi. Ajaran Samkhya ini
sungguh sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatnya ajaran Samkhya
dalam sastra-sastra Sruti, Smarti, Itihasa, dan Purana. Saat ini ajaran
Samkhya yang murni sudah tidak eksis lagi, tapi ajaran ini banyak
mempengaruhi pada ajaran Yoga dan Wedanta.
Kata Samkhya berarti pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran
Sakhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realita dunia ini yang
bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling
bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakarti.
c. Aliran Yoga
Yoga berarti penyatuan yang bermakna “penyatuan dengan alam” atau
“penyatuan dengan sang pencipta”. Yoga merupakan salah satu dari enam
ajaran dalam filsafat Hindu. Yang menitik beratkan pada aktivitas meditasi
atau bertapa, dimana seseorang memusatkan seluruh pemikiran untuk
mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.
Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan
utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan
sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan
latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan
dipraktikkan selama lebih dari 5.000 tahun.

18
Orang yang melakukan Tapa Yoga disebut Yogis, Yogin bagi praktisi
pria dan Yogini bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga
diantaranya adalah Upaishad, Bhagavat Gita, Yoga Sutra, Hatta Yoga, serta
beberapa sastra lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavat
Ghita, diantaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yorga/Marga, Bakti
Yoga/Marga, dan Raja Yoga/Marga.

L. Kesusastraan Agama Hindu

a. Ramayana
Ada tamsil pelajaran dalam pelajaran dalam hasil sastra keagamaan Hindu
ini, yaitu bahwa hidup suami-istri mengandung godaan yang berliku, mengalami
fitnah bertubi-tubi dan merupakan pendorong bagi perjuangan hidup yang lebih
besar, pemerintahan negara dan peperangan. Rama dan Sita dalam cerita ini
digambarkan sebagai tokoh yang gagal menghilangkan rakyatnya terkecuali
dengan korban terakhir, yakni kelenyapan mereka dari rakyatnya. Inilah inti dari
ajaran agama Hindu tentang pengorbanan yang terbayang banyak dalam hukum
kegaamaan Hindu sepanjang sejarah dewasa ini sudah banyak terlarang oleh
perundang-undangan modern. Bagi umum di luar agama Hindu Romantik yang
terkandung dalam saatra Ramayana itu dirasakan hidup dan menarik, bukan
karena pandangan keagamaannya tetapi karena Love-Affair (rasa birahi dan
cemburu) yang digambarkan di dalamnya adalah realistis dan human sesuai tabiat
kemanusiaan.
b. Mahabharata
Di dalam Mahabharata, tergambar intinya Pantheisme dari agama Hindu
serta dualisme (persaingan) antara pengaruh Wisnu dan Syiwa. Selain aksentuasi
soal peperangan antara Kurawa dan Pandawa, menarik pula sutau parwa khusus
dari Mahabarata itu, yakni parwa keenam (Bismaparwa), yang membuat
Bhagawatgita (Nyanyian Tuhan). Isi pokok Bhagawatgita adalah dialog antara
Khrisna dan Arjuna mengenai perang Bharatayudha. Pada perang Arjuna ragu-
ragu, lalu dikuatkan semangatnya oleh Khrisna sebagai satria untuk berbakti dan
menyerahkan diri kepada Tuhan. Khrisna menerangkan tiga jalan kelepasan yaitu:
1. Juana Marga (kelepasan melalui pengetahuan).
2. Bhakti Marga (jalan kelepasan melalui pemujaan).
3. Karma Marga (jalan kelepasan melalui penaklukkan kehendak sendiri
pada ridha Tuhan).15

M. Pembaharuan-Pembaharuan Dalam Agama Hindu

Setelah datangnya agama Islam di India pada abad ke 10 dan agama Kristen
pada abad ke 18, lalu timbul gerakan pembaharuan dalam agama Hindu sebagai reaksi
atas pengaruh kedua agama tersebut, dengan maksud membendung pemurtadan
penganut Hindu.
15
IBID., Hlm. 56.

19
a. Agama Sikh
Seorang ulama, bernama Kabir (1440-1518), mengusahakan agar
agama Islam dan agama Hindu saling mempengaruhi. Diajarkannya bahwa
Tuhan adalah yang tertinggi dan disembah oleh semua agama. Karena itu,
menurut Kabir, menyembah banyak dewa adalah salah. Kelepasan di
dapatkan dengan Iman dan Bhakti, bukan dengan menghalal ayat-ayat
kitab suci (Weda) saja. Pendapat kabir itu diperkuat oleh ulama Nanak
(1469-1538), dengan mendirikan agama Sikh, yang lepas dari agama
Hindu dan Islam tetapi berada diantara keduanya. Ajaran Nanak
menyatakan bahwa ajaran Hindu dan Islam, keduanya palsu. Ia menentang
penyembahan berhala. Kelepasan terdiri dari persekutuan dengan Tuhan di
dalam Kasih. Di bawah pimpinan guru Girind Singh (1707), orang-orang
Sikh menjadi suatu persekutuan yang bersenjata lengkap. Para anggota
persekutuan itu disebut Khalsa (yang murni). Para murid harus memiliki
lima “K” yaitu: Kas (rambut tak dipotong), Kangh (sisir), Kripan (pedang),
Kara (gelang), dan Kanch (celana hingga lutut). Mereka dilarang merokok,
perbedaan kasta juga ditiadakan. Sedang kitab suci mereka disebut Adi
Granth.16
b. Agama Brahmana Samaj
Jika agama Sikh muncul dari reaksi terhadap pengaruh agama Islam,
maka agama Brahmana Samaj adalah sebagai reaksi terhadap agama
Kristen. Pendiri agama ini adalah Ram Mohan Roy (1772-1833). Pada
tahun 1828, Ram Mohan Roy mendirikan Brahmana Samaj yang berarti
masyarakat Brahmana sedangkan Samaj adalah suatu persekutuan. Pada
tiap hari sabtu mereka mengadakan suatu himpunan yang cara
keaktivannya disusun begitu rupa, mirip kebaktian Kristen pada hari
minggu. Acara di bagi menjadi empat yaitu: membaca ayat-ayat Weda,
menafsirkan bagian-bagian dari Upanisyad, menyampaikan khutbah
(dalam bahasa Benggala), dan akhirnya melagukan nyanyian-nyanyian
agama dengan diiringi musik (koor keagamaan). Pertemuan ini dipimpin
oleh seorang Brahman.
Ajaran Brahmana Samaj dapat diringkaskan sebagai berikut.Weda
adalah satu-satunya kitab suci dasar iman. Pengenalan Tuhan bersumber
alam dan intuisi. Tuhan adalah sesuatu yang berpribadi dan tidak menitis.
Tuhan mendengarkan dan mengabulkan do’a manusia. Penyembahan
kepadanya harus dilakukan secara rohani jalan mendapatkan keselamatan
adalah dengan cara tobat dan menghentikan perbuatan dosa (bukan cara
Kristen, cukup dengan percaya kepada karya Salib sebagai tebusan dosa).

N. Perbandingan Agama Hindu Dengan Agama Lainnya

a. Agama Hindu dengan Agama Budha

16
IBID., Hlm. 57-58.

20
Agama Budha sering dikatakan agama yang memberontak terhadap agama
Hindu, tapi itu hanya kelihatan dari sisi luarnya saja. Kenyataannya yang
sebenarnya ialah dalam perkembangannya, agama Budha ialah agama yang diberi
tempat kembali dalam agama Hindu. 17
Secara konsep kehidupan, terdapat perbedaan antara agama Hindu dengan
agama Budha. Apabila agama Hindu lebih menekankan pada Reinkarnasi atau
kebangkitan ruh kembali, maka dalam agama Budha lebih mengenal istilah
Nirwana, yakni tujuan hidup terakhir pemeluk agama Budha di mana seseorang
telah lepas dari penderitaan dan selanjutnya akan merasakan kebahagiaan yang
abadi.
b. Agama Hindu dengan Agama Kristen
Ada kesamaan antara konsep agama Hindu dengan agama kristen. Apabila
dalam agama Hindu dalam konsep ketuhanan terdapat istilah Trimurti (Brahmana,
Wisnu, dan Syiwa), maka dalam agama kristen terdapat Trinitas (Bapak, Ibu dan
Anak). Sehingga antara keduanya terlihat konsep ketuhanan yang sama, yakni tiga
dalam satu.
c. Agama Hindu dengan Agama Islam
Dilihat dari segi definsi, agama menurut ajaran Hindu dapat diartikan sebagai
Satya (kebenaran yang absolut), Arta (peraturan yang mengatur hidup manusia),
Diksa (penyucian), Tapa (semua perbuatan suci), dan Brahma (doa atau mantra).
Sehingga agama berarti kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang
diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal dan abadi.18 Sedangkan Islam
mendefinisikan agama sebagai peraturan Allah yang diturunkan kepada para nabi-
Nya yang berisi perintah dan larangan yang wajib ditaati oleh umat manusia dan
menjadi pedoman hidup agar selamat dunia dan akhirat.
Sekilas uraian di atas dapat ditarik pengertian bahwa antara agama Hindu
dengan Islam terdapat persamaan dalam mendefinisikan agama, sebab sama-sama
berasal dari Tuhan. Perbedaannya terletak pada doktrin dan ajaran yang
dibawanya. Jika agama Hindu mengajarkan pada sistem kepercayaan hidup yang
dikuatkan oleh ajaran-ajaran suci. Sedangkan agama Islam lebih memposisikan
sebagai ajaran yang berisi perntah dan larangan yang harus ditaati oleh umat
manusia agar selamat di dunia dan akhirat.
Selanjutnya, dari konsep ketuhanan. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan
yang Maha Esa, akan tetapi cara memanifestasikan Tuhan yang dilakukan oleh
umat Hindu-lah yang menjadikan Tuhannya menjadi bermacam-macam. Sehingga
matahari, bulan, bintang, bahkan ular-pun oleh umat Hindu dianggap Tuhan.
Sedangkan agama Islam, Allah adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana tertuang dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.

َّ ‫ ٱهَّلل ُ ٱل‬.ٌ‫قُلۡ هُوٱهَّلل ُ َأ َحد‬


‫ َولَمۡ يَ ُكن لَّه ُكفُ ًوا اَ َحد‬.‫ لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد‬.ُ‫ص َمد‬

17
Mujtahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1994), Hlm. 2
18
Mujtahid Abdul Manaf, Op.Cit., Hlm. 2

21
Artinya: Katakanlah (Muhammad)”Dialah Allah yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pernah
diperanakan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

Dan yang menjadi perbedaan mendasar antara agama Hindu dan Islam ialah
terlihat pada sistem tatanan masyarakat. Masyarakat Hindu dikenal akan
pembagian kastanya menjadi empat kasta seperti yang telah diuraikan di atas. Hal
inilah yang menurut Solihin Salam (1960), yang menimbulkan kesenjangan di
tengah-tengah masyarakat, terutama golongan bangsawan dengan golongan
rendahan (ksatria dengan sudra), sehingga terjadi diskriminasi antar golongan.
Mereka menginginkan kehidupan yang mengajarkan persamaan (equality) dan
persaudaraan (fraternity) antara manusia dan tidak mau dibeda-bedakan. Sistem
kemasyarakatan yang mengajarkan persamaan antar golongan ini mereka temukan
dalam ajaran Islam. Singkatnya, ajaran Islam tidak membeda- bedakan satu sama
lain, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketakwaannya kepada
Tuhan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam.

22
Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama
yang dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli
India.
Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah
mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa
lain, terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India.
Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup dari pada kumpulan
kepercayaan. Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan Dewa, namun dari
sekian banyak Tuhan hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara
lain Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa (Dewa
pembinasa). Tuhan-Tuhan atau Dewa-Dewa tersebut itu lebih dikenal dengan
sebutan Trimurti.
Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam agama Hindu terbagi
menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra.
Dalam agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan, yang disebut
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan besar umat Hindu,
kelima keyakinan tersebut itu adalah: Widhi Tattwa, Atma Tattwa, Karmaphala
Tattwa, Punarbavha Tattwa, dan Moksa Tattwa.
Ritual dalam agama Hindu antara lain: Sandhyopasana, Upasana, Puja
Samskara, dan Yajna Maha Panca.
Hari raya dalam agama Hindu antara lain: hari raya Nyepi, hari raya
Galungan, hari raya Kuningan, hari raya Saraswati.
Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang
dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat persembahyangan bagi umat Hindu
untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya.
Aliran-aliran dalam agama Hindu antara lain adalah: aliran Wedanta,
aliran Samkhya, aliran Yoga.
Kesusastraan dalam agama Hindu antara lain adalah: Ramayana dan
Mahabharata.
Pembaharuan dalam agama Hindu antara lain adalah: agama Sikh dan
agama Brahmana Samaj.

B. Saran

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
kurang sempurna, isinya kurang bagus. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena kami semua ini masih belajar dan kurang tahu tentang ilmu

23
pengetahuan. Kami harap para pembaca memakluminya. Kami Sekian dan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Hasbullah. 1986. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Widjaya.

Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama Bagian Satu. Bandung: Citra


Aditya Bakti.

24
Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Rajawali Press.

Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.

Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar Di India.


Terjemah: Abu Ahmadi. Jakarta: Bumi Aksara.

Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai