Anda di halaman 1dari 8

KHAZANAH TAFSIR NUSANTARA:

KAJIAN ATAS PENAFSIRAN NAWAWI> BANTEN TERHADAP SU>RAH AL-


FĀTIH}AH DALAM MARA>H} LABI>D

Tsalis Muttaqin
Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Jl. Pandawa, Pucangan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57169
Email: tsalismuttaqin@gmail.com
HP: 082136394958

Abstrak
Dari bangsa ini, di masa lalu telah lahir ulama-ulama berkelas dunia. Mereka lahir dari bumi
Nusantara. Masa muda mereka dihabiskan belajar kepada ulama di daerahnya. Kemudian
meneruskan penengembaraan mencari ilmu sampai ke Timur Tengah, utamanya di Mekkah. Di
sana mereka diakui masyarakat setempat sebagai ulama yang punya pengaruh. Salah satu di antara
ulama Nusantara yang mendapat pengakuan di Timur Tengah ialah Muhammad Nawawi> bin Umar
al- Bantani al-Jāwī. Ia berasal dari sebuah desa di Serang, Banten dan sangat produktif menulis.
Banyak kitab-kitab yang ditulisnya dalam bahasa Arab. Menurut keterangan, lebih 80 kitab ditulis
oleh Nawawi>. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah kitab Tafsir Al-Qur’an yang berjudul
Marāh Labīd. Menurut data yang didapat penulis, ada tiga penerbit ternama di Timur Tengah yang
secara rutin menerbitkan kitab ini. Selain itu penerbit di Indonesia juga banyak menerbitkannya.
Kitab ini digunakan mata pelajaran di beberapa pesantrean dan madrasah di Indonesia. Dalam
kajian ini yang akan dibahas secara mendalam adalah penafsiran Nawawi> terhadap Su>rah al-
Fātih}ah. Dipilihnya surat ini karena merupakan su>rah penting, pembuka dalam Al-Qur’an dan
relatif pendek, hanya tujuh ayat. Dengan demikian, diharapkan bisa dikaji lebih mendalam untuk
menemukan bagaimana Nawawi> melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.

Some of the well known Ulamas in the world have born in this country. They have born in the
Nusantara Archipelago. They have spent their younger time to study with Ulama in their home
villages. After that, they have continued to study to the Middle East Countries, especially to
Mecca. In Mecca, they have also well acknowledged by the local people as influenced Ulama.
Muhammad Nawawi> bin Umar al- Bantani al-Jāwī, one of the Ulama from Indonesia, has well
known by the Middle East people. He was born in Serang’s regency, Banten. He has well known as
one of the active Ulama who were very active to produce various works. There were many books
written in Arabic language by him. There were more than 80 books written by Nawawi>. One of his
famous works is Qur’anic interpretation entitled Marāh Labīd. The data gathered by author
showed that there were three (3) famous publishers in the Middle East that continually published
this book. Some of the publishers in Indonesia also published this book. Marāh Labīd has been
used by some of the Pesantren and Madrasah in Indonesia as their primer sources. Anyhow, this
paper will discuss deeply on Nawawi>’s interpretation on al-Fātih}ah. Beside of well known as
opening surah in the holy Qur’an, al-Fatihah also relatively shorter, just seven verses. In order to
be found the deeper discussion on how Nawawi> conducted interpretation on Qur’anic verses.

Kata Kunci: Nawawi>, Mara>h} Labi>d, al-Fa>tih}ah.

A. PENDAHULUAN ulama berkelas dunia. Di katakan kelas dunia,


atu hal yang patut disyukuri oleh karena eksistensi mereka diakui secara

S
bangsa yang berada di wilayah internasional sebagai ulama yang punya
Nusantara adalah bahwa dari bangsa peran penting dalam dunia Islam. Terutama
ini di masa lalu telah lahir ulama- dengan karya-karya mereka yang ditulis di
Tsalis Muttaqin

dalam bahasa Arab, oleh ulama-ulama di Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Ada
Timur Tengah waktu itu diakui sebagai karya yang menyebutkan bahwa ia lahir pada 1813
yang baik dan bermutu. Hal ini bisa M. Ayahnya, Umar bin ʹArabi adalah
dibuktikan dengan diterbitkannya karya- penghulu kecamatan di Tanara. Beliau
karya mereka oleh penerbit-penerbit mengajar sendiri putera-puteranya (Nawawi>,
terkemuka di Timur Tengah yang Tami>m dan Ahmad) pengetahuan dasar
mempunyai akses penyebaran hasil dalam bahasa Arab, fikih, dan tafsir. Ketiga
terbitannya ke berbagai dunia Islam, seperti putera tersebut kemudian melanjutkan
penerbit Da>r al-Fikr dan Da>r al-Kutub al- pelajarannya kepada Kyai Sahal (masih di
ʹIlmiyah, keduanya beralamat di Beirut daerah Banten). Setelah itu mereka
Lebanon, penerbit Must}afā al-Ba>bī al-H}alabi> melanjutkan lagi pelajaran di Purwakarta
di Kairo Mesir dan lainnya. Selain itu, karya- kepada Kyai Yusuf, seorang kyai terkenal
karya mereka juga ditemukan di berbagai yang menarik santri-santri dari daerah-daerah
perpustakaan di negeri-negeri Timur Tengah. jauh di seluruh Jawa, terutama dari daerah
Setidaknya nama-nama seperti Ah}mad Jawa Barat waktu itu.
Kha>tib as-Sambasi> (Sambas kalimantan), Kemudian mereka melakukan ibadah
Muhammad Nawawi>> bin Umar al-Bantani haji sewaktu masih muda. Nawawi> waktu itu
(Banten), Mah}fuz} at-Tirmasi> dan Ya>si>n Īsa> berumur 15 tahun dan tinggal di Mekah
al-Fadani> (Padang Sumatra Barat) adalah selama 3 tahun. Rupanya kehidupan
contoh dari ulama Nusantara yang cukup intelektual di Mekah sangat menarik hati
mempunyai pengaruh di Timur Tengah lewat Nawawi>, sebab tidak lama setelah tiba di
karya-karya yang mereka tulis. Banten, ia kemudian belajar lagi ke Mekah
Dalam makalah ini akan diketengahkan dan tinggal di sana seterusnya sampai wafat.
kajian ringkas mengenai salah satu karya Di Mekah, antara tahun 1830-1860, Nawawi>
ulama Nusantara yang cukup populer yaitu belajar di bawah bimbingan ulama terkenal,
kitab Tafsir Mara>h} labi>d karya Nawawi>> antara lain Kha>tib Sambas, Abdulgani Bima,
Banten. Kajian terhadap kitab ini penting Yusuf Sumbulaweni, Nahrawi dan Abdul-
karena kitab ini merupakan salah satu kitab hamid Daghestani. Antara 1860-1870 ia
yang populer diajarkan di berbagai pesantren mengajar di Masjidil-Haram dalam waktunya
dan madrasah di wilayah Nusantara sampai yang senggang, sebab antara tahun-tahun
sekarang. Dalam kajian ini yang akan dibahas tersebut Nawawi> sudah secara aktif menulis
secara mendalam adalah penafsiran Nawawi>> buku-buku. Tetapi setelah tahun 1870 ia
terhadap Su>rah al-Fātih}ah. Dipilihnya sūrah memusatkan aktivitasnya untuk menulis.1
ini karena merupakan su>rah penting, Nawawi> seorang yang produktif dan
pembuka dalam Al-Qur’an dan relatif berbakat; tulisan-tulisannya meliputi karya
pendek, hanya tujuh ayat. Dengan demikian, pendek yang berisi tentang pedoman-
diharapkan bisa dikaji lebih mendalam untuk pedoman ibadah sampai kepada tafsir Qur’an
menemukan bagaimana Nawawi> melakukan yang cukup tebal yang terdiri dari 2 jilid,
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. yang diterbitkan di Mesir tahun1887.
Terdapat lebih dari 38 karya penting
B. BIOGRAFI NAWAWI> BANTEN Nawawi. Beberapa contoh karya penting
Nama lengkap Nawawi> ialah; Abū Nawawi> yang terbit di Mesir antara lain:
Abdullah al-Muʹṭī Muhammad Nawawi> ibn
1
`Umar at-Tanarī al-Bantanī al-Jāwī. Lahir Zamahhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi
Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES)
1230 H. atau 1815 M. di desa Tanara 1982, cet -1, h. 88.

86 Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017


Khazanah Tafsir Nusantara

Syarh} al-Ājuru>miyyah, terbit 1881, Luba>b al- diakui di Dunia Arab. Semua buku-buku yang
Baya>n (1884). Żariya>t al-Yaqi>n, syarh} atas disebutkan di atas secara luas dipelajari di
karya Syaikh as-Sanūsī, terbit 1886., Fatḥ al- pesantren-pesantren Jawa. Perlu ditekankan
Mujīb. syarḥ Addurr al-Farīd, Syarḥ al-Isra’ di sini, walaupun Nawawi> tidak mengikuti
wa al-Miʹrāj karya al Barzanjī, Syarḥ atas Khatib Sambas sebagai pemimpin sebuah
syair maulid karya al-Barzanjī, Syarḥ tentang organisasi tarekat, namun ia tidak
syair Asmā’ al-Ḥusnā. Syarḥ Manasik Haji melepaskan ikatan intelektual dan
karangan asy-Syirbinī yang terbit tahun spiritualnya dengan Khatib Sambas. Dengan
1880, Syarḥ Sulūk al-Jiddah (1883), Syarḥ kata lain, Nawawi> tidak menolak praktek-
Sullam al-Munājah (1884), Tafsir Al-Qur’an, praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak
Mara>ḥ Labi>d li Kasyfi maʹna> Qur’ān Maji>d, mengajarkan hal-hal yang bertentangan
dan dan tiga buah buku lagi yang berisi dengan ajaran-ajaran Islam. Sikap Nawawi>
tentang doktrin-doktrin pokok iman, uraian ini yang menyebabkan namanya di Jawa
tentang lima bagian-bagian penting dari tetap harum sampai sekarang. Beliau wafat di
hukum Islam dan lima rukun Islam. Mekah dan dimakamkan di tanah pekuburan
Di samping itu Nawawi> juga menulis al-Maʹlā Di Mekah.
pembahasan secara meluas tentang ushul
fikih dan fikih. Seperti nampak dalam C. MENGENAL LEBIH DEKAT TAFSIR MARA>H}
contoh-contoh di atas, karya-karya Nawawi> LABID>
hampir semua merupakan pembahasan lebih Oleh penulisnya, Nawawi>, tafsir ini
jauh (Syarh}) atas karya pengarang-pengarang dinamakan Mara>h} Labi>dli Kasyfi maʹnā Qur’ān
besar yang mendahuluinya. Nawawi> menjadi Majīd, tetapi dalam perkembangannya tafsir ini
terkenal dan dihormati karena keahliannya dikenal dengan nama at-Tafsi>r Al-Muni>r li
menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Maʹālim at-Tanzi>l al-Musfir li Mah}a>sin at-
Arab yang artinya tidak jelas atau sulit Ta’wi>l, lidah Indonesia sering menyederhanakan
dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal dengan Tafsir Munir. Dalam semua edisi yang
yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran diketahui oleh penulis, kitab ini dicetak bersama
Nawawi> dikenal luas di hampir seluruh Dunia dengan Kitab Tafsir al-Waji>z fī Tafsi>r al-Qur’an
Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama al-ʹAzi>z karya Imam Abu> al-Ḥasan, Ali ibn
di negara-negara yang menganut mażhab Sya>fiʹi>. Ahmad al-Wa>h}idī (wafat 468 H).
Di Kairo ia sangat terkenal. Buku tafsirnya Kitab tafsir setebal 986 halaman 2 jilid
Mara>ḥ Labi>d yang terbit di sana diakui mutunya ini merupakan kitab populer di pesantren-
dan memuat persoalan-persoalan penting pesantren di Indonesia, sebagaimana kitab-
sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan kitab karya Nawawi> lain. Banyak penerbit
ulama Al-Azhar. Demikian terkenalnya nama buku di Indonesia, yang secara khusus
Nawawi> sehingga pada sampul tafsir tersebut mempublikasikan kitab-kitab turāṡ,
edisi cetakan Kairo, ia diberi julukan “Sayyid menerbitkan kitab ini.
ulama al-Ḥija>z” yang artinya, pemimpin para Biasanya kitab ini diajarkan kepada
ulama Hijaz.2 santri yang telah selesai mengaji tafsir al-
Di Indonesia Nawawi> tentu saja sangat Jala>lain, tafsir karya Jalāluddīn as-Suyūṭī dan
terkenal. Ia menjadi kebanggaan sebagai Jalāluddīn al-Maḥallī.
seorang putera Indonesia yang keahliannya Di lingkungan Pondok Pesantren Al-
Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah,
2
Dalam beberapa sampul depan kitab Tafsir Marāḥ misalnya, Tafsir Mara>h} Labi>d sangat dikenal
Labīd yang diterbitkan di Indonesia dicantumkan juga
gelar ini.
luas di kalangan santri. Bahkan dapat dikatakan

Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017 87


Tsalis Muttaqin

semua santri mengetahui kitab karya Nawawi> Pada dasarnya Nawawi> merupakan
ini, karena dijadikan mata pelajaran di Madrasah seorag ulama yang konsisten dengan mażhab
Aliyah. Di Madrasah Ghozaliyyah Safiiyah yang Syāfiʹī. Hal ini terlihat dalam berbagai kitab
ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Anwar, fikih yang beliau susun, seperti Sullam at-
tafsir al-Jalālain diajarkan di tingkat Tawfīq, Kāsyifatus-sajā dan lainnya, yang
Tsanawiyah sampai kelas satu di tingkat Aliyah, sengaja disusun dengan pijakan fikih mażhab
selanjutnya Tafsir Munir diajarkan di kelas dua Syāfiʹī.
dan tiga Aliyah. Dalam tafsir Marāḥ Labīd, Nawawi>
Dituturkan Nawawi> dalam kata juga sangat kental dengan fikih mażhab
pengantarnya, tafsir ini bersumber dari kitab- Syāfiʹī. Sehingga dalam menafsirkan firman
kitab tafsir karya ulama-ulama besar Allah SWT:
terdahulu, yaitu Kitab al-Futūḥāt al- . ‫ لا يمسه إلا المطهرون‬.‫ في كتاب مكنون‬. ‫إنه لقرآن كريم‬
Ilāhiyyah, Mafātiḥul Gaib, as-Sirāj Al- 5
‫تنز يل من رب العالمين‬
Munīr, Tanwīr al-Miqbās dan tafsīr Abī as-
Suʹūd.3 Melihat sumber-sumber yang
Nawawi> mengatakan bahwa yang
dicantumkan, nampak bahwa Nawawi> sangat
serius dalam menulis kitab tafsir ini, dimaksud dengan ‫ في كتاب مكنون‬.‫إنه لقرآن كريم‬
meskipun diakuinya bahwa sebab penulisan adalah al-Qur’an yang banyak bermanfaat
tafsir ini bermula dari permintaan dari untuk kehidupan dunia dan akhirat yang
sebagian masyarakat waktu itu. berada dalam kitab yang terjaga, yaitu
Saat permintaan untuk menulis tafsir muṣḥaf al-Qur’an yang berada di tangan kita.
disampaikan, Nawawi> berfikir panjang dan Karena itu ‫ لا يمسه إلا المطهرون‬ditafsirkan,
cukup lama. Hal ini karena beliau khawatir
bahwa tidak boleh menyentuhnya kecuali
termasuk dalam golongan yang disabdakan
orang-orang yang disucikan dari ḥadaṡ,
Nabi Muhammad saw:
artinya haram atas mereka untuk menyentuh
‫من قال القرآن برأيه فأصاب فقد أخطأ‬
al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci.6 Yang
Artinya: “Barangsiapa yang berkata menarik dalam tafsir ini, ketika menafsirkan
tentang Al-Qur'an dengan pikirannya
(sendiri), meskipun itu benar, tapi ia firman Allah: ‫تنز يل من رب العالمين‬. Ayat ini
tetap salah.” digunakan sebagai dasar penolakan terhadap
pendapat ahli tafsir yang mengatakan bahwa
Dan sabda beliau saw: maksud ayat di atas yaitu: “al-Qur’an yang
‫من قال برأيه فليتبوأ مقعده من النار‬ berada dalam Kitab (Lauh> mah}fuz}), tidak
Artinya: “Barangsiapa yang berkata bisa menyentuhnya kecuali para malaikat”.7
tentang Al-Qur'an dengan pikirannya
(sendiri), niscaya ia mengambil tempat 5
duduknya dari api neraka". Q.S. al-Wāqiʹah ayat 77-80.
6
Muhammad Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd,
Dengan rendah hati Nawawi>
(Semarang: Toha Putra,tt) vol 2, h. 348.
menyatakan, bahwa upaya penulisan tafsir ini 7
Perlu secara singkat dijelaskan di sini tentang
dilakukan, hanya karena mengikuti jejak para perbedaan maṣdar “tanzīl” dan “inzāl”. Tanzīl berarti
turun yang berangsur-angsur, karena itu jika firman
pendahulu dalam kodifikasi sebagai sarana Allah SWT memakai kata tanzīl, berarti yang
menghidupkan ilmu untuk masyarakat luas.4 dimaksud adalah Al-Qur’an yang telah diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. Sedangkan jika
memakai kata “Inzāl”, yang dimaksud adalah turun
3
Muhammad Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd, dengan seketika, yaitu dari al-Lauḥ al-Maḥfuẓ ke
(Semarang: Toha Putra) vol. 1, h. 2. langit dunia. Perbedaan arti ini memberi pengertian,
4
Ibid. bahwa lailatul-Qadar yang ada di dalam surat al-Qadar

88 Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017


Khazanah Tafsir Nusantara

Padahal ahli tafsir yang mengatakan Dalam mengungkap hadis dan kisah-
demikian ini di antaranya ialah Ibnu ʹAbbās kisah umat terdahulu, kitab ini tidak
ra. yang di kalangan umat Islam dianggap berpanjanglebar merinci sanad dan
sebagai salah satu sahabat Nabi yang punya sumbernya. Ia dengan cair mengetengahkan
otoritas dalam melakukan penafsiran al- kisah-kisah tersebut. Bahkan sahabat Nabi
Qur’an. yang meriwayatkan pun sering pula tidak
Pada firman Allah SWT: dicantumkan. Hanya diungkapkan dalam
‫وإن كنتم مرضى أو على سفر أو جاء أحد منكم من الغائط‬ bentuk pasif, dengan kata: diriwayatkan.
Memang untuk standar ilmiah kajian
‫أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمموا صعيدا طيبا‬
ilmu hadis, cerita atau kisah-kisah yang
8‫فامسحوا بوجوهكم وأيديكم إن الله كان عفوا غفورا‬ berada dalam kitab ini perlu dilakukan kajian
lebih lanjut. Namun perlu dipaparkan di sini
Lagi-lagi Nawawi> melakukan bahwa ahli hadis sendiri tidak
pendekatan tafsir menurut mażhab Syāfiʹī, mempersoalkan hadis-hadis ḍaʹīf, sepanjang
dalam ayat ‫أو لامستم النساء‬ ditafsirkannya tidak terkait dengan akidah dan hukum.
Apalagi hanya sekedar menyangkut kisah-
dengan “atau ketika kulitmu bersentuhan
kisah kaum di masa lalu.10
dengan kulit perempuan”. Dalam Kitab ini
Justru buat pengkaji tafsir yang masih
tidak diterangkan adanya berbedaan pendapat
pemula, tafsir yang sarat dengan riwayat dan
mengenai penafsiran ayat di atas.9
kajian-kajian sanad terasa menjenuhkan dan
Meskipun demikian, dalam beberapa
melelahkan. Apalagi buat masyarakat
penafsiran ayat-ayat hukum, terdapat
Indonesia yang terbilang masih sangat rendah
perbandingan antar mażhab- mażhab fikih.
kesadarannya untuk melakukan penelitian
Barangkali hal ini dilakukan oleh penulis
terhadap riwayat-riwayat dan hadis Nabi
menurut kebutuhan, dengan asumsi bahwa
Muhammad SAW.
tidak setiap ayat harus diperbandingkan
penafsirannya.
D. TAFSIR SU>RAH AL-FA>TIH}AH} DALAM
Buat pembaca tafsir yang masih
MARAH > } LABI>D
pemula, kitab ini sangat mudah dicerna dan
Sebelum masuk dalam penafsiran su>rah
nikmat dibaca. Hal ini karena dalam beberapa
al-Fa>tih}ah}, Nawawi> menjelaskan bahwa su>rah
ayat yang menerangkan kisah-kisah di masa
al-Fa>tih}ah}, termasuk su>rah Makiyyah yang
lalu, seperti kejadian dunia, kisah tentang
terdiri dari 29 kata dan 143 Huruf.11 Nawawi>
Nabi Adam AS dan kisah-kisah seputar Bani
juga menegaskan pengakuan adanya
Israil, kitab ini berusaha menjelaskan dengan
perbedaan pendapat tentang keberadaan
baik, terinci dan lengkap, sehingga pembaca
akan dapat langsung memahami maksud 10
Rasulullah tidak melarang sahabatnya untuk
ayat-ayat yang bersangkutan. menerima atau menyebarkan informasi dari Bani
Israil. Sabda beliau saw:“Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat, dan sampaikanlah dari Bani Israil
dan itu tidak suatu dosa. Barangsiapa mendustakan
yang dimaksudkan adalah malam yang dirahasiakan aku dengan sengaja, sebaiknya ia mengambil tempat
Allah, yaitu saat diturunkannya al-Qur’an dengan duduknya dari api neraka”. (H.R. al-Bukhārī).
seketika (Anzala) dari al-Lauḥ al-Maḥfuẓ ke Baitul- Demikian pula dalam hadis lain beliau bersabda:
ʹIzzah, sebuah tempat yang ada di langit dunia. Bukan “Janganlah kalian mempercayai Ahli Kitab dan jangan
malam 17 Ramadlan (Nazzala), saat pertama kali al- (pula) mendustakannya, dan katakanlah ‘Kami
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. beriman kepada Allah dan (Kitab) yang diturunkan
8
Q.S. An-Nisā’: 43. kepada Kami’”. (H.R. al-Bukhārī).
9
Muhammad Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd,
11
(Semarang: Toha Putra,tt) vol 1, h.152. Muhammad Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd, vol 1, h. 7.

Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017 89


Tsalis Muttaqin

Basmalah dalam su>rah al-Fa>tih}ah} itu yaitu ilmu yang terkait dengan fikih yang
termasuk bagian dari surat atau tidak. Kata sebagian besar terkait dengan ibadah. Ibadah
َ ‫َاط الَّذ ِي‬
Nawawi>: ayat ِ‫ن أَ نْعَمْتَ عَلَيْه ِ ْم غَيْر‬ َ ‫صِر‬ ini ada yang berupa ibadah ma>liyah (harta
benda) dan ada pula yang badaniyah (fisik).
َّ ‫ُوب عَلَيْه ِ ْم وَل َا‬
َ‫الضالِين‬ ِ ‫ ال ْمَغْض‬seutuhnya merupakan Keduanya membutuhkan kepada hal-hal yang
ayat ketujuh jika Basmalah merupakan ayat terkait dengan kebutuhan hidup, seperti
pertama dari Su>rah ini. Jika Basmalah tidak bebeapa muʹāmalah dan pernikahan. Dan
merupakan ayat yang pertama, maka ayat ke Ibadah-ibadah ini niscaya memebutuhkan
tujuh dari surat ini adalah ‫ُوب عَلَيْه ِ ْم وَل َا‬
ِ ‫غَيْرِ ال ْمَغْض‬ hukum-hukum yang berupa perintah-perintah
dan larangan-larangan. 3) ilmu yang
َّ
َ‫الضالِين‬ menghasilkan kesempurnaan dalam
Yang menarik dalam hal ini adalah beribadah, yaitu ilmu akhlak. Di antaranya
Nawawi> tidak melakukan tarji>h} atau istiqamah di jalan yang benar. Hal ini
pembelaan terhadap pendapat mazhab Syafiʹi merupakan isyarat dari ayat ُ‫و َِإ َّياك َ نَسْت َع ِين‬. Ilmu
yang berpendapat, bahwa Basmalah
yang kedua dan ketiga merupakan syariat
merupakan bagian atau ayat pertama dari
su>rah al-Fa>tih}ah},.12 Padahal dalam kitab- َ ‫الصِر‬. 4)
yang terhimpun di dalam َ ‫َاط ال ْمُسْتَق ِيم‬
kitab yang lain atau bahkan dalam tafsir ini, Ilmu yang terkait dengan kisah-kisah dan
nuansa Mazhab Sya>fiʹī sangat kental sebagai kabar umat-umat yang telah lampau. Orang-
mazhab yang dianutnya. Berbeda dengan orang yang beruntung di kalangan para Nabi
Jala>luddi>n as-Suyu>t}ī dalam tafsir al-Jala>lain dan lainnya terhimpun dalam ‫ْت عَلَيْه ِم‬ َ ‫الَّذ ِي‬
َ ‫ن أَ نْعَم‬
yang langsung mengklaim bahwa menurut
pendapat yang unggul Basmalah merupakan Sedangkan umat-umat yang celaka dari
ayat yang pertama dari su>rah al-Fa>tih}ah},13 kalangan orang-orang kafir terhimpun dalam
15
atau Sayyid Qut}ub dalam fi> Ẓila>lil-Qur’an ‫الضالِين‬ ِ ‫غَيْرِ ال ْمَغْض‬.
َّ ‫ُوب عَلَيْه ِ ْم وَل َا‬
yang meskipun mengemukakan ada Setelah memaparkan uraian di atas
perbedaan pendapat, namun tetap saja Nawawi> masuk ke penafsiran ayat-ayat pada
melakukan pembelaan bahwa pendapat yang su>rah al-Fa>tih}ah},. Penafsiran dimulai dari
paling unggul adalah bahwa Basmalah ayat Basmalah. Dalam menafsirkan
termasuk bagian dari su>rah al-Fa>tih}ah}.14 Basmalah, Nawawi> melakukannya di luar
Menurut Nawawi>, Su>rah ini mencakup kebiasaan ahli tafsir yang menggali makna
empat macam ilmu, yaitu 1) Ilmu us}u>l, yaitu dalam ayat tersebut secara kebahasaan atau
ilmu tentang rukun iman dalam agama Islam. hukum-hukum yang dikandungnya. Nawawi>
Dalam hal ketuhahan dihimpun dalam ِ ‫ا ْلحم َْد ُ ل َِّله‬ Justru melakukan penafsiran yang tidak
lazim. Ia berusaha mengungkap simbol-
َّ ‫ن‬
ِ‫الرحِيم‬ ِ ‫ر‬, dalam hal kenabian
َّ َ‫َب ال ْع َالم َي ِن‬
ِ َ ‫الرحْم‬
simbol yang ada dalam setiap huruf yang ada
dalam ‫ْت عَلَيْه ِ ْم‬ َ ‫ الَّذ ِي‬dan dalam hal akhirat
َ ‫ن أَ ن ْعَم‬ di dalam Basmalah. Setelah menulis
Basmalah secara lengkap, Nawawi>
terhimpun dalam ‫ك يَو ْ ِم الد ِي ِن‬
ِ ِ ‫ م َال‬. 2) Ilmu furū`ʹ,
menuturkan: Huruf Bā’ itu simbol Bahā’ullah
(keindahan Allah), Si>n itu simbol Sanā’ullah
12 (Keluhuran Allah), tidak ada sesuatu yang
Ibid.
13
As-Suyu>t}ī, Jala>l ad-Di>n dan al-Mah}alli>, Jala>l ad-Di>n, lebih luhur dari Allah, dan Mi>m itu
Tafs>ir al-Jala>lain, Beirut: al-Maktabah al-isla>mi>, 2006.
h, 1.
14 15
Sayyid Qutu}b, fi> Z}}ila>l al-Qur’an, cet 23. Kairo: Da>r Muhammad Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd, vol 1, h.
asy-Syuru>q, 2003. Vol 1, h. 21. 7.

90 Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017


Khazanah Tafsir Nusantara

Mulkullah (Kerajaan Allah), Dia berkuasa firman Allah dalam surat al-Infiṭār ayat 19
atas segala sesuatu. Nawawi> juga yang artinya:
menyebutkan bahwa huruf Bā’ itu dapat “(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak
berarti simbol permulaan dari Nama Allah berdaya sedikit pun untuk menolong
Bāri’ dan Baṣīr. Huruf Sīn simbol permulaan orang lain. Dan segala urusan pada hari
itu dalam kekuasaan Allah”. Sementara
nama Allah Samī’ (Yang Maha Mendengar).
menurut qira’ah ulama lain, kata Māliki
Huruf Mīm simbol permulaan Nama Allah tidak memakai alif. Jika demikian maka
Majīd dan Malīk. Huruf Alif simbol artinya: yang mengatur persoalan hari
permulaan NamaNya, Allah. Huruf Lām, kiamat dengan perintah dan
permulaan namaNya, Lat}īf. Huruf Hā’ laranganNya.”
permulaan namaNya Hādī. Rā’ permulaan Pada ayat iyyāka naʹbudu wa iyyāka
namaNya Razzāq. Ḥā’ permulaan namaNya, nastaʹīn, Nawawi> melakukan penafsiran,
Ḥalīm. Nūn simbol NamaNya Nāfiʹ dan Nūr. dengan mengatakan: “Kami tidak
Demikian halnya dalam menafsirkan menyembah selain kepadaMu dan hanya
firman Allah: “Alhamdulillah”,16 Nawawi> kepadaMu kami mohon pertolongan agar bisa
tidak melakukan penafsiran yang lazim. menyembah kepadaMu, karena tidak ada
Setelah menyebutkan kata Alhamdulillah, kemampuan untuk menghindar dari maksiat
Nawawi> langsung meneruskan dengan kecuali karena penjagaanMu dan tidak ada
kalimat terkait. Seolah Nawawi> mengatakan kekuatan untuk patuh, kecuali dengan
Segala puji Bagi Allah dan syukur petunjukMu.” Mengenai ayat ihdinaṣ-ṣirāṭal-
kepadaNya atas nikmat-nikmatNya yang mustaqīm, kata Nawawi>: “Tambahkan
sempurna atas hamba-hambaNya yang telah kepada kami petunjuk kepada agama Islam,
diberi petunjuk kepada iman kepadaNya. atau tetapkanlah kami untuk mendapat
Setelah itu, ketika menyebut firman Allah: pentunjuk dalam Islam.” Sedangkan Ṣirāṭal-
“Rabbil ʹālami>n”, Nawawi> melakukan ladzina an’amta alaihim, Nawawi>
penafsiran yang menurutnya artinya yaitu: menafsirkan ayat ini sebagai agama orang-
Dzat Yang Maha Menciptakan makhluk, orang yang telah Engkau berikan nikmat
memberinya rejeki dan mengaturnya dari satu dalam beragama, yaitu para Nabi, orang-
keadaan kepada keadaan lain. Ar-Raḥmān orang yang benar, para syuhadā’ dan orang-
ditafsirkannya dengan Dzat Yang Mengasihi orang saleh. Gair al-Magḍūbi ditafsirkan
hambanya yang berbuat baik dan yang bukan agama Yahudi yang telah engkau
berdosa dengan memberinya rejeki dan murkai. Wa lā al-Ḍāllīn titafsirkan dengan,
menolak bahaya atas mereka. Ar-Raḥīm dan Bukan agama orang-orang Nasrani yang
ditafsirkan dengan Dzat yang menutup dosa- telah tersesat dari jalan agama Islam. Kata
dosa hambanya di dunia dan mengasihi an-Nawawi>: ada pendapat yang mengatakan
mereka di akhirat dengan memasukkan ke bahwa yang dimaksud dengan orang-orang
dalam Surga. Māliki Yaumi-ddin, menurut yang dimurkai adalah orang-orang kafir.
Nawawi> ada dua qira’ah dalam bacaan kata Sedangkan yang dimaksud dengan orang-
Māliki. Menurut qira’ah Imam ʹAṣim, al- orang yang sesat adalah orang-orang
Kisā’ī dan Yaʹqūb, setelah mi>m terdapat alif. munafik. Dasar yang digunakan Nawawi>
Artinya: Dzat yang mengatur seluruh adalah karena dalam permulaan su>rah al-
persoalan pada Hari Kiamat. Penafsiran yang Baqarah dalam 4 ayat pertama menyebut
dilakukan Nawawi> ini memakai dukungan sifat-sifat orang-orang yang beriman.
Kemudian dilanjutkan menyebut sifat-sifat
16
orang kafir dalam dua ayat. Lalu diteruskan
Ibid, h. 7.

Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017 91


Tsalis Muttaqin

menuturkan sifat-sifat orang munafiq dalam tafsir dengan bahasa Arab secara utuh dalam
13 ayat. Nawawi> menutup tafisr su>rat al- satu kitab. Di samping itu, ternyata, di dalam
Fa>tih}ah dengan menerangkan kesunnahan sejarahnya, ternyata pernah ada orang
membaca amin setelah selesai membaca Indonesia menjadi ulama yang sangat
Su>rah ini. Amin merupakan kata kerja yang dihormati oleh kalangan ulama di Timur
berarti doa: Kabulkanlah doa kami.17 Tengah. Bahkan mendapat gelar Sayyid
Demikian Nawawi> melakukan Ulama Ḥijāz. Marāḥ Labīd, di samping
penafsiran terhadap Su>rah al-Fa>tih}ah. Jika merupakan kebanggan, ia juga sesuai dengan
diamati dari penafsiran Nawawi> terhadap kebutuhan masyarakat Indonesia yang
su>rah ini, tampak bahwa Nawawi> mayoritas dalam bidang fikih mengikuti
menafsirkan Al-Qur’an terkadang Imam Syāfiʹī.
menggunakan metode tafsi>r bi al-ma’ṡur,
yaitu menafsirkan ayat dengan menggunakan DAFTAR PUSTAKA
ayat lain atau dengan hadis Nabi. Terkadang
menggunakan tafsi>tr bi ar-ra’y, yaitu Al-Quran al-Karim
Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke
menafsirkan ayat dengan melakukan ijtihad Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek
sendiri untuk mengungkap makna yang Pesantren, Jakarta: Kencana, 2006.
terkandung di dalam ayat. Bahkan dalam Nawawi Al-Jāwī, Marāḥ Labīd, (Semarang:
menafsirkan Basmalah, Nawawi> menggunkan Toha Putra, tt).
tafsir> al-isyāri,> yaitu menafsirkan ayat Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke
dengan menangkap simbol-simbol (isya>rah) Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek
Pesantren, (Jakarta: Kencana, 2006).
yang ada pada ayat tersebut. Metode terakhir
Fahri Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah
ini yang justru menjadi kontroversi di Jalan Baru Islam, Rekonstruksi
kalangan ahli tafsir. Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde
Baru, (Bandung: Mizan, 1992).
E. SIMPULAN Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung,
Dalam menafsirkan Sura>h al-Fa>tih}ah, 1996).
terlihat bahwa Nawawi> tidak secara Martin Van Kitab Kuning
Bruinessen,
konsisten menggunakan salah satu metode Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi
tafsir. Nawawi> kadang menggunakan metode Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan,
tafsi>r bi al-ma’ṡur, kadang metode tafsi>r bi 1995).
ar-ra’y dan kadang mengggunakan metode Martin Van Bruinessen, Tarekat dan Politik:
Amalan untuk Dunia dan Akhirat,
tafsir> al-isyāri yang masih menyimpan
dalam Pesantren, Berkala Kajian dan
kontroversi. Meskipun demikian, secara Pengembangan No. 1/Vol. IX. 1992.
umum dapat dikatakan, bahwa Kitab Marāḥ Toto Edi, M.Ag, dkk, Ensiklopesi Kitab
Labīd, terlepas dari kelebihan dan Kuning, Aulia Press, 2007.
kekurangannya, adalah merupakan salah satu Zamahsyari Dhofier, Tradisi pesantren: Studi
karya terbaik dibidang tafsir yang pernah Tentang Pandangan Hidup Kyai,
dihasilkan oleh anak Indonesia, Abū Jakarta: LP3ES, 1982.
As-Suyu>t}ī, Jala>l ad-Di>n dan al-Mah}alli>, Jala>l
Abdullah al-Muʹṭī Muhammad Nawawi ibn ad-Di>n, Tafs>ir al-Jala>lain, Beirut: al-
`Umar at-Tanarī al-Bantanī al-Jāwī. Marāḥ Maktabah al-isla>mi>, 2006.
Labīd setidak-tidaknya menyimpan pesan Sayyid Qutu}b, fi> Z}}ila>l al-Qur’an, cet 23.
bahwa ada orang Indonesia yang menulis Kairo: Da>r asy-Syuru>q, 2003.

17
Ibid, h. 7-8.

92 Maghza Vol. 2 No. 1 Januari - Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai