Anda di halaman 1dari 9

Tafsir Marah Labid

(Studi Analisis Metode dan Corak Tafsir Karya Nawawi al-Bantani)


Iffah Muzammil•

Abstrak
Tafsir Marah Labid merupakan karya tafsir mandiri pertama yang dihasilkan putra Indonesia.
Lewat karyanya tersebut, Nawawi al-Bantani berhasil mendobrak kevakuman dunia tafsir Indonesia, di
mana selama dua abad pasca Singkel, tidak ada satupun karya tafsir—baik dalam bentuk terjemah,
maupun tafsir mandiri—yang muncul. Metode dan langkah penafsirannya tidak berbeda dengan mufasir
pada umumnya. Madzhab tafsir yang dirujuknya bercorak Suni, sekalipun dalam beberapa hal juga
merujuk pada tafsir Mu’tazilah. Secara umum, lewat karya tafsirnya ini, Nawawi al-Bantani ingin
menanamkan keyakinan dan ketaataan pada ajaran-ajaran-Nya.

Kata kunci: tafsir marah labid, Nawawi al-Bantani, metode dan corak

1478 M) yang berarti emoh main (tidak mau


A. Pendahuluan judi), emoh ngombe (tidak mau minuman keras),
Secara historis, tradisi keilmuan Islam emoh madat (tidak mau mengisap candu), emoh
di Indonesia terbangun cukup lama. Ini bisa maling (tidak mau mencuri), dan emoh madon
dilihat dari mata rantai intelektual Muslim (tidak mau berzina), yang merupakan tafsir
yang terajut secara sinergis dan sangat tua dari surat al-Maidah 38, 39, 90, serta al-Isra’
dengan beberapa tokoh di Timur Tengah. 32.2 Lama kelamaan mulai muncul para
Sejak zaman kolonial, tradisi belajar ke ulama’ yang menulis karya tafsir dalam
Timur Tengah telah kuat. Ada sebagian bentuk tertulis, baik dalam bentuk terjemah,
umat Islam Indonesia yang menunaikan maupun karya tafsir mandiri.
ibadah haji sekaligus belajar agama di tanah Merujuk pada naskah-naskah yang
suci itu selama bertahun-tahun. Bahkan ada ditulis ulama’ Aceh, pada abad ke-16 telah
yang menjadi guru dan wafat di sana. muncul ulama’ yang berusaha menulis tafsir
Tradisi inilah yang membentuk jaringan Al-Qur’an. Hal itu bisa dilihat dari
intelektual Nusantara dengan Timur Tengah ditemukannya sepenggal tafsir surat al-Kahfi
menjadi kuat. (18):9 yang—sayangnya—tidak diketahui
Dalam jaringan intelektual yang kuat siapa penulisnya. Tafsir tersebut mengikuti
itu, pergumulan umat Islam Indonesia tradisi Tafsir al-Khazin dan diduga ditulis
dengan Al-Qur’an menjadi demikian pada masa Hamzah Fansuri (w. 1607) dan
intens.1 Al-Qur’an sebagai sumber rujukan Syamsuddin al-Sumatrani (w. 1630).
dalam berislam dipelajari dari tingkat yang Adapun wujud dalam karya tertulis lengkap
paling dasar—membaca dan menulisnya 30 juz baru terjadi satu abad kemudian,
dengan baik—hingga pada upaya menggali ketika Abdurra’uf Singkel menulis tafsir
makna yang terkandung di dalamnya yang diberinya judul Tafsir Tarjuman al-
dengan melibatkan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Mustafid dalam bahasa Melayu. Lewat
Namun demikian, mempelajari karyanya tersebut, Singkel tercatat sebagai
kandungan Al-Qur’an (tafsir) pada awalnya seorang alim pertama di dunia Melayu yang
masih dalam bentuk penjelasan lisan dan berjasa besar menyiapkan tafsir lengkap Al-
masih integral dengan ajaran Islam yang Qur’an dalam bahasa Melayu.3 Walaupun
lain, seperti tauhid, fiqh, tasawuf, dan lain- karya tersebut ‘hanyalah’ sebuah karya
lain, serta disajikan dalam bentuk amaliyah terjemahan, dan jika ditinjau dari sudut ilmu
sehari-hari. Contoh populer adalah istilah bahasa Indonesia modern belum bisa
molimo yang dikemukakan Sunan Ampel (w. dikatakan sempurna, tetapi pekerjaan

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


154 Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak …

tersebut besar jasanya sebagai pekerjaan berasal dari Banten. Ayahnya, Umar bin
perintis jalan.4 Arabi, adalah pejabat penghulu kecamatan
Perkembangan study Al-Qur’an di di Tanara, Banten. Adapun ibunya,
Indonesia pasca Singkel terus berlangsung Khadijah, adalah seorang wanita religius
karena kontak mereka dengan pusat Islam yang juga warga Tanara. Sebelum belajar
Haramain semakin intensif, sementara di kepada guru-guru ternama di Haramain,
Nusantara sendiri tumbuh lembaga-lembaga Nawawi al-Bantani bersama dua orang
pendidikan dan pengajaran Islam, seperti saudara kandungnya, Tamim dan Ahmad,
pesantren, surau (Sumbar), dayah dan telah membekali pengetahuan agama
zawiyah (Aceh), yang secara langsung dengan belajar ilmu kalam, nahwu, tafsir,
mempopulerkan pentingnya Al-Qur’an dan fiqh dari dari ayah mereka sendiri
disamping hadits bagi kaum muslim. (seorang ulama’ masyhur di Banten pada
Namun tidak ada karya tafsir yang populer saat itu), dan kemudian dari Raden Yusuf di
dari penulis muslim dunia Melayu setelah Purwakarta, Karawang, Jawa Barat.
itu kecuali karya Nawawi al-Bantani. Pada Pada usia 15 tahun, al-Bantani
tahun 1886 M, ia menyelesaikan karya berangkat menunaikan ibadah haji ke
monumentalnya mengenai tafsir dengan Mekkah dan menetap di sana selama 3
judul Tafsir Marah Labid atau Tafsir al-Munir tahun untuk belajar. Ia belajar pada Sayyid
dalam bahasa Arab sebanyak 985 halaman. Ahmad bin Sayyid Abdurrahman al-
Madzhab tafsir yang dirujuknya bercorak Nawawi, Sayyid Ahmad Dimyati, dan Sayyid
Suni sekalipun di beberapa bagian merujuk Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah, ia
pada karya tafsir dari kalangan Mu'tazilah, belajar pada Syekh M Khatib Sambas al-
terutama karya al-Zamakhsyari, Tafsir al- Hanbali. Selain itu, ia juga belajar pada guru
Kasysyaf. Ia juga dapat dikatakan seorang dari Mesir, yaitu Yusuf Sumulaweni,
neo klasik karena telah memberi tempat Nahrawi, dan Abdul Hamid Dagastani.
penting bagi karya-karya ulama’ abad Pada tahun 1833 ia kembali ke Banten dan
pertengahan, seperti Tafsir Ibn Katsir dan mengajar di Pesantren milik ayahnya.
Tafsir al-Jalalain, serta pada saat yang sama Namun pada tahun 1855 ia kembali lagi ke
merespons perkembangan-perkembangan Mekkah serta hidup dan meniti karir
kontemporer.5 Terlepas dari penilaian keilmuan di Haramain hingga akhir
sementara kalangan yang mengatakan hayatnya.
bahwa karya Nawawi banyak mengutip dari Ia termasuk seorang ulama’ Melayu
berbagai karya tafsir lain, yang jelas Marah Indonesia di Haramain yang aktif,
Labid telah berhasil menempatkan dirinya produktif, dan sangat dihormati, bukan
sebagai salah satu karya tafsir penting di hanya oleh kalangan komunitas Jawi sendiri,
Indonesia, sehingga sangat layak diapresiasi tetapi lebih dari itu oleh masyarakat ulama’
dengan mempelajari dan menelaah karya kosmopolitan Haramain secara keseluruhan.
dimaksud. Tulisan ini ingin melihat Posisi sosial keagamaan yang sangat
metode dan corak tafsir karya Nawawi terhormat ini memungkinkan Nawawi
tersebut. mengajar di berbagai halaqah Masjidil
Haram sejak 1860, khususnya di Ma’had
B. Biografi Singkat dan Karya-Karyanya Nashr al-Ma’arif al-Diniyah. Padahal syarat
Muhammad bin Umar al-Nawawi al- untuk mengajar di tempat ini sangat tidak
Bantani al-Jawi (1230 H/1813 M- 1314 mudah karena harus memiliki kapasitas
H/1897 M) atau yang lebih dikenal dengan keilmuan yang tiggi. Selain itu, ia juga
nama Syekh Nawawi al-Bantani adalah berhasil mencapai posisi keilmuan tertinggi
salahseorang ulama’ Melayu-Indonesia abad dengan memperoleh gelar “ Syeikh al-Hijaz”.
ke-19 yang paling masyhur dan menonjol. Murid Nawawi selama di Hijaz tidak
Dari namanya dapat diketahui bahwa ia kurang dari 200 orang setiap tahunnya.

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak … 155

Diantara murid Indonesia-nya adalah KH Kendati karir keilmuannya lebih


Hasyim Asy’ari, KHM Kholil Bangkalan, banyak dicurahkan di Tanah Arab, namun
KH Ilyas Serang Banten, dan Tubagus KH melalui karya-karyanya, kaum Muslim
M. Asnawi Caringin, Jawa Barat. Mereka Melayu Indonesia pun dapat merasakan
inilah yang pada gilirannya melanjutkan manfaat ajarannya. Ia telah berhasil
transmisi gagasan pengetahuan keislaman melanjutkan tradisi ulama’ Melayu
dari Timur Tengah ke wilayah Melayu- sebelumnya untuk mentransmisikan gagasan
Indonesia.6 keilmuan melalui murid-murid dan karyanya
Selain mengajar, Nawawi banyak dari Haramain ke wilayah Nusantara,
menulis karya-karya bermutu. Ia tercatat khususnya Indonesia. Ia bahkan dianggap
sebagai ulama’ Jawa paling produktif dan sebagai nenek moyang intelektualnya.
selalu menulis dalam bahasa Arab. Karyanya Syeikh Nawawi meninggal pada 1314
lebih dari 100 buah dalam berbagai bidang H/1897 M di Mekkah dan dikuburkan
ilmu keislaman, seperti tafsir, fiqh, tauhid, dekat pusara Khadijah, isteri Rasulullah.9
tasawuf, nahwu, hadits, dan akhlaq. Namun
demikian, kebanyakan karyanya adalah C. Metode dan Langkah Penafsiran
syarah atas teks-teks terkenal. Ia Nawawi
menjelaskannya dengan cara pengungkapan Jika Singkel merupakan orang pertama
yang mudah dipahami. Karena itulah— yang menulis tafsir dalam bentuk
barangkali—Martin Van Bruinessen terjemahan, maka Nawawi adalah orang
menyatakan bahwa dia lebih tepat pertama yang menghasilkan sebuah karya
digambarkan sebagai seorang yang tafsir utuh. Penulisannya dilakukan di
memperkenalkan secara luas daripada Mekkah dan selesai pada hari Rabu, 5
memberikan sumbangan baru pada wacana Rabi’ul Akhir 1305 H. Sebelumnya,
keilmuan Islam.7 naskahnya disodorkan pada ulama’ Makkah
Diantara karyanya tersebut, yang dan Madinah untuk diteliti, lalu naskahnya
monumental adalah di bidang tafsir, yaitu dicetak di negeri itu. Atas kecemerlangannya
Tafsir al-Munir atau Tafsir Marah Labid. dalam menulis tafsir itu, oleh ulama’ Mesir,
Karyanya yang lain diantaranya adalah Nawawi diberi gelar Syeikh al-Hijaz
Tausyih Ibnu Qasim sebagai komentar atas (pemimpin ulama’ Hijaz).10
Fath al-Qarib; Tsamar al-Yani’ah sebagai Dalam pengantarnya Nawawi
syarah atas kitab Riyadl al-Badi’ah karya mengatakan bahwa ia butuh waktu lama
Muhammad Hasbullah; Nihayat al-Zain membangun keberanian untuk menulis
merupakan syarah kitab Qurrat al-‘Ain karya tafsir ini sekalipun dorongan yang bertubi-
Zainuddin al-Malibary; Sullam al-Munajat tubi datang dari berbagai pihak. Ia khawatir
sebagai komentar atas Safinat al Shalah karya terjerumus pada ancaman Nabi yang
Abdullah bin Umar al-Hadhrami, dan mengatakan “barang siapa berbicara tentang Al-
Kasyifat al-Syaja sebagai komentar atas Safinat Qur’an dengan ra’yunya, maka silahkan
al-Naja karya Salim bin Abdullah bin Samir mengambil tempat di neraka”. Setelah berhasil
(seorang ulama’ Arab yang tinggal di Jakarta membangun keberanian, Nawawi akhirnya
sekitar tahun 1850). Semua kitab tersebut memutuskan untuk menulis tafsir ini. Ia
digunakan secara luas di Indonesia. Namun menyebutnya sebagai upaya meneladani
demikian, karyanya yang paling populer para ulama’ salaf yang senantiasa menulis
dikalangan pesantren di Indonesia adalah dan membukukan pemikiran-
kitab ‘Uqud al-Lujain yang berbicara tentang pemikirannya.11
hak-hak dan terutama kewajiban isteri. Nawawi menulis tafsirnya dengan
Kitab ini menjadi bacaan wajib bagi santri menggunakan bahasa Arab. Penggunaan
puteri di banyak pesantren.8 bahasa Arab ini tentu merupakan sebuah
keistimewaan tersendiri karena dengan

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


156 Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak …

demikian ia bisa diakses oleh masyarakat berikutnya, seakan-akan dua kelompok ayat
internasional. Namun di sisi lain, bagi tersebut tidak berhubungan. Begitu juga
masyarakat Indonesia tafsir ini menjadi korelasi antar surat. Setelah selesai
elitis, karena tidak semua masyarakat menafsirkan al-Syura, misalnya, ia langsung
Indonesia menguasai bahasa Arab. Didin beralih menafsirkan al-Zukhruf tanpa
Hafiduddin bahkan menilai bahwa menjelaskan korelasi antar kedua surat
konsumen kitab ini bukan sekedar mereka dimaksud.14
yang memiliki kemampuan berbahasa Arab, Miskin munasabah bisa disebut sebagai
tetapi sekaligus memiliki kemampuan salah satu kelemahan tafsir ini. Sekalipun
memahami kaidah-kaidah bahasa tersebut.12 pada bagian tertentu ia menyinggung-
Metode yang digunakan Nawawi nyinggung munasabah, tetapi sangat jarang
adalah metode tahlili, yakni metode sekali sehingga merupakan kesulitan
penafsiran yang berusaha menerangkan arti tersendiri menemukan contohnya. Salahsatu
ayat-ayat Al-Qur’an dengan meneliti semua diantara yang dijelaskan munasabah-nya oleh
aspeknya dan menyingkap seluruh Nawawi adalah Q.S. 2:6-7. Ayat tersebut (6)
maksudnya, dimulai dari uraian makna kosa menurut Nawawi menjelaskan sifat orang
kata, makna kalimat, maksud setiap kafir yang tidak mau beriman terhadap apa
ungkapan, munasabah, dengan bantuan yang dibawa Rasul berupa Al-Qur’an,
asbab nuzul, riwayat dari Rasul, sahabat, kemudian Allah menjelaskan penyebab
maupun tabi’in. Prosedur ini dilakukan mereka tidak beriman pada ayat berikutnya
dengan mengikuti susunan mushaf, ayat per (ayat 7), yaitu karena Allah telah mengunci
ayat dan surat per surat. Metode ini hati, pendengaran dan penglihatan mereka.15
terkadang menyertakan pula perkembangan Nampaknya Nawawi termasuk salah satu
kebudayaan masa Nabi sampai tabi’in, dari sebagian besar mufassir yang disindir
terkadang pula diisi dengan uraian oleh al-Zarkasyi sebagai mufassir yang
kebahasaan dan materi khusus lainnya. Para ‘kurang punya perhatian’ terhadap persoalan
mufassir tidak seragam dalam munasabah, sekalipun munasabah merupakan
mengoperasionalkan metode ini. Ada yang salah satu bagian penting dalam tafsir.16
menguraikannya secara ringkas, ada pula Secara tehnis, penulisan tafsir Nawawi
yang menguraikannya secara rinci.13 dimulai dengan penulisan ayat demi ayat.
Tafsir ini termasuk menguraikan Penulisan ayat tidak menggunakan nomor
secara ringkas dan tidak semua prosedur atau pun tanda akhir ayat. Adapun
tahlili diikuti secara ketat. Prosedur pemisah antar surat ditandai dengan
munasabah, misalnya. Nawawi tidak selalu penulisan basmalah,-- kecuali antar surat al-
menyinggung korelasi antar ayat ataupun Anfal dan al-Tawbah--, disertai penjelasan
antar surah dalam tafsirnya. Misalnya pada tentang nama surat, kelompok
surat al-Syura ayat 49-50 yang berbicara Makkiyah/Madaniyah, dan jumlah ayat,
tentang kekuasaan Allah atas langit dan kalimat, serta huruf. Pada surat-surat
bumi serta kekuasaanNya menciptakan apa tertentu yang masih diperselisihkan
saja yang Dia kehendaki serta memberi Makkiyah/Madaniyah-nya, Nawawi selalu
anugrah berupa anak kepada siapa saja yang menuliskan “Makkiyah atau Madaniyah”,
Dia kehendaki, atau tidak memberinya seperti pada surat al-Fatihah. Pada surat-
kepada siapa saja yang Dia kehendaki, ‘tiba- surat tertentu, dimana sebagian ayatnya
tiba’ pada ayat 51 topik pembicaraan beralih termasuk kelompok yang berbeda, Nawawi
pada cara-cara wahyu turun kepada Rasul. juga memberikan penjelasan, sebagaimana
Namun Nawawi tidak menyinggung pada surat al-Tawbah dimana dua ayat
sedikitpun bagaimana korelasi dari kedua terakhirnya Makkiyah, sekalipun al-Tawbah
topik pembicaraan yang terkesan ‘meloncat’ termasuk kategori Madaniyah.17
tersebut. Ia langsung menafsirkan ayat-ayat

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak … 157

Penulisan ayat tidak mesti satu ayat dengan hadits. Misalnya pada Q.S. 6:84
langsung ditulis utuh, tetapi didasarkan pada ( ‫) ﻭﻜﺫﺍﻝﻙ ﻨﺠﺯﻯ ﺍﻝﻤﺤﺴﻨﻴﻥ‬. Nawawi
kalimat yang hendak ditafsiri. Q.S. 23:1 menjelaskan pengertian ihsan berdasarkan
adalah contoh ayat yang langsung ditulis hadits Nabi, yakni “beribadah kepada Allah
utuh dan dirangkaikan dengan tafsirnya, seakan-akan engkau melihatNya, kalaupun
yaitu ‫ ﻗﺩ ﺍﻓﻠﺢ ﺍﻝﻤﺅﻤﻨﻭﻥ‬.18 Sedangkan contoh engkau tidak melihatNya, maka
23
ayat yang tidak langsung ditulis utuh adalah sesungguhnya Ia melihatmu”. Namun
Q.S. 5:3. Pada pertengahan ayatnya, ditulis demikian, dalam menyebutkan hadits,
‫ ام اآ   د‬kemudian dijelaskan Nawawi tidak menyebutkan rangkaian
tafsirnya lalu dilanjutkan dengan rangkaian sanadnya, serta tidak pula mengemukakan
ayat berikutnya, yaitu     ‫وا‬, kualitas haditsnya.
dijelaskan tafsirnya, dan dilanjutkan dengan Ketiga; menafsirkan ayat dengan
rangkaian ayat berikutnya, ‫ور  ام‬ pendapat sahabat dan atau tabi’in. Misalnya
 ‫د‬, kemudian dijelaskan tafsirnya.19 Q.S. 2:226 tentang sumpah ila’ (bersumpah
Kedua; pada ayat-ayat tertentu yang untuk tidak menyetubuhi isterinya).
memiliki perbedaan qira’at, setelah Berdasarkan pendapat Ibnu Abbas, Nawawi
penulisan ayat dilanjutkan dengan menafsirkan ayat tersebut dengan “jika
menjelaskan adanya perbedaan qira’at seseorang meng-ila’ isterinya, kemudian
sekaligus menisbatkan masing-masing menarik sumpahnya sebelum empat bulan,
bacaan kepada imamnya. Misalnya pada maka ia boleh menyetubuhi isterinya
Q.S. 4:94, yaitu ‫ﻻ ﻴﺴﺘﻭﻯ ﺍﻝﻘﻌﺩﻭﻥ ﻤﻥ ﺍﻝﻤﺅﻤﻨﻴﻥ‬ kembali dengan disertai membayar kaffarat,
‫ﻏﻴﺭ ﺍﻭﻝﻰ ﺍﻝﻀﺭﺭ‬. Disebutkan bahwa Ibn tetapi bila telah mencapai masa empat
Katsir, Abu Amr, Hamzah, dan Ashim bulan, maka otomatis jatuh talak satu.”24
membaca rafa’ pada lafadz ghair sebagai Terjadinya khilaf tidak selalu dikemukakan
badal dari lafadz qa’iduna, sementara Nafi’, oleh Nawawi sebagaimana contoh di atas.
Ibnu Amir, al-Kisa’i serta baqu al-qurra’ Namun, pada tempat lain, adanya khilaf
membaca nasab sebagai hal, sedangkan juga ditampilkan. Misalnya ketika
A’masy membacanya jar sebagai sifat dari menafsirkan shalat al wustha. Dijelaskan
lafadz mu’minin. 20 bahwa sebagian berpendapat bahwa shalat al
Ketiga; pada ayat yang memiliki sabab wustha adalah shalat shubuh. Pendapat ini
nuzul, sebelum dilakukan penafsiran, merupakan pendapat Ali, Umar, Ibn
disebutkan dulu sabab nuzul ayat dimaksud, Abbas, Jabir, Abi Umamah al-Bahili dari
misalnya pada Q.S 2:189. Disebutkan kalangan sahabat, serta Thawus, ‘Atha’,
bahwasanya ayat tersebut turun berkaitan Ikrimah, serta Mujahid dari kalangan Tabi’in
dengan adanya sekelompok sahabat dari dan merupakan pendapat madzhab Syafi’i.
suku Kinanah dan Khuza’ah. Mereka Pendapat lain mengatakan bahwa shalat al
memasuki rumah dari (pintu) belakang wustha adalah shalat ‘ashar. Pendapat ini
ketika dalam keadaan ihram sebagaimana diriwayatkan berasal dari Ali, Ibn Mas’ud,
biasa mereka lakukan pada masa jahiliyah, Ibn Abbas, serta Abu Hurairah yang
sehingga turunlah ayat ‫ﻭﻝﻴﺱ ﺍﻝﺒﺭ ﺒﺎﻥ ﺜﺎﺀﺘﻭﺍ‬ menyatakan bahwa shalat al wustha adalah
‫ ﺍﻝﺒﻴﻭﺕ ﻤﻥ ﻅﻬﻭﺭﻫﺎ‬21 shalat antara shalat genap dan shalat ganjil.25
Keempat; menggunakan pendekatan
Langkah-langkah Nawawi dalam
ra’yu yang didasarkan pada analisis bahasa
menafsirkan Al-Qur’an tidak berbeda
serta kaidah-kaidahnya. Secara umum,
dengan mufassir pada umumnya. Pertama;
pendekatan inilah yang digunakan Nawawi
menafsirkan ayat dengan ayat. Misalnya,
dalam tafsirnya, sehingga tafsir ini lebih
pada Q.S 6:82. Lafadz dzulm pada ayat
tepat disebut sebagai tafsir bi al-ra’yi yang
tersebut ditafsirkan dengan syirk,
mahmud. Disebut mahmud karena ia
sebagaimana penjelasan yang terdapat dalam
mengkombinasikan kaidah bahasa dengan
Q.S. 31:13.22 Kedua; Menafsirkan ayat

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


158 Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak …

syari’at. Misalnya ketika menjelaskan makna ‫ﺷﻲﺀ ﺍﻣﺮ ﺑﺎﺻﱪ‬


al-Rahman pada Q.S. 1:3. Nawawi
menafsirkannya dengan “Yang Maha
Nawawi juga banyak mengusung
Pengasih, baik kepada orang yang taat
informasi Israiliyat dalam tafsirnya.
maupun yang tidak taat, yaitu memberi rizki
Misalnya tentang nama anak yang dibunuh
di dunia ini”26. Penjelasan ini sejalan dengan
oleh Nabi Khidhir. Disebutkan bahwa anak
firman Allah dalam Q.S. 2:126. Demikian
tersebut merupakan putera seorang tokoh
juga makna al-Rahim pada lanjutan ayat yang
di daerah itu. Ayahnya bernama Birran,
ditafsirkan dengan “Yang memberi rahmat
ibunya Sahwan, sementara anak tersebut
dan memasukkan ke dalam sorga orang-
bernama Jaisur.31 Begitu juga dengan perahu
orang mukmin”. Penjelasan ini sejalan
Nabi Nuh. Dalam tafsirnya, Nawawi
dengan firman Allah dalam Q.S.33:43.27
menyebutkan bahwasanya Nabi Nuh
Namun demikian, ia tidak selalu
membuat perahu tersebut selama dua tahun
mengupas panjang lebar makna sebuah
dengan ukuran panjang 300 dzira’, lebarnya
kosa kata, sehingga tafsir ini tidak terjebak
50 dzira’, sementara tingginya 30 dzira’.
pada penjelasan yang bertele-tele. Misalnya
Kapal itu terdiri dari tiga lantai. Lantai
ketika menjelaskan Q.S. 16:112. Tanpa
pertama, ditempati oleh hewan-hewan,
mengupas panjang lebar makna libas, ia
lantai dua ditempati oleh manusia,
menjelaskan, ayat tersebut menggunakan
sementara lantai paling atas ditempati oleh
istilah libas, sebab ketika kelaparan dan
burung.32 Nama-nama yang disebut dalam
ketakutan itu begitu parah, maka kelaparan
cerita Nabi Khidlir tersebut serta ukuran
dan ketakutan tersebut akan meliputi
dan bentuk kapal Nabi Nuh, menurut al-
mereka (para kafir Mekkah), seperti halnya
pakaian meliputi tubuh mereka. 28 Dzahabi merupakan informasi Israiliyat.33
Adakalanya ia menjelaskan terlebih dahulu D. Corak Tafsir Marah Labid
kedudukan masing-masing lafadz dalam
kalimat (i’rab). Misalnya Q.S.75:22-23 ‫ﻭﺠﻭﻩ‬ Meskipun tafsir ini bersifat umum
‫ ﻴﻭﻤﺌﺫ ﻨﺎﻀﺭﻩ ﺍﻝﻰ ﺭﺒﻬﺎ ﻨـﺎﻅﺭﻩ‬Dijelaskan bahwa dan menekankan masalah bahasa dan
lafadz wujuh adalah mubtada’, sedangkan kaidah-kaidahnya, tetapi ada satu arah yang
nadhirah adalah na’at dari wujuh, yaumaidzin dituju oleh tafsir ini, yakni ingin
adalah manshub sebab nadhirah, sementara memberikan penanaman keimanan yang
nadzirah adalah khabarnya wujuh. Adapun kuat, baik kepada Allah maupun ajaran-
lafadz ila rabbiha, muata’alliq dengan khabar, ajaranNya.34 Secara madzhabi, ia beraliran
sehingga makna ayat adalah “wajah-wajah Suni. Lebih spesifik lagi, dalam persoalan
yang baik pada hari kiamat, yakni wajahnya hukum ia lebih berwajah Syafi’iyah –karena
orang mukmin melihat kepada Allah tanpa ia memang bermadzhab Syafi’i-- sementara
ada hijab/penghalang apapun”.29 dalam persoalan tauhid, adakalanya ia tidak
Tidak jarang pula Nawawi segan-segan berbeda sikap dengan Asy’ari
menyertakan syair dalam penjelasannya. dan lebih rapat kepada Al-Maturidi
Misalnya ketika menjelaskan Q.S. 10:109. /Muktazilah.
Setelah menjelaskan tentang petunjuk Al- Ketika terjadi khilaf dalam persoalan
Qur’an agar supaya bersabar dalam hukum tidak selalu disikapi Nawawi dengan
menyampaikan risalah dari Allah, Nawawi menilai pendapat yang lebih kuat. Pada
mengakhirinya dengan syair:30 tempat-tempat tertentu, beliau hanya
sekedar menunjukkan adanya khilafiyah
‫ﺳﺎﺻﱪ ﺣﱴ ﻳﻌﺠﺰ ﺍﻟﺼﱪ ﻋﻦ ﺻﱪﻱ ﻭﺍﺻﱪ ﺣﱴ ﳛﻜﻢ‬ diantara ulama’ madzhab, sementara pada
‫ﺍﷲ ﰲ ﺍﻣﺮﻱ‬ tempat-tempat tertentu, beliau melakukan
penilaian pendapat yang dinilainya lebih
‫ﺻﱪﺙ ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺳﺎﺻﱪ ﺣﱴ ﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﺼﱪ ﺍﻧﲏ‬ kuat. Dalam persoalan hukum basmalah,

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak … 159

misalnya. Nawawi hanya mengatakan bahwa janganlah kalian mendekati (mengumpuli) mereka
ayat ketujuh adalah 
‫اط ا  ا‬ sampai mereka suci, tetapi rangkaian ayat
….dst bagi yang berpendapat bahwa berikutnya menyatakan jika mereka telah
basmalah merupakan bagian dari al-fatihah, bersuci, maka datangilah (kumpuli) mereka.
sementara bagi ulama’ yang mengatakan Pernyataan kedua yaitu jika mereka telah
bahwa basmalah bukan merupakan bagian bersuci, menunjukkan bahwa bersuci tersebut
dari al-fatihah, maka ayat ketujuh adalah  merupakan syarat untuk bisa melakukan
 ‫… ا ب‬dst 35 hubungan suami isteri. Dengan pengertian
Namun demikian, pada bagian lain, ia demikian, berarti memadukan antara
memberikan penilaian terhadap pendapat pengertian pada kalimat pertama (janganlah
yang dinilainya lebih kuat, misalnya ketika kalian mendekati mereka sampai mereka suci)
menafsirkan Q.S. 5:6 tentang mengusap dengan kalimat kedua (jika mereka telah
kepala pada waktu wudlu’. Secara tegas bersuci, maka silahkan datangi mereka sesuai
Nawawi mendukung pendapat Syafi’i yang perintah Allah). Hal ini sebagaimana kalimat:
menafsirkan ayat tersebut dengan “Janganlah bicara dengan Fulan sampai ia
“mengusap sebagian kepala”. Ia masuk rumah. Jika perasaannya sudah
mengatakan bahwasanya ba’ pada lafadz bi senang setelah masuk rumah, maka
ru’usikum mengandung makna fi’il, yaitu bicaralah”. Kalimat tersebut menunjukkan
menempelkan (ilshaq), sehingga ayat bahwa kebolehan bicara dengan Fulan
tersebut memiliki arti “tempelkanlah usapan tergantung pada dua hal sekaligus, yaitu
pada kepala kalian”. Sementara masuk rumah dan hatinya senang.37
menempelkan usapan tidak harus Pendapat ini sejalan dengan pendapat
seluruhnya. Ia memberi contoh kalimat, Syafi’i.
“saya mengusap tangan saya dengan sapu Nawawi tidak banyak menjelaskan
tangan”. Siapa pun akan memahami khilafiyah dalam persoalan kalam. Ia
bahwasanya pernyataan tersebut cenderung menyampaikannya secara
mengandung pengertian bahwasanya langsung tanpa menyebutkan pendapat dari
mengusap tangan dengan sebagian saja dari aliran atau madzhab apa. Ketika
saputangan tersebut sudah cukup. Berbeda menjelaskan Q.S.75:22-23 ia
dengan kalimat “saya mengusap sapu menafsirkannya dengan “wajah-wajah yang
tangan”. Pernyataan “saya mengusap sapu baik, yakni wajah orang mukmin pada hari
tangan (tanpa bi/dengan)” harus diartikan kiamat melihat Allah SWT dengan tanpa
mengusap sapu tangan secara hijab/penghalang apapun”.38 Pendapat ini
keseluruhan.36 sejalan dengan pendapat Asy’ari yang
Pada bagian lain, yakni Q.S. 2: 222 mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat oleh
manusia dengan mata kepala di akhirat
yaitu‫ﻭﻻ ﺗﻘﺮﺑﻮﻫﻦ ﺣﱴ ﻳﻄﻬﺮﻥ ﻓﺎﺫﺍ ﺗﻄﻬﺮﻥ‬ nanti.39 Nawawi juga tidak segan-segan
‫ ﻓﺎﺀﺗﻮﻫﻦ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻣﺮﻛﻢ ﺍﷲ‬setelah melakukan takwil sebagaimana takwil yang
dilakukan Al-Maturidi dan Mu’tazilah dan
menjelaskan terjadinya perbedaan qiraat berbeda dengan versi Asy’ari. Ketika
pada lafadz yathhurna, Nawawi dengan tegas menafsirkan Q.S.51:47, ia menafsirkan
mengatakan bahwa wanita yang sedang lafadz aidin dengan kekuatan, sehingga ayat
haidh tidak boleh dikumpuli oleh suaminya tersebut bermakna bahwasanya “Allah
sampai darahnya berhenti dan mandi. membangun langit dengan kekuatan”.40
Ketegasannya sekaligus menepis pendapat Contoh lain adalah ketika ia menafsirkan
Hanafi yang memperbolehkan mengumpuli lafadz istiwa’ pada Q.S. 7:54. Nawawi
isteri begitu darah haidnya telah berhenti mengatakan bahwa lafadz tersebut adalah
sekalipun belum mandi sepanjang masa kinayah dan tidak boleh dipahami apa
haidnya mencapai sepuluh hari. Alasan adanya dengan arti “bersemayam”, sebab
Nawawi adalah sekalipun di awal disebutkan

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


160 Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak …

Allah Maha Suci dari mengambil tempat “hendaknya setiap orang mengimani apa
atau pun arah tertentu. Secara panjang lebar yang disampaikan oleh Rasul dengan
ia menjelaskan bahwa lafadz ‘arsy adalah meninggalkan segala larangan dan
singgasana yang biasanya ditempati raja, memperbaiki amal perbuatannya sehingga
kemudian istilah tersebut—secara majazi-- akan selamat di dunia dan akhirat.”44
digunakan untuk pengertian kekuasaan, Barangkali tidak ada sesuatu yang
sehingga ketika ada pernyataan “telah terlalu istimewa yang ditawarkan oleh
hancur singgasana sang Raja”, maka artinya Nawawi lewat karya tafsirnya tersebut.
adalah “telah hancur kekuasaannya”. Namun siapa pun tidak ada yang bisa
Karena itu ayat tersebut tidak boleh membantah bahwa ia telah memberikan
dipahami menurut pengertian dzahirnya. sumbangan cukup besar bagi Islam dan
Menurutnya maksud ayat di atas adalah masyarakat muslim lewat karyanya itu.
terlaksananya kekuasaan dan berjalannya Pemberian gelar Syeikh al- Hijaz oleh ulama’
kehendak Allah (nafadz al-qudrat wa jarayan Mesir karena menilai bahwa karyanya
al-masyi’ah). Dalam hal ini kita tidak perlu tersebut merupakan sebuah karya cemerlang
melakukan takwil secara rinci dan tentu cukup menjadi bukti bagi kita bahwa
menyerahkan sepenuhnya pengertiaannya ia telah memberikan sumbangan besar bagi
kepada Allah.41 dunia intelektual Islam. Persoalan tafsir
Nawawi juga menyoroti fenomena tersebut banyak “mengutip” berbagai karya
yang terjadi di tengah masyarakat akan tafsir lain, tentu tidak bisa dijadikan sebagai
adanya sikap saling klaim kebenaran. Hal ini alasan untuk tidak mengapresiasinya.
terlihat ketika ia menafsirkan Q.S. 3:105 Bukankah hampir tidak ada satu pun karya
Dengan mengutip pendapat Al-Razi, tafsir yang tidak mengutip tafsir lain ?
Nawawi mengecam sikap sebagian besar Bagi dunia tafsir di Indonesia, tafsir
ulama’ saat ini yang tidak bisa menghargai ini menjadi lebih istimewa karena ia
perbedaan pendapat. Mereka memilih saling merupakan karya tafsir pertama yang ditulis
bertikai dan bersengketa dengan secara utuh oleh putera Indonesia. Lewat
mengklaim bahwa dirinya yang benar, karyanya tersebut Nawawi memberikan
sementara yang berbeda dengannya salah. inspirasi yang teramat besar bagi putera
Sikap ini dinilainya tidak sejalan dengan bangsa lainnya untuk mengikuti jejaknya. Ia
pesan Al-Qur’an.42 juga telah berjasa mendobrak kevakuman
Keinginan Nawawi untuk dalam dunia tafsir di Indonesia dimana
menanamkan ketaatan umat Islam terhadap selama dua abad pasca Singkel tidak ada
ajaran agamanya lewat tafsirnya ini sangat satu pun karya tafsir (lengkap 30 juz) yang
terlihat, seperti ketika ia menafsirkan Q.S. dihasilkan putera Indonesia.
7:51. Pada akhir tafsirnya Nawawi
menggarisbawahi ayat tersebut E. Penutup
menunjukkan bahwasanya mencintai dunia Lewat karya tafsirnya Nawawi telah
(hubb al-dun-ya) merupakan awal dari segala memperkaya khazanah tafsir di Indonesia
bencana yang akan mengantarkan seseorang khususnya, serta di dunia Islam pada
kepada kesesatan dan kekufuran. Karena itu umumnya, walaupun—mungkin—ia tidak
Allah menurunkan Al-Qur’an untuk banyak menawarkan sesuatu yang baru.
dijadikan pedoman yang akan Dengan metode tahlili, serta menggunakan
menyelamatkan manusia dari pendekatan kebahasaan, ia berhasil
43
kesesatan. Pada Q.S. 7:33-35 setelah melahirkan sebuah karya tafsir yang sangat
menjelaskan tentang 5 pokok jinayah yang layak diapresiasi oleh siapa saja yang
meliputi kejahatan terhadap nasab, akal, memiliki perhatian terhadap tafsir—
jiwa, harta dan kehormatan, serta kejahatan terutama karya-karya tafsir yang dihasilkan
terhadap agama, Nawawi mengatakan, oleh bangsa Indonesia-- serta ingin

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010


Iffah Muzammil: Tafsir Marah Labid (Studi Analisis Metode dan Corak … 161

memahami kandungan Al-Qur’an dengan


30 Ibid., p. 378.
baik. Namun demikian –sebagaimana 31 Ibid., p. 505.
diungkapkan oleh Didin Hafiduddin-- 32 Ibid., p. 285.
untuk bisa lebih memahami isi Al-Qur’an 33 Muhammad Husein al-Dzahabi, al-Tafsir wa

secara komperehensif, tentu saja al-Mufassirun, Juz I, (t.t:, t.p., 1976), p. 170.
34 Didin, :”Tafsir”, p. 55.
dibutuhkan tafsir yang lain yang juga lebih
35 Ibid., p. 2.
komperehensif.45 36 Ibid., p. 192.
37 Ibid., p. 60.
38 Nawawi, Marah, vol. 2, p. 415.
39 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI

Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Press, 1986), p. 139.
Surabaya. 40 Nawawi, Marah, vol. 2, p. 325.
1 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, 41 Nawawi, Marah, vol. 1, p. 282.

(Jakarta: Teraju, 2002), 30. 42 Ibid., p. 113.


2 Indal Abror,”Potret Kronologis Tafsir 43 Ibid., p. 281.

Indonesia” dalam Jurnal Esensia, vol. 3, No.2, 2002, 44 Ibid., p. 277.

p. 191. 45 Didin”Tafsir”, p. 56.


3 Gusmian, Khazanah , p. 43.
4 Depag RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, p. 36.
5 Didin Syafruddin, “Ilmu Al-Qur’an sebagai

Sumber Pemikiran” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia


Islam, vol. 4, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
t.t.), p. 54.
6 Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama” dalam

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam vol. 5, (Jakarta: PT


Ichtiar Baru Van Hoeve, t.t.), pp. 134-5.
7 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning,

(Bandung: Mizan, 1999), p. 143.


8 Ibid., p. 128.
9 Azra, Jaringan, p. 135.
10 Gusmian, Khazanah, p. 55.
11 Muhammad Nawawi al-Jawi, Marah Labid

Tafsir al-Nawawi, vol. 1, (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), p.


2.
12 Didin Hafiduddin, “Tafsir al-Munir karya

Imam Nawawi Tanara” dalam Warisan Intelektual


Islam Indonesia, ed. Rifa’i Hasan, (Bandung: Mizan,
1987), p. 55.
13 Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir

Maudlu’I, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), pp. 23-4.


14 Nawawi, Marah, vol. 2, pp. 272-3.
15 Ibid., p. 4.
16 Badr al-Din al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum

al-Qur’an”, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), p. 62.


17 Nawawi, Marah, vol. I, p. 329.
18 Nawawi, Marah, vol. 2, p. 62.
19 Ibid., vol. 1, p. 191.
20 Ibid., p. 168.
21 Ibid., p. 50.
22 Ibid., p. 248.
23 Ibid., p. 249.
24 Ibid., p. 62.
25 Ibid., p. 66.
26 Ibid., p. 3.
27 Nawawi, Marah, Vol. 2, p. 185.
28 Ibid., p. 467.
29 Ibid., p. 415.

SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, Edisi Khusus Mei 2010

Anda mungkin juga menyukai