yang banyak berjasa dalam perkembangan ajaran Islam melalui aktivitas dakwah
dan pemikirannya yang mendunia. Nawawi merupakan salah seorang ulama fiqih
bermadzab Syafi‟i yang sangat masyhur pada abad ke-19 M. Berkat karya tulis
dengan nama asli Abu Abdullah al-Mu‟thi Muhammad Nawawi bin Umar,
pada tahun 1230 H atau 1814 M.2 Nawawi merupakan sulung dari tujuh
bersaudara putra dari Syaikh Umar bin Arabi al-Bantani dan Zubaedah yang
merupakan salah satu keturunan dari Raja Pertama Banten, yakni Sultan Maulana
lainnya, yakni salah satu pejuang agama Islam di tanah Jawa yang tergabung
dalam “walisongo”, yakni Sunan Gunung Jati3, selain itu nashab Nawawi juga
1
Shalahuddin Wahid, Iskandar Ahza, 100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Indonesia,
(Jakarta: PT
Intimedia Cipta Nusantara, 2003), hal. 87.
2
Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani,
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009), e-book, hal. 9
3
Samsul Munir Amin, “Syaikh Nawawi al-Bantani Tokoh Intelektual Pesantren”, jurnal
MANARUL QUR‟AN, hal. 139
38
39
Imam Muhammad al-Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husein dan
Fatimah az-Zahra.4
keislaman langsung dari ayahnya yang merupakan seorang ulama lokal di daerah
Banten tersebut. Jadi sebelum mendapatkan pendidikan dari orang lain, beliau
oleh sang ayah, Syeikh Nawawi lantas berguru kepada KH. Sahal, seorang
Nawawi untuk menyecap berbagai ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu kalam,
bahasa dan sastra Arab, ilmu hadits, ilmu tafsir, dan ilmu fiqih.6
Sayyid Ahmad Dimyathi, Ahmad Zaini Dahlan, dan Muhammad Khatib al-
4
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), hal. 189
5
Ibid. hal. 190
6
Ibid.
7
Ibid.
40
Setelah 30 tahun berada di negeri Arab atas restu dari guru-guru nya beliau
Banten untuk melawan kolonial penjajah pada waktu itu10 walaupun situasi
politik Banten pada saat itu belum juga berubah dari saat sebelum beliau
tinggalkan. Kondisi seperti itu, membuat pihak Belanda ketakutan dan terus-
Karena situasi tanah air yang tidak kondusif, akhirnya Syaikh Nawawi pun
kembali ke Makkah untuk menimba ilmu. Kesempatan ini pun tidak disia-siakan
8
Ibid.
9
Ansor Bahary, “Tafsir Nusantara: Studi Kritis Terhadap Marah Labid Nawawi al-Bantani”,
artikel dalam Jurnal Ulul Albab Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an, Vol. 16 No. 2 Tahun 2015,
hal. 179, pdf
10
Ibid.
11
Ma‟ruf Amin dan Muhammad Nashruddin Anshori, Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani,
(Jakarta: Pesantren, 1989), e-book, hal. 98
41
bahkan karena kecerdasan otaknya, Nawawi dikenal sebagai salah satu murid
akan ilmu pengetahuan, meskipun telah dianggap sebagai seseorang yang alim di
6 bulan dan kembali ke negaranya pada tahun 1885. Selama menetap di Makkah,
12
Ibid. hal. 99
13
Ibid.
14
Amirul Ulum, Syaikh Nawawi Al-Bantani: Penghulu Ulama‟ di Negeri Hijaz, (Yogyakara:
CV. Global Press, 2016), hal. x
15
Yunani Hasan, “Politik Christian Snouck Hurgronje Terhdaap perjuangan Rakyat Aceh",
artikel dalam Jurnal Criksetra: Jurnal Pendidikan dan Kajian Sejarah, Vol. 3 No. 4 Agustus 2013,
hal. 48, pdf
42
seseorang yang berbadan kecil, berbakat, dan berbicara dengan gaya bahasa yang
formal, dengan pemahaman bahasa Arab percakapan yang kurang baik.17 Ini
tanggal 25 Syawal 1314 H atau 1897 M dan dimakamkan di dekat makam Istri
Rasulullah SAW, Siti Khodijah. Nawawi wafat pada saat menyusun sebuah
tulisan yang menguraikan tentang kitab Minhajut Thalibin karya Yahya ibn
Syaraf ibn Mura ibn Hasan ibn Husain. Sebagai tokoh kebanggan umat Islam di
Jawa khususnya Banten, setiap akhir syawal pun masyarakat selalu memperingati
menghiasi dan meramaikan tradisi penulisan dalam disiplin ilmu Islam. para
ditulis dengan menggunakan bahasa Arab Melayu yang kemudian dapat di cetak
16
Kejahatan Snouck Snouck Hurgronje Terhadap Islam dan Aceh, hal. 1-2, pdf
17
Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2007), hal. 350
18
Ibid.
19
Metode Penentuan Arah Kiblat Kitab Maraqi al-Ubudiyah, hal. 65, pdf. Haul dalam bahasa
Arab berarti Tahun. Istilah ini seringkali digunakan dalam bab zakat. Namun dalam konteks
pembahasan ini haul dalam tradisi orang Jawa diartikan sebagai hari peringatan kematian seseorang
yang dilakukan setiap tahunnya.
43
Mengikut apa yang dilakukan oleh Ulama‟ sebelumnya, selain aktif dalam
menulis. Syeikh Nawawi dikenal sebagai salah satu penulis yang produktif.
Tulisannya berjumlah puluhan, dan bahkan ada yang menyebutkan ratusan yang
seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab. Karya-karya nya tersebut terdiri dari
syariah, tafsir dan lain-lain22, bahkan beberapa karya nya pun diakui validitasnya
secara meluas. Diantara karya dari Syeikh Nawawi adalah sebagai berikut23:
1. Tafsir Marāh Labīd, Kitab ini adalah rujukan utama dari penelitian ini,
terbesar karya Syekh Nawawi yang terkenal di berbagai penjuru Makkah dan
Jalalain. 24
20
Amin, Sa id Ulama‟ Hijaz…, hal. 49
21
Ibid. hal. 50
22
Ghofur, Profil…, hal. 192
23
Mhd. Kolba Siregar, “Metode Syaikh Nawawi al-Bantani Dalam Menafsirkan Al-Qur‟an”,
Skripsi, (Riau: UIN Sulthan Syarif Kasim, 2011), hal. 24-27 keterangan ini juga ada dalam
https://aslamattusi.wordpress.com/2010/05/31/karya-karya-syeikh-nawawi-al-bantani/ diakses pada 01
Maret 2017
24
Syeikh Nawawi al-Bantani, Tafsir Marah Labīd Likas f Ma‟na Qur‟ānil Majid terj. Bahrun
Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011), jilid II, hal. v
44
Mas‟alatan al-Musamma bila al- fath al-Mubin karya Syeikh Mustafa ibnu
Tashrifiyah yang membahas tentang ilmu sharf. Kitab ini merupakan ulasan
6. Al-Tausyih yang merupakan ulasan atas kitab fath al-Qarib al-Mujib karya
8. An-Nahjah al-Jadidah
Baina Ushul ad-Din wal-Fiqh wat-Tasawuf karya Sayyid Ahmad ibn Zein
al-Habsyi.
10. Bughyat al-Awam fi syarh Muwlid Sayyid al-Anam SAW li ibn Jauzi
11. Dzari‟ah al- aqin „ala Umm al-Barahain. Kitab ini memberi ulasan pada
12. Fath al-Ghafir al-Khattiyah yang berisi ulasan atas kitab Nuzum al-
14. Fath al-Mujib yang merupakan ulasan ringkas atas kitab khatib al-Syarbani fi
al-Manasik
15. Fath al-Shamad yang berisi ulasan atas Kitab Maulid Al-Nabawi
17. Kasyifatus Saja syarh atas kitab Syafinah an-Najah karya Syekh Salim ibn
Sumair al-Hadrami
18. Lubab al-Bayan yang membahas ilmu balaghah dan merupakan ulasan atass
19. Madarij al-Su‟ud ila Iktisa‟al-Bururud yang berisi ulasan atas kitab Maulid
20. Marraqi ul ‟Ubudi at syarh atas kitab Bidayatul Hidayah karya Abu
21. Minqat asy-S u‟ud at-Tasdiq syarh dari Sulam at-Taufiq karya Syeikh
Abdullah ibn Husain ibn Halim ibn Muhammad ibn Hasyim Ba‟lawi
22. Nashaih al-Ibad syarh atas kitab Masa‟il Abi Laits karya Imam Abi Laits
23. Nihayatuz Zain fi Irsyad al-Mubtadiin syarh atas kitab Qurratul ‟aini bi
24. Nur al-Dhalam yang berisi ulasan atas kitab Manzumat bi Aqidah al-Awam
25. Qami‟ul Thugh an syarh atas S u‟ub al Iman karya Syekh Zainuddin ibn Ali
27. Sulam al-Munajah syarh atas kitab Safinah ash-Shalah karya Abdullah ibn
Umar al-Hadrami
29. Targhib al-Mustaqim yang berisi ulasan atas kitab Manzumat al-Sayid al-
30. Tijan al-Darari merupakan ulasan atas kitab Al-„alim al-Allamah Syeikh
31. Uqud al-Lujain fi Bayani Huquq al-Jawazain kitab fiqih mengenai hak dan
kewajiban suami-istri
menulis literatur tafsir yang diberi nama Tafsir Marāh Labīd li Kas fi Ma‟na
yang ditulis menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. 25 kitab ini
dua jilid, karya ini selesai ditulis pada 5 Rabiul Akhir 1305 H/ 1886, di
Makkah.
25
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika Hingga Ideologi, (Jakarta:
TERAJU, 2003), hal. 55
47
Quran.26 Walaupun pada awalnya merasa ragu untuk melangkah, hal ini
27
.علم فليتبوأ نقعده نو انلار نو قال يف القرآن بغري
“Barangsiapa ang membicarakan al-Quran dengan pendapatnya
sendiri, hendaklah ia bersiap-siap untuk menempati kedudukannya di dalam
neraka.”
28
.نو قال يف القرآن برأيً فأصاب فقد أخطأ
“Barangsiapa yang membicarakan al-Quran dengan pendapatnya
sendiri, kendatipun benar, namun sesungguhn a dia tetap keliru.”
mengikuti jejak para Ulama‟ salaf terdahulu dan agar dapat dimanfaatkan
kitab tafsir ini, Syekh Nawawi merujuk kepada beberapa kitab, diantaranya:
2. Metode Penafsiran
26
Nawawi, Tafsir Marah Labīd…, jilid I, muqaddimah, hal. 1
27
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Riyadh: Maktabah
al-Ma‟arif, t.t ), Hadits no. 2950, كتاب تفسيز القزان عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم, باب ما جاء فى الذي يفسز القزان
بزأيه, hal. 659
28
Ibid. hal. 660
29
Nawawi, Marah Labīd …, hal. 2
48
penafsirannya.
metode yang lazim digunakan adalah metode tahlili, metode ijmali, tafsir
menurut susunan ayat dari mushaf, yakni diawali dari surat al-Fātiḥah dan
)ملك يوم ادليو) ياء ثبات اآللف عيد اعصم والمسايئ ويعقوب اى نترصف
يف اآلمر لكً يوم القيانة لها قال (يوم ال تهلك ىفس نلفس شئا واآلمر يونئذ
30
M. Yunan Yusuf, “Metode Penafsiran Al-Qur‟an Tinjauan atas Penafsiran Al-Qur‟an secara
Tematik” dalam Jurnal Syamil vol 2 no. 1 2014 , hal. 58, pdf
49
وعيد ابلاقني حبذف اآللف والعىن أى الهترصف يف أمر (91 :)االىفطار )اهلل
31
القيانة با آلمر وانلىه
yang artinya Dia-lah yang mengatur semua urusan pada hari kiamat sesuai
ّه َۡ ۡ َ ۡ ّ ٞ َۡ ُ َۡ َ ََۡ
١٩ ِ س ِنلَف ٖس شياو َوٱۡل ۡم ُر يَ ۡو َنئ ِ ٖذ ِهلل يوم ال تهل ِك نف
(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk
menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan
Allah.
membuang Alif Māliki yang artinya yang merajai segala urusan pada hari
3. Corak penafsiran
terjemahan dari kata al-laun, yang berarti warna.33 Jadi corak tafsir
disiplin ilm yang berkembang saat itu. Di sisi lain, ilmu yang berkembang
31
Nawawi, Tafsir Marah Labīd li Kas fi Ma‟na Qur‟anil Madjid, (Beirut: Darul Kutub
„Ilmiah: t.t), hal. 7-8, pdf
32
Ibid. hal. 5
33
Adib Bisri dan Munawwir A. Fattah, Kamus al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999),
hal. 400
50
pada abad itu bersentuhan langsung dengan keIslaman. Dalam buku yang
a. Corak Fiqhi
b. Corak Sufi
makna dzahirnya karena adanya petunjuk yang tersirat. Corak sufi ini
terbagi menjadi dua, yang pertama corak sufi isyari yaitu penafsiran
yang dimiliki oleh Nabi Khidir tanpa melalui proses belajar.35 Sedangkan
yang kedua, corak sufi nadhary, yakni tafsir yang dibangun untuk
34
Gufron dan Rahmawati, Ulumul…, hal. 189
35
Ibid. hal. 190-191
36
Ninin Tri Wahyuni, Tafsir Corak Sufi, dalam
http://ninwahyuni.blogspot.com/2016/12/makalah-madzahibut-tafsir-tafsir-corak.html?m=1 diakses
pada 22 Maret 2018 pukul 10.23 WIB
51
c. Corak „Ilmi
e. Corak Falsafi
kehendaki.41
37
Rosihon Anwar dan Asep Muharom, Ilmu Tafsir, (Bandung, Pustaka Setia, 2015), hal. 172-
173
38
Gufron dan Rahmawati, Ulumul…, hal. 195
39
Ibid., hal. 198
40
Ibid. hal. 197
41
Ibid.
52
Tafsir Marāh Labīd dapat dikategorikan dalam tafsir bil ma‟tsur. hal
penafsiran secara murni. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya kutipan
hadits-hadits Rasulullah SAW, pendapat dari sahabat dan tabi‟in serta tokoh-
Tafsir ini lebih condong pada corak sufi, ini dilihat dari latar belakang
akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa tafsir ini juga