MAKALAH
Islam Nusantara
Oleh :
Maret 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Biografi, Pemikiran, Gerakan, dan Karya
Ulama terdahulu ” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas matakuliah Islam Nusantara. Dan tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ahmad Izzudin, S.Pd.I., M.Pd., selaku dosen mata kuliah PAI
2. Anggota kelompok kami yang telah berpatisipasi dalam mengerjakan
penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan dimengerti
bagi pembacanya, juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Syekh Nawawi Al Bantani ............................................. 2
2.2 Pemikiran Syekh Nawawi Al Bantani........................................... 4
2.3 Gerakan dan Karya – Karya.......................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk itu pada masa masa seperti sekarang ini kita perlu mengetahui,
mempelajari, serta mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah dan pemikiran imam
nawawi al bantani.
Atas dasar itulah penulis ingin membahas sedikit kisah dan pemikiran imam
nawawi al bantani, dengan harapan bisa memberikan motivasi dan suri tauladan pada
kita semua untuk meniru sifat sifat mulia pada diri khalifah harun arrasyid.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kelahiran Syekh Nawawi Al-Bantani Nama lengkapnya adalah Abu Abd al-
Mu’thi Muhammad Ibnu Umar Ibni Arābi al-Tanara al-Bantani. Dilahirkan di kampung
Tanara Serang, Banten pada tahun 1813 M/ 1230 H. Ia lebih dikenal dengan sebutan
Muhammad Nawawi al-Jāwi alBantani. Ayah Syekh Nawawi bernama K.H Umar,
seseorang yang memimpin masjid dan pendidikan Islam di Tanara. Ibunya Jubaidah,
seorang peduduk hsetempat. K.H Umar menjabat sebagai penghulu (agama) jabatan
yang diberikan oleh pemerintah Belanda untuk mengurusi masalah-masalah agama
Islam di Kecamatan Tirtayasa. Muhammad Nawawi adalah anak tertua dari empat
bersaudara laki-laki, yaitu : Ahmad Shihābuddīn, Tamim, Said, Abdullah dan dua
saudara perempuan, Shaqilah dan Sahriyah. Dilihat dari silsilah keluarganya Nawawi
dipandang sebagai keturunan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten dari putra Syarif
Hidayatullah, satu dari sembilan ulama (dikenal sebagai wali songo) yang menyebarkan
Islam di tanah Jawa, bahkan silsilah beliau sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
melalui cucunya sayyidina Husain putra dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah
al-Zahra. Ketika kanak-kanak , ia belajar membaca Alquran dan menulis huruf arab,
serta pengetahuan dasar tentang fikih kepada ayahnya, Kiyai Umar. Ketika beranjak
remaja, ia diantar orang tuanya untuk mengaji kepada seorang ulama yang sangat alim
dan kesohor saat itu, yaitu Kiyai Sahal di Serang dan KH. Yusuf di Purwakarta. Ketika
usianya menginjak 15 tahun ia berangkat ke Mekah untuk melanjutkan pelajaran dan
tinggal di sana selama 3 tahun. Setelah hafal Alquran dan menguasai pengetahuan dasar
bahasa Arab, ilmu kalam, mantik, hadits, tafsir dan fikih, ia kembali ke kampung
halamannya. Di sana ia mengajar dan membimbing para santri yang antusias mengikuti
pengajarannya. Namun tidak kurang dari satu tahun, ia kembali ke Mekah untuk
melanjutkan pelajaran tingkat mahir di bawah bimbingan sejumlah ulama besar disana,
yakni Syeikh Ahmad Khātib Sambas, Syeikh Abdul Ghani Bima, Syeikh Yusuf
Sumbulaweni, Syeikh Ahmad Nahrawi, dan Syeikh Abd al-Hamid al-Daghistani. Syekh
Nawawi adalah ulama Nusantara dari Banten yang memilih tinggal hidup dan menetap
di tanah kelahiran baginda Rasulullah Saw. yang menjadi dambaan para umatnya.
Syekh Nawawi wafat pada tanggal 25 Syawal tahun 1314 H/ 1879 M di Makkah al-
Mukarramah di usia beliau yang 84 tahun. Beliau wafat dalam keadaan sedang
menyusun karya tulis sebagai syarah kitab Minhāj At-Tālibīn karya al-Imām Yahya
Syaraf ibnu Musa Hasan ibnu Husain ibnu Muhammad ibnu Jam’ah ibnu Hujam
alNawawi, salah seorang ulama yang diikuti pemikiranpemikirannya dalam soal agama
terutama dibidang fiqihnya. Syekh Nawawi dimakamkan dikediaman selama hidupnya
yaitu di kampung Syibi „Ali Makkah al-Mukarramah. Jenazahnya dimakamkan di
Ma’la. Kuburannya dekat dengan kuburan Ibnu Hājar dan Asma binti Abu Bakar al-
Shiddiq.1
1
Marah Labid Karya K.H. Nawawi Banten (Yogyakarta: UII Press, 2006
2
Guru Syekh Nawawi al-Bantani Terdapat dua tempat yang berbeda ketika Syekh
Nawawi menimba ilmu pada guru-gurunya, yaitu di tanah Jawa dan di Mekah.
Pendidikan di bawah bimbingan beberapa Ulama di Jawa, yaitu:
1. KH. Umar Ibn Arābi (w. 1876), merupakan ayah Syekh Nawawi sendiri. Ia adalah
ulama besar yang diangkat oleh pemerintah kolonial sebagai seorang penghulu Tanara.
Umar ibn Arābi memberikan pengajaran bahasa Arab dan dasar-dasar hukum Islam
kepada Syekh Nawawi yang ketika itu masih berusia lima tahun. Ia wafat di Tanara
tahun 1826 M ketika Syekh Nawawi berusia 14 tahun.
2. Kiai Sahal Lopang Cilik Serang (w. Ca. 1870)
3. Haji Raden Yusuf Purwakarta, merupakan salah satu guru Syekh Nawawi yang
memiliki hubungan erat dengan perkembangan sejarah Purwakarta– Karawang. 2
2
Mamat S. Burhanuddin, Hermeneutika Alquran Ala Pesantren, Analisis terhadap Tafsir
3
memberikan pengajaran di Masjidil Harām, Syekh Nawawi menjawab “kesederhanaan
pakaian dan penampilan luarnya tidak setara dengan penampilan para guru besar bangsa
Arab (yang mengajar di Masjidil Harām)”. Karena sifat tawadhunya ini, Snouck
Hugronje mendengar pengakuan ulama besar ini bahwa beliau hanyalah “debu di kaki
para penuntut ilmu”. Bila dalam diskusi dan obrolan, Syekh Nawawi lebih suka
mendengar dan tidak pernah mendominasi pembicaraan dan diskusi. Dalam sesi-sesi
ilmiah, ia tidak akan mengungkapkan gagasan dan pendapat kecuali ditanya.
Kesederhanaannya dalam berpakaian dan sifatnya yang sangat tawadhu membuatnya
sangat istimewa dikalangan orang-orang Nusantara. Ia sangat kharismatik. Snouck
Hugronje melaporkan bahwa hampir semua orang dari Nusantara mencium tangan dan
menyalami ulama besar ini dengan penuh ta’dzīm sebagai tanda penghormatan terhadap
ilmu pengetahuan agama yang dikuasainya.
Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama dan
pemikir yang memiliki pandangan dan pendidiran yang khas, beliau konsisten dan
berkomitmen kuat bagi perjuangan umat Islam. Namun demikian, dalam menghadapi
pemerintahan kolonial Hindia Belanda, beliau memiliki caranya sendiri. Syekh Nawawi
agresif dan reaksioner dalam menghadapi kaum penjajah. Tapi, itu tidak berarti beliau
kooperatif dengan mereka. Syekh Nawawi tetap menentang keras kerjasama dengan
kolonial dalam bentuk apapun. Syekh Nawawi lebih suka memberikan perhatian kepada
dunia ilmu dan para anak didiknya serta aktivitas dalam rangka menegakkan kebenaran
dan agama Allah SWT. 3
- BidangSyari’ah
Qiyas berarti menyamakan hukum syara dalam satu kasus dengan kasus lain, karena
keduanya mempunyai persamaan illat (cacat) atau keduanya mempunyai persamaan
penyebab adanya hukum syara bagi masing-masing. Ijtihad berarti mengerahkan
seluruh kemampuan dalam mencari asumsi (dzann) atas salah satu hukum syara dalam
bentuk, dimana dari (pencariannya) merasa tidak mampu lagi melakukan lebih dari itu.
berpendapat bahwa yang termasuk mujtahid (ahli ijtihad) mutlak adalah Imam Syafii,
Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Maliki. Bagi keempat ulama‟ tersebut,
menurut Syekh Nawawi haram bertaklid, sementara selain mereka wajib bertaklid
kepada salah satu keempat Imam madzhab tersebut. Pandangan beliau ini mungkin
dirasa agak berbeda degnan kebanyakan ulama yang menilai pintu ijtihad tetaplah
3
Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi.., h. 11. 5 M. A. Tihami, Tafsir Basmalah: Menurut Syekh Nawawi
al-Bantani, (serang Banten: Lemlit IAIN SMH Banten, 2010), h.15.
4
terbuka lebar sepanjang masa. Mengungkap jaringan intelektual para ulama‟
Indonesia sebelum organisasi Nahdlatul Ulama‟ berdiri, merupakan kajian yang
terlupakan dari perhatian para pemerhati NU. Terlebih lagi bila ditarik sampai
keterkaitannya dengan keberhasilan ulama‟-ulama‟ tradisional dalam karir
keilmuannya di Mekkah dan Madinah. Salah satu faktor minimnya kajian adalah
diakibatkan dari persepsi pemahaman sebagian masyarakat yang sederhana hanya
bergerak dalam sosial politik dengan sejumlah langkah-langkah perjalanan politik
praktisnya, dan bukan sebagai organisasi intelektual keagamaan yang bergerak dalam
keilmuan dan mencetak para ulama‟. Sehingga orang merasa heran dan terkagum-
kagum ketika menyaksikan yang dilakukan kebanyakan anak muda belakangan ini
mengusung gerakan pemikiran yang sangat maju, berani dan progressif. Mereka tidak
menyadari kalau di tubuh NU juga memiliki akar tradisi intelektual keilmuan yang
mapan dan tipikal.
Dengan begitu NU berdiri untuk Taqlid berarti melaksanakan pandangan orang
lain tanpa hujjah (argumentasi) yang mengikat. menyelamatkan tradisi keilmuan
keilmuan Islam yang hampir tercerabut dari akar keilmuan ulama‟ salaf. Figur ulama‟
seperti Syekh Nawawi al-Bantani merupakan sosok ulama‟ berpengaruh yang tipikal
dari model pemikiran tersebut. Beliau memegang teguh mempertahankan tradisi
keilmuan klasik, suatu tradisi keilmuan yang tidak bisa dilepaskan dari
kesinambungan secara evolutif dalam pembentukan keilmuan agama Islam. Besarnya
pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani terhadap para
tokoh ulama‟ Indonesia, Syekh Nawawi dapat dikatakan sebagai poros dari akar
tradisi keilmuan Pesantren dan Nahdlatul Ulama. Oleh sebab itu, di kalangan
komunitas Pesantren Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama‟ penulis kitab,
tapi beliau juga dikenal sebagai mahaguru sejati karena telah berjasa meletakkan
landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan
Pesantren. Beliau turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-tokoh para pendiri
organisasi-NU.
Apabila KH. Hasyim Asyari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa
dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syekh Nawawi adalah guru utama
Hasyim Asyari. Di sela-sela pengajian kitab-kitab karya gurunya tersebut, seringkali
KH. Hasyim Asyari bernostalgia bercerita tentang kehidupan Syekh Nawawi, kadang
mengenangnya sampai meneteskan air mata karena besarnya kecintaan beliau terhadap
SyekhNawawi.
- Bidang Tasawuf
Menurut Syekh Nawawi tasawuf berarti pembinaan etika (adab). Penguasaan ilmu
lahiriah semata tanpa penguasaan ilmu batin akan berakibat terjerumus dalam
kefasikan, sebaliknya seseorang berusaha menguasai ilmu bathin semata tanpa
dibarengi ilmu lahir akan terjerumus ke dalam zindiq (kafir zindiq). Jadi keduanya
tidak dapat dipisahkan dalam upaya pembinaan etika atau moral (adab).
Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai seorang tokoh ulama terbesar, tapi
beliau juga dikenal sebagai seorang sufi yang berlian karena kemahiran dan kepintaran
beliau dalam bidang agama. Sejauh itu, dalam bidang tasawuf, Syekh Nawawi dengan
aktivitas intelektualnya mencerminkan ia bersemangat menghidupkan disiplin ilmu-
5
ilmu agama. Dari karya-karya yang dituliskannya Syekh Nawawi menunjukkan
seorang sufi brilian, beliau banya memiliki tulisan di bidang tasawuf yang dapat
dijadikan sebagai rujukan stradar bagi seorang sufi. Pandangan tasawufnya meski
tidak tergantung pada guru beliau yaitu Syekh Khatib Sambas, seorang Ulama‟
tasawuf asal Jawa yang memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut
menjadi anggota tarekat, namun beliau memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara
praktek tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari
keterkaitan itu, Syekh Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat
dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh
dengan kapal berlayar dilaut. Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan
tarekat merupakan awal dari perjalanan (ibtida‟i) seorang sufi, sementara hakikat
adalah hasil dari syariat dan tarekat. Pandangan ini mengidentifikasikan bahwa Syekh
Nawawi tidak menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak
mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat. Paparan konsep
tasawuf Syekh Nawawi tampak pada konsistensi dengan pijakannya terhadap
pengalaman spiritualitas ulama‟ salaf. Tema-tema yang digunakan tidak jauh dari
rumusan ulama tasawuf klasik. Model paparan tasawuf inilah yang membuat Syekh
Nawawi harus dibedakan dengan tokoh sufi Indonesia lainnya.
Berbeda dengan sufi Indonesia lainnya yang lebih banyak porsinya dalam
menyadur teori-teori genostik Ibnu Arabi, Syekh Nawawi justru menampilkan tasawuf
yang moderat antara hakikat dan syariat. Dalam formulasi pandangan tasawufnya
tampak terlihat upaya perpaduan antara fiqih dan tasawuf. Beliau lebih mengikuti al-
Ghazali dan dalam kitab tasawufnya “Salalim al-Fudlala” terlihat Syekh Nawawi
bagai sosok seorang al-Ghazali di era modern. Beliau lihai dalam mengurai
kebekuan dikotomi fiqh dan tasawuf. Dilihat dari pandangan beliau tentang ilmu alam
lahir dan ilmu alam bathin. Ilmu lahiriyah dapat diperoleh dengan proses ta’allum
(berguru) dan tadarrus (belajar) sehingga mencapai derajad „alim sedangkan ilmu
bathin dapat diperoleh melalui proses dzikir, muraqqabah, dan musyahadah sehingga
mencapai derajad Arif.50 Seorang hamba diharapkan tidak hanya menjadi alim yang
banyak mengetahui ilmu-ilmu lahir saja tetapi juga harus arif, memahami rahasia
spiritual ilmu bathin.
Syaikh Nawawi terkenal sebagai seorang ulama yang sangat aktif dan produktif
dalam bidang penulisan. Keahlian Syaikh Nawawi dalam bidang penulisan mampu
mengubah citra pesantren yang biasanya hanya fokus kepada tradisi berceramah tanpa
mampu menghasilkan karya ilmiyah. Kepakaran Syaikh Nawawi dalam bidang
penulisan tidak hanya dikenali di negara kelahiran Syaikh Nawawi saja, tetapi juga
dikenali secara meluas hampir seluruh dunia Arab. Karya-karya ilmiyah Syaikh
Nawawi banyak tersebar dan dipergunakan terutama di negara-negara yang menganut
Mazhab Shafi’ ī.29 Syaikh Nawawi telah menulis paling tidak sembilan bidang ilmu
pengetahuan : Tafsir, Fiqh, Usul al-Din, Ilmu Tauhid (teologi), Tasawuf, Kehidupan
4
Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi..., h. 1. 9 Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi,h. 84.
10Tihami dan Ali , Prosopografi Syeikh Nawawi.., h. 15.
7
Nabi, Tata Bahasa Arab, Hadits dan Akhlak.30 Jumlah karyanya sebagaimana
ditunjukkan banyak penulis lebih daripada 1000 judul, meskipun Bruinessen hanya
berhasil mengoleksi 27 judul. Menurut penelitian Yussuf Allan Sarkis dalam bukunya
Dictionary of Arabic Printed Books From Beginning of 1339 AH-1919 AD bahwa
karya Syaikh Nawawi sebanyak 38 judul.31 Menurut satu sumber bahwa Syaikh
Nawawi telah berhasil memproduksi sebanyak 99 buah karya tulis, sedangkan menurut
sumber lain dinyatakan bahawa hasil karya Syaikh Nawawi mencapai 115 buah yang
mencakup berbagaidisiplin ilmu,32 seperti ilmu Tafsir, Hadits, Bahasa, Tauhid, Fiqh,
Tajwid, Sirah, dan Tasawwuf.
Sebagian besar karya Syaikh Nawawi juga merupakan syarahan bagi kitab-kitab
ulama terkenal dengan keterangan dan gaya bahasa yang mudah dipahami.33 Diantara
hasil karangan Syaikh Nawawi yaitu:Dalam bidang Tafsir: Tafsīr al-Munīr li Ma’alim
al-Tanzil atau lebih dikenali juga dengan nama Tafsīr Marah Labīb li Kasfh Ma’nā al-
Qur’ān Majīd. b. Dalam bidang Hadith: Kitāb Tanqīh al-Qawl, Sharah Kitāb Lubāb al-
Hadīth karya Imām al-Suyūtī, Nasā’ih al-‘Ibād fī Bayān al-Fāz Munabbihāt ‘Ala al-
Isti’dād li Yawm al-Ma’ad. c. Dalam bidang Tauhid: Fath al-Majīd Sharh Kitāb al-Dur
al-Farīd Fi al-Tawhid, Tijān alDarari Sharh Risalat Fi al-Tauhid karya al-Bajūrī. d.
Dalam bidang Feqah: Sullām al-Munājah Sharh Kitāb Safīnah al-Salāh, al-Tawshih
Sharh Kitāb Fath al-Qarīb al-Mujīb karya Ibn Qasūn al-Ghāzī, Nihāyah al-Zayn. e.
Dalam bidang Akhlak dan Tasawwuf : Salālim al-Fudalā merupakan ulasan atas
Manzhūmah Hidāyat al-Adhkiya karya Syaikh Zain al-Malibarī, Misbāh al-Zalam,
Bidāyah al-Hidāyah. f. Dalam bidang Sirah atau Tarikh : al-Ibrīz al-Dāni, Bugyah al-
‘Awam, Fath al-Samad. Dalam bidang Bahasa: Fath Gafīr al-Khatiyah, Lubāb al-Bayān,
dll. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen ke
beberapa pesantren di Indonesia, ternyata karya-karya Nawawi masih mendominasi
kurikulum di 42 buah pesantren di seluruh Indonesia.34 Disamping itu, tidak kurang
daripada 22 buah hasil karya Nawawi masih tersebar luas, manakala 11 buah kitab
karyanya adalah termasuk dalam kumpulan 100 kitab yang paling banyak digunakan di
pesantren.35 Suatu yang lebih mengagumkan adalah bahwa Nawawi telah muncul
sebagai seorang “Ajam”36 yang mampu menulis dengan bahasa Arab. A.H Johns
menemukan bahawa kesemua hasil karya Syaikh Nawawi adalah dalam bahasa Arab
yang sederhana. Hal ini mungkin karenabuku Syaikh Nawawi sesuai dengan tahap
kemampuan masyarakat Nusantara dalam memahami bahasa Arab. Lagi pula kitab-
kitab Syaikh Nawawi banyak digunakan di Nusantara. Meskipun demikian, ternyata
kebanyakan hasil karya Syaikh Nawawi dicetak dan diterbitkan pertama kali di Timur
Tengah.37 Karya-karya Syaikh Nawawi bukan hanya dikaji dan dipelajari di pondok-
pondok pesantren di Jawa tetapi juga di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Karya Syaikh Nawawi juga dipelajari di sekolah-sekolah agama Mindanau
(Filipina Selatan) dan Thailand Selatan. Menurut Ray Salam, peneliti di Institute Studi
Islam University of Philipines, karya Syaikh Nawawi masih dipelajari di sekitar 40
sekolah agama di Filipina Selatan yang masih menggunakan kurikulum tradisional.38
Keistimewaan yang ditemukan dalam karya-karyanya adalah kemampuan Syaikh
Nawawi dalam membuat hidup isi karangan melalui kisah-kisah yang mengandung
hikmah dan pengajaran sehingga dapat dijiwai oleh pembaca. Selain itu, juga kerana
penggunaan bahasa Arab yang sederhana serta keluasan bahasanya. Kemampuan Syaikh
Nawawi yang menguasai multi disiplin ilmu-ilmu keislaman membuat setiap karya kaya
akan informasi-informasi dari berbagai bidang ilmu Islam. Hal itulah yang membuat
8
karya-karyanya disukai oleh kalangan pelajar (santri) di Jawa dan masih menjadi
rujukan hingga saat ini 5
5
Syeikh Nawawi (1813-1897) Biografi, Genealogi Intelektual. Dan Karya, (Banten: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten, 2014), cet. 1, h. 11.4
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syekh Nawawi Al-Bantani Dari semua ulama Banten yang tinggal dan mengajar di
Mekah sejak Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Nawawi dipandang sebagai salah seorang
ulama Banten terbesar yang pernah ada. Selain dijuluki sebagai salah seorang ulama
Nusantara paling produktif, ia juga sebagai salah satu mata rantai authoritative dalam
transmisi ilmu-ilmu keislaman tradisional dari ulama-ulama Timur Tengah. Menurut
kesaksian Snouck Hurgronje, Syekh Nawawi adalah salah seorang ulama besar di Mekah
yang tidak memberikan pelajaran di Masjidil Harām. Karena sifat ke-tawadhu-annya dan
sekaligus juga karena sifatnya yang sederhana, ketika mengajar santri-santrinya.
Kiprah dan Peran Sosial Syekh Nawawi Al-Bantani Kehidupan intelektual di Mekkah
telah memikat Syekh Nawawi AlBantani sejak dia berada di tanah Jawa. Keinginan Syekh
Nawawi Al-Bantani untuk tinggal di Mekkah sangat besar, terutama untuk mencari ilmu
sebagaimana para ulama pendahulu, di Mekkah Syekh Nawawi Al-Bantani hidup dalam
komunitas Jawa. Diantara para Jawi ini tidak sedikit jumlahnya yang menjadi ulama
kenamaan. Syekh Nawawi Al-Bantani termasuk para ulama yang giat memberi pengajaran
agama. Dia adalah ulama yang ikut berperan dalam pendidikan dan dakwah Islam. Pada
puncak karirnya dia menjadi salah seorang guru besar di Masjdil Haram. Menjadi
penngajar di Masjidil Haram tidaklah mudah, harus memenuhi seleksi yang ketat. Selain
faktor keilmuan yang menjadi daya tarik utama, legalitas penguasa Hijaz atau seorang
syekh senior di Masjidil Haram sangat diperlukan. Syaikh Nawawi terkenal sebagai
seorang ulama yang sangat aktif dan produktif dalam bidang penulisan. Keahlian Syaikh
Nawawi dalam bidang penulisan mampu mengubah citra pesantren yang biasanya hanya
fokus kepada tradisi berceramah tanpa mampu menghasilkan karya ilmiyah.
3.2 Saran
Inilah yang dapat kami paparkan dalam makalah ini, yang tentunya pembahasan
tentang Biografi Syekh Nawawi Al Bantani ini, Kami berharap hendaknya kita sebagai
muslim dapat mencontoh / meneladani sifat sifat apa saja kah yang bisa kita contoh
dan kita teladani dari imam nawawi al bantani dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan syariat islam . Pada pembahasan tersebut kami selaku pembuat makalah ini
10
juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga
mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca
umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Marah Labid Karya K.H. Nawawi Banten (Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 19. 2
Endad Musaddad, Stadi Tafsir di Indonesia; kajian Atas Tafsir Ulama Nusantara, (Tangerang
Selatan: `Sintesis, 2014), Cet. III, h. 41-42. 3 Tihami dan Ali, Prosopografi
Syeikh Nawawi (1813-1897) Biografi, Genealogi Intelektual. Dan Karya, (Banten: Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2014), cet. 1, h. 11.4
Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi.., h. 11. 5 M. A. Tihami, Tafsir Basmalah:
Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, (serang Banten: Lemlit IAIN SMH Banten, 2010), h.15.
Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi..., h. 1. 9 Tihami dan Ali, Prosopografi Syeikh
Nawawi,h. 84. 10Tihami dan Ali , Prosopografi Syeikh Nawawi.., h. 15.
Mufti Ali, Biografi Ulama Banten, (Banten: laboratorium Bantenelogi, 2014), h. 136. Thami
dan Ali, Prosopografi Syeikh Nawawi,., h. 150. 13
12