Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH ISLAM MODERN

Pembaharuan Islam Indonesia Kontemporer: Abdurrahman Wahid


Dosen pengampu: Maghfur MR, M.Ag

Disusun Oleh :

Lathiifatul Ummah 19101668

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN AN-NUR
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya dan semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak di
Yaumul Akhir. Aamiin
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga tugas ini dapat selesai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangannya karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang saya
miliki. Oleh karena itu, saya sangat berharap adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dapat lebih baik kedepannya.

Bantul, 19 Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB 1......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................................5

A. Biografi singkat KH. Abdurrahman Wahid..................................................................5

B. Pokok Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid................................................................7

C. Hasil Karya KH. Abdurrahman Wahid........................................................................9

D. Kebijakan yang diterapkan KH. Abdurrahman Wahid...............................................10

BAB III..................................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tak kenal KH. Abdurrahman Wahid, presiden Indonesia ke-4
sekaligus tokoh yang sangat berperan penting terhadap kejayaan Islam di Indonesia
hingga saat ini. Selain karena latar belakang keluarga beliau yang religius, beliau tak
gentar dalam membela Islam. Ucapannya yang terkadang dianggap ngelantur menjadi
ciri khas beliau. Namun, dibalik ucapannya tersebut, banyak hal-hal yang
menyiratkan suatu arti hingga membuat bertanya-tanya.
Kecerdasannya dalam menyampaikan sesuatu secara blak-blakan juga menjadi
ciri khas beliau namun juga menimbulkan beberapa kesalah pahaman. Banyak hal
yang beliau dedikasikan untuk Indonesia, khususnya umat muslim di Indonesia. Oleh
karena itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah menilik lebih lanjut tentang beliau.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi KH. Abdurrahman Wahid?
2. Apa pokok pemikiran KH. Abdurrahman Wahid?
3. Apa hasil karya KH. Abdurrahman Wahid?
4. Apa kebijakan yang diterapkan KH. Abdurrahman Wahid?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi KH. Abdurrahman Wahid.
2. Mengetahui pokok pemikiran KH. Abdurrahman Wahid
3. Mengetahui hasil karya KH. Abdurrahman Wahid.
4. Mengetahui kebijakan yang diterapkan KH. Abdurrahman Wahid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi singkat KH. Abdurrahman Wahid


KH. Abdurrahman Wahid lahir di Denayar, Jombang, Jawa Timur pada 04
Agustus 1940. Daerah tersebut masih kental dengan nuansa NU, tidak heran beliau
menjadi salah seorang yang berpengaruh dalam pembangunan NU. Beliau kerap
disapa Gus Dur karena dalam istilah orang Jawa “gus” merupakan sebutan bagi
seorang anak Kyai yang sebenarnya adalah kependekan dari ucapan “bagus”,
sedangkan “Dur” diambil dari kutipan nama depannya.1
Beliau merupakan putra dari mantan Menteri agama pada masa Bapak Soekarno,
KH. Wahid Hasyim dan Hj. Shalehah dan menjadi putra pertama dari enam
bersaudara. Ayahnya merupakan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng dan Pendiri
Jamiyah NU dan ibunya merupakan putri dari KH. Bisri Syamsuri, pendiri Pondok
Pesantren Denayar Jombang dan Rois,Aam Syuriah PBNU. Secara genetik, KH.
Abdurrahman Wahid memiliki keturunan darah biru dan sosok yang menempati strata
sosial tinggi karena merupakan cucu dari ulama terkemuka di Indonesia.2
Sejak muda beliau tinggal bersama kakeknya di Pondok Pesantren Tebuireng,
Disana ia diajari membaca Al-Quran dan mulai mengenal dunia politik dari orang-
orang yang hilir mudik mengunjungi kakeknya. Namun pada usia 4 tahun, beliau
meninggalkan dunia pesantren karena ikut ayahnya ke Jakarta dan melanjutkan
jenjang sekolah dasar disana.
Setelah itu, beliau dikirim oleh ayahnya untuk mengikuti privat Bahasa Belanda
kepada Williem Bohl, seorang mualaf dari Jerman. Seiring berjalannya privat, beliau
melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Jakarta.
Setahun kemudian, beliau pindah ke Yogyakarta sebagai santri di Pondok Pesantren

1
Samsul Bahri, “Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid Tentang Sistem Pendidikan Pesantren” dalam
Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan (2018:Fakultas Tarbiyah: Kendari) Volume 4 No. 1, hal.108
2
Ibid
Krapyak yang diasuh oleh KH. Ali Ma’sum hingga tamat 1957. Saat inilah
kemampuan beliau melesat jauh.3
Pada tahun 1953, KH. Abdurrahman Wahid menemani ayahnya yang akan
bepergian ke Sumedang untuk pertemuan NU. Saat perjalanan sampai di Bandung,
mobil yang beliau tumpangi mengalami kecelakaan. Ayah dan sahabat ayahnya wafat
setelah kejadian tersebut. Hal ini kemudian menjadi pukulan berat bagi keluarga
hingga membuatnya sempat trauma.4
Setelah selesai menamatkan SMEP, KH. Abdurrahman Wahid kemudian pindah
ke Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang. Lalu pada pertengahan tahun 1959, beliau
pindah ke Jombang untuk belajar dibawah bimbingan Kyai Wahab Chasbullah di
Pondok Pesantren Tambakberas hingga tahun 1963. Masa inilah beliau tertarik
mempelajari sisi sufistik dan mistik dari kebudayaan Islam tradisional.5
Pada usia 20 tahun, beliau bergabung dengan fundamentalisme Islam atas usul
pamannya, Aziz Bisri. Beliau dikenal sebagai seorang yang cerdas, humoris dan
pandai bergaul. Tak heran pada usianya yang masih muda, beliau menjabat sebagai
kyai muda yang mengajar santrinya termasuk Ibu Sinta Nuriyah, istri beliau.
Namun, pada bulan November 1963 beliau melanjutkan kuliah di Universitas Al-
Azhar, Kairo. Disana beliau menghabiskan waktunya untuk membaca di
perpustakaan dan berpartisipasi dalam diskusi intelektual dan debat tentang politik
maupun budaya. Setelah selesai, beliau melanjutkan kuliah S2 di Fakultas Seni
Universitas Baghdad hingga tahun 1970 lalu kembali ke tanah air.
Sekembalinya ke Indonesia, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas
Hsyim Asy’Ari dan menjabat sebagai dekan hingga tahun 1974. Selama tahun 70-an
itu juga beliau aktif dalam dunia tulis menulis dan menjadi kolumnis tetap di majalah
Tempo, Kompas, Pelita dan Jurnal Prisma. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).6

3
Indo Santalia, “KH. Abdurrahman Wahid: Agama dan Negara, Pluralisme, Demokratisasi, dan
Pribumisasi” dalam Jurnal Al-Adyaan (2015; Fakultas Ushuluddin) Volume 1 No. 2, hal. 138
4
Samsul Bahri, “Pemikiran KH Abdurrahman…”, hal.109
5
Ibid
6
Indo santalia,”KH. Abdurrahman Wahid…”, hal. 139
Pada tahun 1984, beliau sering terlibat dalam kritik terbuka terhadap rezim yang
berkuasa. Beliau juga berkontribusi besar dalam membantu merubah kultur Islam
tradisionalis di Indonesia. Ia pun terpilih menjadi Ketua Umum PBNU berturut-turut
hingga tahun 1994.
KH. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih menjadi presiden pada Pemilu
Oktober 1999 dengan Ibu Megawati yang menjadi wakil presidennya. Masa itu
adalah masa yang sangat besar tantangannya karena persoalan negara tidak kunjung
selesai ditambah dengan berbagai kritikan pedas yang seakan mendesaknya untuk
melepaskan jabatannya. Akan terapi beliau tidak gentar dalam membela keberanan
meski pada akhirnya dilengserkan oleh Ibu Megawati.7
Peneliti terkenal dari Amerika, John Esposito berpendapat bahwa sosok
Abdurrahman Wahid adalah pribadi yang mempunyai banyak teka-teki. Beliau bukan
Trdisional Konserfatif sebagaimana halnya tokoh-tokoh NU di pedesaan dan juga
bukan Moderenis Islam tetapi lebih tepat disebut sebagai seorang tokoh liberal dan
sebagai pemimpin organisasi Islam yang berbasis Tradisional. Karena itu, Esposoto
memasukkan Abdurrahman Wahid sebagai tokoh kunci gerakan Islam Kontemporer.

B. Pokok Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid


Pokok pemikiran Gusdur banyak terfokus pada kajian kepesantrenan, namun pada
dasarnya tujuan beliau adalah menjalankan roda pemerintahan dengan berlandaskan
keyakinan/agama. Berikut beberapa pokok pikirannya:8
1. Menyelaraskan hubungan Islam dan Negara
Gusdur menyampaikan bahwa Islam dan negara merupakan bidang kajian
yang sangat penting bagi gejala sosial. Beliau yakin bahwa pemerintah yang
berideologi Pancasila berarti sudah memenuhi syariah, fikih maupun etika agama
Islam. Dari sinilah muncul keharusan untuk taat kepada pemerintah.
Beliau juga berusaha untuk menyelaraskan hubungan agama dan negara.
Beliau berpendapat bahwa besarnya hambatan dalam proses pembangunan

7
Ibid, hal. 140
8
Ibid, hal. 141-145
diakibatkan oleh kesalahpahaman antara pihak penanggungjawab ideologi negara
yang sedang berkembang karena baginya tidak ada pertentangan antara Islam dan
nasionalisme, sebagaimana telah dijelaskan bahwa adanya system politik yang
netral secara agama serta menjelaskan bahwa Pancasila adalah ekspresi dari
negara yang sekuler secara politik namun memberi peluang berkembangnya
agama.
Pendapat ini disambut hangat dari berbagai pihak terutama nonmuslim namun
ditentang oleh ICMI. ICMI lebih menonjolkan Islam dalam berpolitik dan
menyusupkan dalam institusi politik sementara NU lebih akomodatif, karena
sadar perbedaan keyakinan bukanlah suatu halangan untuk memajukan negara.
2. Pluralisme
Pluralisme adalah paham yang mengakui perbedaan baik agama, ras,
kelompok, suku budaya dan adat istiadat. Gusdur merupakan sosok pembela
kaum minoritas yang sangat aktif dan bekerja sama dengan semua agama secara
terbuka Menurut Frans Magnis Suseno, Gusdur adalah seorang yang sangat
beragama Islam sehingga tidak pernah merasa terancam oleh pluralitas. Akan
tetapi, sikap pluralitas ini juga banyak mendapatkan tudingan bertubi-tubi karena
dianggap sebagai sekuler dan penghianat umat. Padahal tujuan utama beliau
adalah memfungsionalisasikan ajaran Islam secara maksimal dengan tidak hanya
berfokus pada akhirat saja namun juga dengan hubungan sesama manusia.
3. Demokratisasi
Menurut Gusdur, demokratis artinya semua warga negara memiliki
kedudukan yang sama di depan umum, memiliki kebebasan berpendapat seluas-
luasnya, serta adanya pemisahan yang tegas antara eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Beliau sangat menghindari kekerasan dan cenderung santai namun
tegas dalam menghadapi sesuatu. Oleh karena itu, banyak yang salah paham akan
kesantaian beliau.
4. Pribumisasi
Penerapan ini bermaksud mengokohkan kembali akar budayanya dengan tetap
berusaha menciptakan masyarakat yang taat beragama. Seperti pada level bahasa
misalnya, Gusdur tidak setuju apabila ada pergantian kosakata yang awalnya
berbahasa Indonesia menjadi bahasa Arab, contohnya ulang tahun diganti milad,
selamat pagi diganti Assalamualaikum, teman diganti ikhwan, dan lain
sebagainya. Maka tidak heran kemudian hal ini menjadi kontroversi pada tahun
1980-an.
5. Kurikulum kepesantrenan9
Dalam pandangan Gusdur, kurikulum ini adalah materi ilmu agama Islam dan
non agama yang diajarkan di pesantren. Tujuan dari pembentukan ini adalah
untuk mencetak ulama di kemudian hari, pembentukan bimbingan pada santri
secara pribadi oleh kyai/guru, dan bersifat flesibel/sesuai kehendak kyai maupun
kebutuhan santri.
Namun setelah dilihat lebih lanjut, kurikulum kepesantrenan sangat banyak
cabangnya sehingga terbengkalai pada masanya. Beliau lalu menyarankan
penyederhanaan kurikulum agar dapat dikembangkan menjadi lebih lengkap dan
mampu menampung pendidikan non agama tetapi tetap mempertahankan kitab
klasik. Disamping itu, beliau menjelaskan bahwa model kurikulum tersebut
merupakan jalan untuk menerima komponen pendidikan ilmu umum dan tidak
mengorbankan tujuan menciptakan santri yang memiliki pengetahuan dasar
agama yang bulat dan cukup.

C. Hasil Karya KH. Abdurrahman Wahid


Selain berkecimpung dalam dunia politik, Gusdur juga aktif dalam dunia tulis
menulis. Karyanya begitu banyak dan berbobot. Pada masa mudanya, beliau juga
aktif mengirim artikel pada surat kabar. Artikel yang beliau kirim biasanya berisi
tentang sindiran terhadap pemerintah.
Karyanya yang palong populer berjudul “Tuhan Tidak Perlu Dibela” yang garis
besarnya berisi tentang Tuhan tidak melulu membahas masalah ibadah, namun juga
segala aspek yang ada di alam semesta ini.

9
Samsul Bahri, “Pemikiran KH. Abdurrahman …”, hal. 115
Beberapa karyanya sebagian besar tertuju pada nilai-nilai agama, berikut karya
yang tak kalah berbobotnya:
1. Gus Dur Bertutur
2. Dinamika Pesantren, Kumpulan Makalah Seminar Internasional
3. Menggerakkan Tradisi
4. Esai-Esai Pesantren
5. Islam Kosmopolitan; Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaaan
6. Islamku Islam anda Islam kita; Agama masyarakat negara demograsi
7. Bunga Rampai Pesantren

D. Kebijakan yang diterapkan KH. Abdurrahman Wahid


Ada beberapa kebijakan beliau yang masih diterapkan hingga sekarang, yaitu:10
1. Pribumisasi
Pada masa penjajahan Belanda hingga orde lama, etnik Tionghoa
mendapatkan diskriminasi di Indonesia, baik dalam bidang politik, budaya
maupun ekonomi. Bahkan pada masa orde lama, terdapat PP. No. 10 tahun 1959
yang berisi tentang keturunan Tionghoa dilarang melakukan perdagangan eceran
di daerah pedesaan. Pada masa orde baru saat kepemimpinan BJ. Habibie, beliau
mencabut kebijakan itu lalu mengeluarkan kebijakan Inpres No. 26 Tahun 1998
tentang pencabutan istilah pribumi dan nonpribumi. Meskipun sudah mendapat
kebebasaan, orang Tionghoa masih dipandang sebelah mata.
Barulah setelah Gusdur menjabat sebagai presiden, beliau mengeluarkan
beberapa kebijakan termasuk PP NO.6 Tahun 2000 tentang Hari Libur Nasional
untuk merayakan Hari Raya Imlek. Beliau dikenal sebagai pembela kaum
minoritas, salah satunya adalah membela orang-orang Tionghoa agar berhak
mendapatkan perlakuan yang sama seperti warga negara lain. Karena jasanya,
pada tanggal 10 Maret 2004 kelompok Tay Kek Sie di Semarang menobatkan
beliau sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.

10
Nur Hidayah. “K.H Abdurrahman Wahid (analisis terhadap pemikiran dan peranan politiknya di
Indonesa” dalam Skripsi (2013: Makassar: UIN Alauddin Makassar), hal.80
2. Dekonsentrasi TNI dan POLRI
Awalnya TNI dan Polri disatukan dalam ABRI mada masa orde lama karena
memiliki kesamaan tugas menjaga negara, yaitu TNI memiliki tugas sebagai alat
pemerintah dalam pertahanan negara dan Polri bertugas dalam menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat. Lalu pada awal Pada 05 Oktober 1998 muncul
perdebatan di sekitar presiden yang menyarankan agar ABRI dan Polri dipisah.
Setelah mendapat masukan dari berbagai pendapat, BJ Habibie mengeluarkan
kebijakan No. 2 Tahun 1999 tentang pemisahan ABRI dan Polri. Maka sejak
tanggal 1 April, Polri ditempatkan di bawah Dephankam.
Setelah masa kebijakan Gusdur, keluarlah TAP MPR No. VI/2000, yang
menetapkan Polri dibawah presiden langsung dan segera melakukan reformasi
birokrasi menuju Polisi yang mandiri, bermanfaat dann professional.
3. Bidang ekonomi
Dibentuknya Dewan Ekonomi Indonesia untuk mengatasi krisis moneter dan
memperbaiki ekonomi endonesia. Pada masa kepemimpinan beliau, Indeks Harga
Saham Gabungan berada di level 700 sehingga disebut lebih stabil dari
pemerintahan BJ. Habibie.
4. Pendiri Partai PKB
Pada awalnya Gusdur maasih kurang setuju atas usulan dibentuknya PKB ini
karena hal ini akan mencederai komitmen dan perjuangan pada muktamar
Situbondo tahun 1984. Akan tetapi beliau merasa khawatir bahwa dalam
kekosongan kekuasaan setelah masa Bapak Soeharto Golkar akan memiliki posisi
baik untuk melakukan konsolidasi dan melaksanakan kampanye pemilu secara
professional.
Atas alasan itu dan disertai desakan anggota PBNU untuk menginginkan
terbentuknya parpol, maka pada tanggal 23 Juli 1998 PKB resmi dideklarasikan
di kediaman Gusdur. Sesuai harapan warga NU dan bangsa Indonesia, PKB
bersama komponen lainnya diharapkan dapat membantu masyarakat, bangsa dan
negara.

Banyak peran dan kontribusinya dalam membela kebenaran, menyebabkan


Gusdur menjadi salah satu tokoh yang disegani baik tingkat nasional maupun
internasional. Beliau sangat berani dalam mengemukakan gagasan yang kontroversi
dengan segala akibatnya, oleh karena itu beliau amat dikenal di seluruh bangsa
Indonesia bahkan bangsa lainnya di dunia. 11
Beliau sangat sulit ditebak dan sulit dimengerti oleh kebanyakan orang, sehingga
tak sedikit yang salah paham dengan tujuannya. Beliau merupakan seorang yang
rasional dan liberalis, namun juga tradisionalis. Maka dari itu, beliau dapat disebut
dengan tokoh politik, agamawan, negarawan dan guru bangsa karena juga
mencurhakan karya ilmiahnya. 12

11
Abuddin nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), hal. 343
12
Ibid
BAB III

PENUTUP

KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gusdur lahir pada 04 Agustus
1940 di Denayar, Jombang, Jawa Timur. Sejak kecil beliau sudah berada dalam
lingkungan yang religius karena baik ayahnya maupun kakeknya merupakan ulama
besar di Indonesia. Masa mudanya ia habiskan untuk mengenyam pendidikan di luar
negeri. Setelah menamatkan kuliahnya, beliau pulang ke tanah air dan langsung terjun
ke dunia organisasi hingga pada akhirnya menjabat sebagai presiden RI.
Beberapa pokok pikiran yang pernah beliau tuangkan diantaranya adalah masalah
penyelarasan hubungan Islam dan negara, pluralisme, pribumisasi dan kurikulum
kepesantrenan. Selain terjun ke dunia politik, beliau juga berkarya dalam bidang tulis
menulis. Hasil karyanya yang paling terkenal adalah “Tuhan Tidak Perlu Dibela”.
Kebijakan yang beliau terapkan hingga masih berlaku sampai kini adalah
pribumisasi, yaitu pembelaan hak etnis Tiongkok dan pemisahan TNI dan Polri dalam
bawah pimpinan Dephankam maupun Presiden.
Beliau amat disegani baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ungkapannya yang
sulit ditebak terkadang membuat sulit dimengerti kebanyakan orang. Namun, karena
gagasannya tersebut beliau layak dijuluki sebagai tokoh politik, agamawan,
negarawan, dan guru bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2000. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di


Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Santalia,Indo. 2015. “KH. Abdurrahman Wahid: Agama dan Negara,
Pluralisme, Demokratisasi, dan Pribumisasi” dalam Jurnal Al-Adyaan Volume 1 No.
2 Fakultas Ushuluddin.
Hidayah, Nur. 2013. “K.H Abdurrahman Wahid : analisis terhadap pemikiran
dan peranan politiknya di Indonesa” dalam Skripsi, Makassar: UIN Alauddin
Makassar.
Bahri, Samsul. 2018. “Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid Tentang Sistem
Pendidikan Pesantren” dalam Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan. Volume 4
No. 1, Kendari: Fakultas Tarbiyah

Anda mungkin juga menyukai