Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KI HAJAR

DEWANTARA

DOSEN PENGAMPU

Syaikhu Rozi, M.Pd.I

DISUSUN OLEH

ANGGI DWI WAHYUDI (52105120007)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT

2022

I
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. Dengan izin-Nya terlaksana segala kebajikan
dan diraih segala macam kesuksesan. Termasuk diselesaikan pula makalah ini
insyaAllah dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw, yang kepada beliau diturunkan wahyu ilahi Al-Qur’an, semoga
tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya
yang setia.
Ucapan terimakasih saya ucapkan pula kepada Bapak Syaikhu
Rozi,M.Pd.I Sebagai Dosen Pengampuh saya dan juga yang telah memberikan
dukungan kepada saya untuk menyusun makalah ini. Dengan demikian saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tentu terdapat banyak kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun saya harapkan.

Mojokerto,10 November 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................3
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Biografi dan Sejarah Pendidikan Ki Hajar Dewantara.............................................4
2.2 Karya-Karya Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Islam.....................................5
2.3 Gagasan dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang dan Pendidikan Islam.........8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................11
3.2 SARAN..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara tentang pendidikan pada umumnya, serta pendidikan Islam pada
khususnya di Indonesia tidak dapat ditinggalkan pembicaraan terhadap tokoh dan
pejuang pendidikan Indonesia sejati yang bernama Ki Hajar Dewantara. Seorang
pakar yang berkecimpung atau mengonsentrasikan keahliannya dalam bidang
pendidikan, amatlah naif apabila tidak mengetahui dan memahami pemikiran
pendidikan Ki Hajar Dewantara. Hal yang demikian itu terjadi antara lain di
sebabkan karena berbagai konsep strategis tentang pendidikan di Indonesia dalam
hampir seluruh aspeknya senantiasa merujuk pada pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Gagasan dan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara telah ditulis dalam


berbagai karangannya yang mendapatkan sambutan hangat dari kepala Negara,
Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Karena demikian luas dan
mendalam pemikiran pendidikannya itu, maka boleh jadi ia belum dapat dibaca
oleh para pakar pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,
karena berbagai alasan. Bagaimanakah corak, sifat, dan karakter pemikiran
pendidikannya itu, boleh jadi belum dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat.

Demikian pula dalam situasi reformasi seperti sekarang ini, konsep


pendidikan di Indonesia tengah ditinjau ulang untuk kemudian dihasilkan suatu
rumusan konsep pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam kaitan
mencari rumusan kosep pendidikan yang demikian itu, maka sebaiknya kita
menengok sejenak pemikiran-pemikiran pendidikan yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantara, dalam kerangka al-mahafadzah ala al-qadim al-shalih wa al-akhzu bi
al-jadid al-ashlah (meneruskan hal-hal masa lalu yang masih relevan dan
mengambil pemikiran baru yang lebih baik).

2
Sebagai seorang Muslim yang taat dan tinggal dalam lingkungan budaya
Jawa yang kental, maka dapat diduga kuat, bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara
itu, selain dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, situasi politik dan
perjalanan hidupnya, juga akan dipengaruhi oleh pandangannya tentang ajaran
Islam. hal ini pada gilirannya menjadi dasar yang kuat untuk mengindetifikasi
corak dan sifat gagasan-gagasan pendidikannya itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah biografi dan Sejarah Pendidikan Ki Hajar Dewantara?

2. Apa karya-karya Ki Hajar Dewantara?

3. Bagaimana gagasan dan pemikiran pendidikan islam Ki Hajar Dewantara?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui biografi Ki Hajar Dewantara

2. Untuk mengetahui karya-karya Ki Hajar Dewantara

3. Untuk mengetahui gagasan dan pemikiran pendidikan islam Ki Hajar


Dewantara

1.4 Metode Penulisan


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari jurnal, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi dan Sejarah Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya Suwardi Suryaningrat dilahirkan
pada 2 Mei 1889, bertepatan dengan 1303 H di Yogyakarta, dan wafat pada 26
April 1959 bertepatan dengan 1376 H (berusia 70 tahun).1

Dilihat dari segi leluhurnya, ia adalah putra dari Suryaningrat, putra Paku
Alam III. Sebagai seorang keluarga ningrat, ia termasuk yang memperoleh
keuntungan dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Pendidikan dasarnya ia
peroleh dari sekolah rendah Belanda (Europeesche Lagere School, ELS). Setelah
itu ia melanjutkan ke Sekolah Guru (Kweek School); tetapi sebelum sempat
menyelesaikannya, ia pindah ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische
Arten). Namun di sekolah ini pun ia alami kesulitan ekonomi. Sejak itu, ia
memilih terjun ke dalam bidang jurnalistik, suatu bidang yang kelak
mengantarkannya ke dunia pergerakan politik nasional.2

Pada tahun 1912, nama Ki Hajar Dewantara dapat dikatogorikan sebagai


tokoh muda yang mendapat perhatian Cokroaminoto untuk memperkuat barisan
Syarekat Islam cabang Bandung. Oleh karena itu, ia bersama dengan
Wignyadisastra dan Abdul Muis, yang masing-masing diangkat sebagai ketua dan
wakil ketua, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai sekertaris, tidak genap satu
tahun. Hal ini terjadi, karena bersama dengan E.F.E. Dowes Dekker dan Cipto
Mangunkusumo, ia diasingkan ke Belanda (1913) atas dasar orientasi politik
mereka yang cukup radikal. Selain alasan itu, Ki Hajar Dewantara pun jauh lebih
mengaktifkan dirinya pada Indische Partij yang didirikan pada tanggal 6
September 1912. Dengan alasan ini, maka Ki Hajar Dewantara tidak memiliki
kesempatan untuk menjadi tokoh penting di lingkungan Syarikat Islam.

1
Ngananti, A. C. P. (2019). Analisis muatan nilai-nilai karakter pada biografi Ki Hajar
Dewantara (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
2
Dewantara, Ki Hajar. Jogjakarta: Majelis Leluhur Taman Siswa, 1967.

4
Sebagai tokoh politik dan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara
tidak hanya terlibat dalam konsep dan pemikiran melainkan juga terlibat aktif
sebagai pelaku yang berjuang membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda dan Jepang melalui pendidikan yang diperjuangkannya melalui Sistem
Pendidikan Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya. Dalam posisinya yang
demikian itu, maka dapat diduga ia memiliki konsep-konsep yang strategis
tentang pendidikan di Indonesia. Konsep ini cukup menarik untuk dikaji lebih
lanjut. Karena jasanya yang demikian besar dalam dunia pendidikan nasional,
maka hari kelahirannya, tanggal 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan
Nasional.

2.2 Karya-Karya Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Islam


1. Taman Siswa

a). Sejarah Taman Siswa

Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. TamanSiswa ini
didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa dikenal dengan
Ki Hajar Dewantara. Pada waktu pertama kali didirikan, sekolahTaman Siswa ini
diberi nama " National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan
realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon.
Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
yang menggunakan pendidikan dalam arti luasuntuk mencapai cita-citanya. 3

Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai
tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusiaIndonesia yang merdeka lahir dan
batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidakdijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Sedangkan merdekasecara batiniah adalah mampu mengendalikan
keadaan.Awal pendirian Taman Siswa diawali dengan ketidakpuasan dengan pola
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekalinegara
kolonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada negara
jajahannya. Seperti yang dikatakan oleh ahli sosiolog Amerika “
pengajaranmerupakan dinamit bagi sistem kasta yang dipertahankan dengan keras
didalam daerah jajahan”.
3
Fatimah, Siti. Perjuangan Taman Siswa Yogyakarta Melawan Onderwijs-Ordonantie
Tahun 1922-1933. 2013.

5
Berdirinya Taman Siswa merupakan tantangan terhadap politik pengajaran
kolonial dengan mendirikan pranata tandingan. Dengan proses berdirinya Taman
Siswa Ki Hajar Dewantara telah mengesampingkan pendapat revolusioner pada
masa itu, tetapi dengan seperti itu secara langsung usaha Ki Hajar Dewantara
merupakan lawan dari politik pengajaran kolonial.

Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu


sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodratalam dan
kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu
sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik
sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya. Sistem
Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tut Wuri Handayani.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,

Taman siswa menyelenggarakan kerja sama yang selaras antar tiga pusat
pendidik yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan
masyarakat pusat.Pusat pendidik yang satu dengan yang lain hendaknya saling
berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada.

Penerapan sistem seperti ini dinamakan sistem trisentra pendidikan atau


tripusat pendidikan.Pendidikan Taman siswa berciri khas pancadarma, yaitu
kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), kebudayaan (menerapkan teori
trikon),kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu
dan kelompok), kebangsaan (berorientasi kepada keutuhan bangsa dan suku), dan
kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).Tingkat perguruan
yang pertama kali dibuka adalah bagian Taman Anak(Kindertuin) dan Kursus
Guru.

Taman Siswa merupakan usaha rakyat untuk mengadakan pengajaran dan


pendidikan berdasarkan kepentingan nasional dan bersifat wakaf. Para simpatisan
dari luar Yogyakarta yang berminat mendirikanTaman Siswa kemudian
mendirikan Taman Siswa di daerahnya masing-masing, misalnya K. Notodipuro
di Surabaya dan Panuju Darmobroto di Tegal.Pemimpin dari beberapa sekolah
juga menginginkan sekolahnya menjadiPerguruan Taman Siswa, misalnya

6
sekolah milik Ki Puger di Malang, SekolahSerikat Rakyat dengan pengasuhnya Ir.
Soekarno di Bandung, dan beberapa

perguruan swasta yang berada di Jakarta dan Sumatera Timur (Tebing


Tinggi,Deli, Galang, dan Medan) milik perguruan Budi Utomo Pendidikan Taman
Siswa hingga saat ini masih eksis. Masing-masing tingkatan dalam Taman Siswa
memiliki nama yang unik, seperti ;

1). Taman Indria atau Taman Kanak-kanak (TK)

2). Taman Muda atau Sekolah Dasar (SD)

3). Taman Dewasa atau Sekolah Menengah pertama (SMP)

4). Taman Madya atau Sekolah Menengah Atas (SMA)

Taman Guru atau Sarjana Wiyata atau UniversitasLembaga pendidikan Taman


Siswa terletak pada tempat yang berbeda-beda. Taman Indria, Taman Muda,
Taman Dewasa, Taman KaryaMadya Ekonomi dan STIE (Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi) berada di Jl.Garuda No.25 Gunung Sahari Selatan. Taman Karya
Madya Teknik di Jl.Garuda No.44, Kelurahan Kemayoran. Taman Indria, Taman
Ceria, dan praktik Taman Karya Madya Teknik di Jl. Kemayoran Gempol No.61/J
KelurahanKebon Kosong. Selain itu ada pula Taman Madya di Jl. Sunter
BendunganJago No. 11 Serdang4

2. Mengarang Buku

Buku Bagian I Pendidikan terbagi dalam 8 bab: Pendidikan nasional,


politik pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan
keluarga, ilmu jiwa, ilmu adab, dan bahasa. Tulisan tertua dalam buku ini yakni
’’Pendidikan dan Pengajaran Nasional’’ yang disampaikan sebagai prasaran
dalam Kongres Permufakatan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 31
Agustus 1928.

Ki Hadjar Dewantara dalam tulisan itu mengatakan bahwa kemerdekaan


dalam dunia pendidikan memiliki tiga sifat: berdiri sendiri, tidak tergantung pada
4
Kumalasari, Dyah. Konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan taman
siswa (tinjauan humanis-religius). ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 2010, 8.1.

7
orang lain, dapat mengatur diri sendiri. Buku Bagian II Kebudayaan terbagai
dalam 5 bab: kebudayaan umum, kebudayaan dan pendidikan/kesenian,
kebudayaan dan kewanitaan, kebudayaan dan masyarakat, hubungan dan
penghargaan kita.

Dua buku itu adalah representasi pemikiran dan pembuktian dalam praktik
pendidikan dan pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan dan
kebudayaan adalah basis kehidupan yang menentukan kualitas manusia dan
bangsa.

2.3 Gagasan dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang dan Pendidikan


Islam
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pada masa hidupnya Ki
Hajar Dewantara banyak mengabdikan dirinya bagi kepentingan pendidikan
nasional, melalui Taman Siswa yang didirikan dan diasuhnya. Dalam
kapasitasnya yang demikian itu dapat diduga kuat bahwa ia banyak memiliki
gagasan dan pemikiran dalam bidang pendidikan yang dikemukakannya.

Gagasan dan pemikiran pendidikan Islam Ki Hajar Dewantara


selengkapnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan

Secara sederhana visi dapat diartikan suatu cita-cita ideal yang bersifat
jangka panjang jauh ke depan dan mengandung makna yang amat dalam yang
kemudian berfungsi sebagai arah pandang ke mana suatu kegiatan akan diarahkan.
Secara konseptual visi biasanya berisi rumusan kalimat yang tegas, jelas, dan
singkat.

Sedangkan misi adalah serangkaian langkah-langkah strategis yang lebih


terperinci dan terukur yang apabila dilaksanakan akan terasa pengaruhnya baik
secara psikologis, sosiologis maupun kultural. Kumpulan dari misi tersebut
selanjutnya berfungsi untuk mencapai visi.

Adapun tujuan, adalah langkah-langkah strategis yang lebih terukur dan


dapat dijangkau hasilnya dalam kurun dan kadar tertentu.

8
Dalam berbagai tulisannya, Ki Hajar Dewantara tidak mengemukakan visi
dan misi tujuan pendidikan secara eksplisit. Namun dari berbagai pernyataannya
yang dapat dilihat menurut batasan pengertian tersebut di atas dapat dijumpai
bahwa ia memiliki visi dan misi pendidikan tersebut. Ki Hajar Dewantara
misalnya mengatakan bahwa pendidikan nasional sebagaimana dianut oleh Taman
Siswa adalah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya (cultureel-
national) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat
derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain
bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.

Pada bagian lain Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan


adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Lebih lanjut Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan yang


dilakukan dengan keinsyafan, ditujukan ke arah keselamatan dan kebahagiaan
manusia, tidak hanya bersifat laku pembangunan, tetapi tetapi sering merupakan
perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan,
tak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan
adalah usaha kebudayaan, berasaskan peradaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.

Dengan memperhatikan beberapa pernyataan tersebut diatas, tampak


sekali bahwa visi, misi dan tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah bahwa
pendidikan sebagai alat perjuangan untuk mengangkat harkat, martabat dan
kemajuan umat manusia secara universal, sehingga mereka dapat berdiri kokoh
sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dengan tetap berpijak kepada
identitas dirinya sebagai bangsa yang memiliki peradaban dan kebudayaan yang
berbeda dengan bangsa lain.

Pernyataan visi, misi dan tujuan pendidikan yang bernuansa perjuangan


tersebut tidak dapat dilepaskan dari situasi dan kondisi sosial politik pada

9
masanya, yaitu politik kolonial penjajah Belanda yang telah menguras kekayaan
alam Indonesia serta menyengsarakan rakyat Indonesia secara lahir batin.5

2. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Islam

Ki Hajar Dewantara menunjukkan sikap sebagai seorang nasionalis


religius yang bersikap toleran, demokrat, menghargai keragaman dan sekaligus
juga realistik. Selain itu, ia juga menginginkan agar masing-masing agama
memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki akhlak dan sopan santun
masyarakat dengan cara menonjolkan sisi-sisi pengalaman agama dalam bentuk
budi pekerti yang mulia.

Ia juga menginginkan agar masyarakat bersikap realistik dan objektif serta


toleran. Hal ini terlihat pernyataan yaitu bahwa dari satu sisi suatu lembaga
pendidikan dapat mengajarkan agama yang sesuai dengan misi lembaga tersebut
kepada siswa yang memiliki agama yang berbeda, dengan catatan tidak boleh
dengan paksaaan.

Sementara itu kepada penganut agama lain yang minoritas harus dengan
kebesaran jiwa menerima realitas penganut agama lain yang mayoritas. Jika di
lembaga pendidikan tersebut penganut agama yang mayoritas adalah Islam,
kemudian membiasakan tradisi secara islami, maka penganut non-Muslim harus
menerima keadaan tersebut. Demikian pula sebaliknya.

Jalan pemecahan masalah (solusi) yang ditawarkan oleh Ki Hajar


Dewantara terhadap persoalan pendidikan islam tersebut tampaknya cukup
toleran, demokrat, menghargai perbedaan, seimbang, sesuai dengan prinsip
menjungjung hak-hak asasi manusia dan sekaligus juga realistik. Dari sikapnya ini
terlihat, bahwa ia memang bukan seorang kiai atau ulama, tapi cara pandangnya
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.6

5
Marisyah, A., Firman, F., & Rusdinal, R. (2019). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tentang Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(3).
Marisyah, A., Firman, F., & Rusdinal, R. (2019). Pemikiran Ki Hadjar
6

Dewantara tentang Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(3), 1514-1519.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan yang akan di sebutkan
dalam poin-poin berikut ini.

1. Terbukti dengan amat jelas dan meyakinkan, bahwa Ki Hajar Dewantara


adalah seorang pendidikan yang sejati. Berbagai pemikiran, gagasan dan
konsep-konsep yang ditawarkannya bukan hanya dalam teori tetapi telah ia
praktikan melalui Perguruan Taman Siswa yang diasuhnya.
2. Corak pemikiran dan gagasan pendidikan yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara amat dipengaruhi oleh situasi perjuangan dan pergerakan
untuk kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang. Ia
mengkritik pendidikan yang diberikan pemerintah Belanda kepada bangsa
Indonesia sebagai pendidikan yang tidak bermutu, sekularistik,
diskriminatif dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Gagasan pemikiran Ki Hajar Dewantara dikemukakan sebagai berikut:
a. Visi, misi dan Tujuan Pendidikan
b. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam

3.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Penulis sadar akan banyaknya
kekurangan dan jauh dari hal sempurna. Masih banyak kesalahan dari makalah ini.
Penulis juga membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi bagi
penulis agar ke depan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada Bapak Syaikhu Rozi, M.Pd.I yang telah memberikan bimbingan serta
dukungan hingga makalah ini dapat di selesaika

12
DAFTAR PUSTAKA
Ngananti, Anggun Citra Putri. Analisis muatan nilai-nilai karakter pada biografi
Ki Hajar Dewantara. 2019. PhD Thesis. Universitas Negeri Malang.

Dewantara, K. H. (1967). Ki hadjar dewantara. Jogjakarta: Majelis Leluhur


Taman Siswa.

Fatimah, S. (2013). Perjuangan Taman Siswa Yogyakarta Melawan Onderwijs-


Ordonantie Tahun 1922-1933.

Kumalasari, D. (2010). Konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam


pendidikan taman siswa (tinjauan humanis-religius). ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah, 8(1).

13

Anda mungkin juga menyukai