Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Penulis:
Wiwin Kusmiati P01423038

Dosen Pengampu:
Yudha Aviratri, M.Pd.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Pemikiran Ki Hajar Dewantara” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Konsep
Dasar Paud. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca.

Garut, 1 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Riwayat.............................................................................................................................3
B. Aliran Filsafat...................................................................................................................5
C. Pemikiran Tentang Pendidikan.........................................................................................6
D. Pengaruh Pemikiran Dalam Pendidikan...........................................................................8
E. Karya-Karya......................................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................11
A. Analisa............................................................................................................................11
B. Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan
telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh
karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke
arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.
Mengingat bahwa sistem pendidikan pemerintah kolonial pada masa itu tidak demokratis
karena bersifat elit, diskriminatif dan diorientasikan pada kepentingan pemerintah penjajahan,
maka sistem pendidikan rakyat yang sudah ada perlu dibina dan dikembangkan untuk
menjangkau kepentingan rakyat secara lebih luas. Disamping mengembangkan lembaga-
lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada umumnya berorientasi keagamaan, maka
pada masa itu muncul seorang tokoh muda Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang
dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ia bersama rekan-rekannya mencurahkan
perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah itu ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini
sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak sedikit rintangan
yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya
merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi
dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di
tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga
tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan
kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-
tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, dapat ditarik
beberapa pokok permasalahan untuk dianalisis dan dikaji di dalam makalah tentang Ki
Hajar Dewantara ini. Pokok permasalahanya adalah:
a. Riwayat Hidup
b. Aliran Filsafat
c. Pemikiran Tentang Pendidikan
d. Pengaru Pemikiran Dalam Pendidikan
e. Karya-Karya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir
dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga
kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun
menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak
saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun
hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi
kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai
tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara
lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat
antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif
dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi
Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada
waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh
status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini
dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Karena organisasi ini
dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan
untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Ia melancarkan kritik terhadap
Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda

3
dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai
pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik
lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda)
dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk
Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de
Expres milik dr. Douwes Dekker. Akibat karangannya yang menghina itu, pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses
pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan
menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia
pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri
Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah
terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai
bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami
masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918.
Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak
nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa)
pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada
peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia
pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih
dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya
berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar
pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar
Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh
dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei
dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan
Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November
1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari
Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor
4
Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan
dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan
Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat
perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-
karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa.
Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta
data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan
sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan
Badan Arsip Nasional.

B. Aliran Filsafat
Ki Hajar Dewantara termasuk aliran filsafat pendidikan yang menganut definisi
pendidikan, apabila dilihat dari sudut aliran filsafat pendidikan evolusionistis yang lebih
menekankan tangga-tangga psikologis perkembangan manusia. Suatu konsep pendidikan
yang lebih mengarahkan orientasinya pada aspek-aspek kehidupan modern yang
kompleks dan rumit kaitannya, yang lebih individualisis sehinga menuntut kemampuan
individual masing-masing pribadi dalam mengadakan penyesuaian kehidupan
psikologsnya. Konsep tentang anthropologi filsafat kalau tidak dirumuskan dalam definisi
pendidikan dapat dicari pada rumusan tentang tujuan pendidikannya. Sebagai contoh
dalam sejarah pemikiran filsafat pendidikan Indonesia, kita dikenalkan dengan salah satu
rumusan tujuan pendidikan sebagai berikut: “Membentuk manusia susila yang cakap dan
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab atas kesejahteraan Negara dan
tanah air.” Dalam rumusan ini hakekat manusia sebagai suatu aspek yang bernilai
martabat yang sama, sehinga yang satu tidak boleh mencaplok atau menghisap yang lain,
artinya manusia dihisap warga negara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan
individu demi kepentingan dan kejayaan Negara, dan sebaliknya hilangnya aspek
warganegara dan mengarah ke individualisme yang otomistis. Suatu ilustrasi tujuaan
pendidikan yang mengarah ke penghisapan individualitas manusia ke dalam konsep
warganegara adalah definisi pendidikan di bawah ini: “Pendidikan adalah kegiatan atau
proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa sarat dan penyesuaian
membuka pada kelompok atau lembaga soial.” Definisi pendidikan ini disamping berlaku
pada Negara totaliter yang dengan monisme kebudayaan, juga berlaku pada masyarakat

5
yang ketat berpegang teguh mempertahankan tradisi kebudayaannya, yaitu pada
masyarakat yang tradisioal konservatif. Dalam batas-batas tertentu, para sosiolog lebih
dekat pemikiran pendidikan dengan definisi konsep pendidikan di atas. Sedang para
psikolog lebih dekat dekat dengan definuisi oendidikan di bawah ini: “Pendidikan adalah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana individu dibantu mengembangkan daya-daya
kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. ”Perbedaan antara kedua definisi
pendidikan di atas, antara pendekatan sosiologis dan pendwekatan psikologis adalah
bahwa pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan
dengan lembaga social di luar individu, sedang pendekatan psikologis meninjau proses
pendidikan dari sudut proses internal dalam diri manusia, sehinga lebih mengarah ke
peninjauan tentang konsep hakekat psikologis, bukan filosofis, daripada anak didik.

C. Pemikiran Tentang Pendidikan


Dalam berbagai sumber tulisan tentang pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan
harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu
sendiri. Menurut Kihajar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah
proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf
insani. Di dalam mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi
manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan.
Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia
keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia
(humanis). Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri”
sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi). Penguasaan diri
merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang
mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya,
mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap
yang mandiri dan dewasa. Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal yang
harus dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu
sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah
(kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari
aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas

6
demokratik). Keinginan yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan
mengingat pentingnya guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan
spiritualitas. Beliau sendiri untuk kepentingan mendidik, meneladani dan pendidikan
generasi bangsa ini telah mengubah namanya dari ningratnya sebagai Raden Mas
soewardi Suryaningrat menjadi Ki hajar dewantara. Perubahan nama tersebut dapat
dimakna bahwa beliau ingin menunjukkan perubahan sikap ningratnya menjadi pendidik,
yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru
spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta
didik untuk melindungi bangsa dan Negara ini. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru
hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan spiritualitas, baru
kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta
didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Yang utama sebagai pendidik adalah
fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai fasilitator kelas. Nama Hajar
Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di
bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia,
mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara
Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan. Menerjemahkan dari
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tersebut, maka banyak pakar menyepakati bahwa
pendidikan di Indonesia haruslah memiliki 3 Landasan filosofis, yaitu nasionalistik,
universalistic dan spiritualistic. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa
yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal
artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan
perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari
segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati)
manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang
berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan
terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati;
pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen
secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan
7
aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya
memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap
dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan
harga diri; setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan
kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Output
pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat
fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Dalam
pemikiran kihajar dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini
adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada
asih, asah dan asuh. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca
indera’ (educate the head, the heart, and the hand).

D. Pengaruh Pemikiran Dalam Pendidikan


Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan
sekolah taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi
Taman Siswa pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi
kegelisahan-kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu,
sebagaimana digambarkan dalam asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa. Orientasi
Asas Dan Dasar Pendidikan Dari Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas
perjuangan yang diperlukan pada waktu itu menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya.
Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap
orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran
maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat
berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya
kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak mengatur diri sendiri
berdiri (Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde en vrede) dan
bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei). Ketiga hal ini merupakan dasar alat
pendidikan bagi anak-anak yang disebut “among metode” (sistem-among) yang salah
satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang
tetapi mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri.

8
Inilah yang disebut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”. Menyinggung masalah
kepentingan sosial, ekonomi dan politik kecenderungan dari bangsa kita untuk
menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke barat-baratan telah menimbulkan
kekacauan. Menurut Kihajar Dewantara Sistem pengajaran yang terlampau memikirkan
kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yag terdapat dalam kebudayaan
sendiri. Sementara hal yang menyangkut tentang dasar kerakyatan untuk memepertinggi
pengajaran yang dianggap perlu dengan memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok
asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri. Dalam dunia pendidikan mengharuskan
adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru-guru untuk mendekati anak didiknya.
Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan Ki Hajar
Dewantara tentang pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian diri, bangsa dan
kemanusiaan.

E. Karya-Karya
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang menjadi
representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis sampai hari
ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan
(1962) dan Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967). Kepiawaian
dalam menulis karena beliau sejak muda menjadi penulis dan wartawan.
Ketiga, Buku Bagian I Pendidikan terbagi dalam 8 bab: pendidikan nasional, politik
pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan keluarga, ilmu
jiwa, ilmu adab, dan bahasa. Tulisan tertua dalam buku ini yakni ’’Pendidikan dan
Pengajaran Nasional’’ yang disampaikan sebagai prasaran dalam Kongres Permufakatan
Pergerakan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 31 Agustus 1928. Ki Hadjar Dewantara
dalam tulisan itu mengatakan bahwa kemerdekaan dalam dunia pendidikan memiliki tiga
sifat: berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dapat mengatur diri sendiri. Buku
Bagian II Kebudayaan terbagai dalam 5 bab: kebudayaan umum, kebudayaan dan
pendidikan/kesenian, kebudayaan dan kewanitaan, kebudayaan dan masyarakat,
hubungan dan penghargaan kita. Dua buku itu adalah representasi pemikiran dan

9
pembuktian dalam praktik pendidikan dan pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara.
Pendidikan dan kebudayaan adalah basis kehidupan yang menentukan kualitas manusia
dan bangsa.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa
Lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun
transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami bahwa
pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam
melalui konstruk filosofis yang mendasarinya. Sekolah memang bukanlah sesuatu yang
netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang dan seringkali demikian, pendidikan dianggap
sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar
yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan
satu penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika sistem pendidikan yang berlangsung
di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan pandangan ini, betapa
dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang
tengah dominan.
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi
kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan
karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara
seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa
pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan
peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya
menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan
olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau
manusiawi.
Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya
dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya
tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih
manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam
masyarakat itu berbeda-beda. Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain ladang
lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau
ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti
sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.
11
Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan
perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke
pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang
berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan
negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu
dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan
bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah
fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau
pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru
yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah
seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus
masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi
perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai
pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak
pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka baik secara fisik,
mental dan kerohanian. Namun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya
kehidupan bersama dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Sedangkan
maksud pendirian Taman Siswa adalah membangun budayanya sendiri, jalan hidup
sendiri dengan mengembangkan rasa merdeka dalam hati setiap orang melalui media
pendidikan yang berlandaskan pada aspek-aspek nasional. Landasan filosofisnya adalah
nasionalistik dan universalistik. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa
yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal
artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan
perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari
segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati)
manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang
berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan
terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati;
pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen
12
secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan
aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya
memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap
dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan
hara diri; setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan
kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta
didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik,
sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab
atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan
sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang
berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yang
dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara
utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan
menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara
pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.

B. Kesimpulan
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu
memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,
budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus
didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang
memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).
Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-
tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan
pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat
berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya
kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati.
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang menjadi
representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis sampai hari

13
ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan
(1962) dan Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967).

14
DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press
dan Pustaka Pelajar.
Ardhana, Wayan (1991). Kebijakan pemerintah dalam strategi pendidikan nasional. Makalah
dalam Seminar Televisi Perididikan Indonesia di Surabaya, 23 Februari .
Tjaya, Thomas Hidya, 2004, Mencari Orientasi Pendidikan, Sebuah Perspektif Historis, Jakarta,
Barnadib, Imam, 1988, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode, Andi Offset, Yogyakart

15
Link Google Drive (Foto dan Video)

https://drive.google.com/drive/folders/133EKDOVTSAUS881fynC1D9gdKhlOUDqR?
usp=sharing

16

Anda mungkin juga menyukai