Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH

SEJARAH PERJALANAN KI HAJAR DEWANTARA


PEMBIMBING : KHALIFA, S.Pd

TUGAS KELOMPOK SEJARAH


KELAS X AKL 2 :
1. Nabila Al Zahra
2. Mutiara Khairunisa
3. Olsha Ananda
4. Muhammad Iqbalun Najah

Jl. Ki Hajar Dewantara No.23, RT.1/RW.6, Ciputat, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
Banten 151411

KATA PENGANTAR

i
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul ‘SEJARAH KI HAJAR DEWANTARA’ dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas sejarah dari Ibu khalifa. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang sejarah Ki Hajar Dewantara.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Khalifa selaku guru mata pelajaran
sejarah. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik
yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini

Tangerang Selatan, 10 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................................... iv
PENDALAHUAN ................................................................................................................................. iv
A. Awal Mula Carrier ...................................................................................................................... iv
B. Sejarah 3 Serangkai ..................................................................................................................... iv
C. Organisasi Budi Utomo ................................................................................................................. v
BAB II ................................................................................................................................................. viii
KIHAJAR DEWANTARA................................................................................................................. viii
A. Pengasingan KiHajar Dewantara ...............................................................................................viii
B. Taman Siswa ................................................................................................................................ ix
C. 3 Semboyan ................................................................................................................................... x
KESIMPULAN................................................................................................................................... xiv
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................................................. xv

iii
BAB I
PENDALAHUAN

A. Awal Mula Carrier


Soewardi berasal dari lingkungan keluarga bangsawan Kadipaten Pakualaman. Ia merupakan putra
dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Paku Alam III. Ia menamatkan pendidikan dasar di
Europeesche Lagere School. Sekolah ini merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang
berasal dari Eropa. Ia sempat melanjukan pendidikan kedokteran di STOVIA. Namun, ia tidak
menamatkannya karena kondisi kesehatan yang buruk.Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan
wartawan di beberapa surat kabar. Ia pernah bekerja untuk surat kabar Sediotomo, Midden Java,
De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Ia tergolong salah
seorang penulis yang handal pada masanya. Gaya tulisannya bersifat komunikatif dengan gagasan-
gagasan yang antikolonial.

B. Sejarah 3 Serangkai
Dalam hal ini ada sejarah dari terbentuknya Indische Partij ini. pada saat itu terbentuknya Indische
Partij ini adalah untuk dapat mengganti dari Indische Bond yang merupakan organisasi Indonesia
dan juga bangsa Eropa. Indische Partij ini mempunyai sebuah keinginan agar orang Indo dengan
orang bumi putra dapat melakukan kerja sama. hal ini dikarenakan pada saat itu penduduk
Indonesia sangat lah sedikit, maka dari itu dirasa cukup kuat sekali apabila melakukan kerja sama
antara Indonesia dan juga bumi putra tersebut.

Selain itu tujuan terbentuknya Indische Partij ini adalah untuk dapat membangkitkan rasa
patriotisme antar sesama yaitu untuk semua Indische Partij tersebut. tujuan dari Indische Partij ini
sangat lah kuat. Indische Partij ini memiliki keinginan yang kuat untuk menyukseskan
keberhasilan kemerdekaan Indonesia tersebut. Dan bagaimanapun yang akan terjadi pasti tiga
serangkai ini akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tersebut. namun pada saat itu tiga
tokoh dari Indische Partij ini sempat di masukkan kedalam penjara.

iv
Hal ini terjadi karena adanya kabar berita yang telah menyebar di surat kabar bahwa Ki Hajar
Dewantara telah menulis sebuah tulisan yang di tulis oleh nya maka Ki Hajar Dewantara menyusul
Dr. Cipto Mangunkusumo dan berita bahwa kedu tokoh ini telah masuk penjara telah masuk dan
menyebar di surat kabar. apalagi saat ketiga tokoh ini sangat menentang belanda, maka dari itu
pada athun 1913 mereka di asingkan ke Belanda.

Pada saat itu Dr. Cipto Mangunkusumo Sakit, sehingga mulai di kembalikan ke Indonesia pada
tahun 1914. baru menyusul kedua tokohnya lagi yaitu E.F.E Douwes dan juga Ki Hajar Dewantara
yang baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1919. Pada saat Ki Hajar Dewantara telah
dikembalikan ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara mulai memerhatikan orang –orang yang berada
di sekitarnya tentang pendidikannya tersebut.

Dalam kepedulian yang di lakukan oleh Ki Hajar Dewan Tara ini maka mulailah membangun
sebuah Taman Siswa, taman siswa ini berisikan buku- buku yang dapat di baca oleh siapapun yang
ngin datang ke taman siswa ini. sehingga dalam hal ini taman baca menjadi sebuah taman yang
terkenal dan juga bermanfaat khususnya untuk orang- orang pribumi tersebut. Selain itu ada E.F.E
Douwes Dekker adalah salah satu orang yang setelah lulus ia juga mengabdikan dirinya pada dunia
pendidikan. dalam hal ini E.F.E Douwes Dekker ini telah mendirikan sebuah Universitas yang
diberinama dengan yayasan pendidikan Ksatria Institut yang berada di daerah Sukabumi pada
tahun 1940. namun pada saat itu E.F.E Douwes Dekker ini di tanggap lagi oleh bangsa belanda
yang kemudian E.F.E Douwes Dekker ini di buang ke Amerika latin lebih tepatnya di Suriname.

C. Organisasi Budi Utomo


Budi Utomo merupakan organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan siswa STOVIA
yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada 20 Mei 1908. Ini diprakarsai oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Organisasi tersebut bersifat sosial, ekonomi dan budaya tetapi bukan
politik. Pendirian Budi Utomo menjadi awal dari sebuah gerakan yang bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia meskipun pada saat itu organisasi tersebut awalnya hanya ditujukan untuk
kelompok-kelompok berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal pendirian Budi Utomo, 20 Mei,
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

v
Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, jam sembilan pagi, yang terletak di ruang belajar STOVIA,
Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa masa depan bangsa dan Tanah Air ada
di tangan mereka. Jadi Boedi Oetomo lahir. Namun, pemuda itu juga menyadari bahwa tugas
mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, selain harus berorganisasi. Karena itu,
mereka berpendapat bahwa “orang tua” harus memimpin Budi Utomo, sementara orang muda
sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi.

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami pergantian pemimpin organisasi. Sebagian besar
pemimpin berasal dari “priayi” atau bangsawan dari istana, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo,
mantan Bupati Karanganyar, dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Istana Pakualaman.

Budi Utomo menjalani fase perkembangan penting selama kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo.
Pada saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang banyak berjuang untuk rakyat
Indonesia, terus terang menyadari kata “politik” adalah tindakan nyata. Berkat pengaruh
pemahaman tentang “tanah air Indonesia” itu menjadi lebih dan lebih dapat diterima dan masuk
ke dalam pemahaman Jawa. Kemudian Indische Partij muncul yang sudah lama disiapkan oleh
Douwes Dekker melalui aksi persnya. Asosiasi ini bersifat politis dan terbuka untuk semua orang
Indonesia tanpa kecuali. Baginya “tanah udara api” (Indonesia) di atas segalanya.

Pendiri Organisasi Budi Utomo

Sejarah organisasi dalam pikiran Utomo kemudian menjelaskan pendirian organisasi. Organisasi
Budi Utomo diprakarsai oleh Wahidin Sudirohusodo (1852-1917). Dia adalah pendiri Budi Utomo
karena namanya selalu dikaitkan dengan kebangkitan organisasi nasional ini. Ini karena Wahidin
Sudirohusodo telah memprakarsai sebuah organisasi yang dibentuk oleh Dr. Sutomo dan pemuda
STOVIA.

Tujuan Didirikannya Organisasi Budi Utomo

Tujuannya untuk meningkatkan martabat rakyat dan bangsa. Peningkatan ini akan dilakukan
dengan mendirikan Dana Siswa (Studiefonds) yang merupakan lembaga untuk membiayai pemuda
yang cerdas tetapi tidak dapat melanjutkan studionya. Pada akhir 1907, Dr. Wahidin bertemu
dengan Sutomo, seorang siswa dari STOVIA di Jakarta.

vi
Struktur organisasi budi utomo

Ketua : R. Soetomo

Wakil ketua : M. Soelaiman

Sekretaris 1 : Gondo Soewarno

Sekretaris 2 : Goenawan M. Koesoemo

Bendahara : R. Angka

Komisaris : M. Soewarno

Komisaris : Moh. Saleh

Komisaris : R. M. Goembrek

Komisaris : Soeradji

vii
BAB II

KIHAJAR DEWANTARA

A. Pengasingan KiHajar Dewantara


Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara pernah diasingkan karena pamflet politik. Ia
bersama dengan dua teman seperjuangannya: dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan E.F.E. Douwes
Dekker, awalnya mendirikan partai politik pertama Indische Partij tahun 1912.

Pemerintah Belanda menilai partai tersebut radikal, apalagi setelah mereka kedapatan
menyebarkan pamflet politik bertuliskan “Als Ik een Nederlanderwas” yang berarti “Andai Aku
Orang Belanda”.Pamflet itu dinilai Belanda sebagai ujaran kebencian sebab Soewardi menulis
aksara itu pada saat Ratu Belanda Wilhelmina berulang tahun pada November 1913. Tulisan
Soewardi dicap sebagai pemantik kerusuhan pribumi.

Sebab karena tulisan itu rakyat bumiputera semakin paham kelakuan jelek orang Belanda di
tanahnya. Mereka sengaja menarik pajak tinggi dari pribumi dan uang hasil pajak itu mereka buat
untuk berfoya-foya merayakan hari ulang tahun Ratu Belanda.Tulisan yang menggegerkan itu
kemudian diberangus oleh Belanda. Banyak disita dari meja-meja redaksi harian partikelir di
Jogja, dan beberapa ruangan perkumpulan Indische Partij yang ada di dekat Tamansiswa. Ki
Hadjar ditangkap bersama kedua kawan sejatinya.

Soewardi mengkritik Belanda dalam peringatan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Ia tidak
langsung menyinggung secara frontal melainkan memakai perumpamaan Als ik een
Nederlanderwas atau “Andai saja aku yang jadi orang Belanda”.Dalam tulisan itu Soewardi juga
menyampaikan betapa enaknya jadi Belanda, mereka bisa menggelar pesta yang megah dan
selektif. Mereka tidak memperbolehkan pribumi masuk dalam pesta tersebut. Padahal sebagian
besar modal pesta itu berasal dari keringat pribumi.

Cara Soewardi itu merupakan khas orang Jawa mempergunakan Guyon Parikeno. Artinya seperti
becanda tapi mengandung makna yang dalam. Biasa digunakan untuk menasihati seseorang,
memberikan pendapat yang bersilangan, atau bahkan mengkritik seperti yang dilakukan oleh
Soewardi.Karena tulisan itu Soewardi Soerjaningrat ditangkap oleh pemerintah kolonial. Tidak

viii
hanya Soewardi tetapi juga ada dua orang lain di belakangnya yakni dr. Tjipto dan Douwes
Dekker.Belanda langsung mengamankan beberapa barang bukti di tempat penerbitan tulisan-
tulisan Tiga Serangkai yang ada di kantor Indische Partij.

Pada tahun 1913 partai tersebut dibekukan Belanda sampai waktu yang belum ditentukan. Para
pengikut partai ini membubarkan diri sedangkan tiga tokoh berpengaruh Indische Partai
diasingkan ke Belanda.Soewardi (Ki Hadjar Dewantara), dr Tjipto, dan Douwes Dekker sama-
sama diasingkan ke Belanda dari tahun 1913. Mereka memilih jalan masing-masing untuk
melanjutkan perjuangan politik melawan ketidakadilan kolonial di tanah air.

Soewardi memilih memperdalam ilmu kependidikan, sedangkan Tjipto mendapat grasi pulang ke
Hindia pada 1914 karena alasan kondisi kesehatan. Douwes Dekker pergi ke Jerman, ia disana
rajin menulis di tempat keluarga dekatnya, namun pada 1918 ia diperbolehkan pulang oleh
pemerintah kolonial.Sedangkan Soewardi memilih lama tinggal di Belanda. Ia baru pulang pada
tahun 1919. Setahun setelah kepulangan Douwes Dekker dari Jerman ke Hindia Belanda. Hal ini
Soewardi lakukan untuk memahami struktur budaya orang Belanda.

Ia berkesimpulan jika pendidikan merupakan senjata paling utama untuk menumbangkan


kolonialisme. Oleh sebab itu sekolah dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan
modal awal bumiputera meraih kemerdekaan tanpa paksaan.Selama tinggal di Belanda, selain
fokus dengan studi pedagogi Soewardi juga aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia
(Indische Vereeniging). Bahkan saat itu ia pernah menjadi pengurusnya.

Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Mona Lohanda dalam buku berjudul, “Indeks
Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara” (2017).

B. Taman Siswa
Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara pernah diasingkan karena pamflet politik. Ia
bersama dengan dua teman seperjuangannya: dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan E.F.E. Douwes
Dekker, awalnya mendirikan partai politik pertama Indische Partij tahun 1912.

Pemerintah Belanda menilai partai tersebut radikal, apalagi setelah mereka kedapatan
menyebarkan pamflet politik bertuliskan “Als Ik een Nederlanderwas” yang berarti “Andai Aku

ix
Orang Belanda”.Pamflet itu dinilai Belanda sebagai ujaran kebencian sebab Soewardi menulis
aksara itu pada saat Ratu Belanda Wilhelmina berulang tahun pada November 1913. Tulisan
Soewardi dicap sebagai pemantik kerusuhan pribumi.Sebab karena tulisan itu rakyat bumiputera
semakin paham kelakuan jelek orang Belanda di tanahnya. Mereka sengaja menarik pajak tinggi
dari pribumi dan uang hasil pajak itu mereka buat untuk berfoya-foya merayakan hari ulang tahun
Ratu Belanda.Tulisan yang menggegerkan itu kemudian diberangus oleh Belanda. Banyak disita
dari meja-meja redaksi harian partikelir di Jogja, dan beberapa ruangan perkumpulan Indische
Partij yang ada di dekat Tamansiswa. Ki Hadjar ditangkap bersama kedua kawan sejatinya.

Soewardi mengkritik Belanda dalam peringatan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Ia tidak
langsung menyinggung secara frontal melainkan memakai perumpamaan Als ik een
Nederlanderwas atau “Andai saja aku yang jadi orang Belanda”.

C. 3 Semboyan
Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara pernah diasingkan karena pamflet politik. Ia
bersama dengan dua teman seperjuangannya: dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan E.F.E. Douwes
Dekker, awalnya mendirikan partai politik pertama Indische Partij tahun 1912.

Pemerintah Belanda menilai partai tersebut radikal, apalagi setelah mereka kedapatan
menyebarkan pamflet politik bertuliskan “Als Ik een Nederlanderwas” yang berarti “Andai Aku
Orang Belanda”.Pamflet itu dinilai Belanda sebagai ujaran kebencian sebab Soewardi menulis
aksara itu pada saat Ratu Belanda Wilhelmina berulang tahun pada November 1913. Tulisan
Soewardi dicap sebagai pemantik kerusuhan pribumi.Sebab karena tulisan itu rakyat bumiputera
semakin paham kelakuan jelek orang Belanda di tanahnya. Mereka sengaja menarik pajak tinggi
dari pribumi dan uang hasil pajak itu mereka buat untuk berfoya-foya merayakan hari ulang tahun
Ratu Belanda.Tulisan yang menggegerkan itu kemudian diberangus oleh Belanda. Banyak disita
dari meja-meja redaksi harian partikelir di Jogja, dan beberapa ruangan perkumpulan Indische
Partij yang ada di dekat Tamansiswa. Ki Hadjar ditangkap bersama kedua kawan sejatinya.

Soewardi mengkritik Belanda dalam peringatan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Ia tidak
langsung menyinggung secara frontal melainkan memakai perumpamaan Als ik een
Nederlanderwas atau “Andai saja aku yang jadi orang Belanda”.Dalam tulisan itu Soewardi juga
menyampaikan betapa enaknya jadi Belanda, mereka bisa menggelar pesta yang megah dan

x
selektif. Mereka tidak memperbolehkan pribumi masuk dalam pesta tersebut. Padahal sebagian
besar modal pesta itu berasal dari keringat pribumi.

Cara Soewardi itu merupakan khas orang Jawa mempergunakan Guyon Parikeno. Artinya seperti
becanda tapi mengandung makna yang dalam. Biasa digunakan untuk menasihati seseorang,
memberikan pendapat yang bersilangan, atau bahkan mengkritik seperti yang dilakukan oleh
Soewardi.Karena tulisan itu Soewardi Soerjaningrat ditangkap oleh pemerintah kolonial. Tidak
hanya Soewardi tetapi juga ada dua orang lain di belakangnya yakni dr. Tjipto dan Douwes
Dekker.Belanda langsung mengamankan beberapa barang bukti di tempat penerbitan tulisan-
tulisan Tiga Serangkai yang ada di kantor Indische Partij.Pada tahun 1913 partai tersebut
dibekukan Belanda sampai waktu yang belum ditentukan. Para pengikut partai ini membubarkan
diri sedangkan tiga tokoh berpengaruh Indische Partai diasingkan ke Belanda.

Soewardi (Ki Hadjar Dewantara), dr Tjipto, dan Douwes Dekker sama-sama diasingkan ke
Belanda dari tahun 1913. Mereka memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan perjuangan
politik melawan ketidakadilan kolonial di tanah air.Soewardi memilih memperdalam ilmu
kependidikan, sedangkan Tjipto mendapat grasi pulang ke Hindia pada 1914 karena alasan kondisi
kesehatan. Douwes Dekker pergi ke Jerman, ia disana rajin menulis di tempat keluarga dekatnya,
namun pada 1918 ia diperbolehkan pulang oleh pemerintah kolonial.Sedangkan Soewardi memilih
lama tinggal di Belanda. Ia baru pulang pada tahun 1919. Setahun setelah kepulangan Douwes
Dekker dari Jerman ke Hindia Belanda. Hal ini Soewardi lakukan untuk memahami struktur
budaya orang Belanda.Ia berkesimpulan jika pendidikan merupakan senjata paling utama untuk
menumbangkan kolonialisme. Oleh sebab itu sekolah dengan tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa merupakan modal awal bumiputera meraih kemerdekaan tanpa paksaan.

Selama tinggal di Belanda, selain fokus dengan studi pedagogi Soewardi juga aktif dalam
organisasi Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Bahkan saat itu ia pernah menjadi
pengurusnya.Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Mona Lohanda dalam buku berjudul,
“Indeks Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara” (2017).Dalam tulisan itu Soewardi juga
menyampaikan betapa enaknya jadi Belanda, mereka bisa menggelar pesta yang megah dan
selektif. Mereka tidak memperbolehkan pribumi masuk dalam pesta tersebut. Padahal sebagian
besar modal pesta itu berasal dari keringat pribumi.Cara Soewardi itu merupakan khas orang Jawa
mempergunakan Guyon Parikeno. Artinya seperti becanda tapi mengandung makna yang dalam.

xi
Biasa digunakan untuk menasihati seseorang, memberikan pendapat yang bersilangan, atau
bahkan mengkritik seperti yang dilakukan oleh Soewardi.

Karena tulisan itu Soewardi Soerjaningrat ditangkap oleh pemerintah kolonial. Tidak hanya
Soewardi tetapi juga ada dua orang lain di belakangnya yakni dr. Tjipto dan Douwes
Dekker.Belanda langsung mengamankan beberapa barang bukti di tempat penerbitan tulisan-
tulisan Tiga Serangkai yang ada di kantor Indische Partij.Pada tahun 1913 partai tersebut
dibekukan Belanda sampai waktu yang belum ditentukan. Para pengikut partai ini membubarkan
diri sedangkan tiga tokoh berpengaruh Indische Partai diasingkan ke Belanda.

Soewardi (Ki Hadjar Dewantara), dr Tjipto, dan Douwes Dekker sama-sama diasingkan ke
Belanda dari tahun 1913. Mereka memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan perjuangan
politik melawan ketidakadilan kolonial di tanah air.Soewardi memilih memperdalam ilmu
kependidikan, sedangkan Tjipto mendapat grasi pulang ke Hindia pada 1914 karena alasan kondisi
kesehatan. Douwes Dekker pergi ke Jerman, ia disana rajin menulis di tempat keluarga dekatnya,
namun pada 1918 ia diperbolehkan pulang oleh pemerintah kolonial.

Sedangkan Soewardi memilih lama tinggal di Belanda. Ia baru pulang pada tahun 1919. Setahun
setelah kepulangan Douwes Dekker dari Jerman ke Hindia Belanda. Hal ini Soewardi lakukan
untuk memahami struktur budaya orang Belanda.Ia berkesimpulan jika pendidikan merupakan
senjata paling utama untuk menumbangkan kolonialisme. Oleh sebab itu sekolah dengan tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan modal awal bumiputera meraih kemerdekaan tanpa
paksaan.Selama tinggal di Belanda, selain fokus dengan studi pedagogi Soewardi juga aktif dalam
organisasi Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Bahkan saat itu ia pernah menjadi
pengurusnya.Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Mona Lohanda dalam buku berjudul,
“Indeks Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara” (2017). 2. Ing Madyo Mangun Karso

"Ing madyo" artinya di tengah-tengah. "Mangun" berarti membangkitkan, membangun, atau


menggugah. "Karso" diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari ing madyo
mangun karso adalah walaupun berada di tengah kesibukan, harus mampu membangkitkan dan
memberikan semangat bagi orang lain.Jika diimplementasikan pada dunia nyata pendidikan,
seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-
menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya.Guru yang berada di antara
siswa-siswa harus mampu memberikan inspirasi dan motivasi yang positif bagi siswanya,

xii
sehinggga siswa diharapkan bisa lebih maju dalam belajar. Semboyan ini dapat diwujudkan
dengan cara diskusi dan mayoritas siswa harus paham atau menguasai materi diskusi.

3. Tut Wuri Handayani

"Tut wuri" artinya mengikuti dari belakang. "Handayani" berarti memberikan dorongan moral atau
dorongan semangat. Tut wuri handayani diartikan seseorang harus dapat menjadi pendorong bagi
orang lain, dengan memberikan semangat kerja dan moral yang baik, sehingga menumbuhkan
motivasi dan semangat.

Jika diimplementasikan pada dunia nyata pendidikan, seorang guru adalah pendidik yang terus-
menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak
didiknya.Apabila siswa sudah paham dengan materi, siswa sudah pandai dalam banyak hal, maka
guru harus menghargai siswanya tersebut dan memberikan kepercayaan bahwa siswa dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru dilarang meremehkan kemampuan siswa. Semboyan
ini diwujudkan dengan pemberian tugas, ataupun belajar secara mandiri atau pengayaan.t

xiii
KESIMPULAN

Soewardi Surjaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh
yang berperan penting memajukan pendidikan di Indonesia. Beliau merupakan tokoh pelopor dan
pendiri Taman Siswa, yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertama Indonesia
yang dilantik setelah Kemerdekaan. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.
Berdasarkan Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, menetapkan tanggal lahir
beliau yaitu 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hal ini diberikan sebagai wujud
pengormatan atas jasa beliau memajukan pendidikan di Indonesia.

xiv
DAFTAR PUSAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tiga_Serangkai

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

https://www.detik.com/jateng/berita/d-6699779/3-semboyan-pendidikan-ki-hajar-dewantara-dan-
artinya

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Taman_Siswa
https://www.harapanrakyat.com/2023/02/kisah-ki-hadjar-dewantara-diasingkan-karena-pamflet-
politik/

https://nasional.sindonews.com/read/565078/15/biografi-ki-hajar-dewantara-diasingkan-ke-belanda-
tanggal-lahirnya-diperingati-sebagai-hari-pendidikan-nasional-1633925400

https://www.gurusiana.id/read/waskitogunawan/article/kesimpulan-dan-refleksi-pemikiran-ki-hadjar-
dewantara-khd-810270

https://www.kompasiana.com/761_ariyati2448/631f10014addee46736f0ec5/kesimpulan-dan-refleksi-
pemikiran-ki-hajar-dewantara

xv

Anda mungkin juga menyukai