Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

HARI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dibuat oleh :

Savira Auliyarahman

P07226120059

PRODI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

JURUSAN PROMOSI KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES KALTIM

TAHUN 2023

1
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 3

1. Latar Belakang ................................................................ 3


2. Rumusan Masalah ........................................................... 4
3. Tujuan Pembahasan ........................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................ 6

A. Biografi Ki Hajar Dewantara .......................................... 6


B. Pengertian Pendidikan Karakter ...................................... 13
C. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli ....... 13
D. Sejarah Peringatan Hari Pendidikan Nasional ................. 15
E. Dasar Pendidikan ............................................................ 17
F. Tujuan Pendidikan .......................................................... 18
G. Sistem Pendidikan di Indonesia ...................................... 24

BAB III PENUTUP........................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 51

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam kehidupan didunia ini semenjak lahirnya kita


hingga kematian menjemput tentu kita akan terus mendapat
atau menerima pendidikan meski dalam situasi apapun.
Pendidikan bukan hanyalah didapat begitu saja namun tentu
saja melewati proses hingga mendapatkan pendidikan yang
baik dan bermutu. Dari sekian banyak tokoh yang berperan
dalam dunia pendidikan mungkin tak jarang orang mengetahui
sejarah dan tujuan mulia beliau melakukannya.

Dalam artikel ini pembahas akan mengulas sejarah


seseorang yang berperan dalam memperjuangkan pendidikan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dalam bangsa negara
Indonesia. Serta program apa saja yang beliau lakukan dalam
perjuangannya. Salah satunya ialah “Ki Hajar Dewantara”.
Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah

3
serta kualitas yang mencukupi bagaikan pendukung utama
dalam pembangunan. Buat penuhi sumber daya manusia
tersebut, pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
berarti. Perihal ini cocok dengan UU Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
mengatakan kalau pendidikan nasional berperan meningkatkan
keahlian serta membentuk karakter dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan buat berkembangnya
kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang beriman
serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta jadi
masyarakat negeri yang demokratis dan bertanggung jawab.
Bersumber pada guna serta tujuan pendidikan nasional, jelas
kalau pembelajaran di tiap jenjang, tercantum di sekolah wajib
diselenggarakan secara sistematis guna menggapai tujuan
tersebut. Perihal tersebut tentu berkaitan dengan pembentukan
karakter partisipan didik sehingga sanggup bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun serta berhubungan dengan warga.

2. Rumusan masalah
Inilah beberapa rumusan masalah dalam pembahasan ini:
A. Bagaimana biografi Ki Hajar Dewamtara?
B. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter

4
C. Apa yang dimaksud pendidikan karakter menurut para
ahli
D. Apa yang dimaksud sejarah peringatan hari pendidikan
nasional
E. Apa yang dimaksud dasar pendidikan
F. Apa yang dimaksud tujuan pendidikan
G. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia
3. Tujuan pembahasan
A. Untuk mengetahui biografi Ki Hajar Dewantara
B. Mengetahui apa yang dimaksud dari pendidikan karakter
C. Mengetahui pengertian pendidikan karakter menurut para
ahli
D. Mengetahui sejarah peringatan hari pendidikan nasional
E. Mengetahui dasar pendidikan
F. Mengetahui tujuan pendidikan
G. Mengetahui sistem pendidikan di Indonesia

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Biografi Ki Hajar Dewantara

B
eliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia adalah slah
satu putra dari KPH. Suryaningkar, dengan nama asalnya R.M.
suwardi suryaningrat. Pada usia 5 windu atau sekitar 40 tahun
berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Bertentangan dengan
kebiasaan para putra bangsawan pada waktu itu beliau sering
bermain bersama dengan rakyat-rakyat biasa.

Pendidikannya :

• Setelah tamat dari ELS ia masuk ke sekolah STOVIA, tetapi


tidak sampai tamat sekolah ini ditinggalkan karena kekurangan
biaya. Disamping itu ia mendapat banyak pelajaran kesenian
jawa dari ayahnya.
• Setelah keluar Dri STOVIA ia melanjutkan bekerja di pabrik
gula bojong, kemudian keapotik Rathkamp Yogyakarta.
Ternyata pekerjaan itu tidak disukainya, kemudian ia terjun ke
bidang jurnalistik dan kemudian terjun kedalam bidang politik.
• Bersama dengan Douwes Dekker (Dr. Danu Dirja Setyabudi)
dan Dr. Cipto Mangunksumomo mereka mendrikan partai
politik “indische partij”.

6
Ki Hajar Dewantara berhasil mendapatkan ijazah pendidikan
yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan
yang bergengsi di belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau untuk
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di
Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Pada tahun 1913, Ki
Hajar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita
keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang
merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya
dengan R.A Sutartinah, Ki Hajar Dewantara kemudian dikaruniai
dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto
Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu
mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama
dalam hal pendidikan.

Menurutnya, Pendidikan adalah tuntutan didalam hidup


tumbuhnya anak-anak. Maksudnya, pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Tulisan Ki Hajar Dewantara yang paling terkenal adalah


Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander was),
dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13
Juli 1913. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.

7
Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur
Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas
permintaan sendiri). Namun, Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga
diasingkan ke Belanda pada tahun 1913. Ketiga tokoh ini dikenal
sebagai "Tiga Serangkai".
Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif
dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Perhimpunan Hindia
(Indische Vereeniging). Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya
memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga
memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang
bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga
pendidikan yang didirikannya.

8
Mendirikan Perguruan Taman Siswa

a) Latar belakang dan perjuangan Taman Siswa


Taman siswa lahir sebagai reaksi terhadap sistem pendidikan
kolonial yang berat sebelah dan janji pendidikan untuk rakyat Bumi
Putra masih merupakan janji saja. Pada tahun 1919, Ki Hajar
Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung dalam sekolah
binaan dari saudaranya. Menjadi guru di sekolah tersebut
membuatnya mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian
digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah
yang akan dia dirikan.

Pada tahun 1922 saat berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun


Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat mengganti namanya
menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, namanya menjadi
Ki Hajar Dewantara semenjak saat itu ia tidak lagi menggunakan
gelar kebangsawanan di depan namanya. Dalam ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972 namanya dieja menjadi Ki
Hajar Dewantara.

P
ada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah
sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs
Institut Taman Siswa). Perguruan ini sangat menekankan pendidikan
rasa kebangsaan kepada pribumi agar mereka mencintai bangsa dan
tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

9
Namun setelah taman siswa dapat berdiri ternyata banyak mengalami
rintangan antara lain:
• Pada tahun 1924 baang milik Taman Siswa dilelang dimuka
umum, karena Ki Hjar Dewantara tidak mau membayar pajak
rumah tangga. Tetapi barang-barang itu stelah dibeli
dikembalikan lagi oleh pembelinya.
• Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan
mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
Namun kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga
ordonansi itu kemudian dicabut.
• Pada tahun 1935 Taman Siswa ini dikenakan pajak upah. Ini
jelas tidak sesuai karena sekolah ini tidak mempunyai majikan
ataupun buruh, Taman Siswa berdiri atas dasar kekluargaan.
• Penderitaan yang paling parah ialah pada zaman penjajahan
Jepang yang mana sekolah-sekolah partekeliar dilarang berdiri.
Akibatnya Taman Siswa yang telah memilki 199 cabang
diseluruk Indonesia ditutup. Tetapi diam-diam ada bebrapa
cabang yang masih dapat meneruskan.
Dalam mengembangkan Taman Siswa Ki Hajar Dewantara
menempuh jalan non-koperasi harus mampu berdiri sendiri atas
dasar keyakina sendiri. Sehingga beberapa kali mendapat subsidi
dari pemerintah Hidia Belanda ditolak.

10
b) Asas-asas Pendidkan Taman Siswa 1922

Asas ini merupakan asas perjuangan yang disahkan oleh konggres


Taman Siswa tanggal 7 Agustus 1930. Asas-asas itu sebagai berikut:
1. Adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri
2. Pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang
merdeka batin, pikiran dan tenaga
3. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan
pikiran karena dapat memisahkan orang terpelajar dengan
rakyat
4. Mempertinggi pegajaran tetapi yang tidak menghambat
tersebarnya pendidikan dan pengajaran untuk seluruh
masyarakat
5. Berkehendak untuk mengusahsksn kekuatan diri sendiri
6. Keharusan untuk hidup sederhana
7. Mengorbankan segala kepentingn untuk kebahagiaan anak
didik.
Asas ini kemudian dijadikan dasar Taman Siswa dengan nama
Panca Darma dan diperbaiki, yang isinya sebagai berikut: 1.
Kemanusiaan 2. Kodrat hidup/ Illahi 3. Kebudayaan 4. Kebangsaan
5. Kemerdekaan/ kebebasan.

c) Semboyan Ki Hajar Dewantara


11
Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai
sekarang dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu :

• Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh).


• Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat).
• Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan).

d) Tri Pusat Pendidikan


Dalam pemikirannya, Ki Hajar Dewantara menartikan
pendidikan secara luas. Bahwa anak mendapatkan pendidikan tidak
hanya disekolah saja melainkan juga dirumah dan dimasyarakat.
Oleh akrena itu maka dikenal ada tiga lingkungan pendidikan yaitu:
1. Lingkungan pendidikan dikeluarga
2. Lingkungan pendidkan di sekolah
3. Lingkungan pendidikan dimasyarakat.

Meninggal Dunia

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April


1959 di Yogyakarta. Dimakamkan di Taman Wijaya Brata, makam
untuk keluarga Taman Siswa.

Penghargaan

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar


Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia disebut
12
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang
pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan
(doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia,
Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia dan hari kelahirannya 2 Mei dijadikan sebagai Hari
Pendidikan Nasional.

B. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara


sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi
peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat
menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan
yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu
kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk
melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter (character
education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral
dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan
individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah
hidup yang lebih baik.

C. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli

13
Agar lebih memahami apa arti character education, maka kita
dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:

T. Ramli

Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah


pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral
dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi
peserta didik yang baik.

Thomas Lickona

Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah


suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia
dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika
yang inti.

John W. Santrock

Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan


yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik
untuk menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada
murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku
yang yang dilarang.

Elkind

Menurut Elkind, pengertian pendidikan karakter adalah suatu metode


pendidikan yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk
mempengaruhi karakter murid. Dalam hal ini terlihat bahwa guru

14
bukan hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mampu
menjadi seorang teladan.

D. Sejarah Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Tanggal 2 Mei tepatnya adalah hari Pendidikan Nasional. Hari


dimana lahirnya pendidikan di Indonensia. Tanggal 2 Mei dijadikan
sebagai hari Pendidikan Nasonal bertepatan dengan hari lahirnya
salah satu tokoh pendidkan kita yaitu Ki Hajar Dewantara dengan
nama asli: Raden Mas Soewardi. Mengulas sedikit tentang
perjuangan untuk memajukan pendidikan di bumi Indonesia, beliau
sempat mendirikan salah satu taman siswa pada 3 Juli 1922 untuk
sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Kemudian beliau juga sempat
menulis berbagai artikel yang intinya memprotes berbagai kebijakan
para penjajah (Belanda) yang kadang membunuh serta menghambat
tumbuh dan berkembangnya pendidikan di Indonesia.

Bertolak dari usaha, kerja keras serta pengorbanan dirinya melalui


surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959 dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Pergerakan
Nasional. Bahkan yang lebih menggembirakan dirinya di anggap
sebagai Bapak Pendidikan untuk seluruh orang Indonesia,
penghormatan itu terbukti dengan ditetapkan 2 Mei sebagai Hari
Pendidikan Nasional.

Untuk mewujudkan dan membangun dunia pendidikan di


Indonesia yang sedang diusahaknnya dalam penjajahan para
penjajah Belanda beliau memakai semoboyan “Tut Wuri
15
Handayani” semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya “Ing Ngarsa
Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa”. Semboyan ini masih
dipakai dalam dunia pendidikan kita hingga era reformasi ini.
Bahkan dengan semboyan itu telah sedikit mengubah warna
pendidikan kita di Indonesia saat ini. Hari Pendidikan Nasional atau
disingkat Hardiknas merupakan hari yang ditetapkan pemerintah
untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara, tokoh penting bagi
kemajuan pendidikan Indonesia sejak masa penjajahan. Pemerintah
telah menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan
Nasional.

Tanggal 2 Mei sendiri merupakan hari kelahiran Ki Hajar


Dewantara. Ketentuan ini tertuang dalam Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 67 Tahun 1961 tentang Hari-hari Nasional yang
Bukan Hari Libur. Pemerintah menetapkan peringatan Hari
Pendidikan Nasional setiap 2 Mei, meski bukan hari libur. Pria yang
lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Suryaningrat itu menjadi
sosok penting bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Sebab dirinya
berani mengkritik pemerintah Hindia Belanda karena hanya
memberi akses pendidikan bagi keturunan Belanda dan kaum
priyayi. Padahal, menurutnya, akses pendidikan merupakan hak
semua orang. Lebih dari itu, melalui pendidikan pula, Indonesia bisa
menjadi bangsa yang cerdas, mandiri, dan bebas dari penjajahan.
Sayangnya, kritiknya itu membuat Ki Hajar Dewantara jadi
diasingkan ke Belanda bersama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo.
16
E. Dasar Pendidikan
Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi
kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti
pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.
Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah
dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk
dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-
sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun dasar
pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah
dirumuskan antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4
tahun 1950, Jo Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang
Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-
asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar
RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang
berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah negara
Pancasila.[1]
3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan
GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila…..……
4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV
bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang

17
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ….….
5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.[2]
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia
adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan
UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

F. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di
dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak
dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan
penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah
tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan
pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan
Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang,
rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita
ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

18
Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan
MPRS dan MPR serta UUSPN No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai
berikut:
1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3
dicantumkan: “ Tujuan pendidikan membentuk manusia
Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang
dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”.
2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan
Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani”.[3]
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

19
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Hierarki Tujuan Pendidikan di Negara Indonesia adalah sebagai
berikut:
1.Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi.
Pada tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang
ciri-ciri seorang manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau
manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud dengan tujuan
pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh
seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi
terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.
Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan
tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti disebutkan dalam
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab II
Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional ialah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

20
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat
memberikan arah yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di
Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan
tujuan nasional. Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya
tujuan tersebut.

2.Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola
perilaku dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap
lembaga pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan
tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka
menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan
tertentu.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional
untuk setiap lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan
pendidikan nasional. Hal ini disebabkan setiap lembaga pendidikan
ingin menghasilkan lulusan yang akan menunjang tinggi martabat
bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk mempertahankan
falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di samping kemampuan dan
keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga.

21
Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi
oleh tiga hal: (a) Tujuan Pendidikan Nasional (b) Kekhususan setiap
lembaga; dan (c) Tingkat usia peserta didik
Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai
pengalaman belajar kepada peserta didiknya.

3. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara
formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika
dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh
menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan
kurikulum di sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan
yang berbeda dibandingkan dengan SMP.
Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-
sekolah tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum
pada masing-masing sekolah.
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional,
yang berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional.

4. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai
setelah selesai proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan
tersebut merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler, yang
merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas. Tujuan

22
Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional
Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini, terlebih-
lebih tujuan instruksional khusus harus berorientasi kepada peserta
didik, atau kepada output-oriented. Tujuan Instruksional akan
mempengaruhi pemilihan materi, metode, strategi, dan lainnya demi
mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
Sesuai dengan visi dan misi pendidikan Nasional, maka tujuan
pendidikan harus mencerminkan kemampuan system pendidikan
Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang
multi dimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu
menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat
yang sehat dan cerdas dengan: (1). Kepribadian kuat, religius dan
menjunjung tinggi budaya luhur (2). Kesadaran demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (3). Kesadaran
moral hokum yang tinggi dan (4). Kehidupan yang makmur dan
sejahtera.
UNESCO pada tahun 1996 mencanangkan pilar-pilar penting
dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya
mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar
menjadi seseorang (learning to be), dan belajar menjalani kehidupan
bersama (learning to live together). Dalam konteks Indonesia,
penerapan konsep pilar-pilar pendidikan ini adalah bahwa system
pendidikan Nasional berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh

23
warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sector kehidupan
guna mewujudkan khidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan
mengutamakan persatuan dan kesatuan.

G. SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA


Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan
untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi
manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
globalisasi. Era globalisasi yang sedang terjadi saat ini
dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks dan
persaingan sumber daya manusia yang semakin ketat,
sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang unggul
dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang unggul tersebut adalah melalui pendidikan.
Terlepas dari harapan tersebut di atas, Indonesia sebenarnya
menghadapi masalah mendasar yaitu mutu pendidikan yang
cenderung masih rendah. Hal ini disebabkan oleh sistem
pendidikan di Indonesia yang buruk. Dari hasil survei Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) yang dimuat di
Kompas pada tanggal 5 September 2001 (Yuliana, 2007),
disebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di
kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei Indonesia
menduduki urutan ke-12. Menurut Depdiknas (2001: 1-2),

24
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain
disebabkan oleh sistem pendidikan yang sentralistik (terpusat)
dan partisipasi masyarakat khususnya orang tua dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah selama ini sangat
minim. Kebijakan 2 penyelenggaraan yang bersifat sentralistik
(terpusat) dimana hampir semua hal diatur secara rinci dari
pusat telah menyebabkan sekolah kehilangan kemandirian,
kreativitas dan insiatif untuk mengambil kebijakan yang
diperlukan tanpa adanya petunjuk dari birokrasi pendidikan di
atasnya. Partitipasi masyarakat (stakeholders) selama ini lebih
berupa dukungan dana, kurang dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi
dan akuntabiltas, sehingga sekolah tidak memiliki beban untuk
mempertanggungjawabkan proses dan hasil pendidikan
kepada masyarakat (stakeholders). Menghadapi rendahnya
mutu pendidikan tersebut, maka perlu
dilakukan upaya perbaikan terhadap sistem pendidikan di
Indonesia. Upaya pemerintah dalam menyikapi hal tersebut
adalah dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan
pendidikan yaitu dari manajemen pendidikan mutu berbasis
pusat menuju manajemen peningkatan muru berbasis sekolah
atau manajemen berbasis sekolah (Depdiknas, 2001: 3).
Perubahan sistem penyelenggaraan pendidikan ini diharapkan
dapat mengatasi permasalahan pendidikan yang ada.

25
Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh
falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha yang
membimbing para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang
berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat
dan mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar
ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4 batang tubuh
UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

26
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sehingga pendidikan nasional
Indonesia adalah pendidikan Pancasila. Melalui sistem pendidikan
nasional diharapkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan
hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama
membangun masyarakatnya. Pendidikan di Indonesia mempunyai
landasan ideal adalah Pancasil, landasan konstitusional ialah UUD
1945, dan landasan operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN.
Sistem pendidikan yang telah berlangsung saat ini masih cenderung
mengeksploitasi peserta didik, indikator yang digunakanpun
cenderung menggunakan indikator kepintaran, sehingga secara
secara nilai dirapot maupun izasa tidak serta merta menunjukkan
peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di tegah
gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini.
Menurut Abdul Kadir dkk, sisdiknas dirumuskan dengan misi utama
dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik
Indonesia. Hal ini bertujuan supaya tiap-tiap warga negara
memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan
dasar.

27
Kemampuan dasar tersebut meliputi kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung serta mampu menggunakan bahasa Indonesia yang
diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sisdiknas memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya


kepada setiap warga negara. Oleh karena itu, perlakuan yang berbeda
terhadap peserta didik tidak dibenarkan. Perbedaan atas dasar jenis
kelamin, agama, ras, suku, latar belakang sosial, dan tingkat
kemampuan ekonomi merupakan sistem maklumat pendidikan islam
upkk yang dilarang.

Akan tetapi, hal tersebut dapat terjadi kecuali apabila ada satuan atau
kegiatan pendidikan yang memiliki kekhususan yang harus
diindahkan. Sisdiknas diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta
dibawah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
kesimpulan masuknya agama hindu budha ke indonesia brainly
menteri lainnya, seperti pendidikan agama oleh menteri agama,
akabri oleh menteri pertahanan dan keamanan.

Selain itu juga departemen lainnya yang menyelenggarakan


pendidikan yang disebut diklat. Penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk kelembagaan beserta
program-programnya. Dalam kelembagaan pendidikan,hal yang
akan dibahas yaitu jalur pendidikan dan jenjang pendidikan.

28
Pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:. Jalur pendidikan
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.

Ciri-ciri jalur pendidikan formal yaitu : Sifatnya formal; Diatur


berdasarkan kesimpulan sistem pendidikan nasional pemerintah; dan
Mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional. Jalur
pendidikan luar sekolah PLS merupakan pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan yang dilaksanakan diluar sekolah melalui kegiatan
belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan,
seperti kepramukaan, berbagai kursus, dan lain-lain.

PLS memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural


seperti bahasa dan kesenian, keagamaan, dan keterampilan yang
dapat dimanfaatkan oleh anggota asyarakat untuk mengembangkan
dirinya dan membangun masyarakatnya.

Pendidikan Luar Sekolah memiliki sifat tidak formal — dalam arti


tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional — dan modelnya
sangat beragam. Dalam hubungan ini, pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur PLS yang diselenggarakan dalam
keluarga yang fungsi utamanya menanamkan keyakinan agama, nilai
budaya dan moral, serta keterampilan praktis.

29
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberi bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Bekal tersebut berupa
pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Oleh
karena itu, pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidika dasar.

Selain itu, setiap warga negara diwajibkan menempuh pendidikan


dasar sampai pendidikan maksud sistem pendidikan islam.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umu dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi kesimpulan
sistem pendidikan nasional dengan sistem terbuka. Untuk itu, dengan
tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan
selektif mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi diluar
Indonesia untuk diambil manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional.

Untuk dapat mencapai tujuan dan kebebasan akademik, dalam


melaksanakan kesimpulan sistem pendidikan nasional di lembaga
pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta
otonomi keilmuwan dan otonomi dalam pengelolaan lembaganya
sebagaimana termaktub dalam UUSPN No. Program Pendidikan dan
Pengelolaan Pendidikan di tuangkan dalam jenis program
pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan sekolah serta
kurikulum program pendidikan.

30
Program pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan sekolah
terdiri atas : 1. Pendidikan Umum, merupakan pendidikan yang
mengutamakan kesimpulan sistem pendidikan nasional.

Pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan


how many questions can you miss on the safe exam didik untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu.

Seperti bidang teknik, tata boga dan busana, perhotelan, kerajinan,


administrasi perkantoran, dll. Pendidikan kejuruan berorientasi pada
kecakapan vokasional. Pendidikan Kedinasan, merupakan
pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau
calon pegawai suatu departemen pemerintahan atau lembaga
pendidikan nondepartemen.

Jadi, pendidikan keagamaan kesimpulan sistem pendidikan nasional


pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik atlantis water
park height restrictions dapat melaksanakan will the canadian border
open in july 2021 yang menurut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama. Berdasarkan ini berarti pendidikan keagamaan
ada yang sepenuhnya memberikan pendidikan agama dan
pendidikan umum yang setara dengan pendidikan umum yang
setingkat. Penyebab utama kegagalan pendidikan sebuah negara,

31
salah satunya disebabkan oleh sistem pendidikan yang digunakan,
disamping faktor-faktor lain yang sifatnya lebih kepada masalah-
masalah praksis pendidikan, seperti biaya pendidikan, pemerataan
pendidikan, serta kualitas pengajar dan pengelolaan pendidikan.
Sisdiknas yang digunakan di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari
konteks kesimpulan sistem pendidikan nasional perjalanan bangsa
itu sendiri. Setidaknya terdapat dua permasalahan menyangkut
sisdiknas, yaitu konteks historis dan aplikasi praksis. Berdasarkan
konteks historis, sisdiknas lebih menekankan pada kepentingan
pemerintah melestarikan status-quo kekuasaan yang terpaksa harus
melahirkan pendidikan yang sentralistis. Dengan atas nama keutuhan
kesimpulan sistem pendidikan nasional keselamatan negara seluruh
kegiatan pendidikan dibalut dalam logika tersebut.
Nah bagaimana sistem pendidikan di Indonesia menciptakan
anak bangsa yang memiliki sensitifitas terhadap lingkungan hidup
yang krisis sumber – sumber kehidupan, serta mendorong terjadinya
sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Sistem pendidikan harus
lebih ditunjukan agar terjadi keseimbangan terhadap ketersediaan
sumber daya alam serta kepentingan – kepentingan ekonomi dengan
tidak meninggalkan sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki
oleh bangsa indonesia. Padasarnya sebuah sIstem pendidikan dibuat
untuk mempermudah pendidikan itu sendiri,Tapi kenyataannya
sekarang sistem yang ada saat ini terkesan ada indikasi sedikit
mempersulit keadan.

32
Indikasi itu muncul bukan hanya karena system pendidikan
yang ada saat ini tidak baik,melainkan oknum-oknum yang
menjalankan system tersebut yang kualitasnya belum merata dan
sama baiknya.
a. Landasan Ideal
Dalam Undang-Undang Pendidikan No. 4 Thun 1950 tentang
Dasar-dasar Pendidikan dab Pengajaran Sekolah pada Bab III Pasal
4 tercantum bahwa landasan ideal pendidikan dan pengajaran ialah
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negar yang
demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
masyarakat dan Tanah Air.
b. Landasan Konstitusional
Pendidikan Nasional didasarkan atas landasan
konstitusional/Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab XIII Pasal 31
yang berbunyi:
Ayat 1 : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Ayat 2 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pengajaran nasional yang ditetapkan dengan Undang-
Undang.
Pasal 32 berbunyi: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.
Dalam pembukaan UUD 1945 dapat dilihat bahwa
pemerintah:
a. Memajukan kesejahteraan umum.
b. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

33
c. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan kaedilan sosial.
c. Landasan Operasional
Dalam GBHN 1988 dirumuskan tujuan pendidikan, yaitu
untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bekepribadian,
berdisiplin, bekerja keras dan tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohaani.
Berikut ini dikemukakan Ketetapan MPR tentang GBHN
sejak tahun 1966-1988 sebagai landasan operasional pendidikan
nasional dan tujuan pendidikan nasional.

1. TAP MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 3


2. TAP MPR No. IV / MPR/1973
3. TAP MPR No. IV / MPR/ 1978
4. TAP MPR No. II / MPR/1983
5. TAP MPR No. II / MPR/1988
6. Bab II Pasal 4 UU RI No. 2 Tahun 1989[5][5]

Unsur-unsur Pokok dan Asas-asas Pelaksanaan Pendidikan


Nasional.
a. Unsur-unsur Pokok
Unsur-unsur pokok Pendidikan Pancasila terdiri dari
Pendidikan Moral Pancasila berdasarkan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila, pendidikan agama, pendidikan watakdan

34
kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan jasmani, pendidikan
kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan,
pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan kesadaran bersejarah.
b. Asas-asas Pelaksanaan
Pendidikan Nasional dilaksanakan dengan memperhatikan
asas-asas pelaksanaan seperti berikut:
1. Asas semesta menyeluruh dan terpadu
2. Asas pendidikan seumur hidup
3. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat
4. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah
5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional
dan wawasan nusantara
6. Asas Bhineka Tunggal Ika
7. Asas keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kebulatan
yang utuh dalam seluruh kegiatan pendidikan
8. Asas manfaat, adail dan merata yang memandang manusia
Indonesia seutuhnya tanpa deskriminasi antara rakyat kota,
desa, daerah-daerah, suku-suku bangsa, jennis kelamin,
agama, dan lain-lain.
9. Asas Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madya Mangun Karso dan
Tut Wuri Handayani
10. A
sas mobilitas, efisiensi dan efektivitas, yang memungkinkan

35
kesempatan yang seluas-luasnya bagi manusia Indonesia untuk
memperoleh pendidikan.
11. A
sas kepastian hukum
12. P
ada asas pendidikan di atas, pendidikan nasional diharapkan
memungkinkan setiap rakyat Indonesia mempertahankan
hidupnya, mengembangkan dirinya, dan secara bersama-sama
membangun masyarakatnya.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, agar
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:
a. Alat membangaun pribadi, pengembangan warga negara,
pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa
Indonesia.
b. Menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Bab II
Pasal 3 “Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

36
kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional”.

Visi dan Misi Pendidikan Nasional


Visi Pendidikan Nasional: terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Misi Pendidikan Nasional:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam
rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan.
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar
nasional dan global.

37
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Inonesia.

Kelembagaan, Program dan Pengelolaan Pendidikan


Menurut UU RI No. 2 Tahun 1989, kelembagaan, program,
pengelolaan pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
a.Kelembagaan Pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Jalur pendidikan di sekolah melalui kegiatan belajar
mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
b.Jenis Program Pendidikan
1. Pendidikan umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan
dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan
pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat akhir masa
pendidikan.
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja pada bidang tertentu.

38
3. Pendidikan luar biasa
Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik dan mental.
4. Pendidikan kedinasan
Pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau
calon pegawai suatu departemen pemerintah atau
lembaga pemerintahan non departemen.
5. Pendidikan keagamaan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran keagamaan yang
bersangkutan.

6. Pendidikan akademik
Pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan
Ilmu pengetahuan.
7. Pendidikan Profesional
Pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu.
c. Jenjang Pendidikan
1.
P
endidikan Pra Sekolah

39
Diselenggarakan untuk meletakkan dasar-dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta
yang diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat serta
memberikan bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang
sekolah dasar dan mengembangkan diri sesuai dengan asas
pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.
2. Pendidikan Dasar
Diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemapuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilam yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menegah.

3. Pendidikan Menengah
Diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan
dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkunagan sosial, budaya alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi.
4. Pendidikan Tinggi
Diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau
menciptkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
d. Kurikulum Pendidikan

40
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah
kurikulum yang memperhatikan tahap perkembangan peserta didik
dan kesesuaian nya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan.
Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jemjamg pendidikan
wajib memuat:
a. Pendidikan Pancasila;
b. Pendidikan agama; dan
c. Pendidikan kewarganegaraan.
Pasaribu dan Simanjuntak mengemukakan bahwa
dalam menyusun kurikulum perlu diperhatikan:
a. Dasar dan tujuan sistem pendidikan nasional;
b. Dasar dan tujuan khusus lembaga-lembaga pendidikan di
dalam sistem pendidikan nasional;

3. Tujuan kurikuler komponen-komponen pendidikan;


4. Tujuan dan struktur instruksional/pengajaran;
5. Keperluan pemabaharuan di dalam aspek-aspek isi, orientasi,
komposisi, metode, bimbingan, dan sistem evaluasi; serta
6. Tahap-tahap perkembangan anak didik.
e. Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional
Penanggung jawab pendidikan nasional adalah presiden,
sedangkan pengelolaannya diatur sebagai berikut:

41
1. Pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya
diserahkan oleh presideb kepada departemen/menteri yang
bertanggung jawab atas pendidikan.
2. Dalam hal tertent, pengelolaan pendidikan nasional yang
mengandung kekhususan, diantaranya keagamaan dan kedinasan
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional,
diserahkan oleh presiden kepada departemen/badan pemerintahan
lainnya.
3. Dalam mengelola pendidikan nasional, yang anggotanya, antara
lain terdiri dari wakil-wakil pengelola dan unsur-unsur masyarakat.
Dewan pendidikan nasional berfungsi sebagai penasihat presiden
untuk masalah-masalah pendidikan nasional, juga penasihat badan
kerja sama antara pengelola pendidikan nasional.
a. Kurikulum Nasional
Tujuan dari pendidikan sendiri ialah mengembangkan potensi
peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki kepribadian yang baik
dan menjadi warga negara yang demokratis. Setiap jenjang
pendidikan melaksanan system pendidikan agar selaras dengan
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan sendiri selalu
berjalan selaras dengan kurikulum. Kurikulum dan tujuan
pendidikan adalah satuan yang tidak dapat dipisahkan lagi, kaitannya
antara tujuan pendidikan dan kurikulum dapat dilihat dari bagan
berikut.

42
Kurikulum menjembatani tujuan dengan pengalaman belajar di
lapangan. Tujuan institusional, menggambarkan berbagai
kemampun yang harus dikuasai oleh peserta didik, misalnya
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Kurikulum yang berlaku
secara nasional ditetapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga
pemerintah non departemen. Kurikulum memiliki ciri ciri,
diberlakukan sama di seluruh Indonesia, ditetepkan oleh menteri atau
pimpinan lembaga pemerintahan non departemen, bertujuan untuk
menciptakan kesatuan nasional dan mengendalikan mutu pendidikan
nasional.
b. Kurikulum Muatan Lokal
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah dna suku,
setiap daerah memiliki kabudayaan, ciri khas, adat istiadat, kesenian,
Bahasa, dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda-beda.
Keanekaragaman budaya, sosial, dan kondisi alam yang dimiliki
Indonesia ini perlu dijaga, dilestarikan dan dikembangkan.
Pengembangan ini dapat dilakukan salah satunya denga pendidikan,
pendidikan dapat memberikan fasilitas dalam menyalurkan
kebudayaan dan terus mengembangkannya. Namun pada jaman
dahulu di sekitar era 80-an kurikulum pendidikan yang ada masih
belum mengarah pada pengembangan pkebudayaan setiap
daerahnya. Oleh karena itu saat ini, kurikulum seharusnya memuat
program muatan local. Muatan local merupakan pendidikan yang

43
isinya berupa penyampaian tentang lingkungan alam, lingkungan
sosial, dan lingkungan budaya sesuai kebutuhan masing-masing
daerah. Program muatan local ini bertujuan agar peserta didik dapat
terus mengembangkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya,
agar ciri khas dari suatu daerah tidak hilang dari negara ini. Bukan
hanya ligkungan alam saja yang dikembangkan dan dilestarikan,
namun lingkungan budaya yang meliputi Bahasa daerah, kesenian
daerah, adat istiadat, tata karma daerah, keterampilan fungsional
khas daerah harus diajarkan di dunia pendidikan. Selain itu, program
muatan lokan juga memiliki tujuan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan yang khas daerah dan mengubah nilai
dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah positif.
P
endidikan merupakan usaha untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok,
yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil
usaha.
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan
berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain,
bakat, minat, kemapuan. Keadaan jasmani). Dalam proses
pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung
sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil
pendidikan dapat meliputi hasil belajar setelah selesainya suatu
proses belajar mengajar tertentu. Kurikulum yang berlaku saat ini
adalah kurikulum Pergantian kurikulum ini dikarenakan kurikulum

44
memiliki kelebihan dimana peserta didik diharuskan lebih aktif
daripada hanya menjadi pendengar. Akan tetapi, pelaksanaan
kurikulum banyak mengalami permasalahn diantaranya proses
pelatihan terhadap tenaga pendidik yang belum rampung sehingga
banyak pendidik yang tidak mengerti.

Selain itu, isi kurikulum mendapatkan sorotan yang tajam. Isi


kurikulum yang tertuang pada Bab X pasal 7 37 pada UUSPN
menunjukkan bahwa kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
tidak memuat lagi Pancasila sebagai salah satu mata pelajaran yang
diajarkan, namun diharapkan nilai-nilai Pancasila lebih utamanya
diakomodasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan, di samping diharapkan dapat
diinternalisasikan dalam mata pelajaran lainnya. Apa itu komunikasi
perubahan sosial tidak dapat dipungkiri bahwa dapat dipahami
bahwa Pancasila secara eksplisit ditiadakan dari kurikulum, artinya
bahwa pancasila sudah tidak kesimpulan sistem pendidikan nasional
penting.

Kurikulum dalam praktek Curriculum in action yang dibangun


sebaiknya mempertimbangkan beberapa aspek penting, tidak hanya
bertumpu pada standar-standar yang ada apakah standar-standar isi
dan standar-standar kompetensi kesimpulan sistem pendidikan
nasionalmelainkan juga potensi dan kebutuhan peserta didik serta

45
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.

Cara ini boleh jadi lebih efektif daripada cara yang digunakan pada
kurikulum sebelumnya yang secara eksplisit ada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila, tetapi sangat kental dengan muatan
kesimpulan sistem pendidikan nasional, sehingga pendekatan yang
digunakan cenderung bersifat dogmatis yang kurang bernuansa
humanis, bahkan tidak membuka kesimpulan sistem pendidikan
nasional yang cukup untuk berpikir dan bersikap kritis.

Akibatnya banyak terjadi kontra produktif. Selain daripada itu untuk


menjamin adanya kemampuan adaptif para peserta didik, kiranya
hidden curriculum perlu dipertimbangkan dan diakomodasi dalam
implementasi kurikulum, sehingga setiap guru harus menyadari akan
pentingnya dan perlunya mentransformasikan hidden kesimpulan
sistem pendidikan nasional dalam proses pembelajaran dan
kesimpulan sistem pendidikan nasional yang menjadi tanggung
mereka.

Selain permasalahan yang disebutkan diatas, masih banyak


permasalahan-permasalahan berkaitan dengan analisis praksis
pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia.

46
Misalnya ketersediaan dan kesimpulan sistem pendidikan nasional
sarana dan prasarana pendidikan masih belum terbatas, rendahnya
profesionalisme pengelolaan penyelenggaraan pendidikan, dan
sistem pengawasan volkswagen tsi price pendidikan yang cenderung
dilakukan oleh pengawas yang tidak berkompeten.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan pula
bahwa “pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-
unsur yujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola
pendidikan, struktur/jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas.

47
BAB 3
PENUTUP
Dalam banyak hal beliau sangat berpengaruh terutama dalam
bidang pendidikan. Sejarah beliau tak akan pernah terhapus dan akan
selalu terkenang. Sesuai dengan perjuangan Ki Hajar Dewantara,
negara ini telah melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas dan
berbakat. Dari biografi, pelaksanaan mendidik, semboyan,
penghargaan yang telah diraih dan akhir hayat beliau kita dapat
menyimpulkannya bahwa suatu hal yang ingin dicapai atau diraih
didapat dengan suatu proses yang rumit dan panjang tak hanya
sekedar membalikkan sebuah tangan saja.
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional.
Beliau telah berhasil mendirikan sekolah yang disesuaikan dengan
kepribadian dan kebudayaan nasional. Seperti yang terlihat dengan
kegigihan beliau saat memperjuangkannya, maka sebagai anak
bangsa haruslah kita yang melanjutkan perjuangan beliau dengan
menjadikan negara dan bangsa ini bukan sebagai negara berkembang
melainkan menjadi negara yang maju dan berpotensi mengubah cara
pandang negara lain kapada negara tanah air kita ini. Sistem
pendidikan nasional di Indonesia berlandaskan dengan Pancasila,
Undang-Undnag Dasar 1945, dan Ketetapan MPR. Pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

48
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan memiliki kepribadian yang baik serta menjadi warga
negara yang demokratis. Pendidikan nasional juga berfungsi sebagai
alat pembangun pribadi, pengembangan warga negara,
pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa negara.
Pendidikan di Indonesia dijalankan secara berjenjang pendidikan
dasara, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sitiap jenjang
diselenggarakan guna mempersiapkan peserta didik melanjutkan
pendidikan lebih tinggi, mendapatkan pekerjan sesuai bidangnya,
dan dapat hidup di masyarakat. Untuk menunjang system pendidikan
di Indonesia diselenggarakan melalui program kurikulum, program
yang sama digunakan du setiap pendidikan di Indonesia, dan
ditetapkan oleh menteri.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan
ideal adalah Pancasil, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan
landasan operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN
Visi Pendidikan Nasional: terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang

49
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi Pendidikan
Nasional: Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia; Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar; Meningkatkan kesiapan masukan
dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral; Meningkatkan keprofesionalan dan
akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu
pengetahuan. keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global; Memberdayakan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Inonesia.

50
Daftar Pustaka

Drs. Wasty soemanto dan Drs. F.X. Soeyarno, Landasan


historis pendidikan Indonesia, (Surabaya, ‘Usaha Nasional’
percetakan: usana offset printing) hal. 58-71
Ir. Djmhur dan Drs. H. Danasuparta, Sejarah Pendidikan, (
Bandung, CV. Ilmu Bandung) hal. 169
Biografi Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesia _
BiografiKu.com _ Biografi dan Profil Tokoh Terkenal Di Dunia.htm
Ihsan. Fuad, Dasar Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Kusuma, Rahayu Pratiwi, “Makalah Sistem Pendidikan
Nasional”,
http://rahayukusumapratiwi.blogspot.com/2013/01/makalah-sistem-
pendidikan-nasional.html, (diakses pada 28 Mei 2013, 21.50)
Wahyono. Budi, “Defenisi dan DasaR Sistem
Pendidikan Nasional”,
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/definisi-dan-dasar-
sistem-pendidikan.html, (diakses pada 28 Mei 2013, 22.25)
Zhalabe: Reading Is Fundamental, “ Visi dan Misi
Pendidikan Nasional), http://zhalabe.blogspot.com/2012/03/visi-
dan-misi-pendidikan-nasional.html#.UaTB_dIVMZY, (diakses
pada 28 Mei 2013, 22. 05)

51

Anda mungkin juga menyukai