Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

            Puji syukur senantiasa kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan nikmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Pendiikan Ki Hajar Dewantara”.

            Adapun maksud dan tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Karakter agar mengetahui tentang apaKonsep-konsep pendidikan yang diterapkan Ki
Hajar Dewantara.

            Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kami menyadari
bahwa laporan ini belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
dan rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Anjani, 14 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup…………………………………………………………………………… 2
B. Pemikiran Tentang Pendidikan…………………………………………………………... 3
C. Pengaruh Pemikiran Dalam Pendidikan…………………………………………………. 5
D. Karya-Karya………………………………...…………………………………………… 6

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN………………………………………………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...…………………………8

ii
BAB I
 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan
telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh
karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke
arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.
Mengingat bahwa sistem pendidikan  pemerintah kolonial pada masa itu tidak
demokratis karena bersifat elit, diskriminatif dan diorientasikan pada kepentingan
pemerintah penjajahan, maka sistem pendidikan rakyat yang sudah ada perlu dibina dan
dikembangkan untuk menjangkau kepentingan rakyat secara lebih luas. Disamping
mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada umumnya
berorientasi keagamaan, maka pada masa itu muncul seorang tokoh muda Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ia bersama
rekan-rekannya mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah itu ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal
Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922.
Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak
sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda
berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian
dicabut. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di
Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik
ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan
buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional
bagi bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, dapat ditarik
beberapa pokok permasalahan untuk dianalisis dan dikaji di dalam  makalah tentang Ki
Hajar Dewantara ini. Pokok permasalahanya adalah:
1. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara
2. Konsep Pemikiran Tentang Pendidikan
3. Pengaruh Pemikiran Dalam Pendidikan
4. Karya-Karya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan
nama Raden Mas  Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton
Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut
hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia
tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan
supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
 Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi
kepentingan bangsanya.Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai
tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara
lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja
Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat
komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial
bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi
sosial dan politik.
Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk
mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu
mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian,
bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia
mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia)
pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka
berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada
pemerintah kolonial Belanda.Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada
tanggal 11 Maret 1913. Karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa
nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial
Belanda. Ia melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan
seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari
rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan rencana
perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was
(Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu
untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda
yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker. Akibat karangannya
yang menghina itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang)

2
yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang
untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Namun mereka
menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak
hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak
Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.Kesempatan itu dipergunakan
untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di
tahun 1918.
Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional,
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli
1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik
agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di
Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik
ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan.Tulisannya berjumlah ratusan
buah.Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional
bagi bangsa Indonesia.
 Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan
saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan
Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI
No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah
gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun
setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April
1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan
Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan
nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.Dalam museum ini terdapat benda-
benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam
kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-
risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik,
budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas
bantuan Badan Arsip Nasional.

B. Konsep Pemikiran Tentang Pendidikan


Dalam berbagai sumber tulisan tentang pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan
harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu

3
sendiri.Menurut Kihajar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses
memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Di dalam
mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik
kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan.Jadi sesungguhnya
pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan,
dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis).
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri” sebab di
sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi).Penguasaan diri merupakan
langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia.
Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga
menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal yang harus dibedakan yaitu
sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain.  Pengajaran
bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan
kebodohan).Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin
(otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).Keinginan
yang kuat dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingat pentingnya
guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas.Beliau sendiri untuk
kepentingan mendidik, meneladani dan pendidikan generasi bangsa ini telah mengubah
namanya dari ningratnya sebagai Raden Mas soewardi Suryaningrat menjadi Ki hajar
dewantara. Perubahan nama tersebut dapat dimakna bahwa beliau ingin menunjukkan
perubahan sikap ningratnya menjadi pendidik, yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria
yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang
mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan Negara ini.
 Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam
kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan
juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Yang utama
sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai fasilitator
kelas.Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan
kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki
kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan
manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini).Sebagai pendidik yang merupakan
perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu
menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Menerjemahkan dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tersebut, maka banyak
pakar menyepakati bahwa pendidikan di Indonesia haruslah memiliki 3 Landasan filosofis,
yaitu nasionalistik, universalistic dan spiritualistic.Nasionalistik maksudnya adalah budaya

4
nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun
spiritual.Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu
merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan.Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan,
merdeka dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam
diri (hati) manusia.Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang
berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap
masing-masing anggotanya.Maka hak setiap individu hendaknya dihormati, pendidikan
hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik,
mental dan spiritual. Pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual
sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan, pendidikan hendaknya memperkaya setiap
individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan.
Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri; setiap
orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-
kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
Output pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka,
sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Dalam pemikiran
kihajar dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem
among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh.
Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca indera’ (educate the
head, the heart, and the hand).

C. Pengaruh Pemikiran Dalam Pendidikan


Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan sekolah
taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi Taman
Siswa pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi kegelisahan-
kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana
digambarkan dalam asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa.Orientasi Asas Dan
Dasar Pendidikan Dari Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang
diperlukan pada waktu itu menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya.Pengaruh pemikiran
pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur
dirinya sendiri.Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan
upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja
merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam
perkembangan kodrati.
Hak mengatur diri sendiri berdiri (Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan
damai (orde en vrede) dan bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei).Ketiga hal ini
merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut “among metode” (sistem-

5
among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri
di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak didik untuk berjalan
sendiri.Inilah yang disebut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.  Menyinggung
masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik kecenderungan dari bangsa kita untuk
menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke barat-baratan telah menimbulkan
kekacauan.
Menurut Kihajar Dewantara Sistem pengajaran yang terlampau memikirkan kecerdasan
pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yag terdapat dalam kebudayaan
sendiri.  Sementara hal yang menyangkut tentang dasar kerakyatan untuk memepertinggi
pengajaran yang dianggap perlu dengan memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok
asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri. Dalam dunia pendidikan mengharuskan adanya
keikhlasan lahir-batin bagi guru-guru untuk mendekati anak didiknya. Sesungguhnya semua
hal tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan Ki Hajar Dewantara tentang
pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian diri, bangsa dan kemanusiaan.

D. Karya-Karya
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang menjadi
representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis sampai hari ini.
Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan (1962) dan
Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967). Kepiawaian dalam menulis
karena beliau sejak muda menjadi penulis dan wartawan.
Ketiga, Buku Bagian I Pendidikan terbagi dalam 8 bab: pendidikan nasional, politik
pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan keluarga, ilmu jiwa,
ilmu adab, dan bahasa. Tulisan tertua dalam buku ini yakni ’’Pendidikan dan Pengajaran
Nasional’’ yang disampaikan sebagai prasaran dalam Kongres Permufakatan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 31 Agustus 1928. Ki Hadjar Dewantara dalam tulisan
itu mengatakan bahwa kemerdekaan dalam dunia pendidikan memiliki tiga sifat: berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain, dapat mengatur diri sendiri. Buku Bagian II
Kebudayaan terbagai dalam 5 bab:  kebudayaan umum, kebudayaan dan
pendidikan/kesenian, kebudayaan dan kewanitaan, kebudayaan dan masyarakat, hubungan
dan penghargaan kita. Dua buku itu adalah representasi pemikiran dan pembuktian dalam
praktik pendidikan dan pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara.Pendidikan dan kebudayaan
adalah basis kehidupan yang menentukan kualitas manusia dan bangsa.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu
memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya,
adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada
nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya
mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan).
Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap
orang untuk mengatur dirinya sendiri.Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal
itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan
bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh
dalam perkembangan kodrati.
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang menjadi
representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis sampai hari
ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh Majelis Luhur Persatuan
Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan (1962) dan Karya Ki
Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967).

7
DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press
dan Pustaka Pelajar.

Ardhana,  Wayan (1991). Kebijakan pemerintah dalam strategi pendidikan nasional. Makalah


dalam Seminar Televisi Perididikan Indonesia di Surabaya, 23 Februari .

Tjaya, Thomas Hidya, 2004, Mencari Orientasi Pendidikan, Sebuah Perspektif Historis, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai