Anda di halaman 1dari 9

KI HAJAR DEWANTARA

KELOMPOK 6

1. FINA JULIA ASTUTI


2. SALSABILA JUWITA
3. PRESTALIA PUTRI BAGASTAMA
4. MUFLIHATULHASANAH
5.SATRIA SANDI TAMA
KI HAJAR DEWANTARA

Ki Hajar Dewantara, Pahlawan Pendidikan Sekolah dan Mencari Ilmu

Ki Hajar Dewantara kecil sekolah di sekolah dasar untuk orang Eropa,


Eurepeesche Lagere School (ELS). Ia lalu melanjutkan pendidikan ke
STOVIA, sekolah dokter bumiputera pada 1905. Karena kerap sakit, ia
tidak menamatkan sekolah tingginya. Sejumlah sumber lain mendapati
pemerintah Belanda-lah yang memutus beasiswa pendidikannya pada 1910.
Kendati demikian, ia gemar mencari ilmu di berbagai tempat, seperti
dikutip dari Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap oleh Mirnawati.

Ki Hajar Dewantara belajar beragam hal baru dari menggeluti profesi


sebagai wartawan. Salah satu surat kabar yang pernah menjadi tempatnya
berkarya yaitu Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,
Kaoem Muoeda, Tjahaja Timur, dan Poesara. Tulisannya dinilai sangat
komunikatif, tajam, dan partiotik, sehingga mampu membangkitkan
semangat antipenjajahan.

Ia juga aktif di organisasi Budi Utomo untuk menggugah kesadaran


masyarakat agar bersatu mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pada 25
Desember 1912, ia juga membentuk Indische Partij, partai politik
nasionalisme pertama bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto
Mangunkusumo untuk mewujudkan kemerdekaan.

1. Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara, atau Soewardi berasal dari lingkungan keluarga


bangsawan Kadipaten Pakualaman.

Ia merupakan putra dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Paku Alam III.

Ki Hajar telah menamatkan pendidikan dasar di Europeesche Lagere


School.

Sekolah tersebut merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang


berasal dari Eropa.

Setelah itu, ia sempat melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA.

Namun, ia tidak menamatkannya karena kondisi kesehatan yang buruk.

2. Awal Karier Ki Hajar Dewantara

Tanpa melanjutkan sekolah, ia pun bekerja sebagai penulis dan wartawan di


beberapa surat kabar.

Ia pernah bekerja untuk surat kabar Sediotomo, Midden Java, De Expres,


Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Soewardi tergolong salah seorang penulis yang andal pada masanya.

Gaya tulisannya bersifat komunikatif dengan gagasan-gagasan yang


antikolonial.

3. Perjuangan Ki Hajar Dewantara Muda

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Ki Hajar Dewantara memulai


kariernya sebagai seorang wartawan atau penulis di beberapa media.

Salah satu tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal yaitu, "Seandainya


Aku Seorang Belanda", yang memiliki judul asli Als ik een Nederlander
was.

Tulisan tersebut dimuat dalam surat kabar de Express milik Dr. Douwes
Dekker, tahun 1913.

Artikel tersebut ditulis sebagai protes atas rencana pemerintah Belanda


untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), guna
perayaan kemerdekaan Belanda dari Prancis.
Selain bertugas menjadi wartawan, Ki Hajar Dewantara juga ikut tergabung
dengan organisasi Boedi Oetomo (BO) tahun 1908.

Ia tergabung dalam seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan


menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

4. Mendirikan Indische Partij Bersama Cipto Mangunkusumo dan


Douwes Dekker

Selain dari menulis, bersama dengan rekannya, Cipto Mangunkusumo dan


Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Indische Partij.

Partai politik pertama ini didirikan pada 25 Desember 1912.

Indische Partij merupakan partai pertama Indonesia yang menggaungkan


kebebasan Hindia yang beraliran nasionalisma dengan semboyan “indie
untuk indier”.

Pembentukan partai tersebut bertujuan untuk mempersatukan Hindia


Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Partai ini menggabungkan kelompok masyarakat, seperti kelompok Indo


(campuran Eropa dan Pribumi), dan Pribumi atau Bumiputera.

Indische Partij aktif bergerak di penjuru Hindia Belanda dengan tujuan


menyebarkan gagasan nasionalisme, dan mendapatkan dukungan dari
rakyat, dengan tujuan mengakhiri penjajahan yang terjadi di tanah air.

5. Mengalami Pengasingan di Belanda

Gerakan serta sindiran Ki Hajar Dewantara dalam tulisannya dan di


beberapa tulisan lainnya pada akhirnya menyulut kemarahan dari Belanda.

Hingga pada akhirnya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan


pengasingan Ki Hajar Dewantara di Pulau Bangka.

Namun, atas permintaan kedua rekannya yang juga dihukum dan


diasingkan, yaitu dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo,
pengasingan mereka pun dipindahkan ke Belanda.

Pengasingan tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara.

Di Belanda, ia mendalami bidang pendidikan dan pengajaran, hingga pada


akhirnya memperoleh sertifikat Europeesche Akte.
Setelah melewati masa pengasingan pada tahun 1918, Soewardi pun mulai
mencurahkan perhatiannya yang tinggi dalam bidang pendidikan, dengan
tujuan untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

6. Mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa

Pada 3 Juli 1922, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Nationaal


Onderwijs Instituut Taman Siswa atau yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Perguruan Nasional Taman Siswa.

Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional dengan


menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta semangat juang
untuk memperoleh kemerdekaan.Tidak hanya melalui pendirian Taman

Siswa, perjuangan Ki Hajar Dewantara juga melanjutkan menulis di


berbagai surat kabar.

Bedanya, tulisannya kali ini tidak lagi bernuansa politik, melainkan lebih
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Tulisan-tulisannya tersebut berisi konsep-konsep pendidikan dan


kebudayaan yang luas dan berwawasan kebangsaan.

Melalui konsep-konsep itulah ia berhasil meletakkan dasar-dasar


pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

7. Semboyan Ki Hajar Dewantara

Dalam perjuangannya tersebut, ia memiliki beberapa semboyan yang


terkenal, yaitu:

 Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa


memberikan dorongan dan arahan).

 Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru
harus menciptakan prakarsa dan ide).

 Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan baik).

Semboyan-semboyan tersebut masih tetap digunakan dalam dunia


pendidikan kita, hingga saat ini, utamanya di sekolah Taman Siswa.

8. Melepas Gelar Bangsawan dan Mengganti Nama

Pada 3 Juli 1922, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Nationaal


Onderwijs Instituut Taman Siswa atau yang sekarang lebih dikenal dengan
nama Perguruan Nasional Taman Siswa.
Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional dengan
menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta semangat juang
untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak hanya melalui pendirian Taman Siswa, perjuangan Ki Hajar


Dewantara juga melanjutkan menulis di berbagai surat kabar.

Bedanya, tulisannya kali ini tidak lagi bernuansa politik, melainkan lebih
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Tulisan-tulisannya tersebut berisi konsep-konsep pendidikan dan


kebudayaan yang luas dan berwawasan kebangsaan.

Melalui konsep-konsep itulah ia berhasil meletakkan dasar-dasar


pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

7. Semboyan Ki Hajar Dewantara

Dalam perjuangannya tersebut, ia memiliki beberapa semboyan yang


terkenal, yaitu:

 Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa


memberikan dorongan dan arahan).

 Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara


murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide).

 Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan baik).

Semboyan-semboyan tersebut masih tetap digunakan dalam dunia


pendidikan kita, hingga saat ini, utamanya di sekolah Taman Siswa.

8. Melepas Gelar Bangsawan dan Mengganti Nama

Memasuki usia ke 40 tahun, Ki Hajar Dewantara pun melepas gelar


kebangsawanannya, dan mengganti nama aslinya dari Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat, menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Hal tersebut bertujuan agar ia dapat dengan bebas lebih dekat, baik secara
fisik maupun hati dengan rakyat Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, ia diangkat sebagai salah satu pimpinan


pada organisasi Putera, bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta, dan K.H. Mas Mansur.
Berkat perjuangannya tersebut, tak heran jika ia dijadikan pahlawan
nasional untuk pendidikan di Indonesia, serta hari lahirnya, yaitu pada
tanggal 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

9. Menteri Pendidikan Indonesia

Di masa kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara pun diangkat menjadi


Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama di tahun
1950.

Setelah itu Ki Hajar Dewantara juga mendapat gelar doktor honoris causa
dari Universitas Gajah Mada (1959) serta diangkat sebagai pahlawan
nasional pada tahun 1959

Bertugas sebagai menteri pendidikan di Indonesia yang pertama, ia


melakukan berbagai macam pergerakan dan dibahas pada buku Ki Hadjar
Dewantara: Putra Keraton Pahlawan Bangsa.

10. Meninggalnya Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Kota Yogyakarta pada tanggal 26


April 1959.

Lokasi wafatnya di Padepokan Ki Hadjar Dewantara.

Jenazahnya kemudian disimpan di Pendapa Agung Taman Siswa untuk


kemudian dimakamkan di Taman Wijaya Brata pada tanggal 29 April 1959.

Taman Wijaya Brata beralamat di Jl. Soga No.28, Tahunan, Kec.


Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Upacara pemakamannya dipimpin oleh Soehartoyang bertindak sebagai


inspektur upacara saat itu.
PERTANYAAN

1. APA ALASAN MEMILIH TOKOH TERSEBUT ?

JAWAN : karena beliau lah yang membantu pendidikan di


Indonesia dan jasa jasa dalam merintis dalam membangun sekolah

2. TULISKAN BIOGRAFI PAHLAWAN TERSEBUT


CONTOHNYA PENDIDIKAN YANG DARI LAHIR DAN
IDENTITASNYA ?

 JAWAB : Nama Lengkap: Ki Hajar Dewantara

 Nama Asli: Raden Mas Soewardi Soerjaningrat

 Tanggal dan Tempat Lahir: 2 Mei 1889, Kadipaten Paku


Alaman, Yogyakarta

 Meninggal: 26 April 1959, Yogyakarta

 Anak: Bambang Sokawati Dewantara, Syailendra Wijaya, Ratih


Tarbiyah, Asti Wandansari, Subroto Aria Mataram, Sudiro
Alimurtolo

 Pasangan: Nyi Sutartinah

 Tempat pemakaman: Taman Wijaya Brata, Yogyakarta

 Jabatan sebelumnya: Menteri Pengajaran Republik Indonesia


(1945–1945)

3.HASIL KARYA KI HAJAR DEWANTARA1. Buku Bagian


Pertama: Tentang Pendidikan

Buku pertama miliki Ki Hajar Dewantara ini berisikan tentang


gagasan dan pemikirannya dalam pendidikan nasional di Indonesia.

Beberapa pembahasan utama yang terdapat di buku ini adalah


Pendidikan kanak-kanak, Pendidikan Sistem Pondok, Adab dan
etika keteladanan, Pendidikan dan kesusilaan.

2. Buku Bagian Kedua: tentang Kebudayaan

Pada buku ini, Ki Hajar Dewantara menuliskan tentang pendidikan


lagi, tetapi lebih membahas mengenai kebudayaan dan kesenian.
3. Buku Bagian Ketiga: tentang Politik dan Kemasyarakatan

Di bukunya yang ketiga, Ki Hajar Dewantara yang menuliskan


tentang kisah politik yang terjadi di tahun 1913-1922.

Tulisan-tulisan Ki Hajar di buku ini juga menyinggung imperialis


Belanda.

Selain itu, beliau juga menggambarkan tentang kisah perempuan


dan pejuangannya di masa tersebut.

4. Buku Bagian Keempat: tentang Riwayat dan Perjuangan


Hidup Penulis

Pada buku bagian keempat, Ki Hajar Dewantara tidak lagi


menuliskan tentang kisah pendidikan dan politik pada masanya.

Di buku ini, ia lebih banyak mengisahkan tentang kisah kehidupan


dan perjuangan hidup perintis.Itulah biodata dan biografi singkat Ki
Hajar Dewantara yang bisa Moms ajarkan pada Si Kecil.

Anda mungkin juga menyukai