Selain sebagai wartawan, ia juga aktif di berbagai organisasi sosial dan politik.
Ketika tahun 1908, Ki Hajar Dewantara aktif di seksi propaganda organisasi
Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan memebangkitkan kesadaran
masyarakat Indonesia tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam
berbangsa dan bernegara.
Dengan adanya aksi tersebut maka Gubernur Jenderal pada 13 februari 1933
mengeluarkan ordinasi baru yaitu membatalkan “OO 1932” dan berlaku mulai
21 Februari 1933.
Namanya juga diabadikan sebagai salah satu kapal perang di Indonesia yaitu
KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas Rp
20.000 tahun emisi 1998.
Berbagai visi pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat kamu temukan pada buku
Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara karya Bartolomeus Sambo dibawah ini.
Di dalam Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
disebutkan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru di antaranya kompetensi pedagogic artinya bahwa seorang guru harus
mampu mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya. Seorang guru harus memfasilitasi siswanya untuk membentuk
kepribadian baik secara akademik maupun non akademik.
Tidak membedakan agama, jenis kelamin, suku, latar belakang keluarga, serta
status sosial keluarga dalam memberi perlakuan. Pendidik dapat pula
berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan dalam berperilaku sosial, sebab
guru perlu cakap dalam bersosialisasi untuk dapat lebih dekat dengan
siswanya.
Tertib tidak akan tercapai jika tidak ada damai antar manusia. Manusia yang
merdeka lahir dan batin adalah individu yang merdeka perasaaannya dan
merdeka perbuatannya. masyarakat tertib dan damai hanya terwujud dalam
satu kehidupan bersama berdasarkan cinta dan kasih sayang antar sesama,
sama dalam hak dan kewajiban, sama derajat dan martabatnya. Baca secara
lengkap pada buku PENDIDIKAN karakter Ki Hadjar Dewantara.
Sistem yang diterapkan para kolonial Belanda yaitu anak dijadikan budak
yang bisa mereka atur sekehendak mereka. Didikan ini merupakan perkosaan
atas kehidupan batin anak sehingga budi pekertinya rusak disebabkan selalu
hidup di bawah paksaan dan hukuman yang biasanya tidak setimpal dengan
kesalahannya.
Buku ini membahas gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam bidang
Pendidikan di antaranya mengenai Pendidikan nasional. Pendidikan kanak-
kanak, Pendidikan Sistem Pondok, Adab dan etuka keteladanan, Pendidikan
dan kesusilaan. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan bangsa
untuk mendapat kesejahteraan tidak hanya dicapai melalui jalan politik, tetapi
juga melalui pendidikan.
Buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai politik antara tahun 1913-1922 yang
membuat ramai dunia imperialis Belanda dan tulisan-tulisan mengenai wanita
dan perjuangannya.
Pada buku bagian keempat ini, Ki Hajar Dewantara banyak melukiskan kisah
kehidupan dan perjuangan hidup perintis.