Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KRITERIA MUSLIM DI ERA MILLENIAL


JUDULLLLLLLLLLLL
Dosen Pengampu : Abdurrahman Wahid

Disusun Oleh :
Annisa Amelia 1708015179

Progam Studi Psikologi


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Jakarta
2017-2018
BIOGRAFI
KI HADJAR DEWANTARA

PROFIL TOKOH
Nama Lengkap : Ki Hajar Dewantara
Nama Asli : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Profesi : Tokoh Pendidikan
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : Kamis, 2 Mei 1889
Warga Negara : Indonesia
Istri : Nyi Sutartinah
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EBI: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi
Ki Hadjar Dewantara, EBI: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya
dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26
April 1959 pada umur 69 tahun.1 selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD")
adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan
Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi
jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-
orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah

1
Ini adalah versi Perguruan Tamansiswa dan Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,
tokohindonesia.com menyebutkan 28 April 1959 sebagai tanggal wafat.
nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang
kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.2
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada
28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959,
tanggal 28 November 1959).3
Ki Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia
berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat,
saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki
Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di
depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik
secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan
pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah
Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi
tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat
kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda,
Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal.
Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang
wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di
seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi)
dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, yang dikenal sebagai 3 serangkai, ia mendirikan Indische
Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha
mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg
berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11
Maret 1913.

2
Uang Kertas Bank Indonesia Pecahan: Rp. 20.000,-, Bank Indonesia, diakses tanggal 08 Desember 2017. Pada jam 10:38.
3
"Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia"
Karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan
menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Ia melancarkan
kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya
negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk
membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun
mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang
Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua
untuk Satu Juga).4
Tulisan Ki Hadjar Dewantara yang paling terkenal ialah,
Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander was)
    “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta
kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander
memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan
itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan
saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander
diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun
baginya”.5
Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres
milik dr. Douwes Dekker. Akibat karangannya yang menghina itu, pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses
pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan
menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun
dihukum buang ke Pulau Bangka. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda
karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan
hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan

4
Lubis, Ibrahim. Biografi Ki Hajar Dewantara Sebagai Tokoh Pendidikan Di Indonesia. Diakses pada
http://www.anekamakalah.com/2013/12/biografi-ki-hajar-dewantara.html . Jam 16:24.
5
Surat kabar De Expres , 13 Juli 1913
pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh
Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. 6
Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional,
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli
1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik
agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di
Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.
Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah
dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Setelah
zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja
diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional)
yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan
sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor
Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia
pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak
penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta,
untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini
terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan
kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau
konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam
mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.7

ALIRAN FILSAFAT
6
Lubis, Ibrahim. Biografi Ki Hajar Dewantara Sebagai Tokoh Pendidikan Di Indonesia. Diakses pada
http://www.anekamakalah.com/2013/12/biografi-ki-hajar-dewantara.html . Tanggal 09 Desember 2017. Jam 16:58.
7
Bernadib, Imam. 1988. Filsafat Pendidikan. Sistem dan Metode. Andi Offset. Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara termasuk aliran filsafat pendidikan yang menganut definisi
pendidikan, apabila dilihat dari sudut aliran filsafat pendidikan evolusionistis yang lebih
menekankan tangga-tangga psikologis perkembangan manusia. Suatu konsep pendidikan
yang lebih mengarahkan orientasinya pada aspek-aspek kehidupan modern yang kompleks
dan rumit kaitannya, yang lebih individualisis sehingga menuntut kemampuan individual
masing-masing pribadi dalam mengadakan penyesuaian kehidupan psikologsnya. Konsep
tentang anthropologi filsafat kalau tidak dirumuskan dalam definisi pendidikan dapat dicari
pada rumusan tentang tujuan pendidikannya. Sebagai contoh dalam sejarah pemikiran
filsafat pendidikan Indonesia, kita dikenalkan dengan salah satu rumusan tujuan pendidikan
sebagai berikut: “Membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab atas kesejahteraan Negara dan tanah air.” Dalam rumusan ini
hakekat manusia sebagai suatu aspek yang bernilai martabat yang sama, sehinga yang satu
tidak boleh mencaplok atau menghisap yang lain, artinya manusia dihisap warga negara
sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan kejayaan
Negara, dan sebaliknya hilangnya aspek warganegara dan mengarah ke individualisme yang
otomistis. Suatu ilustrasi tujuaan pendidikan yang mengarah ke penghisapan individualitas
manusia ke dalam konsep warganegara adalah definisi pendidikan di bawah ini: “Pendidikan
adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa sarat dan
penyesuaian membuka pada kelompok atau lembaga soial.” Definisi pendidikan ini
disamping berlaku pada Negara totaliter yang dengan monisme kebudayaan, juga berlaku
pada masyarakat yang ketat berpegang teguh mempertahankan tradisi kebudayaannya,
yaitu pada masyarakat yang tradisioal konservatif. Dalam batas-batas tertentu, para sosiolog
lebih dekat pemikiran pendidikan dengan definisi konsep pendidikan di atas. Sedang para
psikolog lebih dekat dekat dengan definuisi oendidikan di bawah ini: “Pendidikan adalah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana individu dibantu mengembangkan daya-daya
kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. ”Perbedaan antara kedua definisi
pendidikan di atas, antara pendekatan sosiologis dan pendwekatan psikologis adalah bahwa
pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dengan
lembaga social di luar individu, sedang pendekatan psikologis meninjau proses pendidikan
dari sudut proses internal dalam diri manusia, sehinga lebih mengarah ke peninjauan
tentang konsep hakekat psikologis, bukan filosofis, dari pada anak didik. 8
8
Tjaya, Thomas Hidya, 2004, Mencari Orientasi Pendidikan, Sebuah Perspektif Historis, Jakarta
PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN
Dalam berbagai sumber tulisan tentang pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan
harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri.
Menurut Kihajar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses
memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Di dalam
mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik
kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya
pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan,
dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis). Menurut Ki
Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri” sebab di sinilah pendidikan
memanusiawikan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang harus
dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta
didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan
demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal yang harus dibedakan yaitu
sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran
bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan).
Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi
berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Keinginan yang kuat
dari Ki Hajar Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingat pentingnya guru yang
memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Beliau sendiri untuk
kepentingan mendidik, meneladani dan pendidikan generasi bangsa ini telah mengubah
namanya dari ningratnya sebagai Raden Mas soewardi Suryaningrat menjadi Ki hajar
dewantara.
Perubahan nama tersebut dapat dimakna bahwa beliau ingin menunjukkan
perubahan sikap ningratnya menjadi pendidik, yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria
yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang
mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan Negara ini. Bagi Ki Hajar
Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan
spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga
menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Yang utama
sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai fasilitator kelas.
Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan,
keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan
di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan
kehendak Tuhan di dunia ini).
Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya
adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa
keselamatan. Menerjemahkan dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tersebut, maka
banyak pakar menyepakati bahwa pendidikan di Indonesia haruslah memiliki 3 Landasan
filosofis, yaitu nasionalistik, universalistic dan spiritualistic. Nasionalistik maksudnya adalah
budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis,
maupun spiritual. Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala
sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah
kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian
tumbuh dalam diri (hati) manusia.
Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip
pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-
masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya
membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan
spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan
memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu
tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan
hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri; setiap orang harus
hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan
pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
Output pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggung jawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Dalam pemikiran
Ki Hajar Dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem
among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan
asuh. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca indera’ (educate
the head, the heart, and the hand).9
Ki Hadjar Dewantara juga memiliki 3 pandangan hidup, yang dikenal sebagai
Semboyan Ki Hadjar Dewantara, yaitu :
Ing Ngarso Sun Tulodo
artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsunyang artinya
saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadiseorang
pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang
disekitarnya.Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan.
Ing Madyo Mbangun Karso
Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Membangun berartimembangkitan atau
menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadimakna dari kata itu
adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampumembangkitkan atau
menggugah semangat . Karena itu seseorang juga harus mampumemberikan inovasi-inovasi
dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan
kenyamanan
Tut Wuri Handayani
artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikandorongan moral
atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialahseseorang harus
memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Doronganmoral ini sangat
dibutuhkan oleh orang – orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat. 10

Terbentuknya Perguruan Taman Siswa


Kondisi sekolah yang ada di tanah air, MULO dan HIS, yang menguntungkan
Pemerintah Kolonial juga menjadi alasan bagi Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan
Perguruan Taman Siswa. Pada masa itu, putra-putri Indonesia yang sekolah di HIS dididik
dengan sistem pendidikan Pemerintah Kolonial, yang jelas sesuai dengan harapan dan
kepentingan mereka. Konten pelajaran-pelajaraan (bacaan) yang diberikan, misalnya
bacaan, baik secara implisit maupun eksplisit merupakan upaya secara sistematis agar
generasi Indonesia melupakan dan merendahkan diri dan martabat bangsanya sendiri.
9
Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.
10
Habibullah. Pendidikan itu penting. Diakses pada https://habibullah88.wordpress.com/2012/09/22/3-pandangan-hidup-
ki-hajar-dewantara-yang-menjadi-semboyan-taman-siswa/ . Tanggal 09 Desember 2017. Jam 20:19.
Pemerintah Kolonial berupaya untuk mengalihkan perhatian generasi Indonesia agar
tidak mengadakan pemberontakan dan mendirikan organisasi atau partai Politik yang
menentang Pemerintah Kolonial. Semua generasi Indonesia yang belajar di HIS dibentuk
sedemikian rupa agar sedapat mungkin tidak menjadi pemimpin bagi bangsanya, tapi
menjadi pegawai (kuli, buruh) Pemerintah Kolonial. Itu berarti upaya sistematik untuk
menjinakkan semangat juang generasi Indonesia,baik dalam bidang politik maupun
jurnalistik.
Ki Hadjar Dewantara memahami betul ke mana arah pendidikan pemerintah Kolonial
itu. Maka ia bercita-cita meningkatkan kesadaran generasi muda untuk menegaskan derajat
dan martabat bangsanya. Ia yakin, jika generasi Indonesia pada masa itu cerdas maka
mereka akan menjadi pembangun kesadaran bangsa untuk bangkit berjuang melawan
segala bentuk penindasan dan merebut kemerdekaan.
Terdorong oleh cita-cita itu, Ki Hadjar Dewantara yang telah mengenal dunia
pengajaran dan pendidikan selama satu tahun di sekolah Adi Dharma, memutuskan untuk
mendirikan sebuah perguruan yang cocok untuk mendidik generasi Indonesia Maka pada
tanggal 3 Juli 1922 didirikanlah sebuah perguruan di Yogyakarta dan dikenal sebagai
Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini kemudian segera berkembang luas ke banyak tempat
di pulau Jawa dan luar Jawa: Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Ambon.
Kelahiran Perguruan Taman Siswa jelas menjadi tandingan bagi sekolah-sekolah milik
Pemerintah Kolonial. Perguruan Taman Siswa ini sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang
untuk memperoleh kemerdekaan. Kondisi ini tentu menjadi ancaman bagi Pemerintah
Kolonial. Semakin banyak orang yang belajar ke dan tamat dari Perguruan Taman Siswa,
semakin banyak generasi Indonesia yang berani membangkang dan melawan kebijakan
politik Pemerintah Kolonial. Artinya pula, semakin banyak generasi yang siap menjadi
pemimpin, paling kurang untuk dirinya sendiri, kelompok-kelompok sosial seperti
“Paguyuban Selasa Kliwon” itu, bahkan bisa jadi dalam bentuk Partai Politik sekaliber PNI
yang berdiri pada tahun 1927 itu.
Eksistensi Perguruan Taman Siswa dirasakan Pemerintah Kolonial mulai menjadi
ancaman bagi mereka. Oleh karena itu, mereka mulai mencari-cari alasan untuk menutup
perguruan ini. Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa.
Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi
Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Salah satu pasal dalam undang-undang tersebut
dipandang Ki Hadjar Dewantara mengancam eksistensi sekolah-sekolah swasta sebab
berbunyi bahwa Pemerintah Kolonial mempunyai kekuasaan penuh untuk mengurus ujud
dan isi sekolah swasta. Itu berarti seluruh aktivitas sekolah swasta dan instrumen-
instrumennya diatur oleh Pemerintah Belanda.
Ki Hadjar Dewantara tentu merasa keberatan terhadap kebijakan ini sebab
membatasi secara sepihak setiap aktivitas sekolah swasta. Kebijakan tersebut bahkan dapat
secara sepihak pula menghentikan seluruh aktivitas sekolah swasta atau memutuskan
kelangsungannya. Artinya, sekolah swasta selain menderita karena tidak mendapatkan
subsidi dari Pemerintah Kolonial, juga dapat gulung tikar. Menanggapi keresahan keluarga
besar Taman Siswa terhadap Undang Undang Sekolah Liar tersebut, Ki Hadjar Dewantara
pada intinya menandaskan perlunya perlawanan dengan kekuatan tenaga secara aktif dan
pasif. Gagasan Ki Hadjar ini didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti dr. Soekiman, Drs. Moh.
Hatta (yang pada waktu itu menjabat sebagai Pemimpin Pendidikan Nasional Indonesia),
dan para pengurus besar organisasi pada masa itu (Budi Utomo, Muhamadyah, Istri Sedar,
Partai Indonesia, PSII, PPKIT dan seluruh rakyat Indonesia. Kecuali itu, Ki Hadjar Dewantara
juga mendapat dukungan dari insan Pers, yang memberitakan isi pikiran Ki Hadjar tentang
inti perlawanannya. Sebagai buah awal perjuangannya itu, pada tanggal 19-21 Oktober 1932
Kuasa Pemerintah untuk Urusan Umum di dalam Dewan Rakyat, Mr. Kiewiet de Jong datang
berunding di pondok Dewantara. Pertemuan keduanya tidak mengatasnamakan pihak lain,
tapi mengatasnamakan diri sendiri untuk menemukan solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
Pembicaraan keduanya diceritakan berlangsung tenang dan saling menghargai hak dan
kepentingan masing-masing pihak. Hasil pembicaraan keduanya dapat diringkaskan bahwa
Undang-Undang Sekolah Liar dipandang belum dapat diterapkan dan karena itu harus
ditunda.
Sebagai penggantinya adalah menghidupkan lagi ordonansi lama dari tahun
1923/1925. Ketetapan penundaan Undang-Undang Sekolah Liar 1932 itu telah
disahkan Staatsblad 21 Februari 1933, no. 66. Berkat kegigihan Ki Hadjar dalam
memperjuangkan hak-haknya dan dengan dukungan segenap pihak (masyarakat, tokoh-
tokoh masyarakat dan pers) ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di
Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik
ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan
buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional
bagi bangsa Indonesia.
Di zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap
dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam
tahun 1943, Ki Hadjar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir.Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman kemedekaan, Ki Hadjar Dewantara
pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan
pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari
Pendidikan Nasional, tetapi  juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui
surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. 11

PERSENTUHAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM


Pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara menurut pandangan Islam antara lain
meliputi:
1. Hakekat manusia yang memiliki kodrat alam yang merupakan potensi dasar manusia
yang disejajarkan dengan fitrah manusia;
2. Tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara jika dilihat dalam pandangan Islam adalah
menjadi manusia yang merdeka dan mandiri sehingga menjadi pribadi yang
membuatnya menjadi insan kamil dan mampu memberi kontribusi kepada
masyarakatnya;
3. Konsep Tut Wuri Handayani yang merupakan bagian dari metode among dalam
Islam sama dengan metode keteladanan, metode kisah, metode nasehat, dan
metode targhib dan tarhid;
4. Pendidikan budi pekerti Ki Hajar Dewantara dalam Islam sama dengan pendidikan
akhlak sehingga seseorang menjadi manusia yang dapat menghormati dan
menghargai manusia lainnya dan dapat tercipta pendidikan humanistik.12

11
Dewantara, Ki Hadjar, 1954. Masalah Kebudayaan. Pertjetakan Taman Siswa, Jogjakarta. Diakses pada
http://teoribagus.com/perjuangan-pemikiran-pendidikan-ki-hadjar-dewantara . Tanggal 10 Desember 2017. Jam 20:40.
12
Djumhur, H. Danasaputra, 1976. Sejarah Pendidikan, Pustaka Ilmu, Bandung. Pikiran Rakyat, Selasa 23 Maret 2010, hal.
22.

Anda mungkin juga menyukai