Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
ANOTASI BIBLIOGRAFI
31. Kusmayadi, Y. (2018). Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955
Terhadap Kemerdekaan Negara-Negara di Benua Afrika. Jurnal Agastya, 8
(1), 15-34. [Online]. Diakses dari: http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/view/1586/1484
Adanya kesamaan latar belakang yang nasib penjajahan oleh bangsa
Barat atau pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di kawasan Asia dan
Afrika, telah membangkitkan semangat untuk bekerja sama satu sama lain
dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh PD II dan kemunculan
Perang Dingin. Mengingat banyak kasus yang ditimbulkan maka gagasan
untuk mengadakan pertemuan antara negara-negara Asia dan Afrika
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
dilakukan di Bogor dan Colombo, hingga akhirnya tercetuslah gagasan untuk
mengadakan Konferensi Asia dan Afrika di Bandung tahun 1955, dengan
dihadiri 29 negara Asia dan Afrika.
Tujuan yang diharapkan dari berlangsungnya KAA adalah menjalin
kerjasama dan persahabatan, memecahkan masalah, serta mengusahakan
perdamaian dunia. Hasil dari KAA membahas tentang kerjasama dalam
bidang ekonomi, kebudayaan, perdamaian dunia dan kerjasama dunia, upaya
untuk negara-negara yang belum merdeka, serta penegakan HAM. Selain itu
melahirkan dasar politik untuk pelaksanaan perdamaian dan kerjasama dunia
yang disebut Dasa Sila Bandung. Upaya untuk mengadakan KAA di Aljazair
(1964), karena keadaan politik negara tersebut. Hasil dari KAA, dapat
membantu negara-negara di Afrika yang belum merdeka dan akhirnya
merdeka setelah KAA seperti Sudan, Tunisis, Aljazair, Maroko, dan Kenya.
Meskipun dalam jurnal ini secara garis besar menggambarkan
bagaimana pengaruh KAA untuk kebangkitan negara-negara Afrika, namun
perlu disadari keberadaan negara-negara Asia yang telah bangkit dari
penjajahan menjadikan pembelajaran bagi negara Afrika untuk meningkatkan
jiwa nasionalismenya lepas dari penjajahan bangsa Barat, dan penggunaan
bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami.
32. Dania, S.(2013). Kekalahan Amerika Sebagai Negara Super Power Pada
Saat Perang Vietnam (1954-1975). Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 9
(1), 35-46. [Online]. Diakses dari:
http://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalIlmiahHubunganInternasiona/article/vie
w/539/523
34. Asriyah. (2017). Perkembangan Islam Di Pakistan. Jurnal Rihlah, 5(2), 102-
113. [Online]. Diakses dari: http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/4164/3864
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
Negara Pakistan memiliki catatan sejarah yang cukup panjang
berkaitan dengan agama terutama antara Islam dan Hindu. Penduduk muslim
Pakistan berasal dari penduduk muslim di India yang ingin merdeka dan
memiliki negara sendiri. Islamisasi penduduk muslim di India dipengaruhi
oleh penyebar agama Islam bernama Mahmud Gaznawi (971-1030) dan
perkembangan kerajaan Mughal, dan keberadaan konflik antara umat Islam
dan Hindu tetap berlanjut hingga kedatangan Inggris menjajah India. Keadaan
Islam di India dalam politik diwakili oleh Liga Muslim India yang dipelopori
oleh Muhammad Iqbal dan dilanjutkanoleh Muhammad Ali Jinnah yang
bersikeras ingin menyatukan penduduk muslim di wilayah Utara dalam suatu
negara yaitu Pakistan, dan akhirnya berhasil mendapatkan konstitusi dari
Inggris dan lahir Pakistan sebagai negara merdeka (15 Agustus 1947), dan
Muhammad Ali Jinah sebagi Gubernur Jenderal.
Selepas kepergian mendiang Jinnah, keadaan politik di Pakistan
semakin kacau, antara tokoh politik yang berdasarkan pada hukum Islam
Syariah dan hukum Islam sekuler hingga memunculkan tokoh-tokoh ternama
seperti Ayb Khan, Zulfikar Ali Bhutto, Zia Ulhaq, dan kontroversi
kepemimpinan Benazir Bhutto sebagai pemimpin wanita pertama di Pakistan,
dan konflik antara Pakistan Barat dan Timur yang akhirnya Pakistan Timur
memisahkan diri sebagai negara Bangladesh. Konflik yang melanda Pakistan
adalah antara kaum konservatif dan modernis. Dapat disimpulkan dalam
jurnal ini penulis berupaya menjelaskan pembahasan mengenai sejarah awal
berdirinya Pakistan, perkembangan politik, dan konflik yang trejadi
didalamnya tersebut dikemas dengan bahasa yang komunikatif, singkat, jelas,
dan padat. Jurnal ini memiliki 12 halaman yang dapat dijadikan referensi
bacaan mengenai perkembangan nasionalisme di Asia Selatan.
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
35. Sahide, A. (2013). Konflik Syi’ah-Sunni Pasca-The Arab Spring. Kawistara, 3
(3), 227-334. [Online]. Diakses dari:
https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/download/5225/4277
Konflik Syi’ah dan Sunni merupakan suatu konflik yang telah
berlangsung lama sejak masa lalu. Berdasarkan catatan sejarah konflik ini
juga telah terjadi ketika masa kepemimpinan Dinasti Fathimiyah menganut
Syi’ah Ismailiyah yang cukup lama berkuasa (909-1171 M), hingga dapat
ditaklukan oleh Dinasti Ayubiyah pimpina Salahudn Al Ayubi. Perbedaan
pandangan politik antara Syi’ah dan Sunni secara garis besar meliputi
perbedaaan pandangan Syi’ah yang tidak mengakui keberadaan Sahabat
Rasulullah SAW sebagai khalifah, hal ini bertentangan dengan pemahaman
Sunni. Konsep Imamah juga merupakan hal yang menjadikan perbedaan
antara Sunni dan Syi’ah, karena Syi’ah mempercayai keberadaan 12 imam.
Kekuatan politik Syi’ah sangat kuat hingga dapat menguasai wilayah
(saat ini Iran) hingga terkenal sebagai pusat Syi’ah di dunia hingga saat ini.
Keberadaan Dinasti Safawiyah, Dinasti Qajar, dan Dinasti Pahlevi memiliki
peran penting dalam perkembangan Syi’ah di Iran hingga akhirnya Iran
mengalami Revolusi Iran oleh Imam Khomeini, menjadikan Iran semakin
kuat, hingga menimbulkan konflik dengan negara-negara yang lain seperti
dengan Irak masa Perang Teluk dan pembantaian umat Syi’ah oleh Saddam
Husein (2013), mendukung rezim Bashar al-Assad (penganut Syi’ah), dsb.
Hal ini juga memberikan dampak pada Indonesia yang secara hati-hati mulai
mewaspadai keberadaan jaringan Syi’ah di Indonesia. Secara garis besar
bahwa Syi’ah dan Iran merupakan satu ikatan yang sangat kuat dan tidak
dapat dilepaskan, keberadaannya menimbulkan ketakutan sekaligus dianggap
menyimpang dari ajaran Islam yang telah ada, hingga menimbulkan konflik-
konflik baru antara Syi’ah dan Sunni. Jurnal ini dapat menjadi bahan referensi
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
untuk memahami perkembangan Syi’ah dan hubungannya dengan dunia
internasional.
36. Muzammil, M. (2010). Dr. Burhanuddin Al-Helmi: Kegiatan Nasionalisme
Dan Politik Di Zaman Pendudukan Jepun, 1940-1945. Jurnal Sejarah, 18
(18), 111-122. [Online]. Diakses dari:
http://jice.um.edu.my/index.php/SEJARAH/article/view/9222/6530
Nasionalisme yang berada dalam ruang lingkup tanah Melayu juga
turut berkembang pada masa pendudukan Jepang. Tokoh yang berperan
penting saat itu adalah Dr. Burhanuddin yang memperjuangkan kemerdekaan
Malaysia bersama dengan Indonesia. Beliau mempropagandakan nasionalisme
melalui gerakan-gerakan di pelosok kampung-kampung, karena janji pihak
Jepang tidak dapat dipercaya begitu saja dalam menjanjikan kemerdekaan.
Dengan tekad yang kuat untuk membentuk “Gagasan Melayu Raya” yang
diharapkan olehnya. Sekitar April 1945, beliau pergi ke Indonesia untuk
menemui Soekarno-Hatta dalam membahas kemerdekaan Melayu yang
dimasukkan pada kemerdekaan Indonesia juga saat itu.
Harapannya tersebut sempat akan terwujud melalui pertemaun di
Taiping dengan dengan Indonesia yang menghasilkan Kesatuan Rakyat
Indonesia Semenanjung (KRIS) bersama dengan Hassan Manan Ali. Namun,
gagasan teresbut mengalami kegagalan karena pihak Jepang tidak dapat
memenuhi janjinya sendiri pada Indonesia dan Melayu, hingga berakhir pada
kedatangan Inggris yang kembali menjajah Melayu saat itu. Jurnal ini
berupaya menjelaskan bagaimana nasionalisme yang berkembang dalam
usaha memperjuangkan kemerdekaan tanah Melayu dari Jepang, namun
mengalami kegagalan. Jurnal ini sangat menarik untuk dibaca karena
membahas latar belakang yang berkaitan dengan wilayah Melayu yang hampir
menjadi bagian dari Indonesia, namun jurnal ini perlu kajian secara lebih
lanjut dalam membacanya karena menggunakan bahasa Melayu.
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
37. Dewi, I. M. (2008). Nasionalisme Dan Kebangkitan Dalam Teropong.
Mozaik, 3 (3), 13-33. [Online]. Diakses dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ita-mutiara-dewi-sip-
msi/nasionalisme-dan-kebangkitan-mozaik.pdf
Nasionalisme merupakan suatu bentuk pandangan yang dianut oleh
kelompok bangsa dengan latar belakang persamaan nasib, sejarah,
pengalaman untuk mencapai suatu kejayaan. Nasionalisme yang terjadi di
dunia terpengaruhi oleh adanya nasionalisme dunia barat dengan ditandai oleh
adanya keruntuhan kerajaan Roma (Eropa Barat), dan penaklukan oleh orang-
orang Normandia terhadap Inggris, dan perkembangan abad ke-20 mengarah
pada nasionalisme yang bersifat totaliter. Sementara dunia Islam mengenal
nasionalisme secara terkenal Daulah Islamiyah yang berkembang pesat,
namun hal ini dapat ditaklukan oleh Mustafa Kemal Attaturk.
Namun, nasionalisme jug memiliki pro dan kontra yang dikhawatirkan
dapat menimbulkan konflik. Dijelaskan pula bagaimana kelompok umat Islam
memiliki ciri khas masing-masinfg seperti fundamentalis, tradisionalis,
modernis, dan sekuleris. Dapat disimpulkan bahwa jurnal ini berupaya
menjelaskan tentang bagaimana perkembangan nasionalisme yang meliputi
dunia Barat dan Islam. Dalam hal ini Islam berupaya untuk menekakan upaya
persatuan dan kesatuan. Jurnal ini menggunakan bahasa yang cukup
komunikatif dan mudah untuk dipahami, maka dapat dijadikan sebagai
sumber rujukan bahan pembelajaran.
38. Suyanto, I. (2011). Soekarno And Sun Yat Sen Struggling For Liberty And
Nationalism1. Sociae Polites, Edisi Khusus, 55-70. [Online]. Diakses dari:
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/sp/article/view/462/349.
Nasionalisme yang dibentuk oleh kedua tokoh ini yaitu Ir. Soekarno
dan Sun Yat Sen pada dasarnya adalah sama yaitu berupaya melawan
pengaruh politik asing yang saat itu berkuasa atas negara mereka. Penulis
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
berupaya menjelaskan bagaimana karakteristik nasionalisme yang diterapkan
oleh keduanya dalam jurnal yang berjumlah 16 halaman ini. Antara keduanya
memiliki karakteristik yang menarik untuk diketahui, yaitu belajar dari Barat
bagaimana upaya nasionalisme untuk terbebas dari belenggu penjajah saat itu,
namun tetap didampingi dengan pemikiran-pemikiran yang berasal dari diri
sendiri melalui perenungan yang kreatif.
Meskipun mendapat serangkaian rintangan untuk membebaskan
negaranya masing-masing, namun antara Sun Yat Sen dengan Sun Min Zhuyi
atau Three Principles of the People yang dibuktikan dengan keberhasilannya
melakukan Revolusi China dan menjadikan China sebagai negara Republik,
sedangkan Soekarno dengan Pancasila yang juga dapat menghantarkan pada
kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945. Keduanya memiliki tujuan yang
sama untuk memperbaiki keadaan rakyat yang terbelenggu.
39. Wibawarta, B. (2006). Bushido dalam Masyarakat Jepang Modern. Wacana,
8 (1), 54-66. [Online]. Diakses dari:
http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/download/246/235
Negara Jepang merupakan salah satu negara yang menarik mengenai
sejarah yang meliputinya. Penulis berupaya menuliskan hal yang sangat
penting dalam sejarah Jepang yang memiliki pengaruhnya hingga saat ini,
yaitu semangat Bushido. Tentu telah kita ketahui bahwa semangat ini dimiliki
oleh para samurai sejak zaman Tokugawa. Namun, seiring perjalanan sejarah
yang berlangsung Jepang mengalami suatu perubahan yang cukup besar,
dengan bermula pada politik Sakoku (menutup diri) dilanjutkan pada
Restorasi Meiji yang melakukan upaya modernisasi secara besar-besaran
dalam berbagai bidang. Upaya ini merupakan proses belajar Jepang melalui
meniru Barat karena ketertinggalannya. Semangat Bushido mulai dilakukan
secara terang-terangan pada masyarakat biasa.
Upaya yang dilakukan adalah melalui ajaran Buddha Zen,
Konfusianisme, dan Shinto yang masing-masing memiliki nilai untuk
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
menjunjung tinggi kesetiaan pada kaisar. Bahkan hal ini semangat Bushido
tetap berlanjut, hingga cukup banyak kasus yang ditemukan yaitu Seppuku
karena merasa gagal dalam melakukan sesuatu dan bersalah kepada orang
yang dihormati seperti atasan dalam bekerja, guru, dsb. Namun, untuk saat ini
sikap tradisional tersebut diaplikasikan melalui kerja keras terhadap suatu
pekerjaan, meskipun dengan arus modern yang semakin hari kian mengancam.
Penulis berupaya menjelaskan secara sederhana bagaimana pengaruh Bushido
yang telah berlangsung sekian lama hingga saat ini dan tetap terjaga meskipun
disesuaikan dengan keadaan yang ada.
40. Adriani, S. D. (2003). Eksistensi Agama Shinto Dalam Pelaksanaan Matsuri
Di Jepang. Jurnal LINGUA CULTURA, 1 (2), 132-141. [Online]. Diakses dari:
http://journal.binus.ac.id/index.php/Lingua/article/view/319
Keberadaan agama dalam suatu negara sangat penting adanya, karena
agama akan menjadi ciri khas yang mudah diingat. Hal ini berupaya
dijelaskan oleh penulis melalui jurnalnya dengan jumlah 13 halaman ini
mengenai agama Shinto yang berpengaruh terhadap upacara Matsuri di
Jepang. Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua di Jepang yang
telah ada sejak masa pra-sejarah, hingga kemudian bermunculan agama-
agama lainnya seperti Buddha, Kristen, dll. Namun, keberadaan agama di
Jepang merupakan suatu hal pribadi saat ini dan tidak terlalu di publikasikan
apabila ada yang bertanya mengenai agama yang dianutnya.
Agama Shinto tentu memiliki pengaruh yang besar dalam perjalanan
sejarah di Jepang. Hal ini turut serta menjadi bagian suatu upacara yang
disebut dengan Matsuri. Upacara ini merupakan pemujaan terhadap dewa atau
melayani dewa. Tentu perayaan ini menjadi sangat penting karena merupakan
jalan untuk komunikasi dengan dewa secara “spesial” melalui upacara pada
waktu tertentu. Penulis berupaya menjelaskan dengan hati-hati bagaimana
pengaruh Matsuri yang berupaya menujukkan peranan dari agama Shinto
Nama: Nabilah Fikriyyah
Kelas: 6-A
Mata Kuliah: Sejarah Kebangkitan Negara-Negara Asia
Tugas: Anotasi
dalam masyarakat yang sangat besar dan tetap menjunjung tinggi kebudayaan
tradisional di tengah-tengah budaya yang modern.