PAGUYUBAN PASUNDAN
KEPASUNDANAN
TUJUAN UTAMA ORGANISASI
PAGUYUBAN PASUNDAN
Titik awal pergerakan Paguyuban Pasundan secara esensial bergerak dalam menentang penjajahan
bersiasat dengan memilih cara Kooperatif, tapi hal ini tidak dicantumkan secara ekplisit dalam AD-
ART, Secara resmi organisasi ini bergerak di bidang sosial-budaya.
Adapun kegiatan awal pada waktu itu, dengan implementasi kegiatan menerbitkan majalah,
memelihara dan mempertahankan serta mengembang-kan bahasa Sunda untuk digunakan sehari-
hari,membangkitkan minat terhadap sejarah Sunda dan pengetahuan tentang kehidupan masyarakat,
khususnya di tanah Sunda.
Menyebarkan tulisan-tulisan yang berguna, menyelenggarakan ceramah-ceramah dan bacaan bacaan,
memajukan pengetahuan berbahasa, khususnya bahasa Belanda (Suharto, th terbit). Hal tersebut
memiliki maksud untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat Sunda, serta memperbaiki kehidupan
lahir batinnya melalui pendidikan.
TUJUAN UTAMA ORGANISASI
PAGUYUBAN PASUNDAN
Hal tersebut dimaksudkan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia. (tercantum dalam
AD yang disahkan oleh Pem. Hindia Belanda pada tanggal 9-12-1914 pasal 2 dan jiwa serta
semangatnya masih tercantum dalam AD-ART yang sekarang) yang berbunyi : ngabagjakeun
karaharjaan rahayat DI Pasundan (kata DI, sengaja ditulis dengan huruf besar agar "rahayat" tidak
diartikan orang Sunda saja) ku jalan mantuan ngomean akal-pikiran, adab-adab jeung kemajuan
campur-gaul, mangaruhan atikan jeung pengajaran, nya kitu deui daya karya jeung kahirupannana
kaomean. (MOh.Koerdi-Perjoangan Paguyuban Pasundan) Ketr: Aslinya dalam Bah. Belanda.
Pasal ini dimasukkan ke dalam AD yang sekarang, Bab II pasal 3 ayat b dan C. Berbunyi : Ngahontal
kabagjaan lahir-batin masyarakat Indonesia dsb.
Setelah terjadinya pemberontakan G-30 S PKI anggaran dasar (AD) dengan jelas menyebutkan bahwa
di samping tugas umum yang tercantum dalam AD-ART, juga secara khusus Paguyuban Pasundan
mempunyai “misi khusus”, ialah: Mengagungkan agama Islam.
TUJUAN UTAMA ORGANISASI
PAGUYUBAN PASUNDAN
Banyak cara untuk memberdayakan masyarakat pada saat itu, baik yang dilakukan oleh
perseorangan maupun kelompok. Paham anti penjajahan semakin menyebar, baik itu melalui
serikat, kelompok masyarakat lokal maupun dengan cara-cara lain.
Tetapi kaum terpelajar, khususnya nonoman Sunda (Pemuda Sunda) di Stovia memilih untuk
Melakukan perjuangan dengan caranya sendiri.
Para pendiri Paguyuban Pasundan sadar betul, Sumber Daya Manusia adalah modal
perjuangan yang paling utama.
Berbeda dengan organisasi-organisasi perjuangan lainnya, Paguyuban Pasundan memilih
bidang pendidikan, bidang yang tidak banyak dipilih oleh organisasi lain pada saat itu.
ORIENTASI PAGUYUBAN PASUNDAN
Paguyuban Pasundan berdiri bersamaan dengan situasi yang mencekam karena Belanda
sedang menunjukan kedigjayaanya. Adalah Raden Mas Dayat, seorang pelajar Stovia yang
sering berdiskusi dengan tokoh-tokoh lainnya.
Diantaranya: Iskandar Brata, R. Emoeng Poerawinata, R. Koesoema Soedjana, R.
Djeondjoenan, M. Iskandar, M. Adiwangsa, M. Sastraprawira. Rumah yang sering dipakai
untuk berdiskusi adalah rumah Daeng Kanduruan Ardiwinata, seorang tokoh berdarah
campuran, Bugis-Sunda. Di Gang Paseban, Jakarta.
Terpilihnya Daeng Kanduruan Ardiwinata sebagai Ketua Paguyuban Pasundan saat itu,
menimbulkan berbagai spekulasi. Terlebih karena pada waktu itu adanya kecurigaan dari
organisasi lain yang, seolah-olah Pasundan tidak mau bergabung dengan kelompok lain, atau
dianggap memiliki agenda tersendiri.
Daeng Kanduruan Ardiwinata adalah tokoh yang dianggap netral, dan dianggap mampu
merepresentasikan bahwa Paguyuban Pasundan merupakan organisasi kemasyarakatan yang
netral.
ORIENTASI PAGUYUBAN PASUNDAN