ORGANISASI PAGUYUBAN
PASUNDAN
KEPASUNDANAN
LATAR BELAKANG BERDIRINYA PAGUYUBAN
PASUNDAN
Hana Nguni Hana Mangke, Tan Hana Nguni Tan Hana Mangke (Ada masa lalu, masa sekarang dan
masa yang akan datang harus lebih baik).
Begitulah nenek-moyang orang Sunda berpandangan tentang hidup. Paling tidak orang Sunda jaman
dulu sudah memiliki visi yang lengkap, tentang sejarah (Masa lalu), masa kini dan masa yang akan
datang.
Pandangan lain yang berkaitan dengan kehidupan, secara filosofis, antaranya: Hirup katungkul kupati
piraku pah rek teu nyaho dimangsa. Pandangan ini menunjukan kepercayaan orang Sunda terhadap,
kehidupan lain, setelah kematian. Adapula pandangan secara spiritual”hirup ongkoh nyeukel obor tapi
masih neangan seuneun.
Dalam pandangan Barat, Sejarah adalah politik di masa lalu, dan politik adalah sejarah masa
sekarang. Politik tanpa sejarah ibarat pohon tak berakar, dan sejarah tanpa politik ibarat pohon tak
berbuah.
SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
Tidak banyak pemuda-pemuda Sunda yang memiliki pengetahuan dan minat terhadap organisassi
pada saat ini. Mereka yang terlibat dengan pendirian organisasi Pasundan hanya 7 (tujuh) orang,
nonoman Sunda (pemuda Sunda) yang bersekolah di sekolah kedokterin Stovia secara pro-aktip
adalah:
Mas Dayat
Raden Djundjunan Setiakusumah,
Raden Gumira Kusuma Sujana, Sedangkan Daeng Kanduruan Ardiwinata yang ditunjuk sebagai
Ketua pertama, sebenarnya tidak termasuk dari ketujuh tokoh
Asikin, tersebut. Namun Ardiwinata adalah sosok yang dianggap lebih
Muhammad Juhana, cocok untuk jabatan tersebut, karena selain memiliki
kepribadian dan minatnya terhadap masyarakat Sunda; juga dari
Abdul Fatah, segi usia tentu lebih dewasa dan berpengalaman.
Slamet Iskandar
SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
Usia mereka ketika itu antara 21-22 tahun. Setiap malam Minggu mereka
berkumpul, ngobrol berbincang dan berdiskusi masalah masah sosial
kemasyarakatan. Mereka sering menemui Daeng Kanduruan Ardiwinata yang
dijadikan sesepuh oleh mereka. Karena mereka sering berkumpul, lama-lama
makin tumbuh rasa cinta kepada pakusarakan/daerahnya sendiri yakni kepada
bahasa dan budaya Sunda. Mereka sadar bahwa diperlukan sebuah ikatan dalam
organisasi. Mereka yakin, orang Sunda akan maju jika bersatu dan yang
menyatukannya tidak bisa oleh orang lain tapi harus oleh orang Sunda sendiri.
SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
Keyakinan para pemuda Sunda yang jadi siswa Stovia sebagaimana diuraikan di
atas, disampaikan kepada Daeng Kanduruan Ardiwinata. Beliau setuju sekali.
Akhirnya, pada hari Minggu 20 Juli 1913 di rumah Daeng Kanduruan Ardiwinata,
di Gang Paseban, Salemba, Jakarta, diadakan pertemuan untuk mematangkan
berdirinya organisasi yang dikehendaki/Pasundan.
Mereka yang ikut pada pertemuan itu adalah para siswa HBS, KWS dan STOVIA,
di antaranya Oto Kusuma Subrata, Lukman Jayadiningrat, Achmad Juhra,
Sutadinata dan Ashari. Pada pertemuan itu semua yang hadir sepakat untuk
mendirikan organisasi yang diberi nama PASUNDAN.
SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
Setelah organisasi Pasundan resmi disetujui oleh semua yang hadir, selanjutnya ditetapkan para pengurusnya
yang diketuai oleh Mas Dayat Hidayat, serta menyusun Anggaran Dasarnya, yang memiliki tujuan organisasi
Pasundan yaitu :
Sunda …
Sunda ,….
Sunda …
Sunda …. (1 – 4 naskah hilang)
Memelihara bahasa dan budaya Sunda
Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan bahasa Belanda
Ikut serta memajukan pengetahuan dan wawasan orang Sunda
Tidak akan ikut campur/terlibat pada urusan pemerintahan dan negara
Kepengurusan Raden Mas Dayat Hidayat hanya bersipat sementara, sebelum kepengurusan resmi dan lengkap
dibentuk, selama sampai 7 bulan, dan berakhir sampai tanggal 22 Februari 1914 .
SEJARAH PAGUYUBAN PASUNDAN
Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 46 tanggal 9 Desember 1914, Perkumpulan Pasundan secara
resmi diizinkan untuk mengadakan kegiatan. Setelah menerima pengesahan dari pemerintah,
Perkumpulan Pasundan menyempurnakan tujuannya.
Adapun tujuan tersebut diantaranya: untuk memajukan rakyat Pasundan agar bertambah
kesejahteraannya dengan cara berupaya meningkatkan kepintaran dan kehidupannya serta mengubah
periiakunya melalui pengajaran di rumah dan di sekolah.
Selain itu, mencerdaskan pikirannya agar kekuatannya bertambah sehingga kehidupannya pun
bertambah." Intinya, Perkumpulan Pasundan bertekad Memerangi Kebodohan dan Kemiskinan.
(Catatan: Kata memerangi yang dimaksud adalah: menanggulangi).
Dalam istilah masa kini yaitu mengentaskan kemiskinan dan memerangi kebodohan.implementasi
untuk mencapai tujuan tersebut, Pasundan memilih Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan untuk
menyesuaikan dengan visi dan misi tersebut, pada awal tahun 1914 Perkumpulan Pasundan berubah
nama, menjadi PAGUYUBAN PASUNDAN, hingga sekarang.
PENGURUS PERTAMA
Ketua : Daeng Kanduruan Pimpinan Redaksi Balai Pustaka
Ardiwinata
kelinci
TUJUAN PAGUYUBAN PASUNDAN
Tujuan paguyuban ini adalah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat Sunda dengan jalan ikut
serta memperbaiki kecerdasannya, kehidupan lahir batinnya melalui pendidikan dan pengajaran
dengan berupaya meningkatkan pengetahuan rakyat dan karenanya memperbaiki sarana kehidupan
dan penghidupannya.
Dalam memperjuangkan tujuan tidak tergantung kepada agama keyakinan cita-cita kenegaraan
atau ideologi. Melihat isi dari tujuan Paguyuban Pasundan jelas bahwa sangat besar pengaruh
Barat di dalam liberal dan humanistis dapat mengerti bahwa pemerintah kolonial terutama dari
golongan etis politik sangat puas atas isi tujuan Paguyuban Pasundan itu.
Berdasarkan statuta tadi daerah perjuangan paguyuban terbatas kepada daerah Jawa Barat saja.
Walaupun demikian Paguyuban Pasundan menerima juga anggota dari etnis luar Jawa tatar Sunda
sebagaimana tertulis dalam pasal 5 paguyuban terdiri dari anggota biasa khusus bangsa pribumi.
TUJUAN PAGUYUBAN PASUNDAN
Bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya terbuka bagi penduduk Jawa Barat dan
Madura Paguyuban Pasundan dapat menerima anggota dari daerah-daerah lainnya di Indonesia
pada tahun-tahun pertama bahkan banyak anggota yang bukan bangsa pribumi Indonesia seperti
C.M Pleyte, Dr Hazeu, dan Mr. Tn. Van Deventer.
Paguyuban Pasundan perjuangannya pada permulaan berdirinya Paguyuban Pasundan giat dalam
bidang sosial dan kebudayaan.
Pada tahun 1918 masuk orang-orang ke dalam Paguyuban Pasundan yang beranggapan bahwa
Paguyuban Pasundan harus aktif pula dalam bidang politik. Golongan ini umumnya berasal dari
serikat perserikatan yang bergerak di bidang politik kenegaraan seperti Serikat Islam insulin dan
lain-lain.
TUJUAN PAGUYUBAN PASUNDAN
Para anggota Paguyuban Pasundan kebanyakan mereka takut atas Peraturan keras dan ketat dari
pemerintah kolonial terhadap pergerakan pergerakan politik dengan didirikannya VOC pada
tanggal 8 Mei 1918 pemerintahan Belanda memberikan kesempatan kepada perkumpulan bangsa
Indonesia untuk memasuki bidang politik sejak itu Paguyuban Pasundan menjadi perkumpulan
politik tetapi ingin agar diakui oleh pemerintah kolonial Indonesia keabsahannya dan pengakuan
itu Diterima pada tanggal 13 Juni 1919 di mana Paguyuban Pasundan secara sah menjadi
perkumpulan politik, di samping menggeluti bidang bidang sosial budaya ekonomi dan
pendidikan baru Pada kongres tahun 1930 tujuan politik dan ditetapkan yang berbunyi sebagai
berikut Paguyuban Pasundan mengaku hak-hak bangsa Indonesia dalam bidang kebudayaan dan
etnisnya masing-masing.
Dengan mengingat nasib bersama bangsa Indonesia secara keseluruhan Paguyuban Pasundan
menginginkan mengadakan aksi politik aksi politik bersama Paguyuban Pasundan akan
mengadakan segala daya upaya memperkuat dan menyempurnakan.
Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan dari
tahun 1913 Hingga 2015/2020
Raden Mas Dayat Hidayat (Ketua R. Oto Iskandar di Nata (1929- Prof. Dr. Ir. H. Toyib Hadiwidjaja
Sementara, 1913-1914) 1945) (1985-1990)
Daeng Kanduruan Ardiwinata R.S. Suradiradja (1946-1969) Daeng Kosasih Ardiwinata (1990-
(1915-1916) 1995)
Wirasaputra (1916-1918) Hasan Wargakusumah, SH (1969- H. Aboeng Koesman (1995-2000)
1970)
Puradiredja (1918-1920) R. Mahdar Prawiradilaga (1970- Drs. H. Ateng Sopala (2000 – beliau
1978) wafat 14 hari setelah terpilih
menjadi Ketua Umum
R. Surya Di Radja (1920-1924) R.K. Sukanda Bratamanggala (1978- H.A. Syafe'i (2000-2010)
1983)
R. Oto Kusuma Subrata (1924-1929) R.K. Sukanda Bratamanggala & R. Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si
Adjam Sjamsoepradja (1983-1985) (2010-2025)