DISUSUN OLEH :
SHINTA NURIKA
X IPA 4/32
BAPAK PENDIDIKAN NASIONAL
A. RIWAYAT
Beliau cenderung tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, yang dibuktikan
dengan profesinya. Ki Hajar Dewantara berprofesi sebagai seorang wartawan di beberapa
perusahaan surat kabar antara lain Sedyotomo, De Express, Midden Java, Tjahaja Timoer,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda dan juga Poesara. Pada masanya Kihajar Dewantara dikenal
sebagai penulis handal karena tulisan-tulisannya dinilai sangat komunikatif, tajam dan
bersifat patriotik sehingga dapat membangkitkan semangat anticolonial bagi para
pembacanya. Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial politik salah satunya
yaitu organisasi Boedi Oetomo yang berdiri tahun 1908. Perannya dalam organisasi tersebut
sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat
kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Bersama dengan Douwes Dekker,
mereka mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.
Soewardi juga menjadi anggota organisasi Insulinde, yaitu suatu organisasi multietnik
yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda,
atas pengaruh Douwes Dekker.
Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara kemudian menikahi seorang wanita bangsawan
yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta.
Beliau dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini masih dipakai dalam dunia
pendidikan rakyat Indonesia yang berbunyi dalam bahasa Jawa yaitu “Ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani” (di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan).
http://dewantara.id/2017/07/15/12-pemikiran-ki-hadjar-dewantara-tentang-pendidikan-dan-
kehidupan/ ; diakses 16-01-2017