Sebagai seorang terpelajar dari kalangan ningrat, Ki Hajar justru mendekatkan diri pada
kaum miskin dan rakyat jelata. Ia mendirikan lembaga pendidikan yang
bernama Taman Siswa sebagai upaya membebaskan belenggu kebodohan yang
diderita masyarakat Indonesia.
Sekedar cerdas itu banyak. Tetapi insan cerdas yang rendah hati serta rela berjuang
untuk mencerdaskan bangsanya dari belenggu kebodohan, nampaknya tidak terlalu
banyak. Salah satu dari yang sedikit tersebut adalah Ki Hajar Dewantara yang memiliki
nama bangsawan Raden Mas Suwardi Suryaningrat.
Ada banyak hal yang bisa kita petik dari sosok beliau, selain daripada hanya menghafal
hari kelahirannya serta semboyan Tut Wuri Handayani belaka. Bahkan jika kita mau
sedikit membuka buku sejarah lalu membaca sepak terjang beliau, maka kita akan
makin berbangga memiliki pahlawan luar biasa seperti beliau.
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman, Yogyakarta. Beliau
memiliki nama ningrat Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Hal itu karena Ki Hajar adalah
keturunan bangsawan. Tentu seharusnya beliau bisa hidup enak, menjadi seorang
ndoro yang disegani dan hidup berkecukupan tanpa harus memeras peluh seperti
rakyat jelata di masa itu.
Tetapi Raden Mas Suwardi bukan bangsawan biasa. Ia memilih jalannya sendiri, jalan
perjuangan. Meniti karir sebagai seorang juru warta, RM Suwardi kerap mengkritik
pemerintahan penjajah yang kejam. Rakyat hanya dijadikan perahan saja, sementara
pintu untuk meningkatkan derajat rakyat hanya terbuka sedikit, itupun hanya untuk
kalangan istana dan orang kaya.
Jalan langkah Ki Hajar Dewantara yang terjal itu akhirnya menemui halangan
pertamanya. Ia ditangkap dan dipenjara karena diduga menentang pemerintahan
Belanda.
Bersama dengan dirinya ikut pula dua sahabatnya, yakni Douwes Dekker dan Cipto
Mangunkusumo. Tiga orang ini adalah pendiri sebuah organisasi yang sangat terkenal
yang bernama Indische Partij, partai politik pertama di Hindia-Belanda.
Indische Partij bisa dianggap adalah cerminan jiwa sang Tiga Serangkai, khususnya Ki
Hajar Dewantara.
Siapa saja Tiga Serangkai? Anggota Tiga Serangkai adalah Ki Hajar Dewantara,
Dauwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.
Tiga Serangkai adalah pendiri dari Indische Partij atau Partai Hindia, sebuah partai
politik pertama yang berdiri di tanah Hindia Belanda dan memiliki keberanian untuk
melawan penjajah Belanda yang keji dan tidak mengenal perikemanusiaan.
Indische Partij sangat berbeda dari Boedi Oetomo (BO) yang cenderung ke-jawa-jawa-
an dan masih kental berbau feodal. Juga berbeda dengan Syarikat Islam (SI) yang
tertutup hanya untuk kaum muslim, terlebih muslim pedagang. Sedang Indische Partij
sangat terbuka, menerima anggota dari berbagai kalangan, baik bumi putera maupun
indo peranakan.
Tidak hanya dipenjara, RM Suwardi juga pernah mengalami pembuangan. Pada 1913
pemerintah mengasingkannya ke Negeri Belanda bersama istrinya, Sutartinah dan dua
sahabat karibnya, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Nampaknya dibuang ke
Belanda bukanlah hal yang membuat RM Suwardi jinak. Bersama dua karibnya itu
mereka aktif dalam Indische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia.
Salah satu ciri khas dari RM Suwardi Suryaningrat adalah ketidaksukaannya pada sikap
feodal. Ia benci pada sistem pendidikan kolonial yang hanya melayani orang-orang
tertentu saja. Sikap tidak membeda-bedakan itu jugalah yang akhirnya melatari
pembentukan Perguruan Taman Siswa.
Sebelum itu, Raden Mas Suwardi Suryaningrat melakukan sebuah tindakan yang
sangat mengejutkan. Ia meninggalkan gelar kebangsawanannya dan mengubah
namanya menjadi Ki Hajar Dewantara ketika beliau berumur 40 tahun.
Pembentukan Taman Siswa disambut baik oleh rakyat maupun tokoh pergerakan yang
lain. Taman Siswa Siswa adalah sekolah yang cukup bikin jantung Belanda berdetak
kencang. Sekolah yang bersedia menerima anak buruh tani miskin dan papa. Sekolah
yang mengajarkan bagaimana menjadi insan yang mandiri dan cinta bangsanya.
Sekolah yang kelak berhasil mewarnai arus deras pergerakan nasional Indonesia.
Taman Siswa atau Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa berdiri pada tanggal 3 Juli
1922. Di lembaga pendidikan ini, semua kalangan diterima, bahkan rakyat jelata
sekalipun. Tidak ada ndoro dan raden, semua diperlakukan dengan sama.
Selain itu, Taman Siswa juga menolak sistem pendidikan kolonial yang hanya berkutat
pada penyediaan tenaga kerja untuk kemudian dieksploitasi oleh penjajah untuk
melanggengkan kolonialisme. Taman Siswa juga menekankan pentingnya pengajaran
yang bernuansakan kemerdekaan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Filosofi dan falsafah pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara tidak kalah majunya
dengan Maria Montessori. Ki Hajar adalah salah seorang ideolog terbesar Indonesia
sekaligus Bapak Pendidikan Nasional. Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara
diangkat oleh Presiden Sukarno untuk menduduki jabatan Menteri Pengajaran.
Di luar kenyataan bahwa jumlah sekoah Taman Siswa makin menurun atau banyak
yang gulung tikar, tetapi apa yang sudah dimulai oleh Ki Hajar Dewantara tidak boleh
berhenti.
Kini, Indonesia telah merdeka dan memasuki era pembangunan. Persaingan semakin
ketat. Generasi muda harus terus meningkatkan kompetensinya atau tertinggal
dibelakang bangsa-bangsa lain. Walau abad telah berganti tetapi nilai-nilai luhur yang
dihembuska oleh Ki Hajar Dewantara masih relevan untuk terus digali.
Pada 13 Juli 1913, Surat Kabar De Express menerbitkan sebuah tulisan dari Ki Hajar
Dewantara yang membuat marah serta tersinggung para petinggi Belanda yang
kolonialis.
Tulisan itu dalam rangka perayaan hari kemerdekaan Belanda atas pendudukan
Perancis. Ki Hajar seakan menampar pipi para penjajah Belanda dan menelanjangi
kebobrokan mereka yang tidak suka dijajah Perancis tapi justru menjajah rakyat Hindia.
Sekiranya Aku Seorang Belanda
- Ki Hajar Dewantara
Selain itu Ki Hajar Dewantara juga terkenal karena semboyannya yang bahkan
digunakan sebagai semboyan bagi Kementrian P dan K.
"Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri."
- Ki Hajar Dewantara
Arti semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri adalah: di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang
memberi dorongan.
Inilah filosofi pendidikan yang harus dipahami dan dilakukan oleh setiap guru, yakni
memberi contoh dengan jelas dan lengkap kepada siswa. Kemudian memberi inspirasi
di tengah pembelajaran agar para peserta didik terus terpacu semangat belajarnya.
Terakhir di belakang selalu mendorong supaya anak-anak bisa berkembang ke arah
yang positif.
"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat
dan menuntun tumbuhnya kodrat itu."
- Ki Hajar Dewantara
Quotes Ki Hajar Dewantara di atas sangatlah luar biasa. Di jaman itu, Ki Hajar sudah
mencetuskan ide bahwa peserta didik memiliki potensi masing-masing, bukanlah kertas
kosong yang semata-mata bisa ditulis sekehendak hati oleh orang lain. Inilah bentuk
dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Penghargaan bahwa peserta didik harus digali potensinya melalui berbagai proses
belajar yang kreatif dan inovatif jug diadopsi menjadi salah satu pilar bagi
program Merdeka Belajar.
"Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa."
-Ki Hajar Dewantara
"Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah
memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan (rakyat)."
Inilah kata-kata bijak Ki Hajar Dewantara yang menjelaskan tujuan pendidikan, yakni
sebagai sarana membebaskan masyarakat dan menyatukan peserta didik dengan
rakyat.
Peserta didik, siapapun itu, tidak boleh menganggap pendidikan hanya sebagai alat
untuk kepentingan dirinya dan lalu merasa terpisah dengan rakyat. Perjuangan rakyat
juga adalah bagian dari pendidikan.
Selanjutnya kalimat bijak dari Ki Hajar adalah mengenai perbedaan antara pendidikan
dan pengajaran. Tentu ini hal yang sangat brilian ketika seorang dari bangsa yang
sedang dijajah mampu memiliki rumusan pemikiran yang cerdas dan teori pendidikan
yang luhur.