Anda di halaman 1dari 5

Naskah Peristiwa Rengasdengklok (Kelompok 5)

Opening: cuplikan video pengeboman Nagasaki dan Hiroshima (ambil dari video lain) dan
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu 14-08-1945

Adegan 1 : Golongan muda mendengar kabar kekalahan Jepang melalui radio BBC
London di Bandung yang sebelumnya kabar ini dirahasiakan oleh Jepang (tanggal 15-
08-1945). Para pemuda berpikir, bahwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu, berarti
Indonesia sedang kosong kekuasaan.

Adegan            : (Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh sedang mendengarkan radio)

Sutan syahrir : “Barusan, Saya mendengar berita dari radio BBC London di Bandung yang
menginformasikan Jepang menyerah kepada Sekutu, berarti di indonesia terjadi kekosongan
kekuasaan.

Chairul Shaleh : "Kalau begitu, kita harus mendesak golongan tua terutama bung Karno untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan!”

Sukarni :" Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri kita. Kita harus
memanfaatkan momen ini !"

Wikana :”Betul sekali kawan.”

Sutan Syahrir :”Tetapi jangan sampai Proklamasi kemerdekaan diproklamirkan oleh PPKI.”

Choirul Shaleh :”Kenapa kau berpendapat demikian sobat?”

Sutan Syahrir :”Karena PPKI adalah badan bentukan Jepang!.Kita tidak ingin ada campur tangan
Jepang dalam Proklamasi Kemerdekaan!”

Wikana : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak segala bentuk " hadiah"
kemerdekaan dari Jepang karena kita akan menyusun kemerdekaan sendiri.”

Darwis : “Bung Syahrir benar, Kemerdakaan itu adalah hak dan persoalan rakyat yang harus
segera diproklamasikan. Mari kita semua meminta kepada Ir. Soekarno dan Bung Hatta untuk
memutuskan segala hubungan dengan Jepang.”

Sukarni : Tepat sekali . Kalau begitu, bung Wikana dan Chairul, kalian harus pergi ke
kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini.Saya dan yang lainnya akan memerintahkan
anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari Jepang.

Adegan 2

Tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 21.30 WIB, para pemuda yang dipimpin oleh
Wikana dan Darwis datang di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Jakarta. Para pemuda mendesak agar proklamasi malam ini dapat dilaksanakan paling
lambat 16 Agustus 1945.

Sukarno :”Silahkan masuk! Ada maksud apa saudara-saudara datang kemari.”(bung Karno
mempersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu).
Syahrir : "Saya mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu di Radio BBC London di
Bandung. Maka dari itu tadi siang kami dari golongan para pemuda berkumpul mengadakan rapat dan
hasilnya adalah,semua pemuda setuju agar Bung Soekarno dan Bung Hatta segera menyusun
kemerdekaan Indonesia.”

Ir. Soekarno      : “Kita tidak bisa begitu saja memproklamasikan kemerdekaan. Kita harus
membicarakan dalam rapat PPKI.”

Sultan Syahrir : “Kita tidak mungkin membicarakannya dalam rapat PPKI, karena PPKI dibentuk
oleh Jepang dan kemerdekaan Indonesia haruslah dari usaha rakyat Indonesia bukan pemberian
bangsa lain.”

Moh.Hatta : “Bukan begitu, kita memang seharusnya membicarakannya dalam rapat PPKI.
Karena PPKI adalah badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan.

Chairul Shaleh :”Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini ? Kita
bisa, Bung . Kita harus bangkit dan memproklamirkan kemerdekaan sendiri . Mengapa harus
menunggu janji manis itu? Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam “Perang Suci” nya!”

Soekarno :” Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang !
Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakanmu untuk
menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi pertumpahan darah ? Bagaimana cara kita
nanti untuk mempertahankan kemerdekaan ? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas
kekuatan sendiri”

Adegan : (sambil menimang-nimang senjata Wikana berucap dan bernada ancaman)

Wikana : “Bung…Apabila Bung Karno tidak mengumumkan kemerdekaan malam ini


juga, besok akan terjadi pertumpahan darah”

Adegan :(Soekarno bangkit dari duduk dan nampak marah kemudian berjalan menuju
Wikana sambil membuka kerah bajunya)

Soekarno : “Habisi nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Ini
gorok leher saya, seretlah saya ke pojok itu, sudahilah “saya tidak bisa melepas tanggung
jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI
besok

Wikana: Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita
mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini.. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu
bangsa kita, Bung.

Moh. Hatta : “Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.

Darwis : ”Baik kalau begitu, kami mohon diri”

Suasana rumah Bung Karno semakin tegang. Hal ini juga disaksikan golongan tua
lainnya seperti dr. Buntaran, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri. Para pemuda
meninggalkan rumah Soekarno tanpa berhasil memaksa Soekarno dan golongan tua
untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Adegan 3

Para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno langsung


membicarakan permasalahan tersebut.

Moh. Hatta : "Bagaimana ini ? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan”

Soekarno : “Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung, kita butuh waktu untuk
mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan”

Ahmad Soebardjo : “Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi
Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah kemerdekaan
sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang”

Iwa Kusumasumantri: “Baiklah , Bung. Berarti kita semua sudah sepakat”

Soekarno : “Bung Hatta, minta kepada semua anggota PPKI untuk datang membahas
keadaan terakhir Indonesia dan persiapan untuk kemerdekaan besok pagi”

Moh. Hatta : “Baiklah, bung”

Pada malam itu juga sekitar pukul 24.00 golongan muda melakukan rapat di Asrama
Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta. Para pemuda yang hadir antara lain Sukarni,
Wikana, Yusuf Kunto Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih Dalam rapat itu
diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta ke luar kota agar kedua tokoh ini
jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

Adegan 4

Singgih bersama Sukarni, Wikana dan dr. Muwardi menuju ke rumah Moh. Hatta dan
secara singkat meminta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut ke luar kota. Moh. Hatta
menuruti kehendak golongan muda.

Singgih : “Assalamualaikum ..”

Moh. Hatta : “Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini ?”

Singgih : “Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju
tempat pengasingan”

Moh. Hatta : “Tempat pengasingan ? Apa yang Saudara maksudkan ?”

Singgih : “Ya, kami akan membawa bung Hatta bersama dengan bung Karno nanti ke
luar kota untuk diasingkan agar terhindar dari pengaruh dan ancaman bentrok antara rakyat
dan Jepang”

Moh. Hatta : “Baiklah, saya akan ikut”


Lalu rombongan menuju ke rumah Soekarno. Tibanya disana, keluarga Soekarno baru
saja makan sahur . Setelah permisi, Singgih masuk rumah dan meminta agar Soekarno
ikut pergi ke luar kota saat itu juga.

Singgih : “Assalamualaikum”

Soekarno : “Waalaikumsalam, ada apa bung dan saudara datang sepagi ini?”

Singgih : “Begini bung, kami ingin Bung Karno ikut ke luar kota saat ini juga. Hal ini
untuk menghindari pengaruh Jepang”

Soekarno : “Baiklah, saya akan ikut tapi jika istri serta anakku turut serta denganku
untuk menjamin keselamatan mereka”

Singgih : “Baiklah, tidak masalah bung”

Tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 04.00 pagi rombongan Soekarno, Moh. Hatta,
dan para pemuda menuju ke arah timur dan tetap merahasiakan kemana tujuan
Soekarno dan Moh. Hatta mau dibawa pergi sampai sesampainya disana.

Adegan 5

Rombongan sampai di Rengasdengklok tepatnya di daerah Kawedanan karena


merupakan daerah terpencil dan juga memiliki hubungan yang baik antara Daidan
Peta Purwakarta dan Daidan Jakarta. Sehingga keamanannya terjamin. Mereka
diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Rombongan ditempatkan di rumah
keluarga Tionghoa, Djiau Kie Siong.

(Adegan : para golongan muda kembali memaksa Soekarno untuk memproklamasikan


kemerdekaan terlepas dari campur tangan Jepang, namun gagal. Namun, Singgih
menangkap gelagat Sukarno bahwa dirinya bersedia memproklamasikan kemerdekaan kalau
sudah kembali ke Jakarta. Melihat tanda-tanda kesediaan tersebut, sekitar pukul 10.00
bendera Merah Putih dikibarkan di halaman Kawedanan Rengasdengklok)

Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius pagi itu yang seharusnya
diadakan pertemuan PPKI, menimbulkan kepanikan di kalangan para pemimpin di
Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.

Mr. Soebardjo : “Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta ?

Wikana : “Maaf, saya tidak tahu, Bung”

Mr. Soebardjo : “Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin
keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, aku juga akan memberikan jaminan, bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-
lambatnya pukul 12.00”

Wikana: Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.


Setelah terjadi kesepakatan, Ahmad Soebardjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf
Kunto. Ahmad Soebardjo sampai di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk
menjemput rombongan. Namun, kecurigaan para pemuda masih terjadi. Mereka masih
tidak yakin jika Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta proklamasi kemerdekaan
akan terlaksana. Sehingga Subeno selaku komandan Peta Rengasdengklok
melalakukan perbincangan dengan Ahmad Soebardjo.

Subeno : “Apa proklamasi dapat dilakukan sebelum tengah malam nanti?”

Soebardjo : “Tidak mungkin. Sekarang sudah sekitar jam delapan (malam). Kami masih
harus kembali ke Jakarta, lalu mengundang para anggota badan Persiapan Kemerdekaan
untuk rapat kilat. Itu minta banyak waktu. Kami khawatir harus bekerja semalam suntuk
untuk menyelesaikannya”

Subeno : “ Bagaimana kalau jam enam besok pagi?”

Soebardjo : “Saya akan berusaha sekuat tenaga agar dapat selesai jam enam pagi, tetapi
sekitar tengah hari besok pasti sudah beres”

Subeno : “Kalau tidak bagaimana?”

Soebardjo : “Mayor, kalau semua gagal. Besok siang tanggal 17 Agustus jam 12.00
belum terjadi Proklamasi, jaminannya saya, sayalah yang bertanggung jawab, tembak matilah
saya”

Dengan jaminan itu, Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Soebardjo untuk
bertemu dan membawa pulang bersama Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
rombongan kembali ke Jakarta. Dengan demikian berakhirlah peristiwa
Rengasdengklok

Anda mungkin juga menyukai