Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Peran Ki Hajar Dewantara


Dalam Bidang Pendidikan

Nama : Rian Febriansyah


Kelas : Manajemen P
BAB I
PENDAHULUAN

Sebelum lebih jauh membahas tentang seluk beluk kehidupan Ki Hajar


Dewantara, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai batasan atau
pengertian Pendidikan. Alasannya karena tokoh yang satu ini mempunya peran dalam
bidang Pendidikan terhadapap kaum-kaum muda Indonesia. Dengan pemahaman
yang utuh, kita akan lebih mudah memasuki pembahasan-pembahasan yang lebih
dalam tentang pendidikan, kita akan mudah memahami tentang perjuangan apa yang
dikorbankan oleh tokoh Ki Hajar Dewantara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari


kata “didik”, lalu diberikan awalan kata "me" sehinggan menjadi "mendidik" yang
artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pemikiran.

Pada saat itu lembaga-lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada


umumnya berorientasi keagamaan, maka pada masa itu muncul seorang tokoh muda
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hajar
Dewantara.

Ia bersama rekan-rekannya mencurahkan perhatian di bidang pendidikan


sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah itu ia pun
mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini
sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka
mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa.


Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan
Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah
keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia
juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke
pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan
buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional bagi bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir


dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan
keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia
40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan
namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik
secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan
dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai
wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia
tergolong penulis handal.

Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu


membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang
wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia
aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah
kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische
Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha
mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu
pada tanggal 11 Maret 1913.

Karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme


rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Ia
melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus
tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari
rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan
rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander
Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor
Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Tulisan Seandainya “Aku Seorang Belanda” yang dimuat dalam surat kabar de
Expres milik dr. Douwes Dekker. Akibat karangannya yang menghina itu, pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa
proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah
hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk
bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Namun mereka
menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari
banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda
sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu
dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918.

Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian


dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang
bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional
Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan
berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan
perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.

Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan


kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui
tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi
bangsa Indonesia. Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki
Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan
pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan
hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan
Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal
dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian
oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.
Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri
Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang
berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat
semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang
seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional.

B. Karya-Karya Ki Hajar Dewantara

Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang


menjadi representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis
sampai hari ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian
I Pendidikan (1962) dan Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967).
Kepiawaian dalam menulis karena beliau sejak muda menjadi penulis dan wartawan.
Ketiga, Buku Bagian I Pendidikan terbagi dalam 8 bab: pendidikan nasional,
politik pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan
keluarga, ilmu jiwa, ilmu adab, dan bahasa. Tulisan tertua dalam buku ini yakni
’’Pendidikan dan Pengajaran Nasional’’ yang disampaikan sebagai prasaran dalam
Kongres Permufakatan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 31 Agustus
1928. Ki Hadjar Dewantara dalam tulisan itu mengatakan bahwa kemerdekaan dalam
dunia pendidikan memiliki tiga sifat: berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain,
dapat mengatur diri sendiri. Buku Bagian II Kebudayaan terbagai dalam 5 bab:
kebudayaan umum, kebudayaan dan pendidikan/kesenian, kebudayaan dan
kewanitaan, kebudayaan dan masyarakat, hubungan dan penghargaan kita. Dua
buku itu adalah representasi pemikiran dan pembuktian dalam praktik pendidikan dan
pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan dan kebudayaan adalah basis
kehidupan yang menentukan kualitas manusia dan bangsa.
C. Pengaruh Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan

Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk


mendirikan sekolah taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti
kemerdekaan. Konsepsi Taman Siswa pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara
dalam solusi menyikapi kegelisahan-kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan
yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam asas dan dasar yang
diterapkan Taman Siswa. Orientasi Asas Dan Dasar Pendidikan Dari Ki Hajar
Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang diperlukan pada waktu itu
menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya. Pengaruh pemikiran pertama dalam
pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya
sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan
upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan
bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk
diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak mengatur diri sendiri berdiri
(Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde en vrede) dan
bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei).

Ketiga hal ini merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut
“among metode” (sistem-among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru
sebagai pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi
kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan
“Tut Wuri Handayani”. Menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik
kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan
penghidupan ke barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Menurut Kihajar
Dewantara Sistem pengajaran yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang
melanggar dasar-dasar kodrati yag terdapat dalam kebudayaan sendiri. Sementara
hal yang menyangkut tentang dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran
yang dianggap perlu dengan memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok asas
untuk percaya kepada kekuatan sendiri. Dalam dunia pendidikan mengharuskan
adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru-guru untuk mendekati anak didiknya.
Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan Ki
Hajar Dewantara tentang pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian diri,
bangsa dan kemanusiaan.

BAB III
PENUTUP

Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang
memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Pengaruh pemikiran
pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk
mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal
itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan,
berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan
sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati.
Karya Warisan Pertama Ki Hajar Dewantara adalah Taman Siswa yang
menjadi representasi institusi pendidikan pribumi pada masa kolonial dan tetap eksis
sampai hari ini. Kedua adalah tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan. Tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan diterbitkan oleh
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian
I Pendidikan (1962) dan Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II: Kebudayaan (1967).

DAFTAR PUSTAKA

• Hafidz, Henry. 2019. “Biografi Ki Hajar Dewantara Singkat


Lengkap”(Online).https://sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-ki-
hajar-dewantara. (diakses 28 Januari 2021).
• Firdaus, Fauzan. 2020. “Ki Hajar Dewantara – Biografi,
Pendidikan dan
Semboyan”(Online).https://www.dosenpendidikan.co.id/ki-hajar-
dewantara/. (diakses 28 Januari 2021)

Anda mungkin juga menyukai