Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN YANG BERPENGARUH DI


INDONESIA

Dosen Pengampu:

Dr. Ismaniar, M.Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

 Maisyahratul Jannah (21231075)


 Media Nolawati (21231076)
 Mei Bunga Firdayani (20052060)
 M. Zulqadri Ardi (21231074)

DASAR – DASAR ILMU PENDIDIIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kelompok 5 bisa menyelesaikan makalah yang Tentang Tokoh-Tokoh
Pendidikan yang Berpengaruh di Idonesia. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr.Ismaniar, M.Pd selaku dosen pengampuh mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai Tokoh-Tokoh Pendidikan yang


Berpengaruh di Indonesia bagi teman teman mahasiswa sebagai bahan pembelajaran. Penulis
menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa
diharapkan demi perbaikan makalah penulis. Penulis juga berharap semoga makalah ini
mampu memberikan pengetahuan tentang Pemikiran Tentang Tokoh-Tokoh Pendidikan yang
Berpengaruh di Indonesia.

Padang, 27 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I ............................................................................................................................. 4

PEENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II ............................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ...............................................................................................................

A. KI HAJAR DEWANTARA ................................................................................. 5


B. MOHAMMAD SYAFEI ..................................................................................... 6
C. KH. AHMAD DAHLAN ..................................................................................... 8
D. RAHMA El-YUNUSIIAH ................................................................................. 10

BAB II ...................................................................................................................................... 12

PENUTUP ....................................................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi
pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran
jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam
subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk
menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah
sepantasnya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga
harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang memiliki pemikiran
maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hajar
Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng
Kartini merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna
pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang
memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang
melepaskan cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
Atas dasar inilah penulis menjelaskan pokok bahasan ini dengan tujuan agar para
mahasiswa, mahasiswi dan siapa saja yang terlibat untuk selalu mengenang dan tidak
pernah melupakan karya-karya tokoh-tokoh pendidikan yang memiliki pemikiran maju,
dan memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Diharapkan pembahasan ini
memberikan perluasan wawasan bagi mahasiswa dan memberikan penjelasan pemahaman
yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup dan peran Ki Hajar Dewantara dalam membangun


pendidikan di Indonesia
2. Bagaimana riwayat dan peran Mohammad Syafei dalam membangun pendidikan
di Indonesia
3. Bagaimana riwayat hidup dan peran KH Ahmad Dahlan dalam membangun
pendidikan di Indonesia
4. Bagaimana riwayat hidup dan peran Rahma El-Yunusiah dalam membangun
pendidikan di Indonesia

C. Tujuan

1. Mengetahui siapa saja tokoh pejuang pendidikan di Indonesia


2. Memahami pengaruh tokoh pendidikan Indonesia
3. Memahami kiprah tokoh dalam organisasi yang perna didirikan untuk memajukan
bidang pendidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KI HAJAR DEWANTARA

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Karena beliau


merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang
ia berikan begitu besar terhadap bangsanya. Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta
pada tanggal 2 Mei 1889, meninggal di usia 69 tahun di Yogyakarta, 26 April 1959.
Ki Hadjar Dewantara masa kecilnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ia
berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Ayahnya bernama G.P.H.
Surjaningrat putra Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bergelar Sri Paku
Alam ke-III. Ibunya adalah seorang putri keraton Yogyakarta pewaris Kadilangu
keturunan langsung Sunan Kalijogo (Darsiti Suratman, 1985: 2). Ki Hadjar
Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia saat zaman penjajahan Belanda.
Pertama kali masuk ELS (Europeesche Lagere School), yaitu sekolah dasar di Eropa
Belanda. Setelah tamat, Ki Hadjar melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (School
Tot Opleiding Van Indische Arsten) atau Sekolah Dokter Bumiputera. Ki Hadjar tidak
menamatkan pelajaran di STOVIA karena sakit. Ki Hajar juga mengikuti pendidikan
sekolah guru yang disebut Lagere Onderwijs, hingga berhasil mendapatkan ijasah
(Irna H.N., Hadi Soewito, 1985: 16). Ia pernah bekerja sebagai penulis dan wartawan
di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong
penulis handal.
Sebagai seorang wartawan, tulisan-tulisannya dikenal sangat patriotik dan
mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Tulisan Ki Hajar
Dewantara yang terkenal seperti "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: Als
ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes
Dekker, tahun 1913. Artikel ini ditulis sebagai bentuk protes atas rencana pemerintah
Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat
itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.
Sindiran Ki Hajar Dewantara melalui tulisan-tulisannya menyulut kemarahan
Belanda. Puncaknya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar
Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Atas
permintaan dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang juga menjalani
hukuman, pengasingan mereka dialihkan ke negeri Belanda. Masa pembuangan di
negeri Belanda tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk mendalami
bidang pendidikan dan pengajaran, hingga akhirnya memperoleh sertifikat
Europeesche Akte. Pengalaman Ki Hadjar Dewantara dan kawan-kawannya di

5
lapangan perjuangan politik, dengan melalui berbagai rintangan, penjara dan
pembuangan dengan segala hasilnya, menimbulkan pikiran baru untuk meninjau cara-
cara dan jalan untuk menuju kemerdekaan Indonesia (Muchammad Tauchid, 1963:
29).
Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara
mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan
meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, pada 3 Juli 1922 Ki
Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Institut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan
Perguruan Nasional Taman Siswa. Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang
bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta
semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Tidak hanya melalui Taman
siswa, sebagai penulis, Ki Hajar Dewantara tetap produktif menulis berbagai surat
kabar. Hanya saja kali ini tulisannya tidak bernuansa politik, namun beralih ke bidang
pendidikan dan kebudayaan.
Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan bangsa memiliki
semboyan yaitu tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikancdorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di
antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada
(di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).
Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-
sekolah Taman Siswa. Pada masa pendudukan Jepang, Ki Hajar Dewantara menjadi
salah satu pimpinan pada organisasi Putera bersama dengan Ir. Soekarno, Drs.
Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Dimasa kemerdekaan Ki Hajar Dewantara
dingkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Perjuangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak
di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia. Dan setiap tanggal 2 Mei
diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai
penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau
terhadap pendidikan Indonesia.
Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan secara filosofi sebagai upaya
memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan
batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas
demokratik). Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak. Dengan berbagai ide yang dimiliki Ki Hajar Dewantara,
ada satu konsep yang terlupakan, yaitu konsep belajar 3 dinding. Konsep tersebut
menunjukkan betapa luasnya wawasan Beliau dan mampu mengadaptasi konsep
tersebut dalam budaya Indonesia. Banyak karya beliau yang juga menjadi landasan
rakyat Indonesia dalam mengembangkan pendidikan, khususnya kalimat filosofis
(selain dari konsep 3 dinding diatas) seperti Ing Ngarso Suntolodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

B. MOHAMMAD SYAFEI

6
Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat). Beliau diangkat
jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian dibawa
pindah ke Sumatra Barat dan menetap di Bukit Tinggi. Marah Sutan merupakan seorang
pendidik dan intelektual ternama. Dia telah mengajar diberbagai daerah di Nusantara,
pindah ke Batavia pada tahun 1912 dan aktif dalam kegiatan penertiban dan Indische
Partij. Moh. Syafei menempuh pendidikan di sekolah raja di Bukit tinggi, kemudian
belajar melukis di Batavia sambil mengajar disekolah Kartini. Pada tahun 1922 Moh.
Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Di sana ia bergabung
dengan "Perhimpunan Indonesia", sebagai ketua seksi pendidikan. Moh. Syafei
berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan
Belanda, maka pendidikan rakyat haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri
Belanda, Syafei pernah ditawari mengajar dan menduduki jabatan disekolah pemerintah.
Tapi Syafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun 1925. Ia bertekad
bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat murid-muridnya
dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia, baik yang hidup di kota maupun di
pedalaman.
Moh. Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland
School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km disebelah
Utara kota Padang. Pendidikan menurut Syafei berfungsi untuk membantu manusia
keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam
penyempurnaann hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibarahim,1978: 25). Manusia
dan bangsa yang dapat bertahan adalah yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat
atau zamannya. Untuk kepentingan ini ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau sekolah
kehidupan atau sekolah masyarakat. Pemikiran Syafei menyarankan kesempurnaan lahir
dan batin yang harus selalu diperbaharui. Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz
seperti yang dikutip oleh Syafei bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut
zamannya. Seandainya orang masih beranggapan, bahwa susunan pendidikan dan
pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah lagi, maka orang
atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari
kebenaran. Demikianlah, tujuan pendidikan menurut Syafei yaitu berupa kesempurnaan
lahir dan batin, harus selalu terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan perubahan
zaman. Syafei mengajukan pemikiran yang masih relevan untuk zaman kita ini.
Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran
Develomentalisme, terutama gagasan sekolah kerja yang dikembangkan John Dewey dan
George Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan Jan Ligthar.
Pandangan John Dewey bahwa pendidikan harus tertuju pada efesiensi sosial, atau
kemanfaatan pada kehidupan sosial; dan belajar berbuat atau belajar melalui pengalaman
langsung yang lebih dikenal dengan sebutan learning by doing, mempunyai pengaruh
besar terhadap konsep pendidikan Muhammad Syafei. Pemikiran Syafei tentang
pendidikan juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan awal abad 20 di Eropa,
yaitu pemikiran pendidikan yang dikembangkan berdasarkan konsep sekolah kerja atau
sekolah hidup atau sekolah masyarakat. Menurut konsep ini sekolah hendaknya tidak
mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat.

7
Kurikulum yang dikembangkan Moh. Syafei adalah kurikulum untuk pendidikan
dasar. Untuk tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulumnya berupa pendidikan
prasekolah. Contohnya kegiatan bermain-main dengan pasir, kertas dan lain-lain.
Beberapa mata pelajaran yang dibahas Syafei secara khusus, yaitu bahasa ibu,
menggambar, membersihkan sekolah dan kelas, berkebun dan bemain-main. Dasar
pendidikan yang dikembangkan oleh Moh. Syafei adalah kemasyarakatan, keaktifan,
kepraktisan, berpikir logis dan rasional. Isi pendidikan yang dikembangkan berupa bahan-
bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, dan ketrampilan. Lebih dikenal
dengan istilah 3 H, yaitu Head, Heart dan Hand. Implikasinya terhadap pendidikan antara
lain sebagai berikut.
1) Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional
2) Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh.
3) Mendidik anak anak agar menjadi manusia yang berwatak baik.
4) Menanamkan rasa cinta tanah air.
5) Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain.

C. KH. AHMAD DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan merupakan Pahlawan Nasional Indonesia pendiri organis


asi Muhammadiyah yang lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Nama K.H. Ahmad Da
hlan kecil adalah Muhammad Darwisy, Ia adalah anak ke 4 dari 7 bersaudara. Ahmad
Dahlan merupakan keturunan ke 12 dari Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
Berikut adalah Silsilah tersebut Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ai
nul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ag
eng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kap
indo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Mu
hammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada saat Ahmad Dahlan berumur 15 tahun, Ia pergi melaksanakan ibadah haji
lalu selama 5 tahun ia menetap di Mekkah. Masa ini, K.H. Ahmad Dahlan memulai in
teraksi dengan pemikiran pembaharu Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, I
bnu Taimiyah, dan Rasyid Ridha. Pada tahun 1888, Ahmad Dahlan kembali ke kampu
ng halamannya dan Ia yang bernama asli Muhammad Darwisy berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan. Ia kembali lagi ke Mekkah pada tahun 1903 dan Ia tinggal selama 2 t
ahun, masa ini Oa sempat berguru pada Syeh Ahmad Khatib yang juga merupakan gu
ru dari K.H. Hasyim Asyari yaitu pendiri NU. Setelah pulang dari Mekkah, Ahmad D
ahlan Menikah dengan sepupunya bernama Siti Walidah (Nyi Ahmad Dahlan) yaitu p
utri dari Kyai Penghulu Haji Fadhil. Dari pernikahan ini, mereka dianugrahi 6 orang a
nak yakni Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Za
harah.
Selain dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan juga pernah menikah dengan Nyai
Abdullah yaitu janda H. Abdullah, Nyai Rum yang merupakan adik dari Kyai Munaw
wir Krapyak, Nyai Aisyah yang merupakan adik Adjengan Penghulu Cianjur dan dari
pernikahan ini Ahmad dahlan memiliki putra Dandanah. Serta Ahmad Dahlan juga pe
rnah menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. Masuk Organisasi Budi U
tomo dan Mendirikan Muhammadiyah juga Organisasi lainnya. Pada tahun 1909, K.H

8
. Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi Budi Utomo dan disana Ia mengajarka
n agama dan pelajaran yang diperlukan anggota. Pelajaran yang diberikan K.H. Ahma
d Dahlan dirasa sangat berguna bagi para anggota Budi Utomo, lalu mereka menyaran
kan agar Ahmad Dahlan membuka sekolah yang ditata rapi serta didukung organisasi
permanen.
Pada 18 November 1912 (8 Djulhijah 1330), K.H Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi bernama Muhammadiyah yang bergerak dibidang kemasyarakatan dan pen
didikan. Dengan mendirikan Organisasi ini, Ia berharap dapat memajukan pendidikan
dan membangun masyarakat islam. Ahmad Dahlan mengajarkan Al-Qur’an dengan te
rjemah juga tafsirnya agar masyarakat memahami makna yang ada dalam Al-Qur’an d
an tidak hanya pandai membaca dan melagukannya saja. Pada bidang pendidikan, Da
hlan mengubah sistem pendidikan pesantren pada masa itu. Ia mendirikan sekolah-sek
olah agama yang juga mengajarkan pelajaran umum dan juga bahasa belanda. Bahkan
ada Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S met de Qur’an. Ia memasukan pelajaran ag
ama di sekolah umum pula. Ahmad Dahlan terus mengembangkan dan membangun se
kolah-sekolah. Selain sekolah semasa hidupnya Ia juga mendirikan masjid, langgar, ru
mah sakit, poliklinik, dan juga rumah yatim piatu.

Pada bidang organisasi, tahun 1918 Ia mendirikan organisasi Aisyiyah untuk p


ara kaum wanita. untuk para pemuda, Ahmad Dahlan membentuk Padvinder atau Pan
du (sekarang Pramuka) bernama Hizbul Wathan. Pada organisasi tersebut para pemud
a belajar baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, bertopi, berdasi, u
ntuk seragam yang mereka pakai mirip dengan seragam pramuka sekarang. Pada saat
itu, karena semua pembaharuan yang diajarkan oleh K.H. Ahmad Dahlan agak menyi
mpang dengan tradisi, Ahmad dahlan sering diteror seperti rumah yang dilempari batu
dan kotoran binatang bahkan pada saat dahwah di Banyuwangi, Ahmad dahlan ditudu
h sebagai kyai palsu dan Ia diancam akan dibunuh. Namun dengan penuh kesabaran,
masyarakat perlahan mulai menerima perubahan yang diajarjan oleh Ahmad Dahlan.
Semua yang di lakukan oleh K.H.Ahmad Dahlan bertujuan untuk membuktika
n bahwa Islam adalah agama kemajuan yang dapat mengangkat derajat umat ke taraf
yang lebih tinggi dan itu terbuti membawa dampak positif bagi Indonesia yang mayori
tas beragama Islam. Pemuda dan golongan Intelektual banyak yang tertarik dengan m
etode yang diajarkan oleh K.H. Ahmad Dahlan sehingga mereka banyak yang bergab
ung dengan organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah yang merupakan organisasi
beramal dan menjalankan ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan sanga menarik perha
tian para pengamat islam dunia. Bahkan para pengarang dan sarjana dari timur memus
atkan perhatian pada Muhammadiyah. K.H Ahmad Dahlan banyak mendapatkan ilmu
dari banyak kyai di berbagai bidang ilmu seperti K.H Muhsin di bidang ilmu tata baha
sa (Nahwu-Sharaf), K.H. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih, Kyai Mahfud dan
Syekh K.H. Ayyat di bidang Ilmu Hadist, K.H. Raden Dahlan di bidang ilmu falak ata
u astronomi, Syekh Hasan di bidang pengobatan dan racun binatang, serta Syekh Ami
n dan sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Qur’an. Pada 23 Februari 1923, pada usia
54 tahun K.H. Ahmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Kemudian beliau dimakamkan di
kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan,Yogyakarta. Pada 27 Desember
1961, berdasarkan SK Presiden RI No.657 Tahun 1961 atas jasanya negara memberi b
eliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia.

9
D. RAHMA El-YUNUSIIAH

Sumatra Barat, terkenal sebagai tanah kelahiran para ulama dan kyai. Terbukti
dengan adanya beberapa tokoh agama terkemuka yang lahir di daerah tersebut. Hal ini
tak lain dan tak bukan adalah karena letak pulau Sumatra yang strategis. Di tengah jal
ur sutra, tempat persinggahan para pedagang Islam dari tanah arab menuju China. Disi
tulah mereka bersinggah dan menetap hingga melahirkan para pemuda-pemudi cerdas
nan pandai agama. Salah satu diantaranya adalah “Rahma El-Yunusiah”

Rahma El-Yunusiah, seorang tokoh pendidikan dan perjuangan Islam wanita d


ari Sumatra Barat. Beliau lahir, tepatnya di Padang Panjang pada tanggal 29 Desembe
r 1900 dan wafat pada 26 Februari 1969 di tempat yang sama pula. Beliau lah pendiri
Madrasah Diniyah Putri Padang Panjang (Sumatra Barat) yang merupakan perguruan
tinggi wanita Islam pertama di Indonesia, dan pelopor berdirinya Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) di Sumatra Barat. Riwayat pendidikannya dimulai dari belajar pada aya
hnya. Namun, hal ini hanya berlangsung sebentar karena ayahnya meninggal saat ia m
asih kecil. Ia pun belajar dalam bimbingan kakak-kakaknya, yaitu Zainuddin Labay El
-Yunusy yang merupakan pendiri Diniyat School di Sumatra Barat dan M. Rasyad. K
arena tidak puas akan pendidikan yang telah di berikan oleh kakak-kakaknya Rahmah
pun mencari guru-guru lainnya di daerah Minangkabau seperti Haji Abdul Karim Am
rullah.
Usaha Rahmah dalam bidang pendidikan untuk kaum wanita khususnya di das
arkan pada cita-citanya, bahwa kaum wanita Indonesia harus memperoleh kesempatan
penuh dalam menuntut ilmu agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal i
ni bertujuan agar kaum wanita sanggup berdikari untuk menjadi ibu pendidik yang ca
kap, aktif dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan tanah air. Hal itu diwujudkan
dengan pendirian sekolah Diniyah Putri. Atas bantuan Persatuan Murid-murid Diniya
h School yang didirikan oleh kakaknya, Rahmah mendirikan madrasahnya pada tangg
al 1 November 1923. Mulanya terdapat 71 orang murid yang kebanyakan terdiri dari i
bu-ibu rumah tangga muda. Pelajaran diberikan setiap hari selama 3 jam di sebuah m
asjid di Pasar Usang, Padang Panjang. Di samping itu, Rahmah juga mulai mengadak
an usaha pemberantasan buta huruf bagi kalangan ibu-ibu yang lebih tua.
Selain itu Rahmah memiliki prinsip dan sikap yang teguh. Ketika Belanda me
nawarkan bantuan kepada Madrasah Diniyah Putri dengan syarat harus berada di baw
ah kekuasaannya, ia menolak dengan tegas. Dengan alasan tak ingin sistem pendidika
nnya dibelokkan oleh Belanda. Selain itu, hal yang menonjol dari Rahmah adalah sika
p tanggung jawab. Ia bukan saja memikirkan kemajuan pendidikan murid-muridnya, n
amun juga keselamatan mereka. Pada saat koloni Jepang masuk ke Indonesia, Rahma
h mengungsikan seluruh muridnya dan menaggung semua keperluan dari murid-muri
dnya.
Perhatian Rahmah El-Yunusiah untuk kaumnya memang tidak pernah padam.
Ia bercita-cita untuk mendirikan Perguruan Tinggi Islam khusus untuk kaum wanita le
ngkap dengan sarana dan prasarananya. Cita-citanya ini sebagian telah tercapai. Hal i
ni terlihat ketika ia wafat, Diniyah Putri telah memiliki Perguruan Tinggi dengan satu

10
fakultas, yaitu Fakultas Dirasah Islamiyah. Ia juga bercita-cita mendirikan rumah sakit
khusus wanita.
Di bawah kepemimpinan Rahmah, Diniyah Putri berkembang pesat. Keberhasi
lan lembaga ini mendapat perhatian dan pujian dari berbagai tokoh pendidikan, pemi
mpin nasional, politikus dan tokoh agama, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal it
u terbukti pada tahun 1957 Rahmah memperoleh gelar Syaikhah dari Senat Guru Besa
r Universitas Al-Azhar Mesir. Dan gelar ini belum pernah dianugerahkan kepada siap
apun sebelumnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulam
Penyelenggaraan pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tuju
an yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan tokoh yang berpengaruh di Indone
sia tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia da
pat menjadi lebih baik.Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, b
aik mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dal
am memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain. Persoalan pendidikan
merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu secara bersama-sama pula kit
a mencari alternative pemecahannya
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak k
ekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk
kita semua

12
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B., Adiarta, A., & Artanayasa, I. W. (2019). FILSAFAT
PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA (TOKOH TIMUR). Jurnal Filsafat Indonesia,
124-136.
Taqim, A. (2011, Oktober 3). BIOGRAFI MOHAMMAD SYAFEI DAN PEMIKIRANNYA.
Retrieved from scrib.id: https://www.scribd.com/doc/67289344/Biografi-Mohammad-
Syafei

https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-kh-ahmad-dahlan-
tokoh-pendiri-muhammadiyah/

https://pai.unida.gontor.ac.id/rahmah-el-yunusiah-syaikhah-dari-negeri-padang-
panjang/

13

Anda mungkin juga menyukai