MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. Sri Sukasih, M.Pd.
Disusun Oleh;
1. Agung Kurniawan Eko Saputra (1406022638)
2. Aliya Rahmawati (1406022686)
3. Dewi Ikromah (1406022541)
ROMBEL 1
PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan dan Rahmat-
Nya, tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perjalanan
Pendidikan di Indonesia”. Sholawat serta salam, semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu senantiasa kita nanti-nantikan
syafa’atnya di yaumul qiamah nanti, Aamiin.
Dengan selesainya makalah ini, tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, Dr. Sri Sukasih, M.Pd. yang
telah memberikan tugas makalah tentang “Perjalanan Pendidikan di Indonesia”. Harapan tim
penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga untuk kedepannya tim penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini agar menjadi lebih baik.
Makalah ini tim penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang tim
penulis miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu, tim penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 20 Desember
2022
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................i
PRAKATA............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pergerakan Pemuda Indonesia di Belanda (Budi Utomo).........................................................6
3.2 Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa berproses dan
berinteraksi di dunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga menjadi
salah satu bekal terpenting di masa depan. Pendidikan itu sudah kita kenal sejak zaman
sebelum Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Pendidikan menjadi salah satu hal
pokok yang harus dipehatikan karena pendidikan mampu membentuk karakter pribadi
setiap orang apabila sungguh-sungguh dalam menekuninya. Pendidikan adalah proses
pembelajaran tentang akhlak, ilmu pengatahuan dan keterampilan yang menjadi
kebiasaan turun-temurun sekelompok orang untuk melakukan pengajaran, pengamatan,
pelatihan atau penelitian. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Dikutip dari
laman https://kelembagaan.ristekdikti.go.id di akses pada tanggal 15 Oktober 2019,
pukul 07.55 WIB). Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan mampu
memberikan kita ilmu pengetahuan baru, membentuk karakter pribadi yang lebih baik
dan mempermudah kita merintis karir di masa mendatang.
Pendidikan menurut salah satu tokoh yaitu M. J. Langeveld (1980), merupakan
suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang yang dewasa untuk membantu
mencapai kedewasaan seseorang terutama anak-anak yang masih belum dewasa (di kutip
dari laman https://www.academia.edu di akses pada tanggal 3 Desember 2019, pukul
21.23 WIB). Sejarah pendidikan mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki kualitas pendidikan paling rendah dibandingkan negara-negara lainnya,
meskipun usaha pemerataan sistem pendidikan sudah dilakukan dan dianggap meningat
cukup signifikan, (Jakarta, CNN Indonesia). Pendidikan saat ini secara umum mungkin
sudah dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan ini biasa kita kenal
dengan istilah “sekolah” yaitu salah satu pendidikan formal yang ada di Indonesia.
Sistem pendidikan yang dilakukan pun hampir keseluruhan menggunakan teknologi-
teknologi canggih seperti komputer/laptop, LCD proyektor, handphone, WiFi, dsb.
Berbeda dengan pendidikan pada zaman-zaman sebelum merdeka mulai dari pendidikan
4
pada masa (penjajahan) Portugis, Belanda, Jepang; Masa Kemerdekaan; Orde Baru
hingga Reformasi. Pendidikan di zaman penjajahan (sebeum merdeka) memang
dikatakan tidak semua rakyat Indonesia mampu mengeyam jenjang pendidikan yang
baik. Hanya rakyat Indonesia tertentu saja yang mampu mengenyam jenjang pendidikan
seperti keturunan bangsawan (darah biru). Oleh sebab itu, selagi kita masih memiliki
kesempatan mengenyam jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk mampu merubah masa depan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dengan berdirinya organisasi Budi Utomo ini bergabunglah beberapa tokoh
yang memiliki kapasitas luar biasa, antara Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Sutomo dan
Soeradji, R.A. Tirtokusumo, yang kemudian ditunjuk sebagai ketua organisasi. Dalam
perjalanannya organisasi Budi Utomo terpecah menjadi dua golongan, yaitu golongan
tua yang menempuh perjuangannya dengan cara lama yaitu sosio kultural, seperti
R.A. Tirtokusumo. Setelah pengangkatannya, banyak anggota baru yang berasal dari
kalangan priyayi dan pejabat kolonial. Dan yang kedua golongan muda menempuh
perjuangannya melalui jalan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda,
yang didukung oleh para mahasiswa. Perjuangan yang diambil oleh golongan muda
ini sangat tepat karena berhasil mengimbangi politik pemerintahan kolonial Belanda.
10
Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer, Kaoem Moeda, dan
Poesara yang melontarkan kritik sosial-politik kaum bumiputera kepada penjajah.
Pada waktu itu, Ki Hajar Dewantara termasuk penulis terkenal. Tulisannya
yang tajam dan patriotik membuatnya mampu membangkitkan semangat anti
kolonial bagi pembacanya.
11
Perguruan ini mengubah metode pengajaran kolonial yaitu dari sistem
pendidikan “perintah dan sanksi” kependidikan pamong yang sangat menekankan
pendidikan mengenai pentingnya rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka
mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Di Indonesia, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatian di bidang
Pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Perguruan
Taman Siswa sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik
agar mereka mencintai tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak hanya melalui pendirian Taman Siswa, perjuangan Ki Hajar
Dewantara juga melanjutkan menulis di berbagai surat kabar. Bedanya, tulisannya
kali ini tidak lagi bernuansa politik, melainkan lebih dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tulisan-tulisannya tersebut berisi konsep-konsep pendidikan dan
kebudayaan yang luas dan berwawasan kebangsaan. Melalui konsep-konsep itulah ia
berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Perjuangannya di bidang pendidikan dan politik inilah membuat pemerintah
Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan Republik
Indonesia. Di antaranya adalah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (1950), mendapat gelar doktor honoris causa dari
Universitas Gajah Mada (1959) serta diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun
1959.
14
atau siswa atau bahkan masyarakat Indonesia sehingga menciptakan
lingkungan yang kaya akan keberagaman budaya.
4. Asas Kebangsaan (nation base)
Asas ini menjelaskan bahwa patriotisme serta nasionalisme menjadi pondasi
utama bagi asas ini. Mutu pendidikan yang berkualitas bisa memunculkan rasa
cinta terhadap bangsa sendiri dalam ekosistem pendidikan. Selain itu,
kedaulatan dan kesatuan dalam berbangsa di basis pendidikan dapat dijadikan
sebagai mutu utama bangsa agar memiliki harkat dan martabat yang baik di
mata dunia.
5. Asas Kemanusiaan (humanity base)
Bersumber dari akal budi yang dimiliki manusia dan menjadikannya sebagai
makhluk yang berbeda nan istimewa. Dengan memiliki akal tersebut dapat
melahirkan rasa dan laku cinta terhadap sesama manusia dan seluruh makhluk
Tuhan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan pun tidak akan menjadi ladang
sekat-pekat antarpihak dan tentunya akan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendidikan di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Peperangan dan
penjajahan mewarnai perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia. Di zaman Belanda
menguasai Indonesia, pendidikan adalah suatu yang mahal untuk bangsa pribumi. Sekolah-
sekolah yang didirikan di masa penjajahan Belanda pun, pada mulanya hanya bisa dirasakan
anak-anak golongan bangsawan, priyayi, dan pegawai negeri saja.
Sejarah pendidikan di Indonesia memiliki cerita dan perjuangan yang menarik dari
masa ke masa nya. Sejarah pendidikan Indonesia di masa lampau hingga sekarang
memberikan kita gambaran bahwa dalam bentuk apapun pendidikan itu tetaplah penting
untuk membentuk karakter pribadi manusia. Walaupun sistem penerapannya berbeda-beda
tetapi pendidikan memiliki kesamaan tujuan. Mulai dari pendidikan keagamaan, pendidikan
karena penjajah hingga pendidikan pasca kemerdekaan. Setiap masa wajib mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan bangsa di masa itu dan mampu menjawab tantangan di
masa mendatang.
Dunia pendidikan dari zaman kolonial sampai di era modern ini banyak mengalami
perubahan pesat seiring perubahan zaman yang semakin canggih. Segala aturan dan tujuan
pendidikan perlahan mulai berubah dimulai saat Ki Hajar Dewantara hadir dan mendirikan
Taman Siswa. Anak-anak sudah bebas dan merdeka dalam pendidikan dan pengajaran. Anak-
anak sekarang bisa belajar dengan berbagai fasiitas yang disiapkan oleh pemerintah tanpa
tekanan dan pembatasan, dengan istilah yang sekarang kita kenal dengan "Merdeka Belajar".
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi peserta didik, diharapkan agar selalu mengingat tokoh-tokoh Pahlawan Nasional, dan
senantiasa mengisi kemerdekaan dengan belajar.
2. Bagi Guru, diharapkan untuk terus mengembangkan kompetensinya dan selalu berpijak
pada asas-asas yang telah dicontohkan oleh para pahlawan dalam setiap proses
pembelajaran di kelas.
3. Bagi Peneliti dapat menambah wawasan dalam hal pengetahuan tentang sejarah
pendidikan perjalanan pendidikan di Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2021.”Biografi Ki Hajar Dewantara: Perjalanan Hidup Bapak
Pendidikan Indonesia”. https://www.gramedia.com/best-seller/biografi-ki-hajar-
dewantara/ . Diakses pada 18 Desember 2022.
Ahmad, Nurul Aulia. 2022. Biografi Ki Hajar Dewantara dan Perjuangan serta
Semboyannya yang Populer di Dunia Pendidikan.
https://www.orami.co.id/magazine/ki-hajar-dewantara . Diakses pada 18 Desember
2022.
Hartutik. (2015). “R.A. Kartini : Emansipator Indonesia Awal Abad 20”. Jurnal
Seuneubok Lada. 2 (1): 88
Murtafi’atun, R S. 2016. Sejarah Nasional dan Dunia. Yogyakarta: Indo Eduka, hlm.
5-76.
Musolin, M., dan Nisa, K. (2021). "Pendidikan Masa Pandemik Covid 19:
Implementasi Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara". Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan. 3 (6): 4137. ISSN 2656-8071
Wahyudi, Giat. 2007. Sketsa Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Sanggar Filsafat
Indonesia Muda